Analisis Jaringan Sosial Konservasi Resak Brebes
Analisis Jaringan Sosial Konservasi Resak Brebes
Analisis Jaringan Sosial Konservasi Resak Brebes
net/publication/371809340
Analisis Jaringan Sosial Dalam Studi Kasus Konservasi Resak Brebes (Vatica
javanica ssp. javanica)
CITATIONS READS
0 85
1 author:
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Muhammad Aqmal Danish on 24 June 2023.
Abstrak
Studi ini bertujuan untuk menganalisis jaringan sosial yang terjadi pada kegiatan konservasi
tanaman resak brebes. Konservasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk menjaga
alam dan mencegah terjadinya kepunahan spesies. Spesies yang dalam ancaman kepunahan
umumnya tercatat dalam sebuah laman bernama IUCN red list. Salah satu spesies yang dalam
ancaman kepunahan adalah resak brebes. Resak brebes merupakan tanaman endemik pulau
jawa yang termasuk ke dalam famili Dipterocarpaceae atau masih berkerabat dengan meranti.
Status konservasi dari resak brebes adalah terancam punah sehingga perlu dilestarikan. Upaya
pelestarian resak brebes telah dilakukan dan melibatkan beberapa stakeholder. Metode yang
digunakan dalam studi ini adalah studi literatur dan simulasi pembuatan sosiogram. Adapun
analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil temuan dari
studi ini adalah terdapat lima stakeholder yang masuk dalam jaringan konservasi resak brebes.
Analisis kualitatif dilakukan untuk melihat bagaimana hubungan antar-stakeholder satu sama
lain tanpa mementingkan angka, sedangkan analisis kuantitatif melihat hubungan antar-
stakeholder melalui angka. Kesimpulan yang didapatkan adalah tidak adanya “star” dalam
jaringan sosial tersebut dan terdapat satu stakeholder yang paling berperan dalam konservasi
resak brebes. Penelitian lanjutan perlu dilakukan untuk mengetahui secara holistik hubungan
antar-stakeholder dalam jaringan yang lebih luas lagi.
Pendahuluan
Konservasi merupakan sebuah upaya yang dilakukan oleh manusia untuk melindungi
dan melestarikan alam. Upaya tersebut didukung oleh mulai meningkatnya suhu bumi yang
mengancam makhluk hidup, baik manusia, maupun non-manusia. Ancaman pemanasan global
tersebut dapat menyebabkan beberapa kerugian di bumi, antara lain hilangnya habitat bagi
makhluk hidup, terjadinya krisis pangan, kekeringan, dan dapat menyebabkan penyakit baru
(biologicaldiversity.org 2023: 1; PBB 2007: 1).
Upaya konservasi dilakukan tidak hanya karena untuk melindungi bumi dari ancaman
pemanasan global, tetapi juga upaya dalam mencegah kepunahan suatu spesies. Spesies-spesies
yang terancam punah umumnya masuk ke dalam red list yang dikeluarkan oleh organisasi
internasional yang bergerak dalam bidang konservasi, yaitu International Union for
Conservation of Nature atau lebih dikenal dengan IUCN. Data dari IUCN red list tersebut
umumnya dijadikan acuan baik oleh masyarakat, pemerintah, ataupun Lembaga swadaya
masyarakat untuk menentukan satwa ataupun tanaman apa yang lebih didahulukan untuk
dikonservasi.
Salah satu tanaman yang sedang diupayakan pelestariannya adalah resak brebes (Vatica
javanica ssp. javanica). Resak brebes yang memiliki nama lokal Pelahlar laki (brebes) dan Ki
Tenjo (Garut) merupakan tanaman endemik pulau jawa (POWO 2023: 1). Tanaman ini secara
taksonomi tergabung ke dalam famili Dipterocarpaceae yang masih berkerabat dengan meranti.
Menurut IUCN (2023: 1), resak brebes telah dikategorikan sebagai tanaman yang terancam
punah (critically endangered). Hal tersebut mendorong untuk adanya upaya pelestarian dari
resak brebes agar nantinya tidak terjadi kepunahan pada spesies endemik tersebut.
Upaya konservasi tanaman resak brebes telah dilakukan oleh sebuah organisasi yang
bernama biologi satu. Organisasi tersebut melakukan upaya konservasi berlandaskan Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup (PermenLHK) p.20/2018 yang mengkategorikan resak brebes
sebagai salah satu tanaman yang dilindungi. Selain biologi satu, Yayasan Botanika juga telah
melakukan eksplorasi untuk mengetahui keberadaan tanaman resak brebes di Jawa. Eksplorasi
tersebut berhasil menemukan lokasi resak brebes di Jawa, yaitu di Brebes dan Garut
(Zukarnaen 2022: 1; Zaman 2021: 1).
Upaya konservasi dan eksplorasi yang dilakukan oleh organisasi biologi satu serta
Yayasan Botanika didukung oleh stakeholder yang memiliki fokus terhadap konservasi alam.
Hal tersebut menarik untuk diteliti dan dikaji dalam pandangan analisis jaringan sosial.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana jaringan sosial yang terjadi dari upaya
pelestarian resak brebes yang dilakukan.
Metode
Metode yang dilakukan untuk tulisan ini adalah studi literatur dan simulasi pembuatan
sosiogram. Adapun literatur yang digunakan membahas bagaimana hubungan stakeholder
dalam melakukan upaya konservasi. Simulasi pembuatan sosiogram dilakukan dengan
menggunakan aplikasi UCINET. Data sosiogram kemudian akan dianalisis secara kuantitatif
dan kualitatif, sedangkan data dari studi literatur akan digunakan sebagai pendukung data
sosiogram.
Temuan dan Pembahasan
Sosiogram Jaringan Konservasi Resak Brebes
Gambar 1. Sosiogram jaringan konservasi resak brebes, YB (Yayasan Botanika), BRIN (Badan Riset dan
Inovasi Nasional), BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam), FPLI (Forum Pohon Langka Indonesia),
BS (Biologi Satu)
[Sumber: Dokumentasi Pribadi 2023]
Berdasarkan sosiogram di atas, dapat diketahui bahwa organisasi biologi satu memiliki
hubungan dengan FPLI, BKSDA, dan masyarakat. Hubungan yang terjadi antara biologi satu
dengan FPLI berkaitan dengan upaya konservasi tanaman resak brebes yang dilakukan oleh
biologi satu. FPLI merupakan salah satu stakeholder yang berperan dalam upaya konservasi
resak brebes tersebut. FPLI membiayai kegiatan biologi satu untuk melakukan konservasi resak
brebes melalui sebuah program, yaitu FPLI Small Grant, dimana program bertujuan untuk
membiayai organisasi yang memiliki minat dalam mengkonservasi tanaman langka atau
terancam punah yang ada di Indonesia.
Selain itu, biologi satu juga memiliki hubungan dengan masyarakat. Hubungan yang
terjadi antara biologi satu dengan masyarakat lebih mengarah pada hubungan sosialisasi.
Sosialisasi yang dilakukan oleh biologi satu adalah dengan mengenalkan resak brebes kepada
masyarakat. Sosialisasi tersebut mampu memberikan pengetahuan baru kepada masyarakat
mengenai resak brebes sebagai tanaman endemik di Pulau Jawa dan pentingnya konservasi
resak brebes dalam upaya menjaga biodiversitas yang dimiliki oleh Indonesia.
Berdasarkan sosiogram tersebut pula, diketahui bahwa stakeholder yang lain, seperti
FPLI, BRIN, Masyarakat, Yayasan Botanika, dan BKSDA saling berhubungan dalam upaya
konservasi resak brebes. Stakeholder seperti FPLI, BRIN, Yayasan Botanika, dan BKSDA
dapat melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya resak brebes. Selain itu,
masyarakat juga dapat secara aktif memberikan respons ataupun memberikan pengetahuan
baru kepada para stakeholder dengan menggunakan pengetahuan lokal mereka mengenai resak
brebes.
Selain densitas, sentralitas pada sosiogram juga dapat dianalisis secara kuantitatif.
Analisis sentralitas secara kuantitatif dibagi menjadi degree centrality dan normalized degree
centrality. Degree centrality menunjukkan seberapa banyak relasi yang dimiliki oleh seorang
aktor pada sebuah jaringan sosial, sedangan normalized degree centrality menganalisis degree
relatif dalam sebuah jaringan sosial. Berdasarkan gambar 3, FPLI, BKSDA, dan masyarakat
memiliki nilai degree centrality yang tinggi dan setara. Tingginya nilai tersebut disebabkan
oleh ketiga stakeholder tersebut memiliki relasi dengan seluruh aktor yang ada dalam jaringan
sosial tersebut. Nilai normalized degree centrality memiliki korelasi dengan nilai degree
centrality, dimana semakin tinggi nilai degree centrality maka nilai normalized degree
centrality akan semakin mendekati 1. Berdasarkan gambar 3, FPLI, BKSDA, dan masyarakat
memiliki nilai 1 pada normalized degree centrality.
Tingginya nilai degree centrality pada tiga stakeholder, yaitu FPLI, BKSDA, dan
masyarakat sejalan dengan bagaimana peran mereka dalam upaya konservasi resak brebes.
FPLI berperan sebagai organisasi yang memberikan edukasi dan dukungan kepada organisasi
lain ataupun masyarakat yang ingin ikut serta dalam upaya konservasi pohon langka di
Indonesia. Salah satu cara FPLI berkontribusi dalam hal tersebut adalah dengan mengadakan
program FPLI Small Grant dengan tujuan mendukung niat baik organisasi lain ataupun
masyarakat dalam melakukan upaya konservasi pohon langka yang ada di Indonesia. BKSDA
sendiri berperan sebagai perwakilan pemerintah dalam menjalankan upaya konservasi di
Indonesia. BKSDA berkontribusi dalam kelancaran upaya konservasi yang dilakukan baik oleh
pemerintah maupun instansi lain, sehingga keragaman biodiversitas di Indonesia akan terus
terjaga. Masyarakat juga berperan pada jaringan konservasi resak brebes tersebut karena tidak
dapat dipungkiri peran masyarakat yang cukup besar dalam upaya konservasi. Masyarakat
merupakan orang yang paling dekat dengan tanaman resak brebes, dengan adanya edukasi dan
sosialisasi pada masyarakat mengenai pentingnya pelestarian resak brebes akan meningkatkan
kesadaran masyarakat akan menjaga lingkungan serta mencegah kepunahan sebuah spesies.
Pengetahuan lokal yang dimiliki oleh masyarakat juga dapat menjadi salah satu aspek penting
dalam upaya konservasi resak brebes.
Analisis kuantitatif lain dari sebuah sosiogram adalah closeness centrality. Closeness
centrality digunakan untuk melihat bagaimana kedekatan seorang aktor dengan aktor lainnya
dalam sebuah jaringan sosial dengan nilai maksimal 1. Berdasarkan gambar 4 dapat
disimpulkan bahwa FPLI, BKSDA, dan masyarakat merupakan stakeholder yang dekat dengan
seluruh aktor yang ada dalam jaringan konservasi resak brebes. Hal tersebut berhubungan
dengan kepentingan mereka dalam upaya konservasi resak brebes tersebut. Nilai yang setara
tersebut membuat dalam jaringan konservasi resak brebes tidak terdapat aktor yang menjadi
“star”.
Gambar 5. Perhitungan eingenvector sosiogram
[Sumber: Dokumentasi Pribadi 2023]
Kesimpulan
Konservasi merupakan upaya untuk melestarikan alam dan menyelamatkan suatu
spesies dari kepunahan. Salah satunya adalah tanaman resak brebes. Berdasarkan hasil analisis
jaringan sosial, terdapat lima aktor yang berperan, yaitu Forum Pohon Langka Indonesia
(FPLI), Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), Yayasan Botanika (YB), Biologi Satu
(BS), dan masyarakat. Berdasarkan hasil analisis kuantitatif, BRIN merupakan yang paling
berperan dalam upaya konservasi resak brebes dan kemudian diikuti oleh FPLI, BKSDA, dan
masyarakat. Dalam jaringan sosial ini pula tidak ditemukan adanya “star”. Penelitian lanjutan
juga diperlukan untuk mengetahui secara holistik bagaimana hubungan antar-stakeholder
dalam jaringan yang lebih luas lagi.
Daftar Referensi