Anda di halaman 1dari 83

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG MENGGUNAKAN

METODE EOQ (ECONOMIC ORDER QUANTITY) PADA TOSERBA


“BASA” BANJARAN KABUPATEN TEGAL

TUGAS AKHIR

OLEH :

DIANA ISTIQOMAH

NIM 17031111

HALAMAN JUDUL

PROGRAM STUDI DIII AKUNTANSI

POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA

2020

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Tugas Akhir yang berjudul :

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG MENGGUNAKAN


METODE (ECONOMIC ORDER QUANTITY)PADA TOSERBA “BASA”
BANJARAN KABUPATEN TEGAL

Oleh mahasiswa :

Nama : Diana Istiqomah

NIM : 17031111

Telah diperiksa dan dikoreksi dengan baik dan cermat. Karena itu pembimbing
menyetujui mahasiswa tersebut untuk menempuh ujian akhir.

Tegal, 7 Agustus 2020

Pembimbing I, Pembimbing II,

Asrofi Langgeng N., S.Pd, M.si Krisdiyawati SE.M.Ak


NIPY. 04.015.210 NIPY. 10.005.014

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Tugas Akhir yang berjudul :

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG MENGGUNAKAN


METODE (ECONOMIC ORDER QUANTITY)PADA TOSERBA “BASA”
BANJARAN KABUPATEN TEGAL

Oleh :

Nama : Diana Istiqomah

NIM : 17031111

Program Studi : Akuntansi

Jenjang : Diploma III

Dinyatakan lulus setelah dipertahankan di depan Tim Penguji Tugas Akhir


Program Studi Akuntansi Politeknik Harapan Bersama Tegal

Tegal, 7 Agustus 2020

1. Asrofi Langgeng N, S.Pd, M.si


Pembimbing I, ...................................

2. Krisdiyawati,SE,M.Ak
Pembimbing II, ...................................

3. Erni Unggul Sedya Utami, SE.,M.Si


Penguji I, ...................................

4. Fitri Amaliyah,SE
Penguji II, ...................................

Mengetahui,
Ketua Program Studi

Yeni Priatna Sari, SE, M.Si, Ak, CA


NIPY. 09.011.062

iii
HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis dalam bentuk Tugas Akhir

ini yang berjudul “ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG

MENGGUNAKAN METODE EOQ (ECONOMIC ORDER QUANTITY) PADA

TOSERBA“BASA” BANJARAN KABUPATEN TEGAL, beserta isinya adalah

benar-benar karya saya sendiri.

Dalam penulisan Tugas Akhir ini saya tidak melakukan penjiplakan atau

pengutipan dengan cara yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam

masyarakat keilmuan sebagaimana mestinya.

Demikian pernyataan ini untuk dapat dijadikan pedoman bagi yang

berkepentingan, dan saya siap menanggung segala resiko/sanksi yang dijatuhkan

kepada saya apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran atas etika

keilmuan dalam karya tulis saya ini, atau adanya klaim terhadap keaslian karya

tulis saya ini.

Tegal, 7 Agustus 2020


Yang membuat pernyataan,

Diana Istiqomah
NIM 17031111

iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYAILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai mahasiswa Prodi Akuntansi Politeknik Harapan Bersama, yang


bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Diana Istiqomah

NIM : 17031111

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan


kepada Prodi Akuntansi Politeknik Harapan Bersama Kota Tegal Hak Bebas
Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya
yang berjudul Analisis Pengendalian Persediaan Barang Dengan Metode
Economic Order Quantity (EOQ) Pada Toseba Basa Banjaran Kabupaten Tegal.

Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini Prodi Akuntansi Politeknik


Harapan Bersama berhak menyimpan,mengalih-mediakan/format-kan,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya, dan
menampilkan/mempublikasikan ke Internet atau media lain untuk kepentingan
akademik tanpa perlu meminta ijin dari penulis selama tetap mencantumkan saya
sebagai penulis/pencipta.

Saya bersedia untuk menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak


Prodi Akuntansi Politeknik Harapan Bersama, segala bentuk hukum yang timbul
atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah ini.

Demikian surat pernyataan ini penulis buat sebenarnya.

Tegal, 7 Agustus 2020

Yang membuat peryataan,

Diana Istiqomah
NIM. 17031111

v
HALAMAN MOTO

“Maka ingatlah kepada-KU, Akupun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-


Ku dan janganlah ingkar kepada-Ku”

( Surat Al Baqarah 2:152)

vi
HALAMAN PERSEMBAHAN

Tugas Akhir ini saya persembahkan untuk :

 Kedua Orang Tua saya Bapak Suwarno dan ibu Nurwaningsih tercinta
yang selalu mendoakan, selalu memberikan dukungan, semangat, dan
nasehat yang kalian beri serta kasih sayang yang tak ternilai harganya.
 Kaka-kaka yang saya sayangi Tia Nurhayati,Deri Sanjaya,Septiana Amel
Lia,Diki Mahardika yang telah memberikan semangat dan dukungan
berupa nasehat, doa, material dan perhatian kepada penulis.
 Adik saya yang sangat saya sayangi Ilham Ramadhan yang menjadi
semangat hidup saya. Sehingga saya semangat untuk menyelesaikan Tugas
akhir ini
 Terimaksaih untuk teman-teman seperjuangan dalam perkuliahan atas
semua kenangan indah, suka, duka yang telah kita lewati bersama
khusunya Juang jati, Lutfi Nadia Safitri,Quennaya mey anisa,Cici Ayu
Andika,Vio Tri Agustin
 Teman –Teman SMA N 2 TEGAL khusunya untuk Nuansa Putri , Dela
Tri Astuti, Muhammad Rosyadi yang senantiasa membantu memberikan
semangat dalam menjalani Tugas Akhir ini
 Terimkasih untuk Bagus Ulul Azmi yang senantiasa membantu dan
memberikan semangat dalam menjalani Tugas Akhir ini..
 Terima kasih untuk Dosen Pembimbing selaku dosen pembimbing I
Bapak Asrofi Langgeng N,SPd,M,Si danKrisdiyawati, SE, M.Ak
selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan arahan yang baik
sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.

vii
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Tugas Akhir berjudul Analisis Persediaan Barang Menggunakan Metode Economic
Order Quantity
Tugas Akhir ini diajukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat guna
mencapai gelar Ahli Madya (A.Md) pada Program Studi Akuntansi Politeknik
HarapanBersama.
Dalam melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dan menyususn Tugas
Akhir (TA) ini, peneliti telah melibatkan berbagai pihak. Oleh karena itu, ucapan
terimakasih penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Mc.Chambali, B. Eng, EE, M.Kom, selaku Direktur Politeknik
HarapanBersama.
2. Ibu Yeni Priatna Sari, SE, M.Si, Ak, CA., selaku Ka. Prodi Akuntansi
Politeknik HarapanBersama.
3. Bapak Asrofi Langgeng,N.S.Pd,M.si sebagai Dosen Pembimbing I yang
telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan petunjuk hingga
terselesaikannya penyusunan Tugas Akhirini.
4. Ibu Krisdiyawati SE, M.Ak, selaku Dosen Pembimbing II yang
telahbanyakmemberikanbantuandanbimbinganhinggaterselesaikannya
penyusunan Tugas Akhirini.
5. Seluruh Team Beauty Advisor dan PA Kosmetik Basa Toserba Banjaran
6. Serta segenap rekan-rekan kelas 6 j semuanya.

viii
Peneliti menyadari bahwa Tugas Akhir ini jauh dari sempurna,
masihbanyakkekurangandankelemahandisana-sini.Olehkarena
itu,penulismemohon maaf atas segala kekurangan dan kelemahan yang ada.
Akhirnya, penulis sangat berharap Tugas Akhir ini bermanfaat bagi para
pembaca serta pemerhati pada umumnya.

Tegal, 7 Agustus 2020

Diana Istiqomah
NIM.17031111

ix
ABSTRAK

Diana Istiqomah, 2020. Analisis Pengendalian persediaan Barang Menggunakan


Metode Economic Order Quantity (EOQ) pada Basa Toserba Banjaran
Kabupaten Tegal. Program Studi : D-III Akuntansi Politeknik Harapan Bersama
Tegal. Pembimbing I : Asrofi Langgeng N, Pembimbing II : Krisdiyawati.
Persediaan barang dagang merupakan salah satu faktor penting dalam
proses penjualan. Kekurangan barang dagang akan berakibat pada terhambatnya
proses penjualan, sebaliknya kelebihan barang dagang akan berakibat pada
membengkaknya biaya penyimpanan dan biaya lainnya, artinya perusahaan harus
mampu mengantisipasi keadaan maupun tantangan yang ada dalam manajemen
persediaan untuk mencapai sasaran akhir. Melalui pengendalian persediaan yang
optimal, perusahaan dapat menentukan kuantitas pemesanan yang tepat dengan
meminimalkan biaya persediaan,sehingga perusahaan dapat menghemat biaya
persediaan dan dapat digunakan untuk kepentingan yang lain. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui perhitungan persediaan barang dagang dengan
metode Economic Order Quantity (EOQ) sebagai pengendalian persediaan pada
Toserba Basa Banjaran Kabupaten Tegal. Sesuai dengan tujuan tersebut, maka
metode analisis yang digunakan adalah metode Economic Order Quantity. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dokumentasi
dan studi kepustakaan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data primer
berupa data realisasi pembelian dan persediaan barang dagang Hydration Serum
pada Toserba Basa Banjaran kabupaten Tegal. Hasil peneliti ini menunjukan
bahwa metode EOQ dapat membantu perusahaan menghemat total persediaan
sehingga dapat dikatakan efisien dan dapat dijadikan sebagai pengendalian
persediaan barang dagang.
Kata kunci : Ekonomi Order Quantity, Pengendalian Persediaan Barang Dagang,
Efisien, Efektivitas

x
ABSTRACT

Istiqomah Diana, 2020. The Analysis of Inventory Control With Economic Order
Quantity in The Toserba Basa Banjaran Kabupaten Tegal. Study Program : D-III
Accounting Department of Politeknik Harapan Bersama Tegal. First Advisor :
Asrofi Langgeng N, Second Advisor : Krisdiyawati.
Merchandise inventory is one of the important factors in the production
process. Lack of merchandise will result in inhibition of the production process,
while the excess merchandise will result in swelling of storage cost and the other
cost, which means that the company must be able to anticipate the circumstances
and challenges that exist in inventory management to achieve the ultimate goal.
Through optimal inventory control, companies can minimize inventory costs so
that the company's objectives can be achieved, so that the company can save on
inventory costs and can be used for other purposes.This study was aimed to
determine the inventory calculation of merchandise with the Economic Order
Quantity (EOQ) method as inventory control in Toserba Basa Banjaran , then the
analytical method used in this research was the Economic Order Quantity
method.Data collection techniques used were observation, interviews,
documentation and literature study. This research was conducted using primary
data in the form of data on the realization of purchases and inventory of hydration
serum in Toserba basa Banjaran Tegal.The results of this research showed that
the EOQ method can help companies save total inventory so that it can be said to
be efficient and can be used as a control of merchandise inventory.
Keywords: Economic Order Quantity (EOQ), Raw Material Inventory Control,
Efficient, effectiveness.

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .............................. v
HALAMAN MOTO............................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................ vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
ABSTRAK .............................................................................................................. x
ABSTRACT ............................................................................................................. xi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah.............................................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................. 6
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................ 6
1.5 Batasan Masalah................................................................................... 7
1.6 Kerangka Berpikir ................................................................................ 8
1.7 Sistematika Penulisan......................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 12
2.1 Tinjauan Pustaka Atas Persediaan...................................................... 12
2.1.1 Pengertian Persediaan............................................................. 12
2.1.2 Pengertian Persediaan Barang Dagang ................................... 13
2.1.3 Jenis Persediaan...................................................................... 15
2.1.4 Sistem Pencatatan Persediaan ................................................ 17
2.1.5 Metode Penilaian Persediaan.................................................. 18

xii
2.1.6 Pentingnya Persediaan ............................................................ 20
2.1.7 Biaya dalam Persediaan.......................................................... 22
2.2 Tinjauan Atas Pengendalian Persediaan ............................................ 24
2.2.1 Pengertian Pengendalian Persediaan ...................................... 24
2.2.2 Tujuan Pengendaliaan Persediaan .......................................... 25
2.2.3 Fungsi Pengendalian Persediaan ............................................ 26
2.3 Tinjauan Pustaka Atas EOQ ............................................................... 26
2.3.1 Pengertian Economic Order Quantity ................................... 26
2.3.2 Frekuensi Pembelian .............................................................. 27
2.3.3 Persediaan Pengamanan(safety stock) .................................... 28
2.3.4 Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point) ............................ 29
2.3.5 Penentuan Persediaan Maksimum (Maximum Inventory) ...... 29
2.3.6 Total Biaya Persediaan (Total Inventory Cost) ...................... 30
2.3.7 Efesiensi Biaya ....................................................................... 30
2.3.8 Penelitian Terdahulu............................................................... 31
2.4 Penelitian Terdahulu .......................................................................... 31
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 34
3.1 Lokasi Penelitian ............................................................................... 34
3.2 Waktu Penelitian ................................................................................ 34
3.3 Jenis Data ........................................................................................... 34
3.4 Sumber Data ....................................................................................... 35
3.5 Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 35
3.6 Metode Analisis Data ......................................................................... 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 40
4.1 Analisis Data ...................................................................................... 40
4.1.1 Deskripsi Data Persediaan Barang ......................................... 40
4.1.2 Hasil Perhitungan Biaya Penyimpanan Barang...................... 41
4.1.3 Hasil Perhitungan Biaya Pemesanan ...................................... 42
4.1.4 Hasil Perhitungan Total Biaya Persediaan Menurut Kebijakan
Perusahaan .............................................................................. 42
4.1.5 Metode EOQ........................................................................... 43

xiii
4.1.6 Frekuensi Pembelian .............................................................. 44
4.1.7 Persediaan Pengaman (Safety Stock) ...................................... 44
4.1.8 Titik Pemesanan Kembali (Reorder point) ............................ 45
4.1.9 Penentuan Persediaan Maxsimum (Maximum investory ) ..... 46
4.1.10 Total Biaya Persediaan ........................................................... 47
4.1.11 Efesiensi Biaya ....................................................................... 48
4.2 Pembahasan ........................................................................................ 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 52
5.1 Kesimpulan......................................................................................... 52
5.2 Saran ................................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 54
LAMPIRAN .......................................................................................................... 57

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................. 31


Tabel 4.1 Persediaan barang dagang dan pembelian barang dagang periode
2019 ...................................................................................................... 40
Tabel 4.2 Komponen Biaya Penyimpanan ............................................................ 41
Tabel 4.3 Komponen Biaya Pemsanan ................................................................. 42
Tabel 4.4 Perbandingan biaya total persediaan Berdasarkan kebijakan perusahaan
dan metode EOQ .................................................................................. 49

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka berpikir ................................................................................ 9

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.Data Persediaan Barang Pada Tahun 2019 ........................................ 57


Lampiran 2. Rincian Biaya Pesanan Barang Dagang Tahun 2019 ....................... 58
Lampiran 3. Buku Bimbingan TA ........................................................................ 59

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada era globalisasi saat ini bisnis di Indonesia sangat berkembang pesat.

Setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menemukan sebuah solusi yang

tepat agar dapat bertahan dan memenangkan persaingan di dalam dunia

bisnis. Sukses tidak suatu perusahaan ditentukan oleh manajamen yang baik,

Tingkat persaingan bisnis saat ini semakin hari semakin berat dan ketat

strategi untuk memenangkan pasar menjadi hal yang mutlak bagi setiap

perusahaan. Didirikan perusahaan memiliki tujuan yang jelas, tujuan tersebut

antara lain adalah mencapai atau memperoleh laba yang maksimal. Salah

satunya meningkatkan penjualan. Penjualan merupakan sumber hidup suatu

perusahaan, karena dari perusahaan dapat memikat laba serta suatu usaha

memikat konsumen yang diusahakan mengetahui daya tarik mereka sehingga

dapat mengetahui hasil produk yang dihasilkan.

Dalam mencapai tujuan tidaklah mudah dikarenakan adanya faktor-

faktor yang dapat menghambat jalannya kelancaran perusahaan sehingga

setiap perusahaan harus mampu mengendalikan faktor-faktor yang akan

dihadapinya. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kelancaran

perusahaan ialah mengenai persediaan barang. Menurut Marihot Manullang

dan Dearlina Sinaga (2005:50) [1] Persediaan ialah sebagai persediaan barang-

barang atau bahan-bahan yang menjadi sebuah objek usaha pokok

1
2

perusahaan. Keberadaan persediaan barang di satu pihak merupakan

pemborosan sehingga dapat dikatakan sebagai suatu beban yang harus

dihilangkan, tetapi di lain pihak sangat diperlukan untuk menjamin

kelancaran pemenuhan permintaan sebab bila tidak ada persediaan maka

kebutuhan tidak terpenuhi. Untuk mengantisipasi suatu persediaan agar stok

barang digudang sesuai dengan yang dibutuhkan maka perlu diadakan analisa

pengendalian persediaan.

Pengendalian persediaan persediaan merupakan usaha-usaha yang

dilakukan oleh suatu perusahaan termasuk keputusan-keputusan yang diambil

sehingga kebutuhan akan bahan untuk keperluan proses produksi dapat

terpenuhi secara optimal dengan resiko yang sekecil mungkin. Persediaan

yang terlalu besar (over stock) merupakan pemborosan karena menyebabkan

terlalu tingginya beban-beban biaya guna penyimpanan dan pemeliharaan

selama penyimpanan di gudang.

Dengan adanya pengendalian, maka perusahaan dapat meminimalisir

terjadinya (over stock) ataupun (out of stock) barang dagangan serta dapat

meminimalkan total biaya persediaan. Namun dalam kegiatan pengendalian

persediaan memerlukan penerapan metode-metode. Hal ini bertujuan menjaga

agar jangan sampai perusahaan kehabisan barang sehingga menyebabkan

terhenti atau terganggunya proses penjualan.Metode yang di gunakan dalam

mencari jawaban atas permasalahan umum dalam pengendalian persediaan

yaitu metode economic order quantity (EOQ). Heizer dan Render (2011)

menjelaskan bahwa EOQ adalah salah satu teknik pengendalian persediaan


3

yang paling tua dan terkenal secara luas, metode pengendalian persediaan ini

menjawab 2 (dua) pertanyaan penting, kapan harus memesan dan berapa

banyak harus memesan. (dalam Unsulangi Harly I., dkk. 2015) [2] Tujuan dari

model EOQ adalah untuk mengetahui berapa jumlah barang yang ideal untuk

dipenuhi atau dibeli berdasarkan pola dan kemampuan menjual perusahaan

serta menghemat biaya penyimpanan (carriying cost) dan biaya pemesanan

(ordering cost) yang selama ini tidak begitu diperhatikan oleh beberapa

perusahaan.

Metode yang di gunakan dalam mencari jawaban atas permasalahan

umum dalam pengendalian persediaan yaitu metode economic order quantity

(EOQ). Heizer dan Render (2011) menjelaskan bahwa EOQ adalah salah satu

teknik pengendalian persediaan yang paling tua dan terkenal secara luas,

metode pengendalian persediaan ini menjawab 2 (dua) pertanyaan penting,

kapan harus memesan dan berapa banyak harus memesan. (dalam Unsulangi

Harly I., dkk. 2015)[2] Tujuan dari model EOQ adalah untuk mengetahui

berapa jumlah barang yang ideal untuk dipenuhi atau dibeli berdasarkan pola

dan kemampuan menjual perusahaan serta menghemat biaya penyimpanan

(carriying cost) dan biaya pemesanan (ordering cost) yang selama ini tidak

begitu diperhatikan oleh beberapa perusahaan.

BASA Toserba Banjaran merupakan sebuah perusahaan yang menjual

segala kebutuhan masyarakat sehari-hari. Awalnya hanyalah sebuah kecil

yang menjual barang-barang kelontong dalam bentuk sembako di Kabupaten

Pemalang. Seiring dengan semakin ramai dan kapasitas tempat yang kurang
4

memadai, sehingga membuka cabang baru di dekat daerah tersebut dan

merubah nama menjadi BASA Putra. Setelah sukses di Kabupaten Pemalang,

kini toko swalayan BASA Putra mulai membuka cabang kembali di

Kabupaten Tegal tepatnya di jalan raya Tembok, jalan raya Selatan Banjaran

No 49 Kelurahan Tembok Luwung, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal,

Jawa Tengah. Kehadiran Toserba di pusat perbelanjaan Banjaran terus

berkembang hingga saat ini dengan menyediakan berbagai kebutuhan

masyarakat seperti bahan-bahan sembako, fashion, dan macam-macam

kebutuhan masyarakat disediakan oleh Toserba Banjaran.

Dalam hal fashion, BASA Toserba Banjaran bekerja sama dengan PT

Paragon Technology and Innovation dengan menjual produk kosmetik salah

satu diantaranya adalah Makeover. Semua jenis produk kosmetik Makeover

di jual di BASA Toserba Banjaran. Sehingga pengendalian persediaan barang

sangat diperlukan oleh BASA Toserba Banjaran khususnya pada penjualan

produk Makeover. Untuk itu berdasarkan latar belakang maka peneliti ingin

membantu perusahaan dalam penanganan masalah pengendalian persediaan

barang dagang dengan pendekatan metode Economic Order Quantity.

Berdasarkan observasi awal di Basa Toserba Banjaran ,dapat diketahui

bahwa pengendalian persediaan barang dagang masih menggunakan cara

perhitungan tradisional. Menurut Prihasdi (2012) dalam Saraswati (2018) [3]

mengemukakan dengan cara perhitungan tradisional tersebut, maka frekuensi

pembelian barang dagang dalam satu periode, waktu pembelian, jumlah

bahan baku yang dibeli dalam setiap kali pembelian, jumlah minimal bahan
5

baku yang harus ada dalam persediaan pengaman (safety stock), dan kapan

dilakukan pemesanan kembali atau reorder point barang dagang tidak dapat

ditentukan dengan tepat. Dan telah terbukti pada Make Over Basa Toserba

Banjaran masih menggunakan cara tradisional waktu pembelian barang

dagang dan jumlah barang dagang yang harus di beli tidak dapat di tentukan

dengan tepat sehingga saat ada orderan barang seringkali barang dalam

kondisi kosong ( Out of Stock) atau stock yang tersedia hampir habis sehingga

mengakibatkan penjualan terhenti.

Perusahaan sudah mengelola dengan baik agar dapat memiliki

persediaan yang seoptimal mungkin demi kelancaran operasi perusahaan

dalam jumlah, waktu, mutu yang tepat serta dengan biaya yang serendah-

rendahnya. Namun berdasarkan observasi ternyata pada bulan-bulan teretentu

Basa Toserba Banjaran mengalami kehabisan beberapa barang yang akan

dijual. Jumlah persediaan yang ada terlalu sedikit dibandingkan jumlah

permintaan konsumen. Perusahaan menentukan kuantitas berdasarkan

pengalaman dan intuisi. Jika perusahaan memenuhi jumlah permintaaan

konsumen pada saat kehabisan persediaan maka perusahaan mengeluarkan

biaya yang lebih besar. Kekurangan persediaan barang juga dapat

menyebabkan konsumen beralih keperusahaan lain dengan produk sejenis,

sehingga dapat mengurangi kesempatan peusahaan untuk memperoleh laba.

Oleh karena itu perusahaan memerlukan adanya suatu pengendalian

terhadap produknya dalam menjaga kualitas serta kuantitasnya. Sebuah


6

metode yang dapat digunakan dalam pengendalian persediaan pada Basa

Toserba Banjaran yaitu metode economic order quantity (EOQ).

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul: “ANALISIS PENGENDALIAN

PERSEDIAAN BARANG MENGGUNAKAN METODE EOQ

(ECONOMIC ORDER QUANTITY) PADA TOSERBA “BASA”

BANJARAN KABUPATEN TEGAL”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka perumusan masalah pada

penelitian ini adalah Bagaimana Analisis Pengendalian Persediaan Barang

Menggunakan Metode EOQ (Economic Order Quantity) pada Toserba Basa

Banjaran Kabupaten Tegal ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas tujuan penelitian ini adalah

untukuntuk mengetahui perhitungan persediaan dengan metode Economic

Order Quantity (EOQ) sebagai pengendalian persediaan pada Toserba Basa

Banjaran Kabupaten Tegal.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian laporan tugas akhir ini dibagi menjadi 2 manfaat

teoritis dan manfaat praktis sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi refrensi atau masukan

bagi mahasiswa akuntansi dan memperluas pengetahuan tentang


7

perhitungan metode economic order quantity (EOQ) dan pengaruhnya

terhadap pengendalian persediaan barang dagang.

2. Manfaat Praktis

Manfaat penelitian ini yaitu :

Bagi Penulis

a. Memperluas wawasan yang berkaitan dengan materi perencanaan

dan pengawasan persediaan barang dagang dengan menggunakan

metode Economic Order Quantity ( EOQ)

b. Mendapatkan pengalaman kerja nyata sesuai dengan teori serta

konsep yang telah dipelajari selama perkuliahan berlangsung.

c. Menjadikan penulis menjadi teliti dalam menghitung persediaan

barang

Bagi Toserba “BASA” Banjaran

Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan,

terutama dalam hal pengendalian persediaan barang dagang di toserba

basa banjaran.

Bagi Politeknik Harapan Bersama

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

Politeknik Harapan Bersama Tegal agar mengetahui mengenai metode

EOQ sebagai pengendalian persediaan barang

1.5 Batasan Masalah

Agar dalam pembahasan penelitian ini fokus dan terarah, maka

permasalahan dibatasi hanya pada analisis perhitungan persediaan Hydration


8

Serum pada tahun 2019 yang ada di Make Over BASA Toserba Banjaran

Kabupaten Tegal dengan menggunakan metode economic order quantity

(EOQ).

1.6 Kerangka Berpikir

Permasalahan yang terjadi di Basa Toserba Banjaran yaitu tentang

pengendalian persediaan barang dagang yang masih menggunakan cara

perhitungan tradisional dimana dengan cara menggunakan cara tradisional

waktu pembelian barang dagang dan jumlah barang dagang yang harus dibeli

tidak dapat ditentukan dengan tepat sehingga saat ada ordean barang

seringkali barang dalam kondisi kosong atau stock yang tersedia hampir habis

sehingga mengakibatkan penjualan terhenti. Dan masalah yang bisa dihadapi

oleh distributor adalah jumlah persediaan yang optimal. Persediaan yang

lebih akan berdampak pada pembekakan total biaya , sedangkan jika

persediaan terlalu sedikit akan berdampak pada tidak terpenuhinya

permintaan konsumen.

Oleh karena itu perlu diadakan pengaturan persediaan melalui suatu

rencana pemesanan berdasarkan permintaan konsumen dan data penjualan

yang dimiliki oleh perusahaan dimana salah satu alat yang digunakan adalah

metode Economic Order Quantity (EOQ). Yaitu suatu metode penentuan

jumlah kuantitas barang yang dapat diperoleh oleh biaya minimal, atau sering

dikatakan sebagai jumlah pembelian yang optimal. Dari penjelasan diatas

maka dapat disederhanakan dalam kerangka berfikir seperti pada gambar 1.1
9

Permasalahan:pen Pemecahan Rumusan Masalah :


gendalianpersediaa Masalah: Bagaiman perhitungan
nbarang dagang di persediaan dengan
Basa Toserba Menganalisi metode Economic
laporan stok
Banjaran Order Quantity (EOQ)
Kabupaten Tegal persediaan sebagai pengendalian
masih barang dagang persediaan pada Basa
yang ada di Basa
menggunakan cara Toserba Banjaran
perhitungan Toserba kabupaten Tegal.
tradisional dimana Banjaran.
waktu pembelian Menggunakan
dan jumlah yang metode
harus di beli tidak Economic Order
Quantity (EOQ)
dapat di tentukan Analisis Data :
dengan tepat atau
stock of out ananalisis deskriptif
kuantitatif

Kesimpulan :

Umpan Balik hasil Metode Economic


Order Quantity (EOQ)
Dapat lebih menekan
biaya persediaan
sehingga dapat
dikatakan baik jika
dijadikan sebagai
pengendalian pada
Basa Toserba Banjaran

Gambar 1.1 Kerangka berpikir


10

1.7 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan tugas akhir ini, dibuat sistematika penulisan agar

mudah untuk dipahami dan memberikan gambaran secara umum kepada

pembaca mengenai tugas akhir ini. Sistematika penulisan tugas akhir ini

adalah sebagai berikut :

1. Bagian awal

Bagian awal berisi halaman judul, halaman persetujuan, halaman

pengesahan, halaman pernyataan keaslian Tugas Akhir (TA), halaman

pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah untuk kepentingan

akademis, halaman persembahan, halaman motto, kata pengantar,

intisari/abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan lampiran.

Bagian awal ini berguna untuk memberikan kemudahan kepada pembaca

dalam mencari bagian-bagian penting secara cepat.

2. Bagian isi terdiri dari lima bab, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, kerangka

berpikir dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini berisi tentang persediaan, pengendalian teori

Economic Order Quantity (EOQ).


11

BAB III METODE PENELITIAN

Pada metode bab ini memuat tentang lokasi penelitian (tempat

dan alamat penelitian) waktu penelitian, metode pengumpulan

metode data, jenis dan sumber jenis dan metode analisis data.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Laporan hasil penelitian dan pembahasan penelitian. Tentang

menentukan besarnya EOQ, Menentukan persediaan pengaman

(Safety Stock), Menentukan Besarnya Titik Pesanan Kembali

(Reorder Point).

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi tentang garis besar dari hasil penelitian, serta saran dari

peneliti yang diharapkan dapat berguna bagi Toserba Basa

Banjaran.

DAFTAR PUSTAKA

Daftar pustaka berisi tentang daftar buku, literatur yang

berkaitan dengan penelitian. Lampiran berisi data yang

mendukung tugas akhir secara lengkap.

LAMPIRAN

Lampiran berisi informasi tambahan yang mendukung

kelengkapan laporan, antara lain Surat Keterangan Telah

Melaksanakan Penelitian dari Tempat Penelitian, Kartu

Konsultasi, Spesifikasi teknis serta data-data lain yang

diperlukan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka Atas Persediaan

2.1.1 Pengertian Persediaan

Menurut Assauri (Yuliana 2006)[4], Persediaan merupakan

sejumlah bahan-bahan,part yang disediakan dan bahan-bahan dalam

proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta

barang-barang jadi/produk yang disediakan untuk memenuhi

permintaan dari komponen atau langganan setiap waktu.

Menurut Handoko (Basri 2009)[5], Persediaan (inventory) adalah

“suatu istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumber

daya sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya

terhadap pemenuhan permintaan”. Permintaan tersebut meliputi bahan

mentah, barang jadi maupun produk final (produk jadi).

Menurut Herjanto (Amin,2006)[6], Persediaan adalah barang atau

bahan yang disimpan yang digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu.

Misalnya saja untuk proses produksi, perakitan, untuk dijual kembali

dan sebagai suku cadang dari sebuah mesin.

Persediaan adalah barang-barang yang dimiliki untuk dijual

kembali atau dipergunakan untuk memproduksi barang-barang yang

akan dijual. Persediaan ini akan berubah menjadi harga pokok

12
13

penjualan (cost of good sold) yang merupakan elemen biaya yang

paling besar (Sululing,2016)[7]

2.1.2 Pengertian Persediaan Barang Dagang

Persediaan barang dagang (Merchandise Inventory) adalah barang

yang dimiliki perusahaan untuk dijual kembali. Untuk perusahaan

pabrik, yang termasuk dalam persediaan adalah barang-barang yang

akan digunakan dalam proses produksi selanjutnya. Persediaan dalam

pabrik terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan dalam proses dan

persediaan barang jadi. Sedangkan persediaan (Inventory) merupakan

aset lancar yang penting, terutama pada perusahaan yang menjual

produk, baik perusahaan dagang maupun perusahaan manufaktur

(Ariesty,2016) [8] (Surnedi,2010)[9], Dalam Mengembangkan persediaan

ada dua keputusan untuk mengatur persediaan barang yaitu :

a. Berapa banyak barang atau bahan yang harus dipesan setiap kali

pemesanan?

b. Kapan seharusnya pemesanan dilakukan ?

Dengan asumsi permintaan diketahui dalam memilih kuantitas

para pesanan manager membutuhkan konsentrasi hanya dengan biaya

pemesanan dan biaya penyimpanan, dapat digambarkan dari pesanan

sebagai berikut:
14

Dimana :

TC = Total biaya Pemesanan dan biaya penyimpanan

P = Biaya pemesanan setiap kali pesan

Q = Jumlah unit pesan setiap kali pemesanan dilakukan

D = Permintaan per tahun yang diketahui

C = Biaya penyimpanan untuk satu unit persediaan, dalam satu tahun

Dengan perhitungan ini dapat ditentukan berapa biaya untuk

menyimpan persediaan dalam kuantitas tersebut. Tujuan utama

perusahaan untuk menentukan kuantitas pesanan yang dapat

meminimumkan total biaya, kuantitas pesanan ini disebut dengan

Economic Order Quantity (EOQ). (Apriayi,2017)[10]

Pengertian kuantitas pemesanan ekonomis (EOQ) adalah

kuantitas pemesanan yang dapat meminimalisasikan biaya total

pemesanan dan penyimpanan, untuk menjaga kelancaran proses

produksi tidak cukup hanya ditentukan berapa besar jumlah bahan baku

yang harus dibeli, tetapi juga harus ditentukan kapan bahan baku

tersebut datang tepat waktu yang dibutuhkan, saat dimana dilakukan

pemesanan kembali atau reorder point. Sebelum menentukan reorder

point, yang harus kita ketahui terlebih dahulu adalah waktu tunggu

(lead time) yaitu waktu yang diperlukan untuk menerima pesanan.

(Darmawan,2015)[9]
15

2.1.3 Jenis Persediaan

Menurut Baroto menyatakan bahwa adapun jenis persediaan

diklasifikasikan berdasarkan keadaan tahapan dalam proses produksi.

Atas dasar proses produksi ini, jenis persediaan adalah sebagai berikut:

1. Persediaan Bahan Baku (raw material)

Persediaan ini adalah persediaan bahan mentah yang akan diproses

dalam proses produksi.

2. Persediaan spare part

Persediaan berupa suku cadang (spare-part) yang akan digunakan

dalam proses produksi.

3. Persediaan barang setengah jadi (work-in-process)

Proses yang diadakan sebagai hasil proses produksi tahap pertama

untuk menunjang proses produksi tahap berikutnya, atau dengan

kata lain persediaan barang setengah jadi / barang dalam proses

(work in process / progress stock) adalah persediaan barang yang

dihasilkan pada suatu proses produksi atau tahapan produksi.

Persediaan ini masih perlu diproses lebih lanjut agar menjadi barang

jadi (finished goods)

4. Bahan baku penolong

Bahan baku penolong tersebut penting disediakan sebab tanpa

bahan baku penolong tersebut, proses produksi pasti tidak bisa

jalan.
16

5. Persediaan bahan jadi (finished good stock)

Yakni persediaan barang yang telah selesai diolah atau diproses

dan siap dijual kepada konsumen, termasuk konsumen

akhir.(Salesti, 2014)[11]

Menurut Hansen dan Mowen dalam (Ariesty)[14], Dalam

Mengembangkan persediaan ada dua keputusan untuk mengatur

persediaan barang yaitu:

a. Berapa banyak barang atau bahan yang harus dipesan setiap kali

pemesanan?

b. Kapan seharusnya pemesanan dilakukan ?

Dengan asumsi permintaan diketahui dalam memilih kuantitas

para pesanan manager membutuhkan konsentrasi hanya dengan

biaya pemesanan dan biaya penyimpanan, dapat digambarkan

dari pesanan sebagai berikut:

Dimana :

TC = Total biaya Pemesanan dan biaya penyimpanan

P = Biaya pemesanan setiap kali pesan

Q = Jumlah unit pesan setiap kali pemesanan dilakukan

D = Permintaan per tahun yang diketahui

C = Biaya penyimpanan untuk satu unit persediaan, dalam satu

tahun
17

Perhitungan ini dapat ditentukan berapa biaya untuk

menyimpan persediaan dalam kuantitas tersebut. Tujuan utama

perusahaan untuk menentukan kuantitas pesanan yang dapat

meminimumkan total biaya, kuantitas pesanan ini disebut dengan

Economic Order Quantity (EOQ). (Sakkung, 2011)[15]

Pengertian kuantitas pemesanan ekonomis (EOQ) adalah

kuantitas pemesanan yang dapat meminimalisasikan biaya total

pemesanan dan penyimpanan, untuk menjaga kelancaran proses

produksi tidak cukup hanya ditentukan berapa besar jumlah bahan

baku yang harus dibeli, tetapi juga harus ditentukan kapan bahan

baku tersebut datang tepat waktu yang dibutuhkan, saat di mana

dilakukan pemesanan kembali atau reorder point. Sebelum

menentukan reorder point, yang harus kita ketahui terlebih dahulu

adalah waktu tunggu (lead time) yaitu waktu yang diperlukan untuk

menerima pesanan. (Sakkung,2011)[15]

2.1.4 Sistem Pencatatan Persediaan

Ada dua sistem akuntansi yang utama untuk pembelian dan penjualan

barang dagang yaitu :

a. Sistem Periodik

Pada sistem periodik, persediaan barang dagang tidak diikuti

mutasi masuk keluarnya barang, sehingga besarnya persediaan

barang dapat diketahui dengan cara perhitungan fisik di gudang.

Oleh karena itu, sistem periodik sering disebut dengan sistem fisik.
18

Pendapatan dari penjualan barang dagang dicatat pada waktu

penjualan dilakukan, tetapi biaya pokok atas barang yang terjual

tidak dicatat pada saat yang sama.

b. Sistem Perpetual

Dalam proses perpetual, baik jumlah penjualan maupun biaya

pokok penjualan akan dicatat pada setiap penjualan. Cara demikian

dapat dilakukan karena informasi tentang persediaan diikuti mutasi

masuk-keluarnya, dalam sebuah buku pembantu persediaan.

Sehingga harga pokok barang yang terjual dapat diketahui setiap

saat. (Sakkung, 2011)[15]

2.1.5 Metode Penilaian Persediaan

Harga perolehan adalah harga beli ditambah dengan biaya-biaya

lain sampai barang siap digunakan atau dimanfaatkan. Dalam suatu

periode akuntansi bisa jadi satu barang dapat dibeli beberapa kali

dengan harga yang berbeda-beda. Pertanyaannya adalah harga mana

yang harus digunakan untuk menilai persediaan.

Idealnya, identifikasi secara khusus terhadap barang yang terjual

dan barang yang belum terjual merupakan cara terbaik. Namun cara ini

terlalu mahal dan sangat sulit untuk diterapkan pada kebanyakan jenis

barang. Sebagai akibatnya, asumsi arus biaya menjadi alternatif baik.

Perlu disadari bahwa arus biaya tidak identik dengan arus fisik barang.
19

Beberapa metode penentuan persediaan baik berdasarkan arus

fisik sesungguhnya maupun asumsi arus biaya yang dapat dipilih

meliputi (Sakkung, 2011)[15] :

1. Metode Identifikasi Khusus

Metode ini merupakan satu-satunya metode yang benar-benar

mengikuti aliran fisik barang, sehingga menghasilkan nilai

persediaan yang sebenarnya. Metode ini hanya sesuai yang dipakai

perusahaan dengan jenis persediaan yang tidak terlalu banyak dan

dapat diidentifikasi secara mudah antara unit dan harganya.

2. Metode FIFO (First In First Out)

Metode ini mengasumsikan bahwa persediaan yang dibeli

paling awal akan dibebankan terlebih dahulu. Sehingga persediaan

yang ada pada akhir periode menunjukan perolehan yang paling

akhir.

3. Metode LIFO (Last In First Out)

Metode ini mengasumsikan bahwa persediaan yang dibeli

paling akhir akan dibebankan terlebih dahulu. Sehingga persediaan

yang ada pada akhir periode menunjukan perolehan yang paling

awal.

4. Metode rata-rata (Average)

Metode ini, barang dibebani dengan biaya rata-rata dari

persediaan atau pembelian pertama. Setiap kali pembelian baru

harus dihitung rata-rata bergerak. Barang terjual setelah pembelian


20

baru. Unit persediaan akhir dinilai dengan biaya rata-rata yang

dihitung setelah pembelian terakhir.

2.1.6 Pentingnya Persediaan

Menurut Herry Herjanto dalam (Anggriana, 2005)[16] menyatakan

ada 6 fungsi penting yang dikandung oleh persediaan dalam memenuhi

kebutuhan perusahaan, antara lain :

1. Menghilangkan resiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau

barang yang dibutuhkan perusahaan.

2. Menghilangkan resiko jika material yang dipesan tidak baik

sehingga harus dikembalikan.

3. Menghilangkan resiko terhadap kenaikan harga barang atau inflasi.

4. Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman

sehingga perusahaan tidak akan mengalami kesulitan bila bahan

tersebut tidak tersedia di pasaran.

5. Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan potongan

kuantitas (quantity discounts)

6. Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan tersedianya

barang yang diperlukan

Penentuan besarnya persediaan merupakan hal yang penting bagi

perusahaan karena mempunyai pengaruh langsung terhadap

keseluruhan biaya proses produksi. Pada pembelian persediaan dalam

jumlah besar akan mengakibatkan persediaan menganggur sebelum

memasuki proses produksi yang berarti perusahaan tidak akan


21

kekurangan persediaan yang akan menyebabkan perusahaan tidak

berproduksi secara optimal yang akhirnya berdampak pada keuntungan

yang diperoleh perusahan. Dan juga banyaknya persediaan yang

menganggur akan mampu menangkal inflasi yang menyebabkan

tingginya harga beli persediaan dan juga akan diperoleh keuntungan

atas potongan karena pembelian dalam jumlah besar. Persediaan yang

terlalu banyak dapat menyebabkan peningkatan biaya penyimpanan dan

biaya perawatan pada perusahaan. Hal ini dapat mengurangi efisiensi

biaya perusahaan. Selain itu persediaan yang terlalu banyak akan

meningkatkan resiko kerusakan persediaan. Pada beberapa bahan baku

yang memiliki periode kadaluarsa yang singkat, persediaan yang

banyak yang tidak segera diolah dalam proses produksi akan

menyebabkan bahan tersebut rusak/cacat. Persediaan yang rusak/cacat

tidak dapat dipergunakan dalam proses produksi. Jika dipaksakan,

penggunaan persediaan yang buruk dapat mengurangi kualitas hasil

produksi.

Sebaliknya, jika persediaan kurang, tidak mencukupi atau bahkan

kosong sama sekali, juga akan sangat mempengaruhi proses produksi.

Persediaan yang buruk akan mempengaruhi kelancaran jalannya proses

produksi. Terhambatnya proses produksi dapat menyebabkan

terganggunya pasokan produk kepada konsumennya, dan bahkan dapat

menyebabkan tidak sanggupnya perusahaan untuk memenuhi

permintaan pelanggan. Gagalnya kemampuan perusahaan untuk


22

mempertahankan pasokan produksinya dapat menyebabkan pelanggan

beralih kepada produk pesaing. Oleh karena itu perusahaan harus

mampu menetapkan sistem pengendalian persediaan yang tepat,

sehingga dapat mengendalikan bahan baku dengan baik, untuk

meminimalisir kerugian-kerugian yang akan terjadi.

Menurut Supriyono (Aggriana, 2005)[16], alasan persediaan

diperlukan atau penting dapat digolongkan menjadi 3 alasan pokok,

yaitu:

1. Menyeimbangkan kedua perangkat biaya sehingga biaya total untuk

pemesanan dan penyimpanan dapat diminimalisasikan

2. Menghadapi ketidakpastian permintaan

3. Memanfaatkan potongan harga dan menghindari kenaikan harga

yang diperkirakan.

2.1.7 Biaya dalam Persediaan

Menurut Herry Herjanto dalam (Anggriana, 2005)[16], dalam

menentukan keputusan persediaan terdapat biaya yang dikaitkan dengan

keputusan persediaan, yaitu :

1. Biaya Pemesanan (Ordering Cost)

Biaya pemesanan adalah biaya yang dikeluarkan sehubungan

dengan kegiatan pemesanan bahan / barang, sejak dari penempatan

pemesanan sampai tersedianya barang di gudang. Biaya pemesanan

ini meliputi semua biaya yang dikeluarkan dalam rangka

mengadakan pemesanan barang tersebut, yang dapat mencakup


23

biaya administrasi dan penempatan order, biaya pemilihan pemasok,

biaya pengangkutan dan bongkar muat, biaya penerimaan dan biaya

pemeriksaan barang.

2. Biaya Penyimpanan (Carrying Cost)

Merupakan biaya yang dikeluarkan berkaitan dengan

diadakannya persediaan barang. Yang termasuk dalam biaya ini

antara lain biaya sewa gudang, biaya administrasi pergudangan, gaji

pelaksana pergudangan, biaya listrik, biaya modal yang tertanam

dalam persediaan, asuransi, dan biaya kerusakan, kehilangan, atau

penyusutan barang selama dalam penyimpanan. Biaya modal

biasanya merupakan komponen biaya penyimpanan yang terbesar,

baik itu berupa biaya bunga kalau modalnya berasal dari pinjaman,

atau biaya oportunitas apabila modalnya milik sendiri.

Biaya penyimpanan dapat dinyatakan dalam dua bentuk, yaitu

sebagai persentase dari harga barang, atau dalam bentuk rupiah per

unit barang. Semakin besar bahan baku yang disimpan, maka akan

semakin besar pula biaya penyimpanan.

3. Biaya Kekurangan Persediaan (StockOut Cost)

Adalah biaya yang timbul sebagai akibat tidak tersedianya

barang pada waktu yang diperlukan. Biaya – biaya yang termasuk

dalam biaya ini adalah semua biaya kesempatan yang timbul karena

terhentinya proses produksi sebagai akibat tidak adanya bahan yang


24

diproses, biaya administrasi tambahan, biaya tertundanya

penerimaan keuntungan, dan bahkan biaya kehilangan pelanggan.

2.2 Tinjauan Atas Pengendalian Persediaan

2.2.1 Pengertian Pengendalian Persediaan

Menurut Solihin (2009)[8] pengendalian meurupakan proses

monitoring terhadap berbagai aktivitas yang dilakukan sumber daya

organisasi untuk memastikan bahwa aktivitas yang dilakukan untuk

memperbaiki penyimpangan yang terjadi. Assauri (2016) didalam

bukunya menyatakan bahwa pengendalian persediaan adalah salah satu

kegiatan dari urutan kegiatan-kegiatan yang berurutan erat satu sama

lain dalam seluruh operasi produksi perusahaan tersebut sesuai dengan

apa yang telah direncanakan lebih dahulu baik waktu, jumlah, kuantitas

maupun biayanya. (dalam Unsulangi Harly I., dkk. 2015)[2]

Menurut Nilwan (2011) pengertian pengendalian persediaan

adalah pengawasan persediaan dapatlah dikatakan sebagai suatu

kegiatan untuk menentukan tingkat dan komposisi dari persediaan

bahan baku dan barang hasil atau produksi, sehingga perusahaan bisa

melindungi kelancaran produksi dan penjualan serta kebutuhan-

kebutuhan pembelanjaan perusahaan dengan efektif dan efisien. Untuk

dapat mengatur persediaan pada suatu tingkat yang optimum, maka

diperlukan suatu system pengawasan persediaan. (dalam Saraswati,

2018)[3]
25

Menurut Render (2005) pengendalian persediaan merupakan

pencatatan persediaan yang harus diverifikasi melalui sebuah audit

yang berkelanjutan. Audit seperti ini dikenal dengan perhitungan

berkala (Cycle Counting). Dengan perhitungan berkala barang dihitung,

catatan diverifikasi dan ketidakakuratan yang ditemukan

didokumentasikan secara periodik. Penyebab ketidakakuratan dicari dan

tindakan perbaikan diambil untuk memastikan integritas persediaan.

(dalam Sulaiman dan Nanda 2015)[12].

2.2.2 Tujuan Pengendaliaan Persediaan

Menurut Ristono (2013:4) tujuan dilakukannya pengendalian

persediaan (dalam Lahu dan Sumarauw Jacky S.B, 2017)[13]

1. Dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan konsumen

dengancepat (memuaskan konsumen).

2. Menjaga kontinuitas produksi atau menjaga agar perusahaan tidak

mengalami kehabisan persediaan yang mengakibatkan terhentinya

proses produksi, hal ini dikarenakan:

a. Kemungkinan barang (bahan baku dan penolong) menjadi

langka sehingga sulit diperoleh.

b. Kemungkinan supplier terlambat mengirimkan barang yang

dipesan.

3. Mempertahankan dan bila mungkin meningkatkan penjualan dan

laba perusahaan.
26

2.2.3 Fungsi Pengendalian Persediaan

Menurut Simamora (2002:6) “fungsi pengendalian merupakan

proses memastikan bahwa hasil sesuai dengan rencana semula.” (dalam

Saraswati, (2018)[3] Dalam menyelenggarakan fungsi pengendalian,

manajer mengambil langkah penting dalam rangka memastikan bahwa

setiap bagian organisasi mengikuti rencana yang sudah di gariskan pada

tahap perencanaan. Untuk melakukan hal ini, manajer mencermati

laporan akuntansi dan laporan lainnya, kemudian membandingkan

dengan rencana yang sudah disusun sebelumnya. Perbandingan ini

dapat menunjukan kegiatan usaha tidak berjalan secara efektif.

2.3 Tinjauan Pustaka Atas EOQ

2.3.1 Pengertian Economic Order Quantity

Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2010 : 92) mengatakan

bahwa model kuantitas pesanan ekonomis (Economic Order Quantity)

adalah salah satu teknik kontrol persediaan yang meminimalkan biaya

total dari pemesanan dan penyimpanan. (dalam Lahu dan Sumarauw

Jacky S.B, (2017)[13]

Menurut Heizer & Render (2011) model ini terdapat beberapa

asumsi. (dalam Hudzaifah dan Marbun, 2015)[14]

1. Permintaan telah diketahui, barang memiliki harga yang konstan

atau tetap, dan memiliki keputusan yang independen terhadap

barang lainnya.
27

2. Lead time - jeda waktu antara penempatan dan penerimaan pesanan

telah diketahui dan konstan.

3. Penerimaan persediaan seketika dan lengkap. Dengan kata lain,

urutan penerimaan persediaan sesuai dengan yang dipesan dan pada

satu waktu.

4. Pengurangan kuantitas tidak diterima.

5. Satu-satunya variabel biaya adalah biaya pemasangan atau biaya

penempatan pesanan (setup or ordering cost) dan biaya

penyimpanan dari waktu ke waktu (holding or carrying cost).

6. Kekurangan persediaan bisa dihindari jika pemesanan ditempatkan

pada waktu yang tepat.

Perhitungan EOQ dapat dihitung dengan rumus:

2.𝐷.𝑆
EOQ = √ 𝐻

Keterangan:

D = Jumlah kebutuhan barang dalam satu periode

S = Biaya pemesanan setiap kali pesan (Rp)

H = Biaya penyimpanan (Rp)

2.3.2 Frekuensi Pembelian

Menurut Nilwan (2011) untuk menentukan frekuensi pembelian

barang dagangan yang paling menguntungkan dapat dilakukan dengan


28

membagi kebutuhan barang dagangan selama satu periode dengan

pembelian barang dagangan yang optimal. (dalam Saraswati, 2018) [3]

Perhitung Frekuensi pembelian dihitung dengan rumus:

𝐷
Fr = 𝐸𝑂𝑄

Keterangan:

D = Jumlah kebutuhan barang dalam satu periode

EOQ = Jumlah pembelian optimal yang ekonomis

2.3.3 Persediaan Pengamanan(safety stock)

Menurut Martono, (2002:85) Safety stock adalah persedian

minimal (persediaan bersih) yang ada dalam perusahaan. Persediaan

bersih ini merupakan persediaan yang di maksudkan untuk berjaga-jaga

apabila perusahaan kekurangan barang atau keterlambatan bahan yang

dipesan. (dalam Wahyudi, 2015)[10]

Menurut Robyanto dan Dewi (2013) dalam Saraswati (2018) [3]

dirumuskansebagai berikut:

SS = Rata – rata keterlambatan barang xKebutuhangjbarang


dagang perhari
29

2.3.4 Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point)

Jay Heizer dan Barry Render (2010 : 99) mengemukakan titik

pemesanan ulang (reorder point) yaitu tingkat persediaan dimana ketika

persediaan mencapai tingkat tersebut, pemesanan harus dilakukan.

(dalam Lahu dan Sumarauw 2017)[9]

Rumus untuk menentukan ROP adalah sebagai berikut:

ROP = d x L

Keterangan:

d = Permintaan per hari

L = Waktu tunggu pesanan baru dalam hari

2.3.5 Penentuan Persediaan Maksimum (Maximum Inventory)

Menurut Simbar (2014) persediaan maksimum diperlukan oleh

perusahaan agar jumlah persediaan yang ada digudang tidak berlebihan

sehingga tidak terjadi pemborosan modal kerja (dalam Saraswati,

2018)[3].

Menurut Robyanto dan Dewi (2013) dalam Saraswati (2018) 32]

adapun untuk mengetahui besarnya persediaan maksimum dapat

digunakan rumus:

Maximum Inventory (MI) = SS + EOQ

Keterangan:
30

SS = Persediaan Pengamanan

EOQ = Kuantitas Pemesanan atau Pembelian Ekonomis

2.3.6 Total Biaya Persediaan (Total Inventory Cost)

Menurut Heizer dan Render (2011:568-569) didalam bukunya

menyatakan bahwa perhitungan mengenai total biaya persediaan bahan

baku (dalam Unsulangi Harly I., dkk. 2015)[2]adalah antara lain sebagai

berikut dibawah ini:

D
TIC = (Q∗.S) +
Q∗
( 2 . H)
Keterangan:

Q* = Jumlah barang setiap pemesanan

D = permintaan tahunan barang persediaan, dalam unit

S = biaya pemesanan untuk setiap pemesanan

H = biaya penyimpanan unit per tahun.

2.3.7 Efesiensi Biaya

Menurut Robyanto dan Dewi (2013) menghitung efesiensi biaya

persediaan yang dicapai sebelum dan sesudah diadakannya analisis

persediaan yang efektif. (dalam Saraswati, 2018)[2]

Efisiensi biaya = TIC sebelum EOQ – TIC setelah EOQ

Keterangan:

TIC = Total biaya persediaan


31

EOQ = Jumlah pembelian yang ekonomi

2.3.8 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam

melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang

digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Namun penulis

mengangkat beberapa penelitian sebagai referensi dalam memperkaya

bahan kajian pada peneliti penulis. Berikut merupakan penelitian

terdahulu berupa beberapa jurnal terkait dengan penelitian yang

dilakukan penulis.

2.4 Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan acuan peneliti ini, peneliti melampirkan beberapa

penelitian terdahulu yang relevan dengan masalah yang sesuai dengan judul

penelitian ini sebagai berikut :

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Nama dan Tujuan Peneliti Metode Hasil


Jurnal Peneliti Peneliti
Analisis Mempertahankan Metode Pengakuan persediaan
Perlakuan perlakuan akutansi Deskriptif yang diterapkan
akuntansi persediaan yang perusahaan adalah FOB
Atas telah sesuai Shiping point dimana
Persediaan dengan pernyataan tanggung jawab penjual
Pada Perum standar akutansi terhadap barang yang ia
Bulog Drive keuangan No. 14 jual akan selesai ditempat
Sulut penjualan berlangsung
32

Garantalo
Analisis untuk mengetahui Deskriptif usaha ini memiliki 11
Pengendaliaan persediaan bahan kualitatif orang tenaga kerja dan bila
Persediaan baku pada industri bnayak pesanan maka
Bahan Baku mebel didesa tenaga kerja bisa sampai
Pada Industri leilem 20 orang. Produk yang
desa Leilem dihasilkan seperti
mabel,kosen,pintu,jendela
dan proyek sekolah
Analisis meminimalkan EOQ Hasil dari algoritma
Pengendalian biaya persediaan dengan genetika dapat
Persediaan diperlukan Algoritma meminumkan EOQ hal ini
produk perencanaan yang Gennetika dibuktikan dengan
dengan baik dalam dilakukan validasi
metode EOQ mengotimalkan terhadap model algoritma
menggunakan jumlah barang genetika.
algoritma yang harus dipesan
genetika
untuk
mengefesiensi
biaya
persediaan
Penerapan Memperbaiki metode Aplikasi sistem informasi
Metode FIFO sistem FIFO persediaan barang dengan
Persediaan pengendalian menerapkan metode FIFO
Barang internal dalam inin dapata mempermudah
prosedur dan mempercepat kinerja
pembelian dan petugas bagian gudang.
pengolahan
persediaan.
33

Sistem mencari hasil yang Metode Bahwa EOQ dan algoritma


Pengontrolan optimal untuk EOQ genetika dapat
Persediaan perusahaan memberikan hasil yang
barang optimal bagi perusahaan
dengan
metode EOQ
dengan
menggunakan
Algoritma
Genetika
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini bertempat pada Toserba Basa Banjaran yang

beralamat di JL RAYA TEMBOK-BANJARAN NO 49 KABUPATEN

TEGAL

3.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan, terhitung dari bulan februari -

juni 2020.

3.3 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Data Kualitatif
[19]
Data kualitatif menurut Suliyanto (2005:134) yaitu data dalam bentuk

kata-kata atau bukan bentuk angka. Data ini biasanya menjelaskan

karakteristik atau sifat. Data kualitatif pada penelitian ini adalah sejarah

berdirinya, struktur organisasi, dan uraian tugas masing-masing bagian

pada Basa Toserba Banjaran.

2. Data Kuantitatif
[19]
Data kuantitatif menurut Suliyanto (2005:135) yaitu data yang

dinyatakan dalam bentuk angka dan merupakan hasil dari perhitungan

dan pengukuran. Data kuantitatif ini berupa data persediaan dan

penjualan hydration serum tahun 2019 pada Makeover Basa Toserba

Banjaran

34
35

3.4 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Data Primer
[19]
Data Primer menurut Suliyanto (2005:131) merupakan data yang

dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama. Data

primer yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, hasil observasi dan

wawancara langsung dengan pihak perusahaan bagian logistik Basa

Toserba Banjaran terkait persediaan barang dan pengendalian persediaan

pada Basa Toserba Banjaran Kabupaten Tegal.

2. Data Sekunder
[19]
Data sekunder menurut Suliyanto (2005:132) merupakan data

yang diterbitkan atau digunakan oleh organisasi yang bukan pengolahnya.

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi

kepustakaan yang diperoleh dari buku- buku, karya ilmiah, pendapat para

ahli yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data-data atau keterangan yang diperlukan dalam

penelitian ini, maka metode penelitian yang digunakan penulis ialah sebagai

berikut :

1. Observasi
[20]
Observasi menurut Sugiyono (2014: 145) yaitu teknik

pengumpulan data yang berkaitan dengan perilaku manusia, proses

kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu
36

besar. Observasi dalam penelitian ini dilakukan secara langsung pada

instansi dengan mengumpulkan data yang berkaitan dengan penyusunan

tugas akhir ini.

2. Wawancara

Wawancara menurut Sugiyono (2004 : 137)[20] yaitu teknik

pengambilan data dimana peneliti langsung berdialog dengan responden

untuk menggali informasi dari responden. Dalam penelitian ini penulis

melakukan tanya jawab secara langsung dengan pihak yang terkait dalam

penyusunan penelitian tugas akhir ini.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah penelitian yang dilakukan dengan cara menelaah

atas dokumen-dokumen yang terkait. pengumpulan data dan informasi

melalui buku-buku,jurnal,internet.

4. Studi Pustaka

Studi Pustaka menurut Sugiyono (2012:291)[20] merupakan kajian

teoritis dan referensi lain yang berkaitan dengan nilai, budaya dan norma

yang berkembang pada situasi sosial yang diteliti.Studi kepustakaan sangat

penting dalam melakukan penelitian, hal ini yang dapat menunjang dalam

penyusunan Tugas Akhir.

3.6 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif kuantitatif. Metode deskriptif kuantitatif adalah metode

yang bersifat penjelasan dan keterangan dalam bentuk angka-angka dan tabel
37

yang mendeskripsikan kembali apa yang diperoleh di lapangan dalam bentuk

paparan statistik, sehingga peneliti hanya menggambarkan seluruh peristiwa

yang terjadi di lapangan dalam bentuk kuantitatif (angka) saja.

Adapun langkah-langkah analisis deskriptif kuantitatif yang dilakukan:

1. Economic Order Quantity (EOQ)

Rumus yang digunakan dalam perhitungan EOQ ini adalah:

2.𝐷.𝑆
EOQ = √ 𝐻

Keterangan:

D = Jumlah kebutuhan barang dalam satu periode

S = Biaya pemesanan setiap kali pesan (Rp)

H = Biaya penyimpanan (Rp)

2. Frekuensi Pembelian

Rumus yang digunakan untuk menghitung Frekuensi Pembelian ini

adalah :

𝐷
Fr = 𝐸𝑂𝑄

Keterangan:

D = Jumlah kebutuhan barang dalam satu periode

EOQ= Jumlah pembelian optimal yang ekonomis


38

3. Persediaan Pengamanan (safety stock)

Persediaan Pengamanan (safety stock) dirumuskan sebagai berikut:

Safety Stock = Rata – rata keterlambatan barang x


Kebutuhanbarang dagang perhari

4. Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point)

Rumus untuk menentukan ROP adalah sebagai berikut :

ROP = d x L

Keterangan:

d = Permintaan per hari

L = Waktu tunggu pesanan baru dalam hari

5. Penentuan Persediaan Maksimum (Maximum Inventory)

Rumus untuk mengetahui besarnya persediaan maksimum adalah sebagai

berikut:

Maximum Inventory (MI) = SS + EOQ

Keterangan:

SS = Persediaan Pengamanan

EOQ= Kuantitas Pemesanan atau Pembelian Ekonomis


39

6. Total Biaya Persediaan (Total Inventory Cost)

Rumus untuk menghitung total biaya persediaan adalah sebagai berikut:

D
TIC = (Q∗.S) +
Q∗
( 2 . H)

Keterangan:

Q* = Jumlah barang setiap pemesanan

D = permintaan tahunan barang persediaan, dalam unit

S = biaya pemesanan untuk setiap pemesanan

H = biaya penyimpanan per-unit per-tahun.

7. Efesiensi Biaya

Rumus untuk menghitung efesiensi biaya adalah sebagai berikut:

Efisiensi biaya = TIC sebelum EOQ – TIC setelah EOQ

Keterangan:

TIC = Total biaya persediaan

EOQ = Jumlah pembelian yang ekonomi


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Data

Berdasarkan hasil penelitian di Toserba Basa Banjaran Kabupaten

Tegal tentang analisis pengendalian persediaan maka diperoleh data sebagai

berikut:

4.1.1 Deskripsi Data Persediaan Barang

Persediaan dagang periode 2019 disajiakan pada tabel berikut ini :

Tabel 4.1 Persediaan barang dagang dan pembelian barang dagang periode 2019

Total
Banyaknya Jumlah
Bulan Total Jumlah persediaan
Pemesanan Pembelian Penjualan SO
150
Januari 2 kali 150 200
150 300
150
Februari 3 kali 100 400 432 168
150
100
Maret 3 kali 200 500 548 120
200
200
April 2 kali 350 290 180
150
200
Mei 2 kali 300 250
100 230
Juni 1 kali 50 50 135 165
100
Juli 3 kali 50 250 290 125
100
100
150
Agustus 4 kali 550 525 150
100
200
September 1 kali 200 200 50 300

40
41

100
Oktober 3 kali 150 350 490 160
100
200
November 2 kali 400 400 160
200
Desember 1kali 50 50 30 180
Total 28 3.700 3.570 2158
Rata -rata
/bln 308.3 129,38
Rata-rata
/hari 10,277 5,994
Sumber : Data Sekunder yang diolah (2019)

Dari tabel diatas terlihat bahwa frekuensi pembelian periode 2019

yaitu 28 kali pemesanan dengan total kuantitas pembelian barang

dagang sebanyak 3.700 pcs.

4.1.2 Hasil Perhitungan Biaya Penyimpanan Barang

Berdasarkan observasi di Basa Toserba Banjaran Kabupaten

Tegal biayanya meliputi biaya listrik, biaya satpam, biaya depresiasi

gudang dan biaya simpan persatuan barang dagang.komponen biayanya

adalah sebagai berikut.

Tabel 4.2 Komponen Biaya Penyimpanan

Biaya Penyimpanan Total


Biaya Listrik Pertahun 1.000.000
Biaya Satpam pertahun 24.000.000
Biaya Depresiasi Gudang 10.000.000
Total biaya Simpan
35.000.000
Pertahun
Total biaya simpan
1.000
persatuan barang dagang
42

4.1.3 Hasil Perhitungan Biaya Pemesanan

Berdasarkan observasi di basa Toserba Banjaran Kabupaten Tegal

Biaya Penyimpanan meliputi biaya telepon, dan biaya bongkar muat,

perhitungan biaya pemesanannya adalah sebagai berikut.

Tabel 4.3 Komponen Biaya Pemsanan

Biaya Pemesanan Total


Biaya Telepon per Tahun 128.000
Biaya Bongkar Muat per Tahun 925.000
Total Biaya Pemesanan per Tahun 1.053.000
Total Biaya Peme Setiap Kali Pesan 37.607

4.1.4 Hasil Perhitungan Total Biaya Persediaan Menurut Kebijakan

Perusahaan

Menurut kebijakan perusahaan perhitungan total biaya persediaan

adalah sebagai berikut.

TICperhitunagan biaya total perusahaan yang bertujuan

membuktikan bahwa dengan terdapatnya jumlah pembelian barang

dagang yang optimal

Jumlah kebutuhan barang dalam satu periode (3.900)

Biaya Pemesenan setiap kali pesan (37.607)

Biaya penyimpanan (1000)

Frekuensi Pembelian (28)

TIC = ( Jumlah kebutuhan barang x Biaya Penyimpanan )

(Biaya pemesanan x Frekunsi Pembelian)


43

= (3.900x 1000) + (37.607 x 28)

=(3.900.00) + (1.052.996)

= 4.952.996

4.1.5 Metode EOQ

Metode EOQ Memungkinkan perusahaan untuk menentukan

jumlah kuantitas pesanan barang dagang yang paling ekonomis dengan

jumlah permintaan dan lead time yang konstan.

D = Jumlah kebutuhan barang dalam satu periode (3.900)

S = Biaya Pemesanan setiap kali pesan (37.607)

H= Biaya penyimpan (1000)

Berdasarkan data diatas, maka perhitungan EOQ sebagai

berikut.

2.𝐷.𝑆
EOQ= √ 𝐻

2 x 3.900x37.607
=√ 1.000

293.334.600
=√ 1.000

= 171

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan metode EOQ

dapat dilihat bahwa perusahaan seharusnya melakukan pemesanan


44

sebanyak 171 pcs setiap kali pesan. Jadi dalam satu tahun sebanyak

2.052 pcs

4.1.6 Frekuensi Pembelian

Untuk menentukan frekuensi pemesanan/pembelian barang

dagang yang paling menguntungkan dapat dihitung menggunakan

rumus berikut.

𝐷
Fr =
𝐸𝑂𝑄

Keterangan:

D = Jumlah kebutuhan barang dalam satu periode

EOQ = Jumlah pembelian optimal yang ekonomis

3.900
Fr =
171

Fr = 22 kali pembelian

Frekuensi pembelian barang dagang hydration serum berdasarkan

metode EOQ lebih sedikit bila dibandingkan dengan frekuensi pesanan

yang dilakukan oleh perusahaan. Frekuensi pesanan barang dagang

dengan metode perusahaan dilakukan 28 kali, sedangkan frekuensi

pemesanan barang dagang dengan metode EOQ dilakukan 22 kali

pemesanan.

4.1.7 Persediaan Pengaman (Safety Stock)

Untuk menghitung persediaan pengaman digunakan data sebagai

berikut :
45

1. Rata-rata keterlambatan dilakukan pemesanan adalah 2 hari.

2. Jumlah hari kerja selama periode adalah 296 hari

3700
Kebutuhan barang dagang hydration serum = =12 pcs
296

Dengan demikian perhitungan persediaan pengaman sebagai berikut

SS = 2x12

SS= 24pcs

Berdasarkan perhitungan diatas untuk memenuhi kebutuhan waktu

tunggu Lead time selama 2 hari perusahaan membutuhkan persediaan

barang dagang pengaman sebanyak 24 pcs.

4.1.8 Titik Pemesanan Kembali (Reorder point)

Untuk menentukan titik pemesanan kembali dapat dihitung

dengan menggunakan rumus berikut.

ROP = d x L

Keterangan :

ROP = Titik pemesanan kembali

D = Permintaan perhari

L = Wktu tunggu pesanan baru dalam hari

Perhitungan reorder pointadalah sebagai berikut.

ROP = d x L

ROP = 24x 22

ROP =528
46

Perusahaan melakukan pemesanan kembali pada saat persediaan

hydration serum hampir habis. Sedangkan berdasarkan analisis bahan

baku yang efesien, perusahaan harus mengadakan pemesanan kembali

pada saat pemesanan hydration serum sebanyak 528 pcs.

4.1.9 Penentuan Persediaan Maxsimum (Maximum investory )

Dengan menggunakan barang dagangan dengan ekonomis

perhitungan persediaan maxsimum yang harus dipertahankan oleh

perusahaan. Tujuan diadakan perhitungan maxsimum yaitu

menghindari terjadinya persediaan yang berlebihan, sehingga

menimbulkan persediaan yang tinggi.

Untuk menentukan persediaan maxsimum digunakan rumus

berikut.

Maximum Inventory (MI) = SS + EOQ

Keterangan :

SS = Persediaan Pengaman

EOQ = Kuantitas Pemesanan atau Pembelian Ekonomis

Maximum Inventory (MI) = 24+171

=195

Perhitungan persediaan maksimum pada Basa Toserba Banjaran

tidak ditentukan. Sedangkan berdasarkan analisis barang dagang yang

efesien, maka jumlah persediaan maksimum yang sebaiknya


47

dipertahankan perusahaan perhari sebesar 195 pcs, dengan tidak

melakukan pengadaan barang dagang yang berlebihan perusahaan dapat

mengurangi biaya penyimpanan dan perusahaan dapat mengurangi

biaya penyimpanan dan perusahaan dapat mengalokasikan dana atau

modalnya untuk keperluan lainnya.

4.1.10 Total Biaya Persediaan

Total biaya persediaan dapat dihitung menggunakan rumus

sebagai berikut.

D Q∗
TIC = (Q∗.S) + ( 2 . H)

Keterangan:

Q* = Jumlah barang setiap pemesanan

D = permintaan tahunan barang persediaan, dalam unit

S = biaya pemesanan untuk setiap pemesanan

Perhitungan total biaya persediaan adalah sebagai berikut

3.900 171
TIC = ( x 37.607) + ( x 1.000)
171 2

TIC = 857.703 + 85.500

TIC = 943.203

Berdasarkan perhitungan diatas dapat diketahui dengan analisis

persediaan barang dagang yang efektif, maka total biaya persediaan


48

barang dagang yang harus ditanggung oleh perusahaan selama setahun

sebesar Rp 943.203. dari hasil analisis total biaya persediaan barang

dagang diatas, Basa banjaran dapat melakukan efesiensi terhadap biaya-

biaya persediaan sehingga perusahaan dapat mengalokasikannya

anggaran persediaan yang berlebih untuk keperluan lainnya lebih

menguntungkan.

4.1.11 Efesiensi Biaya

Perhitungan efisiensi biaya adalah sebagai berikut.

Efesiensi Biaya = TIC sebelum EOQ – TIC sesudah EOQ

= 4.952.996- 171.000

=4.781.996

Berdasarkan tingkat Efesiensi biaya persediaan barang dagang

pada perusahaan dapat diketahuidenganmembandingkan jumlah biaya

persediaan barang dagang hydration serum yang dikeluarkan oleh

perusahaan Rp 4.952.992 dengan jumlah biaya persediaaan setelah

dilakukan analisis efesiensi persediaaan sebesar 117.000 maka tingkat

efesiensi yang diperoleh setelah dilakukan analisis ditunjukan oleh

adanya penurunan biaya persediaan sebesar Rp 4.718.996

4.2 Pembahasan

Dari hasil perolehan yang di dapat, maka dapat dilihat perbandingan

persediaan barang dagang antara kebijakan perusahaan dengan menggunakan

metode EOQ. Adapun tabel perbandingan tersebut adalah sebagai berikut :


49

Tabel 4.4 Perbandingan biaya total persediaan Berdasarkan kebijakan perusahaan


dan metode EOQ

NO Keterangan Kebijakan Metode Selisih


Perusahaan EOQ
Pemesanan
Barang
1 4.952 2.052 2.052
Dagang
Optimal
Frekuensi
2 Pesanan 28 22 6
optimal
Persediaan
3 Tidak Ada
Pengamn 24 -
Barang
Pesanan
4 Hampir 528
Kembali
Habis -
Penentuan
5 Persediaan Tidak Ada 195 -
Maxsimum
Total
6 Biaya 4.980 2.821 2.159
Persediaan

Dari data tabel diatas dapat diketahui perolehan total persediaan yang

dilakukan dengan metode EOQ sebesar 2.052 pcs dengan frekuensi

pembelian sebanyak 24 kali. Jumlah ini lebih kecil dibandingkan dengan total

sisa persediaan yang dilakukan oleh perusahaaan yaitu 4.952 pcs dengan

frekuensi sebanyak 28 kali, dengan demikian dapat dianalisis bahwa metode

EOQ lebih efesien jika digunakan untuk alat mengoptimalkan persediaan

barang pada Toserba Basa Banjaran Kabupaten Tegal dengan selisih 2.052

dan 6 untuk frekuensi pembeliannya sehingga dapat dikatakan metode EOQ

dapat menghemat biaya pesan dan biaya penyimpan.


50

Dalam kondisi aktual perusahaan, perusahaan tidak menetapkan jumlah

persediaan pengaman (Safety stock) dan titik pemesanan kembali (Reorder

point) sedangkan dalam metode EOQ, Perusahaan harus menyediaka Safety

stock dan Reorder point. Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui jumlah

persediaan pengaman yang dibutuhkan Toserba Basa Banjaran Kabupaten

Tegal adalah sebesar 24 pcs. Dengan Adanya Safety stockakan sangat

berpengaruh terhadap upaya perusahaan dalam mempertahankan kelancaran

proses penjualan. Jika perusahaan mempertimbangkan keputusan tentang

pengandaan persediaan pengaman (safety stock), perusahaan bisa terhindar

dari resiko kehabisan barang dagang jika seandanya terjadi masalah-masalah

yang bisa mengancam terganggunya proses penjualan, seperti kelangkaan

barang atau suppliyer terlambat mengantar pesanan barang dagang.

Pemesanan kembali menurut perusahaan pada saat persediaan hampir

habis, dengan metode EOQ Perusahaan harus mengadakan pemesanan

kembali pada saat persediaan barang persediaan barang dagang sebanyak 171

pcs. Ini berarti pada saat persediaan barang dagang benar-benar habis,

pesanan barang dagang yang telah dipesan selama 2 hari sebelumya sudah

tidak harus terhenti karena alasan keterlambatan suppliyer mengantarkan

pesanan barang.

Persediaan maxsimum menurut kebijakan perusahaan tidak ada

sedangkan dengan metode EOQ persediaan maxsimum yang harus

dipertahankan perusahaan sebesar 195 perhari. Persediaan maxsimum perlu

digunakan sebagai pengendalian persediaan barang pada Basa Toserba


51

Banjaran Kabupaten Tegal karena dengan adanya persediaan maxsimum

perusahaan dapat mengontrol persediaan barang sehingga tidak terjadi

penumpukan barang digudang.

Total Biaya Persediaan berdasarkan kebijakan perusahaan sebesar Rp

4.952 sedangkan menurut perhitungan menggunakan metode EOQ dapat

diketahui total biaya persediaan barang dagang hydration serum Rp 2.052

Maka total biaya yang dapat dihemat oleh perusahaan adalah Rp 2.159

Berdasarkan selisih biaya tersebut dapat di analisis bahwa dibandingkan

dengan metode yang digunakan perusahaan, metode EOQ dapat lebih

menekan biaya persediaan barang dagang atau bisa dikatakan efisien jika

diterapkan di Basa Toserba Banjaran Kabupaten Tegal. Dengan kata lain

pengendalian persediaan yang dilakukan perusahaan masih belum optimal.

Metode EOQ dapat membantu perusahaan dalam mencapai tingkat

pemesanan persediaan barang dagang dan frekuensi pemesanan yang optimal,

disertai persediaan pengaman (safety stok), titik pemesanan kembali (reorder

point) dan persediaan maxsimum (maxsimum inventory) yang dapat

berpengaruh besar terhadap upaya perusahaan dalam meminimumkan biaya

persediaan barang dagang.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan urian pada bab pembahasan yang

telah dilakukan pada Basa Toserba Banjaran Kabupaten Tegal, maka

penelitian dapat menarik kesimpulan yaitu perhitungan persediaan dengan

metode economic order quantity dapat dijadikan sebagai pengendalian

persediaan pada Toserba Basa Banjaran Kabupaten Tegal, hal ini dapat dilihat

dari pembahasan yang dilakukan, menggunakan metode eqonomic order

quantity, dapat membantu perusahaan menghemat total biaya persediaan

sehingga sangat tepat dari pada dengan menggunakan kebijakan perusahaan

total persediaan barang dagangdikeluarkan lebih besar .

5.2 Saran

Berdasarkan saran dari kesimpulan ini, penulis mengajukan saran

sebagai berikut:

Perusahaan sebaiknya melakukan proses pengendalian persediaan agar

hal-hal yang menghambat proses penjualan segera diatasi dan perusahaan

sebaiknya mengganti dengan metode EOQ (Economic Order Quantity),

karena dengan metode EOQ maka biaya persediaan menjadi lebih optimal

serta perusahaan seharusnya menentukan besarnya Safety stock dan Reorder

point dalam pengendalian persediaan bahan baku untuk melindungi atau

52
53

menjaga kemungkinan kekurangan atau keterlambatan bahan baku yang

lebih besar dari perkiraan.


DAFTAR PUSTAKA

[1] Marihot Manullang dan Dearlina Sinaga (2005:50).


https://www.seputarpengetahuan.co.id/2016/10/pengertian-persediaan-
barang-menurut-para-ahli-lengkap.html

[2] Unsulangi, Harly I., dkk (2015). Analisis Economic Order Quantity (EOQ)
Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kopi Pada Pt. Fortuna Inti Alam.
Universitas Sam Ratulangi Manado. Jurnal EMBA Vol.7 No.1 Januari 2019,
Hal. 51 – 60.

[3] Ristati. (2017) . Analisis Pengendalian Persediaan Barang

[4] Yuliana,(2016). Penarapan Model EOQ (Economic Order Quantity) Dalam


Rangka Meminimumkan Biaya Persediaan Bahan Baku

[5] Amin, S. (2016). PERANCANGAN SISTEM PERSEDIAAN UNTUK


APOTEK SANTI DENGAN MENGANALISIS JUMLAH PERSEDIAAN OBAT
MENGGUNAKAN METODE Q DAN PEMODELAN SISTEM
MENGGUNAKAN METODE DFD (DATA FLOW DIAGRAM) .

[6] Anggriana, K. Z. (2005). PERBANDINGAN SISTEM ECONOMIC ORDER


QUANTITY DAN JUST IN TIME PADA PENGENDALIAN PERSEDIAAN
BAHAN BAKU (Studi Kasus pada CV Aneka Ilmu Semarang) .

[7] Apriyani, N. (2017). ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN


BAKU DENGAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN
KANBAN PADA PT ADYAWINSA STAMPING INDUSTRIES .

[8] Solihin, Ismail. (2009). Pengantar Manajemen. Jakarta: Erlangga

[9] Ariesty, A. (2016). METODE ECONOMIC QUANTITY INTERVAL (EOI)


UNTUK OPTIMALISASI PERSEDIAAN BARANG CONSUMABLE ADEM
SARI CHINGKU PADA PT SARI ENESIS INDAH CIAWI BOGOR .

[10] Basri, H. (2019). Pengaruh Biaya Pemesanan Dan Penyimpanan Persediaan


Bahan Baku Terhadap Laba Bersih Pada PT. Universal Indofood Product
(UNIBIS) Medan .

[11] Choirunnisa, A. (2016). ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN


PERSEDIAAN DALAM MENINGKATKAN KETELITIAN DAN
KEANDALAN PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN PADA CV SINAR
LAUT PALEMBANG .

54
55

[12] Sudana, I, M. (2011). Manajemen Keuangan Perusahaan Teori & Praktik.


Jakarta: Erlangga

[13] Lahu, Enggar Paskhalis dan Sumarauw Jacky S.B (2017). Analisis
Pengendalian Persediaan Bahan Baku Guna Meminimalkan Biaya
Persediaan Pada Dunkin Donuts Manado.Jurnal EMBA.Universitas Sam
Ratulangi Manado. Vol.5 No.3 September 2017, Hal.4175-4184.

[14] Hudzaifah dan Marbun, Dohar Pardomuan (2015). Analisis Optimalisasi


Persediaan Dengan Menggunakan Metode Economic Order Quantity (EOQ).
Jurnal Universitas Pembangunan Jaya.Universitas Pembangunan Jaya.

[15] Darmawan, G. A. (2015). PENERAPAN ECONOMIC ORDER QUANTITY


(EOQ) DALAM PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TEPUNG
PADA USAHA PIA ARIAWAN DI DESA BANYUNING TAHUN 2013 .

[16] Ristati, E. Y. (2017). Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku pada


PT.Tri Agro Palma Tamiang .

[17] Sakkung, C. V. (2011). PERBANDINGAN METODE EOQ (ECONOMIC


ORDER QUANTITY) .

[18] Salesti, j. (2014). ANALISIS PENERAPAN METODE ECONOMIC ORDER


QUANTITY PADA PERSEDIAAN BAHAN BAKU : STUDI KASUS PT
IMECO BATAM TUBULAR TAHUN 2014 .

[19] Sululing, S. (2016). Analisis Harga Pokok Penjualan Pada Laba Di Apotik
Kimia Farma No. 66 Luwuk .

[20] Surnedi, Y. (2010). Analisis manajemen persediaan dengan metode EOQ


pada optimalisasi persediaan bahan baku kain di PT. New Suburtex .

[21] Yuliana, C. (2016). Penarapan Model EOQ (Economic Order Quantity)


Dalam Rangka Meminimumkan Biaya Persediaan Bahan Baku .

[22] Zainal. (2018). Peranan Sistem Informasi Akuntansi Persediaan Barang


Dagang Pada UD. Anugerah Semeru Abadi (ASA) Lumajang .

[23] Suliyanto,(2005). Metode Riset Bisnis. Penerbit Andi Yogyakarta

[24] Sugiyono (2020) .Metode Penelitian administrasi dilengkapi R&D


56

[25] Muhammad Akbar (2018)


http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/10605/1/148320060%20-
%20Muhammad%20Akbar%20-%20Fulltext.pdf
57

LAMPIRAN

Lampiran 1.Data Persediaan Barang Pada Tahun 2019

Stok Barang Make Over Tahun 2019

Kode Stok Stok stok stok


Barang BULAN Unit awal masuk Keluar akhir
55273 Januari 500 200 300 332 168
55273 Februari 568 168 400 448 120
55273 Maret 620 120 500 440 180
55273 April 530 180 350 280 250
55273 Mei 550 250 300 385 165
55273 Juni 215 165 50 90 125
55273 Juli 375 125 250 225 150
55273 Agustus 700 150 550 400 300
55273 september 500 300 200 340 160
55273 Oktober 510 160 350 350 160
55273 November 560 160 400 380 180
55273 Desember 230 180 50 180 50
58

Lampiran 2. Rincian Biaya Pesanan Barang Dagang Tahun 2019

a. Biaya Telepon per tahun

= waktu memesan x tarif per menit x frekuensi pembelian

= (10 menit x Rp. 450 x 28 kali pemesanan)

= Rp. 128.000

b. Biaya Bongkar Muat per Tahun

= Tarif per pcs x Tingkat Pembelian

= 250 x 3.700

= Rp.925.000

c. Total Biaya Pemesanan dalam Setahun

= biaya telepon + biaya bongkar muat

= 128.000 + 925.000

= 1.053.000

d. Total Biaya Pemesanan Setiap kali Pesan

Total Biaya Pesan


= Frekuensi Pemesanan

1.053.000
= 28

= Rp. 37.607
59

Lampiran 3. Buku Bimbingan TA


60
61
62
63
64
65
66

Anda mungkin juga menyukai