Anda di halaman 1dari 2

Bunga Untuk Sang Ibu

Karya: Firstly Maylien Putri Arwani [IX-J]

Pagi yang cerah , menyapa hariku yang indah. Berjalan menyusuri indahnya pepohonan. Di
sinilah tempat sang ibu dan anak tunggalnya berada. “Nak, besok kalau putri sudah besar mau jadi
apa?” tanya sang ibu. “Emm, kalau putri sudah besar putri mau jadi_ malaikat kecil ibu” jawab putri
dengan semangatnya. Dan sang ibu tersenyum lebar dengan jawaban sang anak tunggalnya.

Sebuah gubuk berdiri dengan tegapnya , membuat sang angin enggan untuk
merobohkannya. “ Ibu !!” teriak putri. “Ada apa nak?” jawab lembut sang ibu dengan lembutnya. “Ini
pensilku hilang !” ucap putri dengan raut wajah yang cukup membuat sang ibu khawatir. “Bentar nak
biar ibu belikan yang baru ya “ ucap sang ibu dengan penuh ke khawatiran. ‘Tapi diluar hujan bu!”
terdengar ikatan tangis dari sang anak. “Gak papa nak, kamu dirumah saja ya, tunggu ibu pulang “
ujar sang ibu pada anak tunggalnya. Dan hanya dibalas dengan anggukan oleh sang anak.

Suara petir menyambar hujan yang sangat lebat. Dengan menaiki sepedanya sang ibu
mencari sebuah toko yang dimana sang ibu dapat menemukan barang yang sedang ia cari. Setelah
beberapa lama mencari akhirnya sang ibu menemukan sebuah toko yang nampak jauh dari
jangkauan matanya. Sang ibu pun segera menggayung sepedanya , dan akhirnya dengan peluh
keringat sang ibu pun sampai di sebuah toko.

“Buk! Permisi apa ada pensil?” tanya fatimah selaku ibu dari putri. “Kayaknya habis buk “
jawab sang penjual. “Oh, ya sudah buk , terima kasih “ ucap fatimah dengan mengembangkan
senyumnya. Hendak menaiki sepedanya lagi , akan tetapi fatimah meras ada memanggilnya . “Buk! “
teriak sang penjual tadi . “Iya buk!” jawab fatimah dengan tergesa-gesa . “Ini ada pensil punya anak
saya insya allah bermanfaat buk “ ujar sang penjual. “Ya allah, terima kasih banyak buk “ ucap
fatimah dengan semangatnya. Dan si penjual pun menganggukkan kepala dan tersenyunm. Sang ibu
pun pulang dengan penuh bahagia.

Dan ketika tiba dirumah gubuknya sang ibu pun segera memasukkan sepedanya kedalam
rumahnya. “Nak! Ini pensilnya” ucap sang ibu dengan penuh semangat. “ Terima kasih banyak bu”
ucap putri dengan wajah riang gembira , sang ibu pun lalu tersenyum bahagia melihat sang anak.
Dan setelah mendapatkan pensil putri pun memulai mengerjakan tugas sekolahnya.

Tahun demi tahun telah berganti. Di kota besar nan indah, gedung-gedung tinggi nan elok.
“Pak, maaf ini skripsinya harus di tanda tangani sekarang “ ucap gadis tersebut.” Sebentar ya” ujar
dosen dengan lemah lembutnya.

Keadaan seketika menegangkan di sebuah rumah besar berhiaskan lampu gantung di


atasnya. “ Itu tergantung keputusan anak saya pak, tidak bisa jika harus di paksa!” tegas fatimah. “
Pokoknya anak kamu harus menikah dengan anakku!” ucap pemilik rumah tersebut. Dan akhirnya
fatimah pergi dari rumah besar yang sangat membuatnya khawatir dengan sang anak tunggalnya.

Hari demi hari telah berlalu, dan usia semakin menambah, sang ibu terus melakukan kegiatan
bekerjanya. “Nak, gimana kabarmu disana, ibu sangat merindukanmu” ucap sang ibu dengan suara
seraknya. Sang ibu sangat merindukan anaknya dan menginginkan anaknya segera pulang dari negri
orang untuk menempuh pendidikan yang lebih layak.

Hujan deras membasahi gubuk yang hampir roboh terkena hembusan angis yang sangat
dasyatnya, petir menyambar langit gelap yang menegangkan. “Uhuk-uhuk, Nak! Kapan kamu pulang
ibumu sudah tidak kuat” terdengar suara pelan yang dari bibir sang ibu. Dan di malam itu nafas akhir
sang ibu di hembuskan.

Pagi yang cerah , sang matahari dengan riang gembira menyinarkan cahayanya. Wisuda
kelulusan pun tiba. Dimana putri menjadi murit terbaik di Universitas terbesar di Inggris. Terlihat
wajah mereka yang sangat senang. Hari yang di tunggu- tunggu pun tiba.

Setelah menempuh lamanya perjalanan yang sangat menggembirakan, karena hari yang di
tunggu putri telah datang, menemui desa dan ibu yang sangat ia cintai. Dan disinilah putri berada.
“Ibu,ibu! Putri datang!!” teriak putri dengan semangat yang membara. “Nak ingin mencari siapa?”
tanya salah satu penduduk desa tersebut. “Aku ingin bertemu dengan ibuku” jawab putri. “Ibumu
sudah tiada nak” ujar penduduk desa itu. Putri pun terkejut dan menangis sejadi-jadinya.

Di pemakaman ini putri berada dan berdoa. “Buk, anakmu yang nakal ini sudah sukses, jika
ibu masih di samping putri maka lihatlah anakmu ini bu, terima kasih atas perjuangan ibu selama ini,
dan maaf putri belum bisa jadi malaikat kecil ibu, dan ini bunga untuk ibu putri yang paling hebat,
terima kasih bu” dengan senyum tulus yang di kembangkan di wajahnya yang sangat cantik, sembari
mencium nisan yang bertuliskan bukti kepergian sang ibu. Dan telah usai perjuangan sang ibu dalam
mengantarkan anaknya menuju masa depan yang sangat indah.

Anda mungkin juga menyukai