Anda di halaman 1dari 11

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG

DINAS KESEHATAN
BLUD UPT PUSKESMAS TUNAS HARAPAN
Jalan DR.AK.Gani Kelurahan Tunas Harapan Kecamatan Curup Utara 39125
Telp. 0732-22746 Email : Puskesmas.tunasharapan@yahoo.com

KEPUTUSAN
KEPALA BLUD UPT PUSKESMAS TUNAS HARAPAN
Nomor : 800/65/PKM-TH/2023

TENTANG
PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)
BLUD UPT PUSKESMAS TUNAS HARAPAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


KEPALA BLUD UPT PUSKESMAS TUNAS HARAPAN

Menimbang : a. bahwa dalam rangka upaya pencegahan penularan terjadinya infeksi


terhadap pasien, petugas, pengunjung dan masyarakat sekitar
Puskesmas dan meningkatkan mutu pelayanan medis melalui
pencegahan dan pengendalian infeksi di wilayah kerja BLUD UPT
Puskesmas Tunas Harapan, maka dianggap perlu melakukan
pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI);
b. bahwa dalam melaksanakan tugasnya Tim Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI) perlu melakukan Penerapan Kewaspadaan
berdasarkan Kewaspadaan Standar dan Kewaspadaan Transmisi
disetiap ruang pelayanan yang ada di BLUD UPT Puskesmas Tunas
Harapan;
c. bahwa untuk memenuhi point (a) diatas perlu ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Puskesmas Tunas Harapan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1457/Menkes/SK/X/2003
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/
Kota;
4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/ MENKES/ 165/ 2023
tentang Standar Akreditasi Pusat Kesehatan Masyarakat;

5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 658/Menkes/PER/VIII/2009


tentang Jejaring Laboratorium Diagnosis Penyakit Infeksi New
Emerging dan Re-Emerging.an Menteri Kesehatan;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017 tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang
Puskesmas;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2022 tentang Akreditasi
Puskesmas, Klinik, Laboratorium Kesehatan, Unit Transfusi Darah,
Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan Praktik Mandiri Dokter Gigi;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA BLUD UPT PUSKESMAS TUNAS HARAPAN


TENTANG PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
INFEKSI BLUD UPT PUSKESMAS TUNAS HARAPAN
Kesatu : Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) berupaya melaksanakan
program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) sebagaimana
terlampir dalam keputusan ini.
Kedua : Setiap anggota tim PPI sebagaimana dimaksud pada diktum KESATU
adalah petugas yang ditunjuk untuk melaksanakan kegiatan Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi dengan melakukan pemantauan secara terus
menerus untuk mengidentifikasi dan mengurangi resiko penularan demi
menjamin penerapan PPI yang konsisten pada pelayanan di BLUD UPT
Puskesmas Tunas Harapan.
Ketiga : Tim PPI Puskesmas Tunas Harapan bertanggung jawab untuk
melaksanakan kewaspadaan standar dan kewaspadaan transmisi di BLUD
UPT Puskesmas Tunas Harapan
Keempat : Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan
apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan
perbaikan/perubahan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Tunas Harapan


Pada Tanggal : 2 Januari 2023
Kepala BLUD UPT Puskesmas Tunas Harapan

SULISTIAWATI

Lampiran : IX
Keputusan : Ka.BLUD UPT Puskesmas Tunas Harapan
Nomor : 800/65/PKM-TH/2023
Tanggal : 2 Januari 2023

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)


BLUD UPT PUSKESMAS TUNAS HARAPAN

A. KEBIJAKAN ORGANISASI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


PUSKESMAS
1. Kepala Puskesmas membentuk Tim PPI Puskesmas sesuai SK Kepala Puskesmas yang
mempunyai tugas, fungsi dan kewenangan yang jelas sesuai dengan Pedoman
Manajemen PPI Rumah Sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
2. Tim PPI merupakan unit kerja non strukrutal langsung dibawah Kepala Puskesmas
yang disuse terdiri dari Ketua, sekretaris dan anggota.
3. Anggota PPI terdiri dari dokter umum, tenaga laboratorium medic, perawat, bidan dan
tenaga sanitasi.
4. Semua unit kerja di Puskesmas harus melaksanakan kegiatan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi.
5. Tim PPI mengadakan rapat internal triwulan untuk mengevaluasi hasil survey kinerja
tim dan menentuka tindak lanjut.
6. Tim PPI harus melaporkan hasil rapat kepada Kepala Puskesmas, managemen dan
seluruh staf.
7. Tim PPI harus mengevaluasi kembali tindak lanjut yang telah dilakukan.
8. Puskesmas mengalokasikan anggaran untuk mendukung kegiatan PPI yang
dimasukkan dalam anggaran PPI.

B. PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI PUSKESMAS


1. Kewaspadaan isolasi.
2. Pendidikan dan pelatihan karyawan.
3. Pencegahan infeksi pada pemasangan alat kesehatan.
4. Surveilans.

C. KEBIJAKAN UMUM KEWASPADAAN ISOLASI


1. Kewaspadaan isolasi diterapkan untuk menguragi resiko infeksi penyakit menular
terhadap petugas kesehatan baik darri sumber infeksi yang diketahui maupun yang
tidak diketahui.
2. Dalam memberikan pelayanan kesehatan di Puskesmas, setiap petugas harus
menerapkan kewaspadaan isolasi yang terdiri dari kewaspadaan standar dan
kewaspadaan transmisi.

3. Kewaspadaan standar harus diterapkan secara rutin yang meliputi : kebersihan tangan,
penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), pemrosesan peralatan perawatan pasien,
pengendalian lingkungan, penatalaksanaan linen, pengelolaan limbah, perlindungan
kesehatan karyawan, penempatan pasien, hygiene respirasi (etika batuk) dan praktek
menyuntik yang aman. Pelaksanaan kewaspadaan standar ditujukan kepada semua
pasien.
4. Kewaspadaan berdasarkan transmisi diteapkan sebagai tambahan kewaspadaan standar
pada kasus-kasus yang mempunyai resiko penularan melalui kontak, droplet, udara
(airborne), common vehicle (makanan, air, obat, alat, peralatan) dan vektor (lalat,
nyamuk, tikus).
5. Penyelenggaraan kewaspadaan isolasi di BLUD UPT Puskesmas Tunas Harapan
selengkapnya diatur dalam pedoman dan prosedur sesuai kebijakan Kepala Puskesmas.

D. KEBIJAKAN PELAKSANAAN KEWASPADAAN STANDAR


1. Kebersihan tangan/ Hand Hygiene
a. Semua karyawan, pasien dan pengunjung harus menjaga kebersihan tangan
menggunakan air bersih dan sabun atau handrub menggunakan cairan antiseptic
berbasis alkohol.
b. Kebersihan tangan dilakukan pada 5 keadaan yaitu : sebelum kontak dengan
pasien, sebelum melakukan tindakan aseptik, setelah melakukan tindakan invasive
yang berhubungan dengan cairan tubuh pasien, setelah kontak dengan pasien,
setelah kontak dengan lingkungan pasien.
c. Bila tangan tampak kotor maka cuci tangan dengan sabun dengan air mengalir, bila
tangan tidal tampak kotor maka cuci tangan dengan handrub cairan aseptik yang
berbasis alkohol.
d. Cuci tangan dengan sabun dilakukan dengan 6 langkah selama 40-60 detik dengan
prosedur yang direkomendasikan oleh WHO.
e. Handrub dengan cairan antiseptik berbasis alkohol dilakukan dengan 6 langkah
selama 20-30 detik sesuai dengan prosedur yang direkomendasikan oleh WHO.
f. Tim PPI melakukan evaluasi kepatuhan cuci tangan melalui survey terhadap
seluruh petugas Puskesmas setiap bulan.
g. Apabila hasil survey kepatuhan cuci tangan dari unit kerja tidal memenuhi standar
maka dilakukan sosialisasi/ training ulang kebersihan tangan pada unit tersebut.

2. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)


a. APD adalah alat yang berfungsi sebagai pelindung barrier untuk melidungi dari
mikroorganisme yang ada dan petugas kesehatan.
b. Semua petugas yang melakukan kontak dengan pasien yang beresiko menularkan
penyakit infeksius wajib memakai APD yang sesuai dengan kebutuhan dan
menggunakan APD dengan prosedur yang benar.
c. Semua petugas yang melakukan tindakan septik aseptik harus memakai APD
dengan prosedur yang benar.
d. Jenis-jenis APD yaitu sarung tangan, masker, googles, visor, topi, gown pelindung,
apron, pelindung kaki/ boot dan shoes cover.
e. Pemakaian APD harus sesuai dengan indikasi pemakaian.
f. Untuk APD disposable setelah dipakai dibuang ditempat sampah infeksius yang
telah disediakan, sedangkan APD yang akan dioakai kembali dilakukan
penatalaksanaan sesuai prosedur.

3. Pengelolaan limbah
a. Puskesmas berkewajiban menurunkan resiko infeksi salah satunya dengan cara
pengelolaan limbah yang tepat.
b. Pengelolaan limbah dapat dilakukan mulai dari identifikasi, pemisahan, pelabelan,
packing, penyimpanan, pengangkutan dan penanganan sesuai jenis limbah.

4. Pengendalian lingkungan
a. Pegendalian lingkungan Puskesmas merupakan salah satu upaya pencegahan
pengendalian infeksi di Puskesmas Tunas Harapan.
b. Untuk mencegah terjadinya infeksi akibat lingkungan dapat diminimalisir dengan
melakukan pembersihan lingkungan, desinfeksi permukaan lingkungan yang
terkontaminasi dengan darah/ cairan tubuh pasien, melakukan pemeliharaan
peralatan medik dengan tepat, mempertahankan mutu air bersih, mempertahankan
ventilasi udara yang baik.

5. Perlindungan kesehatan karyawan


a. Karyawan Puskesmas diwajibkan menerapkan prinsip PPI yaitu kewapadaan
standar dan kewaspadaan transmisi sesuai dengan indikasi dalam melaksanakan
tugasnya sehari-hari.
b. Karyawan yang terpajan infeksi harus melakukan prosedur pasca pajanan,
kemudian tim PPI menindaklanjuti dan mengevaluasi.
c. Karyawan Puskesmas yang merawat pasien menular melalui udara harus
mendapatkan pelatihan mengenai cara penularan dan penyebaran infeksi, tindakan
pencegahan pengendalian infeksi sesuai prosedur bila terpajan. Karyawan yang
tidak terlibat langsung dengan pasien harus mendapatkan penjelasan umum
mengenai peyakit tersebut.

6. Praktek menyuntik yang aman


a. Semua petugas medis dan paramedis Puskesmas Tunas Harapan wajib melakukan
praktek menyuntik yang aman sesuai dengan prosedur.
b. Praktek menyuntik menggunakan jarum yang steril, sekali pakai pada tiap suntikan
untuk mencegah kontaminasi pada peralatan injeksi dan terapi.
c. Bila menggunakan vial multidose sebaiknya tetap menggunakan alat sekali pakai
karena jarum/ spuit yang digunakan berulang untuk menambil obat didalam vial
dapat enimbulkan kontaminasi mikroba yang dapat menyebar saat obat dipakai
untuk pasien lain.

7. Hygiene respirasi (etika batuk)


a. Kebersihan pernapasan dan etika batuk adalah dua cara penting untuk
mengendalikan infeksi dari sumbernya.
b. Semua pasien, pengunjung dan petugas kesehatan harus dianjurkan untuk selalu
mematuhi etika batuk dan kebersihan pernapasan untuk mencegah sekresi
pernapasan.
c. Etika batuk dilaksanakan dengan cara saat batuk/ bersin : tutup hidung dan mulut,
segera buang tisu yang sudah dipakai, lakukan kebersihan tangan.

8. Pemrosesan peralatan perawatan pasien


a. Pemrosesan peralatan perawatan paien yang dianjurkan untuk mengurangi
penularan penyakit dari instrumen yang kotor, sarung tangan bedah dan barang-
barang habis pakai lainnya adalah prabilas/ precleaning, pencucian dan
pembersihan, sterilisasi/ desinfeksi tingkat tinggi (DTT atau sterilisasi).
b. Prabilas/ precleaning : proses yang membuat benda mati lebih aman untuk
ditangani petugas sebelum dibersihkan (misalnya menginvaksinasi HBV, HBC dan
HIV) dan mengurai tapi tidak menghilangkan, jumlah mikrooranisme yang
mengkontaminasi. Proses ini yakni dengan melakukan perendaman dengan
memakai deterjen/ larutan enzimatik sampai seluruh permukaan terendam.
c. Pembersihan : proses yang secara fisik membuang semua kotoran, darah/ cairan
tubuh lainnya dari benda mati ataupun membuang sejumah mikroorganisme untuk
mengurangi resiko bagi mereka yang menyentuh kulit/ menangani objek tersebut.
Proses ini terdiri dari mencuci sepenuhnya dengan sabun/ dengan deterjen dan air/
enzimatik, membilas dengan air bersih dan mengeringkan.
d. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) : proses menghilangkan semua mikroorganisme
kecuali beberapa endospora bacterial dari objek dengan merebus, menguapkan atau
memakai desinfekta kimiawi.
e. Sterilisasi : proses menghilangkan semua mikroorganisme (bakteria, virus, fungi,
parasit) termasuk endospora bakterial dari benda mati dengan uap bertekanan tinggi
(otoklaf), panas kering (oven), sterilisasi kimiawi atau radiasi.

9. Penatalaksanaan linen
a. Puskesmas berupaya menjamin manajemen laundry dan linen yang benar.
b. Puskesmas berupaya mencegah terjadinya kontaminasi pada pakaian/ lingkungan.
c. Semua linen yang sudah digunakan harus dimasukkan kedalam kantong/ wadah
yang tidak rusak saat diangkut.
d. Pengantongan ganda tidak diperlukan untuk linen yang sudah digunakan.
10. Penempatan pasien
a. Prosedur isolasi harus dilakukan dalam pelayanan untuk melindungi pasien,
pengunjung dan staf terhadap penyakit menular dan melindungi pasien yang
immunosuppressed dari infeksi.
b. Pasien immunosupresi ditempatkan di ruang isi satu yang terpisah dengan pasien
infeksius.
c. Pasien dengan penyakit menular malalui udara/ airbourne maupun melalui kontak
harus dirawat di ruang isolasi (bila memungkinkan) untuk mencegah transmisi
langsung/ tidak langsung.
d. Bila tindakan isolasi tidak memungkinkan maka dilakukan kohorting (pasien
dengan diagnosa yang sama ditempatkan secara berdekatan).
e. Penunggu pasien infeksius harus menggunakan masker.
f. Akses transfer pasien infeksius harus terpisah dengan pasien non infeksius.
g. Setiap pasien infeksius harus diberikan masker pada saat transportasi/ transfer
karena belum ada jalur khusus pasien infeksius.

E. KEBIJAKAN PELAKSANAAN KEWASPADAAN BERDASARKAN TRANSMISI


1. Kewaspadaan transmisi kontak
a. Penempatan pasien
Tempatkan pasien di ruang rawat terpisah, bila tidak memungkinkan kohorting,
bila keduanya tidak mungkin maka pertimbangan epidemiologi mikrobanya dan
populasi pasien. Tempatkan dengan jarak < 1 meter (3 kaki) antar TT (tempat
tidur). Jaga agar tidak ada kontaminasi silang kelingkungan dan pasien lain.
b. Transport pasien
Batasi gerak, transport pasien hanya kalau perlu saja. Bila diperlukan pasien keluar
ruangan perlu kewaspadaan agar resiko minimal transmisi kepasien lain/
lingkungan.
c. Penggunaan APD petugas
1) Petugas memakai sarung tangan bersih non steril, lateks saat masuk keruang
pasien, ganti sarung tangan setelah kontak dengan bahan infeksius (faeces,
cairan drain), lepaskan sarung tangan sebelum keluar dari kamar pasien dan
cuci tangan.
2) Petugas memakai gown bersih, tidak steril saat masuk ruang pasien untuk
melindungi baju dari kontak dari kontak dengan pasien, permukaan lingkungan,
barang diruang pasien, cairan diare pasien, ileostomy, coloctomy, luka terbuka.
Lepaskan gown sebelum keluar ruangan. Jaga agar tidak ada kontaminasi silang
kelingkungan dan pasien lain.
2. Kewaspadaan transmisi droplet
a. Penempatan pasien
Tempatkan pasien di ruang rawat terpisah, bila tidak memungkinkan kohorting,
bila keduanya tidak mungkin maka buat jarak > 1 meter antar TT dan jarak dengan
pengunjung. Pertahankan pintu terbuka, tidak perlu penanganan khusus terhadap
udara dan ventilasi.
b. Transport pasien
Batasi gerak dan transportasi untuk batasi droplet dari pasien dengan mengenakan
masker pada pasien dan menerapkan hygiene respirasi dan etika batuk.
c. Penggunaan APD petugas
Masker dipakai bila bekerja dalam radius 1 meter terhadap pasien saat kontak erat.
Masker pada umumnya berfungsi melindungi hidung dan mulut dipakai saat
memasuki ruang rawat pasien dengan infeksi saluran napas.
d. Pengelolaan peralatan perawatan pasien
Tidak perlu penanganan udara secara khusus karena mikroba tidak bergerak jarak
jauh.

3. Kewaspadaan transmisi udara (airbourne)


a. Penempatan pasien
Tempatkan pasien diruang terpisah yang mempunyai : tekanan negative,
pertukanan udara 6-12 x/ jam sebelum udara mengalir keruang atau tempat lain di
Puskesmas. Usahakan pintu ruang pasien tertutup. Bila ruang terpisah tidak
memungkinkan, tempatkan pasien dengan pasien lain yang mengidap mikroba yang
sama yang sama, jangan dicampur dengan infeksi lain (kohorting) dengan jarak > 1
meter. Konsultasikan dengan tim PPI Puskesmas sebelum menempatkan pasien bila
tidak ada ruang isolasi dan kohorting tidak memungkinkan.
b. Transport pasien
Batasi gerakan dan transport pasien hanya kalau diperlukan saja. Bila perlu untuk
pemeriksaan pasien dapat diberi masker bedahuntuk mencegah menyebarnya
droplet nuclei.
c. Penggunaan APD petugas
Kenakan masker respirator (N95/ kategori N dengan fisiensi 95%) saat masuk
ruang pasien/ suspek TB Paru. Orang yang rentan seharusnya tidak boleh masuk
ruang psien yang diketahui/ suspek campak, cacar air kecuali petugas yang telah
imun. Bila terpaksa harus masuk maka harus mengenakan masker respirator untuk
pencegahan. Orang yang pernah sakit campak/ cacar air tidal peru memakai
masker. Bila melakukan tidakan dengan memungkinkan timbul aerosol maka APD
yang digunakan : masker bedah, gown, google dan sarung tangan.
d. Pengelolaan peralatan perawatan pasien
Pengelolaan peralatan perawatan pasien sesuai pedoman TB CDC “Guideline for
Preventing of Tuberculosis in Healthcare Facilities".
F. KEBIJAKAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KARYAWAN DALAM RANGKA
PPI
1. Tim PPI harus mengembangkan program PPI yang mengikutsertakan seluruh
karyawan Puskesmas, pasien, keluarga psien dan pengunjung lainnya.
2. Tim PPI harus memberikan pendidikan tentang PPI kepada seluruh karyawan
Puskesmas, pasien, keluarga psien dan pengunjung lainnya.

G. KEBIJAKAN UPAYA PENCEGAHAN INFEKSI DALAM PEMASANGAN ALAT


KESEHATAN
1. Kebijakan upaya pencegahan infeksi saluran kemih (ISK) terkait pemasangan kateter
(CAUTI/ Catheter Assosiated Urinary Track Infection)
a. Pemasangan kateter dikerjakan oleh petugas yang memahami dan terampil dalam
teknik pemasangan secara aseptic dan perawatan kateter sesuai prosedur.
b. Penggantian kateter dilakukan setiap 8 jam atau bila pada keadaan tertentu.
c. Kateter dipasang pada saat diperlukan saja berdasarkan indikasi.

2. Kebijakan upaya pencegahan Phlebitis terkait pemasangan infuse


a. Pemasangan infus dikerjakan oleh petugas yang memahami dan terampil dalam
teknik pemasangan secara aseptic dan perawatan kateter sesuai prosedur.
b. Pemilihan tempat penusukan untuk menghindari resiko inflamasi dan infeksi.
c. Pemindahan tempat tusukan setiap 32 jam.

H. KEBIJAKAN ANTIBIOTIKA RASIONAL UNTUK PROFILAKSIS DAN


TERAPEUTIK
Puskesmas melakukan pengawasan yang ketat terhadap pemakaian obat-obatan lainnya
seperti kortikosteroid, imunosupresif dan lain-lain.

I. KEBIJAKAN PELAKSANAAN SURVEILANS


1. Tim PPI menyusun dan menerapkan program komprehensif untuk mengurangi dari
infeksi terkait pelayanan kesehatan pada pasien, tenaga pelayanan kesehatan dan
pengunjung termasuk pengembangan program surveilans infeksi yang relevan yang
dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan, terintegrasi dengan program
peningkatan mutu dan keselamatan pasien yaitu indikator mutu yang berhubungan
dengan masalah infeksi, dalam hal ini pemantauan hand hygiene dan penggunaan
APD.

2. Surveilans HAIs merupakan suatu kegiatan pengumpulan data secara sistematis,


analisis dan interpretasi yang terus menerus dari data HAIs yang penting untuk
digunakan dalam perencanaan, penerapan dan evaluasi suatu tindakan yang
berhubungan dengan pencegahan dan pengendalian infeksi di Puskesmas yang
didesiminasikan secara berkala kepada pihak yang memerlukannya.
3. Metode yang digunakan adalah surveilans target yang meliputi surveilans proses dan
surveilans hasil.
4. Surveilans dilakukan oleh tim PPI.
5. Laporan hasil surveilans dibuat setiap triwulan dan tahunan yang dibuat oleh tim PPI
yang diserahkan kepada Kepala Puskesmas.
6. Hasil surveilans disosialisasikan kepada seluruh karyawan melalui rapat bulanan
kemudian dilakukan evaluasi bersama untuk mendapatkan solusi dan tindak lanjut.
7. Apabila terjadi infeksi yang tinggi dilakukan analisa dan tindak lanjut.
8. Tindak lanjut disampaikan disetiap unit kemudian dievaluasi pada bulan berikutnya.

J. KEBIJAKAN PENGADAAN ALAT DAN BAHAN UNTUK PPI


1. Tim PPI mengusulkan kepada Kepala Puskesmas tentang pengadaan alat dan bahan
yang diperlukan yang sesuai dengan prinsip PPI dan aman bagi yang menggunakan.
2. Pengadaan alat dan bahan dilaksanakan oleh Unit Farmasi dan Bendahara Barang.

K. KEBIJAKAN PEMELIHARAAN FISIK DAN SARANA TERKAIT PPI


1. Tim PPI memberikan masukan kepada Kepala Puskesmas yang menyangkut konstruksi
bangunan, renovasi ruangan, cara pemrosesan alat, penyimpanan alat dan linen sesuai
dengan prinsip PPI.
2. Untuk pemeliharaan fisik dan sarana bekerja sama dengan penanggungjawab
pemeliharaan sarana dan prasarana Puskesmas.
3. Tim PPI Puskesmas harus melakukan pemeriksaan kualitas udara secara berkala untuk
mengurangi resiko infeksi selama pembangunan/ renovasi.

L. KEBIJAKAN KESEHATAN KARYAWAN


1. Karyawan Puskesmas diwajibkan menerapkan prinsip PPI yaitu kewaspadaan standar
dan kewaspadaan tranmisi sesuai dengan indikasi dalam pelaksanaan tugasnya sehari-
hari.
2. Karyawan yang terpajan infeksi harus melakukan prosedur pasca pajanan kemudian
tim PPI menindaklanjuti dan melakukan evaluasi.
3. Karyawan Puskesmas yang tidal memiliki kartu BPJS/ asuransi kesehatan lainnya
berhak mendapatkan pelayanan kesehatan gratis di Puskesmas sesuai kebijakan Kepala
Puskesmas.

M. KEBIJAKAN PENANGANAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)


1. Tim PPI segera melakukan investigasi maslah KLB nosokomial.
2. Tim PPI segera melaporkan adanya KLB kepada Kepala Puskesmas.
3. Tim PPI melakukan upaya mencari sumber infeksi dengan pemeriksaan mikrobiologik.
4. Tim PPI mengusulkan kepada Kepala Puskesmas untuk menutup ruangan rawat bila
diperlukan karena berpotensial menyebarkan infeksi.
5. Bila memungkinkan pasien yang mengalami KLB infeksi nosokomial dirawat diruang
isolasi, bila tidak memungkinkan maka dilakukan kohorting.
6. Petugas yang merawat pasien tersebut wajib menggunakan APD sesuai dengan
kewaspadaan standar dan kewaspadaan transmisi.
7. Apabila terjadi outbreak bencana alam seperti gunung meletus, gempa bumi dan
sebagainya, maka tim PPI harus sigap melakukan pencegahan infeksi misalnya
membagikan masker, menutup ruangan, pembersihan ruangan secara berkala dan lain-
lain.

N. KEBIJAKAN PENCEGAHAN INFEKSI DALAM PENGELOLAAN MAKANAN


Kegiatan pelayanan makanan yang harus memperhatikan standar hygiene dan prosedur
yang aman sesuai rekomendasi tim PPI guna mencegah penularan infeksi.

Ditetapkan di : Tunas Harapan


Pada Tanggal : 2 Januari 2023
Kepala BLUD UPT Puskesmas Tunas Harapan

SULISTIAWATI

Anda mungkin juga menyukai