Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Perilaku Kekerasan

1. Pengertian

Menurut Keliat, dkk perilaku kekerasan adalah suatu bentuk

perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun

psikologis (Keliat, dkk, 2011).

Perilaku Kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan

untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis, berdasarkan

definisi tersebut maka perilaku kekerasan dapat dilakukan secara

verbal , diarahkan pada diri sendiri , orang lain, dan lingkungan.

Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk , yaitu saat sedang

berlangsung perilaku kekerasan atau riwayat perilaku kekerasan .

(Damaiyanti, 2012).

Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk ekspresi kemarahan

yang tidak sesuai dimana seseorang melakukan tindakan-tindakan

yang dapat membahayakan/mencederai diri sendiri, orang lain bahkan

merusak lingkungan (Prabowo, 2014). Perilaku kekerasan adalah suatu

bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik

maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini maka perilaku kekerasan

dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain,

dan lingkungan (Dermawan & Rusdi 2013).

Risiko perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang

melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik


dalam diri sendiri maupun orang lain disertai dengan amuk dan gaduh

gelisah yang tidak terkontrol (Direja, 2011).

Berdasarkan beberapa pengertian Perilaku Kekerasan di atas dapat

disimpulkan bahwa Perilaku Kekerasan yaitu suatu keadaan emosi

yang merupakan campuran frustasi, benci atau marah yang

diekspresikan dengan melakukan ancaman, mencederai orang lain, dan

atau merusak lingkungan.

2. Rentang Respon Marah

Perilaku kekerasan merupakan status rentang emosi dan ungkapan

kemarahan yang dimanifestasikan dalam bentuk fisik. Kemarahan

tersebut merupakan suatu bentuk komunikasi dan proses penyampaian

pesan dari individu. Orang yang mengalami kemarahan sebenarnya

ingin menyampaikan pesan bahwa ia “tidak setuju, tersinggung,

merasa tidak dianggap, merasa tidak dituruti atau diremehkan”.

Rentang respon kemarahan individu dimulai dari respon normal

(Asertif) sampai pada respon sangat tidak normal (Maladaptif) (Yosep,

2010 dalam Damaiyanti, 2012).

Gambar 1.1 Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan


a. Respon Adaptif

1. Asertif : Klien mampu mengungkapkan marah tanpa

menyalahkan orang lain dan memberikan kelegaan

2. Frustasi : klien gagal mencapai tujuan kepuasan/saat marah dan

tidak ada menemukan alternatifnya.

b. Respon Maladaptif

1. Pasif : klien merasa tidak dapat mengungkapkan perasaannya,

tidak berdaya dan menyerah

2. Agresif : klien mengekspresikan secara fisik, tapi masih

terkontrol, mendorong orang lain dengan ancaman

3. Kekerasan : perasaan marah dan bermusuhan yang kuat dan

hilang kontrol disertai amuk, merusak lingkungan.

3. Etiologi

Menurut Stuart (2013) dalam Sutejo (2018), masalah perilaku

kekerasan dapat disebabkan oleh adanya faktor predisposisi (faktor

yang melatar belakangi ) munculnya masalah dan faktor presipitasi

(faktor yang memicu adanya masalah).

a. Faktor Predisposisi

1) Faktor Biologis

a) Teori Dorongan Naluri (Instinctual Drive Theory)

Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan

disebabkan oleh suatu dorongan kebutuhan dasar yang kuat.


b) Teori Psikomatik (Psycomatic Theory)

Pengalaman marah dapat diakibatkan oleh respons

psikologi terhadap stimulus eksternal maupun internal.

Sehingga, sistem limbik memiliki peran sebagai pusat

untuk mengekspresikan maupun menghambat rasa marah.

2) Faktor Psikologis

a) Teori Agresif Frustasi (Frustasion Aggression Theory)

Teori ini menerjemahkan perilaku kekerasan terjadi

sebagai hasil akumulasi frustasi. Hal ini dapat terjadi

apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu gagal

atau terhambat. Keadaan frustasi dapat mendorong individu

untuk berperilaku agresif karena perasaan frustasi akan

berkurang melalui perilaku kekerasan.

b) Teori Perilaku (Behaviororal Theory)

Kemarahan merupakan bagian dari proses belajar. Hal

ini dapat dicapai apabila tersedia fasilitas atau situasi yang

mendukung. Reinforcement yang diterima saat melakukan

kekerasan sering menimbulkan kekerasan di dalam maupun

di luar rumah.

c) Teori Eksistensi (Existential Theory)

Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah bertindak

sesuai perilaku. Apabila kebutuhan tersebut tidak dipenuhi

melalui perilaku destruktif.


b. Faktor Presipitasi

Faktor ini berhubungan dengan pengaruh stressor yang

mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu. Stresor yang

berasal dari luar dapat berupa serangan fisik, kehilangan, kematian

dan lain-lain. Stresor yang berasal dari dalam dapat berupa,

kehilangan keluarga atau sahabat yang dicinta, ketakutan terhadap

penyakit fisik, penyakit dalam, dan lain-lain. Selain itu, lingkungan

yang kurang kondusif dapat memicu perilaku kekerasan.

c. Faktor Resiko

1) Menyatakan faktor faktor risiko dari risiko perilaku kekerasan

terhadap diri sendiri (risk for self-directed violence).

a) Usia ≥ 45 tahun

b) Usia 15-19 tahun

c) Isyarat tingkah laku ( menulis catatan cinta yang sedih,

menyatakan pesan bernada kemarahan kepada orang

tertentu yang telah menolak individu tersebut,dll.)

d) Konflik mengenai orientasi seksual

e) Konflik dalam hubungan interpersonal

f) Pengangguran atau kehilangan pekerjaan (masalah

pekerjaan)

g) Terlibat dalam tindakan seksual autoerotic

h) Sumber daya personal yang tidak memadai

i) Status perkawinan (sendiri,menjanda,bercerai)


j) Isu kesehatan fisik, gangguan psikologis, isolasi social, ide

bunuh diri, rencana bunuh diri

2) Risiko perilaku kekerasan terhadap orang lain (risk for

otherdirected violence)

a) Alterasi (gangguan) fungsi kognitif

b) Perlakuan kejam terhadap binatang

c) Riwayat kekerasan masa kecil, baik secara fisik, psikologis,

maupun seksual dll

d) Pelanggaran atau kejahatan kendaraan bermotor (seperti,

pelanggaran lalu lintas, penggunaan kendaraan bermotor

untuk melampiaskan amarah)

4. Tanda dan Gejala

Menurut Yosep (2010) dalam Damaiyanti (2012) perawat dapat

mengidentifikasi dan mengobservasi tanda dan gejala pelaku

kekerasan berikut ini :

a. Muka merah dan tegang

b. Mata melotot / pandangan tajam

c. Tangan mengepal

d. Rahang mengatup

e. Wajah memerah dan tegang

f. Postur tubuh kaku

g. Pandangan tajam

h. Mengatupkan rahang dengan kuat

i. Mengepalkan tangan
j. Jalan mondar-mandir.

5. Sumber Koping

Sumber koping dapat berupa aset ekonomi, kemampuan dan

keterampilan, teknik defensive, dukungan social, dan motivasi.

Hubungan antara individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sangat

berperan penting pada saat ini. Sumber koping lainnya termasuk

kesehatan dan energy, dukungan spiritual, keyakinan positif,

keterampilan menyelesaikan masalah dan social, sumber daya sosian

dan material, dan kesejahteraan fisik.

Keyakinan spiritual dan melihat diri positif dapat berfungsi sebagai

dasar harapan dan dapat mempertahankan usaha seseorang mengatasi

hal yang paling buruk. Keterampilan pemecahan masalah termasuk

kemampuan untuk mencara informasi, mengidentifikasi masalah,

menimbang alternative, dan melaksanakan rencanatindakan

(Damaiyanti, 2012).

6. Mekanisme Koping

Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada pasien marah

untuk melindungi diri antara lain :

a. Sublimasi

Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia. Artinya dimata

masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan

penyaluran secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah

melampiasakan kemarahanya kepada objek lain seperti meremas


remas adonan kue ,meninju tembok dan sebagainya, tujuanya

adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marah.

b. Proyeksi

Menyalahkan orang lain kesukarannya atau keinginannya yang

tidak baik, misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal

bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya,

berbalik menuduh bahwa temanya tersebut mencoba merayu,

mencumbunya.

c. Represi

Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan

masuk kedalam sadar. Misalnya seorang anak yang sangat benci

pada orang tuannya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut

ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa benci

orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh tuhan.

Sehingga perasaan benci itu ditekankan dan akhirnya ia dapat

melupakanya

d. Reaksi Formasi

Mencegah keinginan yang berbahaya bila di ekspresikan.

Dengan melebihi lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan

mengunakanya sebagai rintangan. Misalnya seseorang yang tetarik

pada teman suaminya, akan memperlakukan orng tersebut dengan

kuat.
e. Deplacement

Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan.

Pada objek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya

yang membangkitkan emosi itu. Misalnya, Timmy berusia 4 tahun

marah karena ia baru saja mendapatkan 14 hukuman dari ibunya

karena menggambar didinding kamarnya. Dia mulai bermain

pedang-pedangan dengan temannya (Prabowo,2014).

7. Pohon Masalah

Effect : Resiko Perilaku Kekerasan (Pada diri


sendiri, orang lain, lingkungan dan verbal)

Core Problem : Perilaku Kekerasan

Causa : Harga Diri Rendah Kronis

8. Masalah Keperawatan Resiko Perilaku Kekerasan

a. Resiko Perilaku Kekerasan (Pada diri sendiri, orang lain,

lingkungan dan verbal)

b. Perilaku Kekerasan

c. Harga Diri Rendah Kronis

9. Tindakan Keperawatan Pada Resiko Perilaku Kekerasan

Perencanaan atau intervensi keperawatan merupakan bagian dari

proses keperawatan yang memuat rencana tindakan keperawatan untuk

mengatasi masalah dan meingkatkan kesehatan pasien. Perencanaan

keperawatan adalah suatu rangkaian kegiatan penentuan langkah-


langkah pemecahan masalah dan prioritasnya, perumusan tujuan,

rencana tindakan, penilaian asuhan keperawatan pada pasien/klien

berdasarkan analisis data dan diagnose keperawatan (Dinarti dan

Mulyanti 2017).

Tabel 2.

No Diagnosa Kriteria Evaluasi Intervensi


Keperawatan
1 Resiko Perilaku Setelah dilakukan Bina hubungan saling
Kekerasan pertemuan klien percaya dengan klien
menunjukkan tanda- - Beri salam setiap kali
tanda percaya kepada interaksi
perawat yang - Perkenalan nama,
ditunjukkan dengan : nama
- Wajah cerah, panggilan perawat dan
tersenyum tujuan perawat
- Mau berkenalan berinteraksi
- Ada kontak mata - Tanyakan panggilan
- Bersedia nama
kesukaan klien
- Tunjukkan sikap
empati,
jujur dan menepati
janji
setiap kali berinteraksi
- Tanya perasaan klien
dan
masalah yang dihadapi
klien
- Buat kontrak interaksi
yang
jelas
- Dengarkan dengan
penuh
perhatian
-
Setelah dilakukan - Bantu klien
interkasi dengan klien, mengungkapkan
kliendapat perasaan kesalnya
menceritakan penyebab - Motivasi klien untuk
perilaku mencerritakan
kekerasan yang penyebab rasa
dilakukannya baik pada kesal atau jengkelnya
diri sendiri, orang lain - Dengarkan tanpa
maupun dilingkungan menyela atau
sekitarnya memberi penialai setiap
ungkapan perasaan
klien
Setelah dilakukan - Bantu klien
interaksi klien mampu mengungkapkan
menceritakan tanda- tanda-tadan perilaku
tanda saat terjadi kekerasan
perilaku kekerasan : yang dialaminya
- Tanda fisik: mata - Motivas klien
merah, tangan menceritakan
mengepal, ekspresi kondisi fisik (tanda-
tegang dll tanda fisik) saat
- Tanda emosional: perilaku kekerasan
perasaan marah, terjadi
jengkel, bicara - Motivasi klien
kasar. menceritakan
- Tanda sosial: kondisi hubungan
bermusuhan yang dengan
dialami saat terjadi orang lain (tanda-tanda
kekerasan sosial)
saat terjadi perilaku
kekerasan
Setelah dilakukan - Diskusikan dengan
interaksi, klien dapat klien
menjelaskan: perilaku kekerasan
- Jenis- jenis ekspresi yang
kemarahan yang dilakukannya selama
selami ini telah ini
dilakukannya - Motivasi klien untuk
- Perasaan saat menceritakan perasaan
melakukan klien
kekerasan setelah tindakan
- Efektifitas cara kekerasan
yang tersebut terjadi
dipakai dalam - Diskusikan apakah
menyeelesaikan dengan
masalh tindakan kekerasan
yang
dilakukannya masalah
yang
dialami teratasi
Setelah dilakukan Diskusikan dengan klien
pertemuan klien mampu dampak
menjelaskan akibat negative dari cara yang
tindakan kekerasan dilakukan
yang dilakukannya : pada diri sendiri, orang
- Diri sendiri: luka, lain/keluarga dan
diajuhi teman, dll lingkungan di
- Orang sekitarnya
lain/keluarga:
luka, tersinggung,
ketakutan, dll
- Lingkungan: barang
atau benda rusak,
dll

Setelah dilakukan Diskusikan dengan klien :


pertemuan dengan - Apakah klien mau
klien, klien dapat mempelajari
mengungkapkan cara- cara baru
cara sehat untuk mengungkapkan
mengungkapkan marah dengan sehat
kemarahan - Jelaskan berbai
alternatif untuk
mengungkapkan
kemaraham
selain perilku
kekerasan yang
diketahui oleh klien
- Jelaskan cara-cara
sehat untuk
mengungkapakan
marah:
a. Cara fisik: nafas
dalam,
pukul bantal atau
kasur dan
olahraga.
b. Verbal:
mengungkapkan
bahwa dirinya
sedang kesal
kepada orang lain
c. Sosial: latihan
asertif dengan
orang lain
d. Spiritual:
sembahyang/doa,
zikir meditasi, dll
sesuai
dengan keyakinan
masing
masing
Setelah dilakukan - Diskusikan cara yang
interaksi dengan klien, mungkin
klien mampu dipilih dan dianjurkan
memperagakan cara lien
mengontrol perilaku memilih cara yang
kekerasan: mungkin
- Cara fisik: nafas untuk mengungkapkan
dalam, pukul bantal kemarahan
atau kasur dan - Latih klien cara yang
olahraga dipilih
- Verbal: - Peragakan cara
mengungkapakn melaksanakan
bahwa dirinya yang dipilih
sedang - Anjurkan klienn
kesal kepada orang menirukan
lain peragaan yang sudah
- Sosial: latihan dilakukan
asertif dengan - Beri penguatan pada
orang lain klien,
- Spiritual : perbaiki cara yang
sembahyang/doa, masih belum
zikir, meditasi, dll sempurna
sesuai dengan - Anjurkan klien
keyakinan masing- menggunakan
masing cara yang sudah dilatih

Setelah dilakukan - Diskusikan


pertemuan dengan pentingnya peran
keluarga, kelurga dapat serta keluarga sebagai
menjelaskan cara pendukung klien
merawat klien dengan untuk
risiko perilaku mengatasi perilaku
kekerasan dan keluarga kekerasan.
mampu - Diskusikan potensi
mnegungkapkan keluarga
rasa puas dalam untuk membantu klien
merawat klien untuk
mengatasi perilaku
kekerasan.
- Jelaskan pengertian,
pernyebab, akibat dan
cara
merawat klien
perilaku
kekerasan yang dapat
dilaksanakan keluarga.
- Peragakan cara
merawat klien
(menangani perilaku
kekerasan).
- Beri kesempatan
keluarga
untuk memperagakan
ulang.
- Beri pujian kepada
keluarga
setelah
memperagakan.
- Tanyakan perasaan
keluarga
setelah mencoba cara
yang
dilatihkan

Setelah dilakukan - Jelaskan manfaat


pertemuan dengan minum obat
klien, secara teratur
klien mampu - Jelaskan kepada klien
menjelaskan: mengenai jenis pbat,
- Manfaat minum dosis,
obat waktu pemakaian, cara
- Bentuk dan warna pemakaian, dan efek
obat samping
- Dosis obatnya yang bisa muncul
- Waktu pemberian - Anjurkan klien untuk
obat minum
- Cara pemakaian obat tepat waktu,
- Efek samping melaporkan
kepada perawat/dokter
jika terjadi efek yang
tidak biasa
dan beri pujian kepada
pasien
terhadap kedisiplinan
klien
menggunakan obat
10. Konsep Skoring RUFA (Respon Umum Fungsi Adaptif)

a. Pengertian RUFA (Respon Umum Fungsi Adaptif)

RUFA (Respon Umum Fugsi Adaptif) / GARF (General

Adaptive Funtion Response) yang merupakan modifikasi dari skor

GARF karena keperawatan menggunakan pendekatan respon

manusia dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan

fungsi respon yang adaptif. Dari diagnosa skor RUFA dibuat

berdasarkan diagnose keperawatan yang ditemukan pada klien.

b. RUFA Perilaku Kekerasan

No Respon Skor
1-10 11-20 21-30
1 Perilaku  Melukai diri  Menentang  Menentang
sendiri/  Mengancam
orang lain  Mata melotot
 Merusak
lingkungan
 Mengamuk
 Menentang
 Mengancam
 Mata melotot
2 Verbal  Bicara kasar  Bicara kasar  Intonasi
 Intonasi tinggi  Intonasi sedang
 Menghina sedang  Menghina
orang lain  Menghina orang lain
 Menuntut orang lain  Berdebat
 Berdebat  Menuntut
 Berdebat
3 Emosi  Labil  Labil  Labil
 Mudah  Mudah  Mudah
tersinggung tersinggung tersinggung
 Ekspresi  Ekspresi  Ekspresi
tegang tegang tegang
 Marah-marah  Dendam  Merasa tidak
 Dendam  Merasa tidak aman
 Merasa tidak aman
aman
4 Fisik  Muka merah  Pandangan  Pandangan
 Pandangan tajam tajam
tajam  Tekanan  Tekanan
 Nafas pendek darah darah
 Keringat (+) meningkat menurun
 Tekanan darah
meningkat
Berdasarkan prinsip tindakan intensif segera, maka penanganan

kedaruratan dibagi dalam 3 fase, yaitu :

1. Fase intensif I (24 jam pertama)

Pasien dirawat dengan observasi, diagnosa, tritmen dan

evaluasi yang ketat. Berdasarkan evaluasi pasien memiliki tiga

kemungkinan yaitu dipulangkan, dilanjutkan ke fase intesif II,

atau dirujuk ke rumah sakit jiwa.

2. Fase intensif II (24-72 jam pertama)

Perawatan pasien dengan observasi kurang ketat sampai

dengan 72 jam. Berdasarkan hasil evaluasi maka pasien pada

fase ini memiliki empat kemungkinan yaitu dipulangkan,

dipindahkan ke ruang fase intensif III, atau kembali ke ruang

fase intensif I.

3. Fase intensif III (72-10 hari)

Pasien dikondisikan sudah mulai stabil, sehingga observasi

sudah mulai berkurang dan tindakan keperawatan diarahkan

kepada tindakan rehabilitasi.merujuk kepada hasil evaluasi

maka pasien pada fase ini dapat dipulangkan, dirujuk ke rumah

sakit jiwa atau unit psikiatri di rumah sakit umum ataupun

kembali ke ruang
B. Konsep Dasar Terapi Inovasi Murottal

1. Pengertian Terapi Murottal

Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam. Menurut umat islam

adalah wahyu dari Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad 14

abad yang lalu oleh mediasi dari malaikat Jibril. Setiap huruf terdiri

dari berbagai ayat dengan jumlah yang berbeda. Muslim mengatakan

bahwa dalam Al-Qur’an berisi informasi penting yang dapat

memberikan jawaban dan solusi untuk masalah yang dihadapi

manusia, (Putra et al., 2018).

Terapi psikoreligi adalah psikoterapi agama seperti shalat, dzikir,

membaca Al-Quran atau mendengarkan Al-Quran bagi klien beragama

islam (Mardiati et al., 2017). Lebih rinci, Yana, Utami, dan Safri

(2015) menjelaskan bahwa murottal Al-Qur’an adalah lantunan ayat-

ayat suci AlQur’an yang dilagukan oleh seorang qori, direkam lalu

kemudian diperdengarkan secara seksama dengan tempo yang

cenderung lambat dan harmonis.

Menurut Hady, et al (2012) terapi murottal Al-Qur’an adalah terapi

bacaan Al-Qur’an yang merupakan terapi religi dimana seseorang

dibacakan ayat-ayat Al-Qur’an selama beberapa menit atau jam

sehingga memberikan dampak positif bagi tubuh seseorang.

2. Manfaat Terapi Murottal

Menurut Nilasari dkk (2019) Murottal berupa bacaan ayat-ayat suci

Al-Qur‟an jika diperdengarkan memiliki beberapa manfaat yang

sangat baik diantaranya sebagai berikut:


a. Mendengarkan bacaan ayat-ayat Al-Qur‟an dengan tartil

akan mendapatkan ketenangan jiwa

b. Lantunan Al-Qur‟an secara fisik mengandung unsur suara

manusia, suara manusia merupakan instrument penyembuhan yang

menakjubkan dan alat yang paling mudah dijangkau.

c. Menurunkan hormone-hormone stress, mengaktifkan hormone

endorphin alami, meningkatkan perasaan releks, dan mengalihkan

perhatian dari rasa takut, cemas dan tegang, memperbaiki system

kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan darah serta

memperlambat pernafasaan, detak jantung, denyut nadi, dan

aktivitas gelombang otak

Laju pernafasan yang lebih dalam atau lebih lambat

tersebut sangat baik menimbulkan ketenangan, kendali emosi,

pikiran yang lebih dalam dan metabolisme yang lebih baik.

Ada beberapa yang menemukakan manfaat terapi murotta Al-Qur’an

menurut para ahli yaitu:

a. Memberi rasa rileks

b. Meningkatkan rasa rileks

c. Terapi murottal dapat menyebabkan otak memancarkan

gelombang theta yang menimbulkan rasa tenang

d. Memberikan perubahan fisiologis

e. Terapi murottal secara teratur adalah obat nomor satu dalam

penyembuhan kecemasan
3. Terapi Murottal Bagi Kesehatan Jiwa

Terapi murottal dapat memberikan pengaruh terhadap perasaan,

pikiran dan emosi serta dengan mendengarkan murottal dapat

menenangkan hati, perasaan, rasa takut, cemas, tegang, mengurangi

rasa stress dan frustasi.

Dari ayat-ayat atau surat-surat dapat menjadi obat atau

penyembuh terhadap suatu penyakit secara spesifik bagi

orang-orang yang beriman dan meyakini kekuasaan Allah

SWT, sebagaimana firman-Nya:

Artinya : ”dan kami menurunkan sebagian dari Al-Qur’an

sebagai obat dan rahmat bagi orang-orang yang

beriman”. (QS. Al-Isra (17) :82).

Adapun arti penyembuhan / obat (syifa) yang terdapat dalam Al-

Qur‟an menunjukan bahwa Al-Qur’an itulah pengobatan dan

penyembuhan bagi siapa saja yang meyakininya. Syifa menjadi fokus

penyembuhan, perawatan dan pengobatan seorang manusia (insan)

secara utuh, yakni yang berkaitan atau menyangkut dengan gangguan

pada mental, spiritual, moral (akhlak), dan fisik (Al-Khalidy et. Al,

1990 dalam Hayati, 2021).

Murottal Al-Qur‟an membutuhkan alat pendengaran, telinga

mansia merupakan indra pendengaran. Telinga hanya dapat mendengar

frekuensi bunyi dengan panjang gelombang 20Hz-20.000Hz. intensitas


atau kekuatan suara diukur dalam desibel (dB). Pendengaran normal

manusia mampu mendengarkan dalam batas 60dB - 85dB (Sherwood,

2016).

Menurut Abdurrahman suara yang diterima oleh telinga kemudian

di terima oleh saraf pusat kemudian ditransmisikan keseluruh bagian

tubuh. Selanjutnya saraf vagus dan system limbic membantu kecepatan

denyut jantung, respirasi mengontrol emosi. Terapi audio murotal

dapat memunculkan gelombang delta di daerah frontal yaitu sebagai

pusat intelektual dan pengatur emosi (Sherwood, 2016).

Efek terapi murottal Al-Qur‟an terhadap respon tubuh sudah

banyak di teliti oleh para ilmuan dan menunjukan bahwa musik dan

murottal mempunyai efek yang positif pada rasa sakit dan kecemasan

dan juga meningkatkan kualitas hidup individu (Yaqub, 2016).

4. Indikasi dan Kontraindikasi

a. Indikasi

1) Pasien dengan resiko perilaku kekerasan

2) Pasien yang gangguan jiwa

3) Pasien mengalami masalah koping

4) Pasien yang mengalami gangguan pola tidur

5) Pasien yang mengalami stress

b. Kontraindikasi

1) Pasien yang masalah kesehatan pada pendengaran.

2) Pasien khususnya pasien-pasien gangguan jiwa yang

mengalami kekambuhan atau munculnya gejala-gejala aktual


seperti halusinasi, perilaku kekerasan, waham dsb yang tidak

dalam pengaruh obat.

5. Keutamaan Surah Al-Fatihah, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas dan

Ayat Kursi

Al-Fatihah merupakan surah mulia yang terdiri dari tujuh ayat

berdasarkan konsensus kaum muslimin. Ia dinamakan Al-Fatihah

(pembuka) karena kedudukannya sebagai pembuka semua surah yang

terdapat dalam Al-Quran. Al-Fatihah diletakkan pada lembaran awal

untuk menyesuaikan urutan surah dan bukan berdasarkan urutan

turunnya. Walaupun Al-Fatihah hanya terdiri dari beberapa ayat dan

sangat singkat namun Al-Fatihah telah menginterpretasikan makna dan

kandungan Al-Quran secara komprehensif (Syatha, 2008).

Surah Al Fatihah memiliki kedudukan yang tinggi dengan sebutan

Ummul Kitab yang artinya induk dari seluruh Al-Qur’an.

Surah Al Fatihah ini terdiri dari 7 ayat dan merupakan surah yang

popular dan paling dihafal oleh umat muslim (Ridha, 2007). Surah Al

Fatihah merupakan obat dari segala penyakit dan Rasulullah Saw.

Telah mencontohkan berbagai macam pengobatan yang bisa dilakukan

dengan surah Al Fatihah (Alcaff, 2014). Membaca surah Al Fatihah

sebanyak 70 kali mampu menyembuhkan tremor atau biasa disebut

gemetaran (Pedak, 2009, dalam Mardiati dkk, 2018).

Surat Al Ikhlas termasuk diantara surat-surat pendek dalam Al-

Qur’an. Surat ini sering kali dibaca dan diulang-ulang, hampir-hampir

sudah menjadi bacaan harian bagi setiap muslim baik ketika sholat
ataupun dzikir. Bukan karena surat ini pendek dan mudah di hafal.

Namun memang demikianlah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam

dalam keseharian beliau tidak lepas dari membaca surat yang mulia

ini. Lebih dari itu surat yang mulia ini mengandung makna-makna

yang penting dan mendalam. Oleh karena itu meski surat ini pendek

tapi memiliki kedudukan yang tinggi dibanding surat-surat lainnya.

Bahkan kedudukannya sama dengan sepertiga Al Qur’an.

Surah An-Nas adalah surah terakhir dalam al-Qur'an. Nama An-

Nas diambil dari kata An-Nas yang berulang kali disebut dalam surat

ini yang artinya manusia. Surah ini termasuk dalam golongan surah

makkiyah. Isi surah adalah menganjurkan manusia memohon

perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan baik yang berasal dari

golongan manusia maupun jin.

Barang siapa terkena penyakit karena perbuatan syaitan atau

manusia, hendaklah membaca Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas

sebanyak 41 kali selama 3 hari, 5 hari atau 7 hari berturuh-turut.

Barang siapa yang takut akan godaan syaitan atau manusia atau takut

dalam kegelapan malam, atau takut kejahatan manusia, bacalah Surah

Al-Falaq dan Surah An-Nas sebanyak 100 kali. Membaca surat Al

Falaq melindungi kita terhadap kejahatan kejahatan tersebut di atas di

dunia ini. Uqba bin Amar RA meriwayatkan Nabi Muhammad SAW

bersabda “Malam ini diturunkan dua surat kepadaku yang tidak ada hal

lain yang bisa menandinginya. Yaitu Surah Al Falaq dan Surah An-

Nas .” (Muslim).
Ayat kursi merupakan sebuah ayat yang terdapat dalam al-Qur‟an

surah al-Baqarah ayat 255, di mana oleh sebagian kaum muslimin

dianggap sebagai salah satu ayat yang utama dan istimewa dalam al-

Qur‟an. Muhammad Ayub (1999) mengatakan bahwa sebagian kaum

muslimin menganggap ayat kursi sebagai salah satu ayat yang paling

agung dalam al-Qur‟an. Karena penggambarannya ayat ini menjadi

bahan teologis dan eksegesis yang membangkitkan banyak pemikiran

dan perasaan mistik lewat keindahan kalimat-kalimat dan bahasanya

(Nur, 2017). Bukan hal baru juga ayat kursi difungsikan sebagai sarana

perlindungan dari gangguan makhluk-makhluk halus, bahkan tidak

jarang ayat ini digunakan untuk mengusir jin, maupun setan. Sejak

Nabi saw masih hidup, ayat kursi merupakan ayat yang sering

digunakan untuk melindungi diri dari jin dan setan (Charisun, 2019).

Ayat ini dipenuhi dengan sifat-sifat Allah yang dikemukakan

sedemikian rupa sehingga menampik setiap bisikan yang dapat

membuat orang yang membaca merasa ragu atas pemeliharaan dan

perlindungan Allah kepada seluruh makhluk-Nya. Begitu agungnya

ayat ini hingga menanamkan ke dalam hati pembacanya tentang

kebesaran dan kekuasaan Allah serta pertolongan dan perlindungan-

Nya. Sehingga sangat wajar dan logis jika terdapat penjelasan bahwa

barang siapa yang membaca ayat kursi, maka ia memperoleh

perlindungan Allah dan tidak akan diganggu setan (Shihab, 2002

dalam Nisa, 2020).


6. Prosedur

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


TERAPI MUROTTAL

Pengertian Terapi murottal adalah rekaman suara Al-Qur’an yang dilagukan oleh
seorang Qori (Pembaca Al-Qur’an), lantunan Al-Qur’an secara fisik
mengandung unsur suara manusia (Fanada, 2012 dalam Indri W, 2014)
Tujuan a. Dapat menghilangkan rasa resah dan gelisah
b. Memelihara diri dari was-was setan, ancaman manusia
c. Membentengi diri dari perbuatan maksiat dan dosa, serta dapat
memberikan sinaran kepada hati
d. Menghilangkan kekeruhan jiwa
Setting Klien dan perawat duduk berhadapan
Alat dan Bahan a. Rekaman Murottal Al-Qur’an (https://youtu.be/mds4yufbKoA)
b. Handphone
c. Lingkungan yang hening sehingga dapat berkonsentrasi secara
penuh
Prosedur a. Pra Interaksi
1. Membuat kontrak waktu dengan klien
2. Identifikasi kontraindikasi dengan terapi yang akan diberikan
3. Siapkan lingkungan yang nyaman dan bersih serta jauh dari
kebisingan
4. Siapkan alat-alat yang akan digunakan
5. Cuci tangan

b. Tahap Orientasi
1. Salam terapeutik
a) Perawat mengucapkan salam
b) Perkenalkan nama dan tanyakan panggilan klien
2. Evaluasi dan validasi
a) Menanyakan perasaan klien saat ini
b) Menanyakan masalah yang dirasakan
3. Kontrak
a) Perawat menjelaskan jenis terapi, waktu dan tempat
b) Perawat menjelaskan tujuan terapi psikoreligi murottal
c) Perawat menjelaskan aturan kegiatan

c. Tahap kerja
1. Membaca Basmalah

2. Berikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan


dilakukan
3. Menanyakan perasaan klien
4. Jaga privasi klien dan mulai dengan cara yang baik
5. Pilih murottal yang akan diperdengarkan oleh klien
6. Pastikan volume audio sesuai, tidak terlalu besar dan tidak
terlalu kecil
7. Putarkan Surah Al-Fatihah, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas dan
Ayat Kursi secara berulang
8. Putarkan Murottal selama 7 menit
9. Arahkan klien untuk tetap fokus dan rileks
10. Setelah selesai anjurkan klien untuk duduk terlebih dahulu dan
menarik napas dalam
d. Tahap Terminasi
1. Evaluasi
a) Membaca hamdalah
b) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti kegiatan
c) Memberikan pujian kepada klien
2. Rencana Tindak Lanjut
a) Simpulkan hasil kegiatan
b) Menganjurkan klien untuk belajar mengontrol resiko
perilaku kekerasannya dengan melakukan hal-hal positif
seperti membersihkan kamar tidur, shalat, mengobrol
dengan temannya dan lain-lain
3. Kontrak waktu jadwal terapi selanjutnya
4. Mengakhiri pertemuan dengan baik : bersama klien membaca
do’a

Artinya :
(Ya Allah. Tuhan segala manusia, hilangkan segala klienannya, angkat
penyakitnya, sembuhkanlah ia, engkau maha penyembuh, tiada yang
menyembuhkan selain engkai, sembuhkanlah dengan kesembuhan
yang tidak meninggalkan sakit lagi) dan berpamitan dengan mengucap
salam pada pasien.
5. Mencuci tangan

e. Dokumentasi
1. Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan
a) Nama klien, umur, jenis kelamin dan lain-lain
b) Keluhan utama
c) Tindakan yang dilakukan (Terapi Murottal)
d) Lama tindakan
e) Jenis terapi psikoreligi yang diberikan
f) Reaksi selama, setelah terapi pemberian terapi psikoreligi
g) Respon klien
h) Nama perawat
i) Tanggal pemeriksaan
Referensi Akib, 2021

Anda mungkin juga menyukai