Anda di halaman 1dari 73

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

LHOKSEUMAWE

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN BRONKOPNEUMONIA PADA


AN. R DI RUANG ARAFAH 1 RSUD ZAINAL ABIDIN BANDA
ACEH

OLEH :

ELIYANI
NIM : 2007401004

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
LHOKSEUMAWE
2023
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIAH
LHOKSEUMAWE

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN BRONKOPNEUMONIA PADA


AN. R DI RUANG ARAFAH 1 RSUD ZAINAL ABIDIN BANDA
ACEH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Dalam


Rangka Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan Pada Program Studi
Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Lhokseumawe

OLEH :
ELIYANI
NIM : 2007401004

PRORAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
LHOKSEUMAWE
2023
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan


Tim Penguji KTI Progam Studi D-III Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Muhammadiyah Lhokseumawe

Lhokseumawe, 2023
Menyetujui,
Pembimbing Ketua Program Studi Prodi D-III Keperawatan

Ns. Ida Suryawati, M.Kep Ns. Ida Suryawati, M. Kep


NIDN : 13.230289.01 NIDN : 13.230289.01

Mengetahui,
Ketua STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe

Ns. Mursal, S. Kep. M. Kep


NIDN. 01.180785 .04

iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI

Karya Tulis Ilmiah ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji


Karya Tulis Ilmiah Program Studi D-III Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Muhammadiyah Lhokseumawe

Lhokseumawe, 2023

Tanda tangan

Ketua :
NIDK :

Penguji I :
NIDN :

Penguji II :
NIDN :

Menyetujui
Ketua Program Studi D-III Keperawatan

Ns. Ida Suryawati, M. Kep


NIDN : 13.230289.01

Mengetahui
Ketua STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe

Ns. Mursal, M.Kep


NIDN : 01.11078504

iv
Program Studi Diploma III Keperawatan
STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe
Karya Tulis Ilmiah (KTI), Mei 2023

ABSTRAK

ELIYANI
Nim : 2007401004

Asuhan Keperawatan Bronkopneumonia Pada An. R Di Ruang Arafah 1


Rsud Zainal Abidin Banda Aceh
xii + V BAB + 60 Halaman + 3 Tabel + 1 Skema

Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu peradangan pada


parenkim paru yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai alveolus di
sekitarnya, yang sering menimpa anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh
bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. WHO
melaporkan bahwa 15 negara berkembang dengan jumlah kematian tertinggi
akibat pneumonia berasal dari India sebanyak 158 ribu, urutan kedua diikuti
Nigeria dengan 140 ribu dan urutan ketiga Pakistan dengan 62 ribu kematian.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah memberi
asuhan keperawatan Bronkopneumonia pada Anak. Metode pengumpulan data
menggunakan studi kasus, pada 1 klien bronkopneumonia pengumpulan data
enam cara wawancara, observasi, pemeriksaan fisik. Analisa data dengan cara
pengumpulan data, pengkajian data, kesimpulan etik penelitian: surat persetujuan
tanda nama. Hasil penelitian didapat data orang tua pasien mengatakan An. R
demam tinggi sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, batuk pilek sejak 5 hari
sebelum masuk rumah sakit, dahak susah keluar dan sesak nafas. Keadaan umum
lemah,tanda-tanda vital: suhu 37,4oC, HR 130×/menit, RR 43×/menit dan berat
badan 8 kg saat masuk rumah sakit dengan tinggi badan 69 cm. Hasil asuhan
keperawatan yang didapatkan setelah dikaji muncul dua diagnosa pada pasien
yaitu bersihan jalan napas tidak efektif dan ketidakefektifan pola nafas . Evaluasi
yang didapatkan adalah bersihan jalan napas tidak efektif teratasi sebagian dan
ketidakefektifan pola nafas teratasi. Kesimpulan diharapkan dengan adanya studi
kasus ini klien dan keluarga dapat paham dan mengerti cara perawatan dan
pengobatan pada klien dengan tujuan untuk mempercepat proses penyembuhan
serta mau melaksanakan anjuran untuk melatih berjalan dan mnum obat rutin.

Kata Kunci : Asuhan Keperawatan + Bronkopneumonia


Daftar Bacaan : 7 Referensi (2018-2023)

v
Nursing Diploma III Study Program
STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe
Scientific Writing (KTI), Mei 2023

ABSTRACT

Eliyani
Nim : 2007401004

Bronchopneumonia Nursing Care in An. R In Arafah Room 1 Zainal Abidin


Hospital Banda Aceh

xii + V CHAPTER + 60 Pages + 3 Tables + 1 Schematic

Bronchopneumonia is also called lobular pneumonia, which is inflammation of


the lung parenchyma which usually affects the bronchioles and also the
surrounding alveoli, which often affects children and toddlers, caused by various
etiologies such as bacteria, viruses, fungi and foreign bodies. WHO reports that
the 15 developing countries with the highest number of deaths due to pneumonia
came from India with 158 thousand, followed by Nigeria with 140 thousand and
third place Pakistan with 62 thousand deaths. The goal to be achieved in writing
this scientific paper is to provide Bronchopneumonia nursing care in Children.
Methods of data collection using case studies, on 1 bronchopneumonia client
collecting data six ways of interview, observation, physical examination. Data
analysis by means of data collection, data review, research ethical conclusions:
name signature approval letter. The results of the study obtained data from the
patient's parents saying An. R had a high fever since 3 days before entering the
hospital, coughing colds since 5 days before entering the hospital, phlegm was
hard to come out and shortness of breath. Weak general condition, vital signs:
temperature 37.4oC, HR 130×/minute, RR 43×/minute and body weight 8 kg
when admitted to the hospital with a height of 69 cm. The results of nursing care
obtained after being examined showed two diagnoses in patients, namely
ineffective airway clearance and ineffective breathing patterns. The evaluation
obtained was that ineffective airway clearance was partially resolved and the
ineffectiveness of the breathing pattern was resolved. The conclusion is that it is
hoped that with this case study clients and families can understand and understand
how to care and treat clients with the aim of accelerating the healing process and
are willing to carry out recommendations to train walking and take regular
medication.

Keywords : Nursing Care + Bronchopneumonia


Reading List : 7 References (2018-2023)

vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadhirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan ridha-Nya sehingga penulisan Karya Tulis Ilmiah yang

berjud ” Asuhan Keperawatan Pada Hipertensi Pada Lansia Dengan

Ketidakpatuhan Diet Makanan Di Gampong Cot Jabet Dusun Blang Mee

Kecamatan Banda Baro Kabupaten Aceh Utara ” telah dapat diselesaikan dengan

baik dan tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai salah

satu syarat tugas akhir dalam rangka menyelesaikan pendidikan Ahli Madya

Keperawatan pada Program Studi Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan (STIKes) Muhammadiyah Lhokseumawe. Penulisan Karya Tulis

Ilmiah ini dapat diselesaikan dengan bimbingan dan dukungan secara langsung

maupun tidak langsung dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis

ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ns. Mursal, M.Kep selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes)

Muhammadiyah Lhokseumawe.

2. Ns. Ida Suryawati.,M.Kep selaku Ketua Prodi D.III Keperawatan Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Muhammadiyah Lhokseumawe dan

sekaligus pembimbing karya tulis ilmiah saya

3. Terima kasih kepada penguji I dan penguji II yang telah banyak memberi

masukan untuk kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.

4. Orang tua dan seluruh keluarga besar yang telah memberikan dorongan

motivasi bagi penulis.

vii
5. Kawan-kawan seperjuangan Prodi D.III Keperawatan STIKes

Muhammadiyah Lhokseumawe Angkatan ke XVIII.

Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak

terdapat kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran

dari pembaca dan pihak terkait lainnya yang bersifat membangun demi

kesempurnaan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis berharap nantinya

penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dapat menjadi acuan bagi peneliti selanjutkan

dalam melakukan penelitian tentang asuhan keperawatan pasien dengan

hipertensi..

Lhokseumawe, Mei 2023


Penulis

Eliyani
Nim : 2007401004

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i

HALAMAN JUDUL DALAM.......................................................................ii

LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN........................................ii

LEMBARAN PENGESAHAN PENGUJI....................................................iv

ABSTRAK.......................................................................................................v

ABSTRAC.......................................................................................................vi

KATA PENGANTAR....................................................................................vii

DAFTAR ISI...................................................................................................ix

DAFTAR TABEL...........................................................................................xi

DAFTAR SKEMA..........................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan................................................................................3
1.3 Metode Penelitian...............................................................................4
1.4 Sistematika Penulisan.........................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORITIS....................................................................6
2.1 Konsep Dasar Bronkopneumonia.......................................................6
2.1.1 Pengertian..................................................................................6
2.1.2 Etiologi......................................................................................6
2.1.3 Manifestasi Klinis.....................................................................7
2.1.4 Patofisiologi..............................................................................8
2.1.5 Klasifikasi.................................................................................10
2.1.6 Penatalaksanaan........................................................................11
2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik............................................................11
2.1.8 Komplikasi................................................................................12

ix
2.2 Asuhan Keperawatan Teoritis.........................................................13
2.2.1 Pengkajian................................................................................13
2.2.2 Diagnosa Keperawatan...........................................................21
2.2.3 Intervensi Keperawatan..........................................................23
2.2.4 Implementasi...........................................................................28
2.2.5 Evaluasi...................................................................................29
BAB III TINJAUAN KASUS........................................................................31
3.1 Pengkajian..........................................................................................31
3.2 Analisa Data.......................................................................................39
3.3 Diagnosa Keperawatan.......................................................................41
3.4 Intervensi Keperawatan......................................................................41
3.5 Implementasi Dan Evaluasi................................................................42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................50
4.1 Pengkajian..........................................................................................50
4.2 Diagnosa Keperawatan.......................................................................51
4.3 Intervensi Keperawatan......................................................................51
4.4 Implementasi......................................................................................52
4.5 Evaluasi..............................................................................................52
BAB V PENUTUP..........................................................................................56
5.1 Kesimpulan.........................................................................................56
5.2 Saran...................................................................................................57
DAFTAR PUSTAKA

x
DAFTAR TABEL

Tebel 2.1 Intervensi Rencana Keperawatan Bronkopneumonia.......................23


Tabel 3.1 Hasil Laboratorium...........................................................................38
Tabel 3.2 Penatalaksanaan................................................................................39

xi
DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Pathway Bronkopneumonia............................................................9

xii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit yang diderita oleh anak dan sering terjadi adalah gangguan sistem

pernafasan, beberapa penyakit gangguan pernafasan diantaranya adalah ISPA,

pneumonia, asma, dan TB. Pada kebanyakan kasus gangguan pernafasan yang

terjadi pada anak bersifat ringan, akan tetapi sepertiga kasus mengahruskan anak

mendapatkan penangganan khusus. Akibatnya anak lebih memungkinkan untuk

memerlukan kunjungan ke penyediaan layanan kesehatan seperti pada penyakit

asma, bronkitis, turbercolusis, dan pneumonia (Pangesti et al., 2020).

Bronkopneumonia yaitu salah satu bagian dari penyakit Pneumonia.

Bronkopneumonia atau penumonia lobaris merupakan suatu infeksi saluran

pernafasan akut bagian bawah dari parenkim paru yang melibatkan bronkus atau

bronkiolus yang berbentu distribusi berupa bercak-bercak (patchy distribution)

yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan benda asing (Samuel, 2019).

Hampir satu juta kematian setiap tahun akibat bronkopneumonia, pada

tahun 2017 total sebanyak 800 ribu kematian pada anak di bawah usia 5 tahun.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga melaporkan bahwa 15 negara

berkembang dengan jumlah kematian tertinggi akibat pneumonia berasal dari

India sebanyak 158 ribu, pada urutan kedua diikuti Nigeria dengan 140 ribu dan di

urutan ketiga Pakistan dengan 62 ribu kematian.

Indonesia berada Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2018, 6 provisi

yang mempunyai insiden bronkopneumonia pada anak dan balita tertinggi adalah

1
2

DKI Jakarta (93,53%), Sulawesi Tengah (71,82%), Kalimantan Utara (70,91%),

Banten (67,60%) dan Nusa Tenggara Barat (63,64%). Sedangkan Jawa Tengah

sendiri (63,34%) (Kemenkes RI, 2018). Penemuan data jumlah balita dengan

bronkopneumonia di Provinsi Jawa Tengah menurut jenis kelaminya pada tahun

2018 khususnya pada Daerah Semarang , jenis kelamin laki-laki sejumlah 863

kasus (24,04%) dengan jumlah jenis kelamin laki laki sebanyak 35.899 dan

jumlah penderita 3.590 (KemenkesJateng, 2021). Berdasarkan data yang diperoleh

dari Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan jumlah penduduk usia balita pada

tahun 2021 adalah sebanyak 147.644 serta perkiraan kasus balita yang terkena

bronkopneumonia dengan masalah bersihan jalan napas adalah 5.330 kasus

(Dinas Kesehatan, 2021). di urutan ketujuh dengan total 20 ribu kematian (WHO,

2018).

Angka kejadian Pneumonia selama tahun 2019 di Provinsi Bengkulu

sebanyak 12,81%. Realisasi penemuan penderita Pneumonia pada balita sebanyak

306 kasus (Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu, 2021). Berdasarkan data Rekam

Medis Bronkopneumonia 4 tahun terakhir di RSUD Harapan dan Doa Kota

Bengkulu pada tahun 2018 ada sebanyak 26 penderita bronkopneumonia

kemudian pada tahun 2019 ada 56 pasien bronkopneumonia lalu pada tahun 2020

ada sebanyak 79 pasien bronkopneumonia dan pada tahun 2021 ada 36 pasien

bronkopneumonia lalu pada tahun 2022 hingga bulan april ada sebanyak 38

pasien bronkopneumonia (Rekam Medis RSUD Harapan dan Doa Kota Bengkulu,

2022).
3

Saat ini, pneumonia merupakan salah satu kasus penyebab kematian pada

anak terbesar, terutama pada periode baru lahir. Di Provinsi Aceh, penyakit

pneumonia merupakan penyakit urutan ke-8 dari 25 penyakit terbesar yang

ditemukan di puskesmas dengan jumlah 1.112 kasus. Sedangkan besarnya kasus

pneumonia pada penderita rawat jalan di Aceh mencapai 434 kasus (29,03%).

Bronkopneumonia terjadi akibat mikroba yang ada di udara di aspirasi

organisme dari nasofaring atau penyebaran hematogen. Bakteri masuk ke paru

melalui saluran nafas masuk ke bronkioli dan alveoli. Mikroorganisme yang

terdapat dalam paru dapat menyebar ke bronkus, bronkus akan mengalami fibrosis

dan pelebaran akibat tumpukan nanah sehingga dapat timbul bronkiektasis. Selain

itu organisasi eksudat dapat terjadi karena absorbsi yang lambat. Selanjutnya

eksudat berubah menjadi purulen dan menyebabkan sumbatan pada lumen

bronkus. Sumbatan tersebut dapat mengurangi asupan oksigen dari luar sehingga

penderita mengalami sesak nafas, dispnea, retraksi dinding dada/nafas cuping

hidung (Indri, 2019).

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Asuhan Keperawatan Bronkopneumonia Pada An. R Di

RSUD Zainal Abidin Banda Aceh”

1.2 Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah

memberi asuhan keperawatan Bronkopneumonia pada Anak


4

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada anak dengan masalah

bronkopneumonia

b. Mampu merumuskan diagnosa yang tepat pada anak dengan masalah

bronkopneumonia

c. Mampu menyusun intervensi yang tepat pada anak dengan masalah

bronkopneumonia

d. Mampu melakukan tindakan keperawatan yang dibutuhkan oleh anak

dengan masalah bronkopneumonia

e. Mampu mengevaluasi perkembangan anak setelah dilakukan tindakan

keperawatan dengan masalah bronkopneumonia.

1.3 Metode Penelitian

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulisan menggunakan metode

pengkajian pustaka, yaitu menjelaskan tentang bronkopneumonia melalui data

yang terdapat dari buku, google scholar, dan juga metode studi kasus dengan

pendekatan proses keperawatan. Adapun tehnik penulisan adalah diskriptif, yang

merupakan gambaran kasus yang dikelola dengan cara pengumpulan data yang

diperoleh saat pengkajian.

1. Wawancara

Mengadakan wawancara dengan klien maupun dengan keluarga klien

mengenai data pasien


5

2. Observasi Partisipasi

Dengan melakukan pendekatan dan melakukan asuhan keperawatan secara

langsung pada klien

3. Studi dokumentasi

Analisa yang dilakukan dengan melihat dan menganalisis dokumen-dokumen

yang dapat berupa informasi klien.

1.4 Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan: Berisi tentang pendahuluan yang meliputi latar

belakang masalah,tujuan penulisan, dan metode penulisan

Bab II Tinjauan Teoritis: Berisi tentang konsep dasar meliputi

definisi,etiologi, manifestasi klinik, pemeriksaan diagnostik, penatalaksaan,

hingga komplikasi. Dan askep teoritis mulai dari pengakajian,diagnosa,

intervensi, implementasi hingga evaluasi

Bab III Tinjauan Kasus: Berisi tentang asuhan keperawatan anak yang

meliputi: pengkajian, masalah keperawatan, diagnosa keperawatan, intervensi

keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan.

Bab IV Pembahasan: pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana

keperawatan, tindakan dan evaluasi keperawatan yang dilakukan pada anak

dengan bronkopneumonia di RSUD Zainal Abidin Banda Aceh.

Bab V Penutup: Kesimpulan dan saran bagi perawatan klien dengan masalah

bronkopneumonia di RSUD Zainal Abidin Banda Aceh.


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar Bronkopneumonia

2.1.1 Pengertian

Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu peradangan

pada parenkim paru yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai

alveolus di sekitarnya, yang sering menimpa anak-anak dan balita, yang

disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda

asing (Perdani & Sari, 2018).

Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pnemonia yang mempunyai pola

penyebaran, teratur dalam satu atau lebih area didalam bronkus dan meluas ke

parenkim paru yang berdekatan disekitarnya (Puspitaningsih, Rachma, & Kartini,

2019). Bronkopneumonia merupakan salah satu penyakit pernapasan pada balita,

bronkopneumonia merupakan penyakit terbesar penyebab kematian tertinggi

dikalangan anak-anak (Fajri & Rebo, 2020). Jadi bronkopneumonia adalah

peradangan paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda asing

lainnya, yang mengakibatkan sekret menjadi meningkat dan ditandai dengan

gejala klinis batuk berdahak, sesak nafas, terdapat bunyi suara nafas tambahan

ronkhi.

2.1.2 Etiologi

Penyebab tersering bronkopneumonia pada anak adalah pneumokokus

sedang penyebab yang lainnya adalah: bakteri (seperti streptoccocus,

Staphylococcus, haemophillus influenza), virus (seperti Legionella Pneumoniae),

6
7

dan jamur (seperti Aspergillus Spesies, Candida Albicans). pada bayi dan anak

kecil ditemukan stapilokokus aureus sebagai penyebab terberat, serius dan sangat

progresif dengan mortalitas tinggi (Fajri et al., 2020). Terjadinya

bronkopneumonia bermula dari adanya peradangan paru yang terjadi pada

jaringan paru atau alveoli yang biasanya didahului oleh infeksi pada saluran

pernapasan bagian atas selama beberapa hari. faktor penyebab utama adalah

bakteri, virus, jamur dan benda asing (Rusdianti, 2019).

2.1.3 Manifestasi klinis

Tanda dan gejala yang terjadi pada pasien dengan masalah

bronkopneumonia adalah sebagai berikut:

a. Infeksi saluran pernapasan

b. Demam(39-40ᵒC),kadang disertai kejang karena demam tinggi

c. Anak sangat gelisah dan adanya nyeri dada seperti ditusuk-tusuk

pada saat bernapas dan batuk

d. Pernapasan cepat, dangkal disertai cuping hidung dan sianosis

sekitar hidung danmulut

e. Adanya bunyi pernapasan seperti ronkhi dan wheezing

f. Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia jika infeksiserius

g. Ventilasi yang berkurang karena penimbunan mukus

h. Batuk disertai sputum yang kental

i. Nafsu makan menurun (Fajri etal.,2020).


8

2.1.4 Patofisiologi

Menurut Fajri et al,(2020) proses perjalanan penyakit bronkopneumonia

masuknya mikroorganisme ke saluran napas dan paru dapat melalui berbagai

carayaitu inhalasi langsung dari udara, aspirasi dari bahan bahan yang ada di

nasofaring dan orofaring serta perluasaan langsung dari saluran pernapasan atas.

bronkopneumonia berawal masuk melalui percikan droplet yang dapat masuk ke

saluran pernapasan atas dan menimbulkan reaksi imunologis dari tubuh yang

menyebabkan peradangan, ketika terjadi peradangan tubuh menyesuaikan diri,

maka dengan reaksi berupa demam dan menghasilkan sekret pada saluran

pernapasan, sekret yang diproduksi dan sulit dikeluarkan mengakibatkan klien

menjadi sesak. bakteri ini dapat menginfeksi saluran cerna ketika dibawa oleh

darah. bakteri ini dapat membuat flora normal dalam usus menjadi agen

pathogen sehingga timbul masalah pada sistem pencernaan. pada keadaan sehat

paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme, jika terdapat bakteri pada

paru menunjukkan adanya gangguan daya tahan tubuh sehingga mikroorganisme

dapat berkembang. Pada saat mikroorganisme sampai di alveoli maka alveoli

mengalami peradangan, proses peradangan ini melalui empat proses yaitu:

a. Stadium pertama (4-12 jam/ kongesti) disebut hiperemia mengacu pada

peradangan yang berlangsung didaerah yang terinfeksi ditandai dengan

aliran darah dan permeabilitas kapiler ditempat terinfeksi.

b. Stadium kedua (48 jam) disebut hepatisasi merah yang terjadi sewaktu

alveolus terisi oleh sel darah merah eksudat dan fibrin yang dihasilkan

oleh host sebagai bagian dari reaksi peradangan.


9

c. Stadium ketiga (3-8 hari) disebut hepatisasi kelabu terjadi sewaktu sel

darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi.

d. Stadium keempat (7-11 hari) disebut resolusi terjadi sewaktu respon

imun dan peradangan mereda, sisa fibrin dan eksudat lisis dan

diabsorbsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya

semula (Fajri et al.,2020).

Skema 2.1 Pathway Bronkopneumonia


10

2.1.5 Klasifikasi

a. Pembagian pneumonia menurut dasar anatomi :

1) Pneumonia lobaris

2) Pneumonia lobularis (bronkopneumonia)

3) Pneumonia interstisialisis (bronkiolitis).

b. Pembagian pneumonia menurut etiologi :

1) Bakteri

a) Diprococcus pneumonia

b) Pneumococcus

c) Streptococcus aureus

d) Hemofilus influenza

e) Bacillus fried lander

f) Mycobacterium tuberculosis

2) Virus

a) Repiratory sytical virus

b) Virus influenza

c) Adenovirus

d) Virus sitomegali

3) Mycoplasma pneumothorax

4) Jamur : aspergillus species dan candida albicans.

5) Pneumonia hipostatik merupakan pneumonia yang kerap timbul di

daerah paru-paru di sebabkan oleh nafas yang dangkal dan terus


11

menerus pada posisi yang sama dapat terjadi karena kongesti paru

yang lama.

6) Sindrom loeffler pada foto torax menunjukan gambaran infiltrate

besar dan kecil yang tersebar menyerupai tuberculosis miliaris

(Wijaya, 2019).

2.1.6 Penatalaksanaan

a. Melakukan fisioterapi dada atau mengajarkan batuk efektif pada anak

yang mengalami gangguan bersihan jalan nafas

b. Mengatur posisi semi fowler untuk memaksimalkan ventilasi

c. Memberikan kompres untuk menurunkan demam

d. Pantau input dan output untuk memonitor balance cairan

e. Bantu pasien memenuhi kebutuhan ADLs

f. Monitor tanda-tanda vital

g. Kolaborasi pemberian O2

h. Memonitor status nutrisi dan berkolaborasi dengan ahli gizi

(Chairunisa,2018).

2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan radiologi yaitu foto thoraks, terdapat konsolidasi satu atau

beberapa lobus yang bercak-bercak.

b. Pemeriksaan laboratorium biasanya terjadi peningkatanl eukosit.

c. Pemeriksaan AGD untuk mengetahui status kaardiopulmuner yang

berhubungan dengan oksigen.


12

d. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah: untuk mengetahui

mikroorganisme penyebab dan obat yang cocok diberikan (Chairunisa,

2018).

2.1.8 Komplikasi

Komplikasi bronkopneumonia menurut (Wahjuli, 2018) adalah sebagai

berikut :

a. Atelektasis merupakan pengembangan paru-paru yang belum

sempurnaatau kolapsmerupakan akibat dari kurangnya mobilitas refleks

batuk menghilang apabila penumpukan secret karena berkurangnya daya

kembang psru-paru dan penumpukan secret inimenyebabkan obstruksi

bronkus

b. Instrinsik.

c. Empisema merupakan suatu kondisi di mana nanah menumpukdi rongga

pleura ditemukan di suatu tempat atau seluruh rongga pleura.

d. Abses paru adalah penumpukan nanah di paru-paru yang meradang.

e. Infeksi sistemik.

f. Miokarditis merupakan peradangan pada katup endokardial

g. Meningitis merupakan infeksi yang menyerang membrane otak


13

2.2 Asuhan Keperawatan Teoritis

2.2.1 Pengkajian

1 Identitas Pasien

Meliputi nama, jenis kelamin, tanggal lahir, alamat, agama,

bangsa/suku, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis, no registrasi

rekam medis, identitas orang tua/penanggung jawab.

2 Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama

Keluhan utama pasien bronkopneumonia adalah lemah, sesak napas,

batuk, demam, muntah, diare.

b. Riwayat kesehatan sekarang

Pasien anak biasanya lemah, sesak napas, batuk, demam, muntah, dan

diare.

c. Riwayat kesehatan lalu

Anak sering menderita penyakit saluran pernapasan atas serta faktor

pemicu bronkopneumonia seperti asap rokok, debu, polusi dalam

jangka panjang.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Pada riwayat kesehatan keluarga di identifikasi apakah di keluarga

ada riwayat penyakit menular seperti TB paru, HIV AIDS atau

turunan seperti Hipertensi, DM, Asma atau keduanya.Perlu dicari

riwayat keluarga yang dapat memberikan predisposisi keluhan seperti

adanya riwayat sesak napas.


14

3 Riwayat Imunisasi

Imunisasi berupa HB-0, BCG, Polio (I, II, III, IV), DPT-HB-Hib

(I,II,III), IPV, dan campak yang berisi waktu pemberian, frekuensi,

reaksi setelah pemberian.

4 Pertumbuhan dan perkembangan

Berisi tentang motorik kasar, motorik halus, bahasa dan sosialisasi.

5 Riwayat Kebiasaan sehari-hari (ADL)

a. Pola Nutrisi

Pada pasien bronkopneumonia biasanya terjadi penurunan nafsu

makan, mual muntah dan anoreksia.

b. Pola Eliminas

Terjadi penurunan jumlah urine, dan diare yang terjadi akibat bakteri

yang masuk ke usus.

c. Pola istirahat Tidur

Pada anak usia infant umunya tidur 7-8 jam pada malam hari tanpa

terbangun dan pada bayi 1 bulan – 1 tahun umumnya tidur 14

jam/hari. Pada anak dengan bronkopneumonia anak sering mengalami

kesulitan tidur karena sesak nafas.

d. Pola Personal Hyegine

Keramas, gunting kuku, dan ganti pakaian sebelum sakit dan dapat

dihubungkan dengan kemampuan untuk merawat diri yang sudah

dapat dilakukan oleh pasien.


15

e. Pola Aktivitas

Aktivitas anak tampak menurun sebagai dampak kelemahan fisik.

Anak tampak lebih banyak minta digendong oleh orangtuanya atau

bedrest.

6 Riwayat psikososial dan spiritual

a. Psikologi

Pasien : Pada saat dilakukan pengkajian, klien gelisah dan menangis.

Keluarga : Pada saat dilakukan pengkajian kepada keluarga pasien,

ibu pasien merasa cemas dengan penyakit anaknya.

b. Sosial ekonomi

Pasien lebih banyak diam, tetapi klien mau bermain bersama ibunya.

c. Spiritual

Mengidentifikasi tentang keyakinan hidup, optimisme kesembuhan

penyakit, gangguan dalam melaksanakan ibadah. Keluarga klien

selalu berdoa untuk kesembuhan anaknya

7 Pola seksualitas – reproduktif

Riwayat perkembangan psiko-seksual menganggap insting seksual

sebagai sesuatu yang signifikan dalam perkembangan

keperibadian.Selama masa kanak-kanak bagian-bagian tubuh tertentu

memiliki makna psikologik yang menonjol sebagai sumber kesenangan.

Ada beberapa fase yaitu:


16

a. Tahap oral (lahir - 1 tahun)

Selama masa bayi sumber utama mencari kesenangan berpusat pada

aktivitas oral seperti menghisap, menggigit, mengunyah, dan

berbicara.Anak boleh memilih salah satu dari yang disebutkan ini, dan

metode pemuasan kebutuhan oral yang dipilih dapat memberikan

beberapa indikasi kepribadian yang sedang mereka bentuk.

b. Tahap anal (1-3 tahun)

Ketertarikan selama tahun kedua kehidupan berpusat pada bagian anal

saat otot-otot sfingter berkembang dan anak anak mampu menahan

atau mengeluarkan feses sesuai keinginan. Pada ahap ini suasana di

sekitar toilet training dapat menimbulkan efek seumur hidup pada

kepribadian anak

c. Tahap falik (3-6 tahun)

Selama tahap falik, genital menjadi area tubuh yang menarik dan

sensitif. Anak mengetahui perbedaan jenis kelamin dan menjadi ingin

tahu tentang perbedaan tersebut. Pada periode ini terjadi masalah yang

kontroversial tentang Oedipus dan Electra kompleks, penis envy, dan

ansietas

d. Periode laten (6-12 tahun)

Selama periode laten anak anak melakukan sifat dan ketrampilan yang

telah diperoleh. Energi fisik dan psikis diarahkan pada mendapatkan

pengetahuan dan bermain


17

e. Tahap genital (12 tahun ke atas)

Tahap signifikan yang terakir dimulai pada saat pubertas dengan

malnutrisi system reproduksi dan produksi hormon hormon seks.

Organ genital menjadi sumber utama ketegangan dan kesenangan

8 Pemeriksaan Fisik

a. Keadan umum

 Tingkat Kesadaran : Di hitung menggunakan PGCS (Pediatric

Glasgow Coma Scale) dan memiliki hasil seperti composmentis,

apatis, delirium, samnolen, spoor, semi-coma, coma.

 Ekspresi : Meringis atau tidak

 Penampilan : Penampilan termasuk ke dalam keadaan umum

meliputi kesan keadaan sakit termasuk ekspresi wajah dan posisi

pasien

b. BB saat masuk rumah sakit : BB saat di kaji

c. Tanda-tanda vital

 Tekanan darah : TD normal usia 1 bulan 86/54, 6

bulan 90/60, 1 tahun 96/65, 2 tahun

99/65

 Frekuensi pernapasan : ≥30×/m

 Nadi : Nadi normal pada anak 110- 140mmHg

 Suhu : ≥37,5C

d. Antropometri (<5 tahun)


18

 Lingkar kepala (LK) : Pengukuran lingkar kepala digunakan

untuk menilai pertumbuhan otak. Pertumbuhan pada lingkar

kepala ini terjadi dengan sangat cepat sekitar 6 bulan pertama,

yaitu dari 35-45 cm. Pada usia 1 tahun hanya mengalami

pertumbuhan kurang lebih 46,5 cm

 Lingkar dada (LD) : Pada saat lahir, lingkar lengan atas sekitar 11

cm dan pada tahun pertama, lingkar lengan atas menjadi 16 cm

dan selanjutnya tidak banyak berubah sampai usia 3 tahun

 Lingkar lengan atas (LILA):Pada saat lahir, lingkar lengan atas

sekitar 11 cm dan pada tahun pertama, lingkar lengan atas

menjadi 16 cm dan selanjutnya tidak banyak berubah sampai usia

3 tahun

e. Pemeriksaan fisik head to toe

 Sistem pengelihatan

Pada pasien dengan bronkopneumonia biasanya akan ditemukan

kondisi konjungtiva tampak pucat akibat intake nutrisi yang tidak

adekuat, terdapat reflex terhadap cahaya

 Sistem pendengaran

Pada pasien bronkopneumonia biasanya terjadi otitis media,

penumpukan serumen dan daun telinga berada di garis mata

 Sistem pernapasan

Pada pasien bronkopneumonia biasanya ditemukan pernapasan

cuping hidung dan produksi sekret, hidung tampak kotor karena


19

adanya secret, gerakan dada saat bernapas normal dan seimbang

antara kanan dan kiri, terdapat ronkhi atau wheezing dan

kemungkinan terdapat retraksi dinding dada, nyeri dada, krakles,

dan penurunan bunyi napas, suara dullness saat perkusi.

 Sistem kardiovaskuler

Pada pasien bronkopneumonia biasanya terdapat distensi vena

jugularis, warna kulit pucat, nadi ≤100 mmHg, tempratur kulit

hangat, CRT ≥ 3 detik. Denyut apical teraba, bunyi jantung 1 dan

2 normal, tidak ada suara tambahan

 Sistem hematologi

Pada pasien bronkopneumonia biasanya diinspeksi ada tidaknya

gangguan hematologi seperti pucat pada pasien, kulit teraba

hangat dan lembab, serta nadi cepat dan lemah, adanya edema.

 Sistem syaraf pusat

Pada pasien bronkopneumonia biasanya tingkat kesadaran

composmentis atau apatis, reflek fisiologi positif.

 Sistem pencernaan

Pada pasien bronkopneumonia biasanya inspeksi keadaan mulut,

gigi, lidah, pergerakan mulut abnormal. Biasanya akan ditemukan

ekspansi kuman melalui pembuluh darah yang masuk ke dalam

saluran pencernaan dan mengakibatkan infeksi sehingga terjadi

peningkatan peristaltik usus dan kekauan pada dinding abdomen

dan nyeri lambung.


20

 Sistem endokrin

Pada pasien bronkopneumonia biasanya tidak ada pembesaran

kelenjar tiroid dan nafas tidak berbau keton.

 Sistem urogenital

Pada pasien bronkopneumonia biasanya ada perubahan pola

berkemih , tidak terdapat distensi kandung kemih.

 Sistem integumen

Pada pasien bronkopneumonia biasanya turgor kulit kurang baik

dan kering akibat kekurangan cairan, warna kulit pucat, terdapat

sianosis perifer, ada tanda bekas tanda pemasangan infus, kualitas

kepala biasanya akan ditemukan rambut mudah rontok karena

kekurangan nutrisi, rambut tampak kotor dan lengket akibat

peningkatan suhu.

 Sistem muskuloskletal

Pada pasien bronkopneumonia kelengkapan ekstremitas,

memiliki lipatan simbian pada telapak tangan, biasanya tidak

terdapat gangguan saat menggerakan tangan dan kaki.

 Kebutuhan edukasi

Berupa pendengaran, penglihatan, kognitif, budaya, agama,

emosi, dan bahasa.

 Pemeriksaan penunjang

1) Laboratorium

- Pada gambaran darah tepi : leukosit : 15.000 – 40.000/


21

- Urine berawarna lebih tua

- Albuminia (karena suhu naik dan sedikit toraks hialin)

- Analisa gas darah arteri asidosis metabolic dengan atau tanpa

retensi (Wijaya 2013).

2) Rontgen

Foto torax terdapat bercak-bercak infiltrate pada satu atau

beberapa lobus.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon individu,

keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, dimana

berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, perawat secara akuntabilitas dapat

mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga,

menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah status kesehatan klien

(Rusdianti, 2019). diagnosa keperawatan adalah proses menganalisa data subjektif

dan objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan

diagnosa keperawatan. diagnosa keperawatan melibatkan proses berfikir

kompleks tentang data yang dikumpulkaan dari klien, keluarga, rekammedis, dan

pemberi pelayanan kesehatan lain (Perdani & Sari,2018).

Masalah keperawatan yang muncul pada penyakit bronkopneumonia

menurut Chairunisa, (2018) sebagai berikut :

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan

napas
22

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidak seimbangan

ventilas iperfusi

c. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (mis. Stress,

keengganan untuk makan

d. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek ketida

kmampuan fisik

e. Resiko ketidak seimbangan elektrolit berhubunga dengan Obstruksi

intestinal

2.2.3 Intervensi Keperawatan

Menurut Rusdianti, (2019) perencanaan keperawatan adalah suatu

rangkaian kegiatan penentuan langkah-langkah pemecahan masalah dan

prioritasnya, perumusan tujuan, rencana tindakan dan penilaian asuhan

keperawatan pada pasien atau klien berdasarkan analisis data dan diagnosa

keperawatan. tahap-tahap perencanaan keperawatan yaitu:

a. Menetukan prioritas masalah

Prioritas masalah merupakan upaya perawat untuk mengidentifikasi respon

pasien terhadap masalah kesehatanya, baik aktual maupun potensial. untuk

menetapkan prioritas masalah sering kali digunakan hirarki kebutuhan

dasar manusia. pada kenyataanya perawatan tidak mampu menyelesaikan

permasalahan pasien secara bersamaan oleh karena itu di perlukan upaya

untuk memprioritaskan masalah.


23

b. Menentukan tujuan dan kriteria hasil

Tujuan klien dan tujuan keperawatan merupakan standar atau ukuran yang

digunakan untuk mengevaluasi kemajuan klien atau keterampilan perawat.

adapun tujuan perawatan berdasarkan SMART menurut Kemenkes, RI

(2017):

 Spesific (tidak memberikan makna ganda)

 Measurable (dapat diukur, dilihat, didengar, diraba, dirasakan ataupun

dibantu)

 Achievable (dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah)

 Time (punya batasan waktu yang sesuai dengan kondisiklien)

c. Rencana intervensi

Rencana intervensi keperawatan adalah desain spesifik dari intervensi

yang di susun untuk membantu klien dan mencapai kriteria hasil.

d. Dokumentasi

Rencana asuhan keperawatan adalah suatu proses informasi, penerima,

pengirim, dan evaluasi pusat rencana yang di laksanakan oleh seorang

perawat profesional.

Tabel 2.1 Rencana Keperawatan Bronkopneumonia Menurut Rusdianti


(2019)

No Diagnosa Tujuan Intervensi


1. Bersihan jalan Mempertahankan jalan a. Kaji bunyi napas,
napas tidak efektif napas agar efektif Pasien kecepatan, irama,dan
b.d spasme jalan tidak ada sesak dan batuk kedalaman
napas berdahak b. Catat kemampuan
24

untuk mengeluarkan
sekret atau batuk
efektif, catat karakter,
jumlah sputum,
adanya hemoptisis.
c. Berikan posisi
semiatau fowler
d. Bantu atau ajarkan
batuk efektif dan
latihannapas dalam
e. Lakukan fisiotrapi
dada
f. Bersihkan mulut dari
sekret dan suctionbila
perlu
g. Berikan obat : agen
mukolitik,
bronkodilator,
kortikosteroid sesuai
indikasi
2. Gangguan Mempertahankan a. Kaji dispnea,
pertukaran gas b.d pertukaran gas tidak takipnea, bunyi
ketidak terdapat sianosis dan pernapasan abnormal,
seimbangan dispnea Ventilasi adekuat peningkatan upaya
ventilasi perfusi AGD dalam rentang respirasi, keterbatasan
perubahan normal ekspansi dan
membrane alveolus kelemahan
kapiler b. Monitor gas darah
Monitor TTV dan status
jantung
c. Awasi dan pantau
25

tingkat kesadaran atau


status mental
d. Tinggikan kepala
tempat tidur dan
bantu untuk memilih
posisi yang mudah
untuk bernapas
(misalnya : fowler
atau semi fowler).
e. Anjurkan untuk
bedrest, batasi dan
bantu aktivitas sesuai
kebutuhan
f. Dorong untuk
pengeluaran
sputum/penghisapan
bila ada indikasi
3. Defisit nutrisi Asupan nutrisi cukup a. Monitor input
berhubungan dalam memenuhi atau output cairan
dengan kurangnya kebutuhan metabolisme dan makanan
asupan makanan, b. Pilih
ketidakmampuan suplemen yang
mencerna tepat

makanan, faktor c. Kaji status


psikologis (mis. gizi pasien
Stress, keengganan
d. Anjurkan
untuk makan
pasien duduk
setelah makan

e. Sediakan pasien
dengan
26

mekanan yang
tinggi protein dan
kalori

f. Kolaborasi
dengan ahli nutrisi
dan minuman
yang siap
dikonsumsi

4. Gangguan tumbuh a. Orang tua pasien a. Identifikasi


kembang b.d efek mengerti tentang pencapaian tugas
ketidakmampuan pemberian stimulus perkembangananak
fisik kepada anaknya b. Identifikasi isyarat
b. Anak mampu perilaku dan fisiologis
berinteraksi dengan yang ditunjukkan bayi
orang lain dan (mislapar, tidak
lingkungannya nyaman,)
c. Fasilitasi anak
melatih keterampilan
pemenuhan
kebutuhan secara
mandiri (mis makan,
sikat gigi, cuci
tangan, memakai
baju)
d. Anjurkan orang tua
berinteraksi dengan
anaknya
e. Berikan perhatian saat
dibutuhkan
27

f. Ajak anak untuk


berjalan-jalan
5. Risiko ketidak Keseimbangan elektrolit a. Beberapa kondisi
seimbangan meningkat yang mungkin
elektrolit menyebabkan ketidak
berhubungan seimbangan elektrolit
dengan ketidak yaitu diare/muntah,
seimbangan cairan luka bakar, gagal
(mis.Dehidrasi ginjal, efek obat.
intoksikas Setelah penyebab
cair),diare. diketahui perawat
akan mudah dalam
menentukan tindakan
selanjutnya yang
dapat dilakukan
b. Elektrolit sebagai
indicator keadaan
status cairan dalam
tubuh
c. Rasional Kehilangan
cairan berlebihan juga
berpengaruh terhadap
keseimbangan
elektrolit dalam tubuh
d. Mencatat hasil
pantauan Untuk
menjelaskan prosedur
pemantauan pasien
28

2.2.4 Implementasi

Implementasi keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk

mencapai tujuan yang spesifik. tindakan ini bersifat intelektual, teknis dan

interpersonal berupa berbagai upaya memenuhi kebutuhan dasar klien. tindakan

keperawatan meliputi tindakan keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan

kesehatan atau keperawatan dan tindakan medis yang dilakukan perawat (Fajri et

al., 2020). Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada anak dengan

bronkopneumonia yaitu:

1. Implementasi yang sering dilakukan pada diagnosa (1) Bersihan jalan napas

tidak efektif yaitu: monitor pola napas, (frekuensi, kedalaman napas,

usaha napas), monitor adanya suara bunyi napas tambahan, kolaborasi

dengan tim medis pemberian terapi nebulizer.

2. Implementasi yang sering dilakukan pada diagnose (2) Gangguan

Pertukaran gas yaitu: monitor pola napas, monitor suara napas, monitor gas

darah, berikan oksigenasi dan pertahankan ventilasi.

3. Implementasi yang sering dilakukan pada diagnosa (3) Defisit nutrisi yaitu:

Identifikasi status nutrisi, monitor asupan maknan, sediakan pasien

dengan makanan yang tinggi protein dan tinggi kalori, kolaborasi dengan

ahli gizi.

4. Implementasi yang sering dilakukan pada diagnosa (4) Gangguan tumbuh

kembang yaitu: identifikasi pencapaian tugas perkembangan anak, fasilitasi

anak melatih keterampilan pemenuhan kebutuhan secara mandiri, anjurkan

orang tua berinteraksi dengan anaknya.


29

5. Implementasi yang sering dilakukan pada diagnosa (5) Resiko ketidak

seimbangan elektrolit yaitu: monitor status hidrasi, monitor kehilangan

cairan.

2.2.5 Evaluasi

Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana

tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan

berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.

evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan

keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan

klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan

keadaan klien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat

pada tahap perencanaan. evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan,

pada tahap ini akan dinilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan (Nari,

2019). evaluasi mempunyai komponen yaitu SOAP dimana pengertian SOAP

sebagai berikut:

 S : artinya data subjektif yang isinya tentang keluhan klien yang masih

dirasakan setelah dilakukan tindakan keperawatan.

 :artinya data objektif yang isinya berdasarkan hasil pengukuran atau hasil

observasi langsung dari klien.

 A : artinya analisis yang isinya hasil intervensi dari data subjektif dan data

objektif. analisa merupakan suatu masalah atau diagnosa keperawatan yang

masih terjadi atau juga dapat dituliskan masalah baru yang terjadi akibat
30

perubahan status kesehatan klien yang telah teridentifikasi dari data subjektif

dan data objektif.

 P :artinya merupakan rencana dari tindakan yang akan diberikan termasuk

asuhan keperawatan mandiri, kolaborasi, diagnosis atau laboratorium, serta

konseling untuk tindak lanjut (Fajri et al.,2020).


BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian

Nama : An. R

Nama Panggilan : An. R

Tgl. Lahir/umur : 20 Oktober 2018/ 3 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Bahasa Yang Dipakai : Indonesia

Pendidikan :-

Nama Ayah/ Ibu : Tn. A

Pendidikan Ayah/ Ibu : SLTA

Pekerjaan Ayah/ Ibu : Pedagang

Alamat : Paya Tumpi Baru, Aceh Tengah

Tanggal Masuk : 5 September 2022

Diagnosa Medis : Bronkopneumonia

Riwayat Klien

Keluhan Masuk : Orang tua pasien mengatakan An. R demam

tinggi sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, batuk pilek sejak 5

hari sebelum masuk rumah sakit, dahak susah keluar dan sesak nafas.

31
32

Riwayat Keluhan : Ibu klien mengatakan anaknya sering sesak nafas,

dan dahak susah keluar, dirumah anaknya sering rewel.

Cara Masuk : Berjalan : Kursi Roda


Ditemani oleh : Brancar :√
Dikirim dari : √ Orang tua Di
: Lain – lain gen
: √ Emergency do
: Kamar Operasi ng
: Saudara
: Poli

Keluhanyang dirasakan sekarang


Alergi : Ya
√ Tidak
Alat Bantu yang dipakai
- Kaca Mata
- Alat Bantu Pendengaran
- Lain – lain
Apakah pernah sakit sebelum ini ? : Pernah

Bila pernah sakit apa? : Demam Tinggi

Apakah Sudah berobat? : Sudah

Bila Sudah Berobat dimana? : Klinik

Riwayat Kehamilan dan Persalinan


33

1 Pre Natal: Ibu pasien mengatakan sering memeriksakan kehamilannya ±4

kali ke bidan selama mengandung pasien dan mendapatkan suntik TT 2

kali, selama kehamilan ibu pasien tidak pernah mengalami keluhan.

2 Intra Natal: Ibu pasien mengatakan tidak terdapat kelainan atau

komplikasi selama kehamilan An. R.

3 Post Natal: Ibu pasien mengatakan melahirkan An. R cukup bulan,

melahirkan secara normal spontan di bantu oleh bidan dengan air ketuban

pecah ±3 jam sebelum melahirkan dan berwarna bening, berat badan bayi

lahir dengan berat 2,9 kg dan panjang bayi lahir sekitar 48 cm dengan

APGAR skor 10, selama persalinan tidak ada faktor yang menghambat

persalinan. Ibu pasien mengatakan An. R mendapat ASI hingga saat ini.

Riwayat Imunisasi

Ibu pasien mengatakan An. R tidak mendapatkan imunisasi lengkap, hanya

mendapat imunisasi HB-0 pada umur 0 dan BCG 1 kali pada umur 2 bulan.

Pertumbuhan Dan Perkembangan

1) Motorik Kasar

Pasien mampu mempertahankan posisi kepala dalam posisi tegak dan

stabil, anak juga mampu membalik badan dari posisi telentang ke

tengkurap, anak juga bisa mengangkat kepala pada saat kedua tangannya

di angkat ke posisi duduk.

2) Motorik Halus
34

Pasien mampu menggerakan kepalanya dari satu isi ke sisi lainnya.

Ketika di sentuhkan jari perawat An. R mampu menggenggam jari

perawat.

3) Bahasa

Pasien hanya mampu mengeluarkan kata-kata seperti “mamama” dan

belum jelas kata-kata yang di sebutkan.

4) Sosialisasi

Pasien mulai bisa di ajak tertawa pada umur 3 bulan dan mengoceh pada

umur 6 bulan

Riwayat Pola Kebiasan Sehari-hari

1) Oksigenasi

Kebutuhan oksigenasi An. R saat di rumah tidak mengalami sesak nafas

namun pernah mengalami batuk pilek dan cepat sembuh dengan obat

warung. Pada saat di rumah sakit An. R mengalami gangguan kebutuhan

oksigenasi dengan sesak, batuk berdahak dan pernapasan cuping hidung,

frekuensi 43x/menit.

2) Nutrisi

Pasien biasanya di beri makan 3 kali sehari dengan 1 mangkuk bubur

atau nasi dan gizi seimbang, nafsu makan baik dan tidak ada keluhan

pada saat makan. Pada saat di rumah sakit pasien makan 2 kali sehari

dengan ¼ porsi nasi, nafsu makan berkurang dan ibu pasien mengatakan

pasien lebih banyak meminum susu di bandingkan makan nasi.

3) Eliminasi BAK dan BAB


35

Pasien biasanya BAK lebih dari 3 kali sehari dengan jumlah urine ±55cc,

berwarna kuning, berbau khas dan tidak menggunakan alat bantu. Selama

di rawat di rumah sakit ibu pasien anaknya lebih sering BAK 5 kali

sehari dengan jumlah ±30cc, berwarna kuning, berbau khas, dan tidak

menggunakan alat bantu. Sebelum masuk rumah sakit ibu pasien

mengatakan BAB 2 kali sehari dengan konsistensi lembek, berwarna

kuning kecokelatan, berbau khas. Selama di rawat di rumah sakit ibu

pasien mengatakan frekuensi BAB anak 4 kali sehari dengan konsistensi

lembek, berwarna kekuningan dan berbau khas.

4) Personal Hygiene

Ibu pasien mengatakan anaknya di mandikan 2 kali sehari, potong kuku

seminggu sekali. Pada saat di rumah sakit anaknya di mandikan 2 kali

sehari hanya di lap.

5) Activity Daily Living (ADL)

Ibu pasien mengatakan anaknya adalah anak yang aktif dan suka

merangkak mengambil mainan sering. Pada saat di rumah sakit pasien

suka bermain meski pergerakannya terbatas.

6) Istirahat dan Tidur

Sebelum masuk rumah sakit ibu pasien mengatakan pasien tidur siang 2-

3 jam/hari dan tidur malam 8-10 jam/hari, kebiasaan tidur pasien

biasanya minum susu dan harus tidur di temani oleh orang tua, tidak ada

gangguan tidur pada pasien. Pada saat di rawat di rumah sakit ibu pasien

mengatakan anaknya tidur siang 1-2 jam/hari dan tidur malam 5-7
36

jam/hari, kebiasaan tidur anak harus minum susu sebelum tidur dan ibu

mengatakan anaknya sering terbangun saat tidur.

Pemeriksaan Fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)

1) Pemeriksaan fisik umum: Keadaan An. A saat ini lemah dan tingkat

kesadaran mencapai kesadaran penuh (compos mentis) dengan PGCS 15 (E4,

V5, M6), tanda-tanda vital suhu 37,4C, nadi 130×/menit, pernapasan

43×/menit dan berat badan 8 kg saat masuk rumah sakit dengan panjang

badan 69 cm.

2) Pemeriksaan Fisik Head to Toe

a. Sistem pengelihatan: Posisi mata simetris antara kiri dan kanan, kelopak

mata tidak terdapat edema, pupil isokor, reaksi pupil mengecil saat di beri

rangsang cahaya, konjungtiva ananemis, sclera berwarna putih.

b. Sistem pendengaran: Saat di inspeksi kondisi daun telinga bersih, terdapat

sedikit serumen didalam telinga, pasien dapat mendengar dan menengok

saat dipanggil, orang tua pasien mengatakan pasien tidak pernah

menggunakan alat bantu pendengaran.

c. Sistem pernapasan: Saat di inspeksi pasien tampak sesak, pernapasan

cepat dan dangkal, orang tua pasien mengatakan saat tidur tertelentang

sesak semakin memberat dan terdapat penggunaan otot bantu pernapasan

serratus anterior, pernapasan cuping hidung, frekuensi pernapasan

43x/menit, jalan napas tidak efektif adanya sekret, pada saat di auskultasi

paru kanan dan kiri atas terdengar suara napas ronchi basah. Pola napas
37

tidak teratur, pasien tidak mampu batuk/mengeluarkan sekret. Terdapat

penggunaan alat bantu nafas oksigen nasal kanul 1 liter/menit.

d. Sistem hematologi: Kulit teraba hangat dan lembab, serta nadi cepat dan

lemah, tidak terdapat edema.

e. Sistem syaraf pusat: Tingkat kesadaran pasien compos mentis, pada

pemeriksaan reflek fisiologi positif.

f. Sistem pencernaan: Pasien belum tumbuh gigi, gusi merah muda dan tidak

ada lesi, lidah pasien sedikit kotor, pergerakan mulut normal. Auskultasi

bising usus 5x/menit, palpasi hepar tidak teraba dan tidak terdapat alat

bantu makan.

g. Sistem endokrin: Pada saat di inspeksi dan palpasi tidak terdapat

pembesaran kelenjar tiroid, nafas tidak berbau keton.

h. Sistem urogenital: Ada perubahan pola kemih pada pasien, tidak ada

distensi kandung kemih, pasien memakai popok dan mengganti popok

setiap 6 jam sekali.

i. Sistem instegumen: Wajah datar, turgor kulit baik, CRT ≤ 3 detik, warna

kulit pasien sawo mateng, terdapat sianosis perifer, kondisi kulit

pemasangan infus baik. Kualitas kepala baik, warna rambut cokelat,

distribusi rambut merata, tekstur rambut halus, tidak mudah rontok, tidak

terdapat edema dan tidak terdapat nyeri tekan.

j. Sistem muskuloskletal: Ektremitas atas dan bawah lengkap, jumlah jari

5/5, tidak ada kelainan, pasien belum bisa berjalan dan mampu

menggerakan tangan dan kakinya.


38

Pemeriksaan Penunjang

1) Laboratorium

Tanggal 6 September 2022

Tabel 3.1 Hasil Laboratorium

Peme Hasil Satuan Batas Normal

riksa

an

Hem

atolo

gi

Hemo 10.3 g/dl Lk: 13-16 Pr: 12-

globin 14

Leuk 14.000 15.000 – 40.000

osit

Hema 15,1 10^/ 4.500-11.000

tokrit mm^3

Trom 377 10^/ 150.000-450.000

bosit mm^3

Eritro 4.36 Juta/mm^3 4.5jt-4.87jt

sit

2) Rontgen

Tanggal pemeriksaan 6 September 2022

Hasil : Cor : ukuran dan bentuk dalam batas normal


39

Pulmo :Tampak patchi infiltrat di parahiller kanan kiri,sinus

phrenicocostalis kanan kiri tajam, tulang-tulang baik

Kesan : Bronchopneumonia

3) Penatalaksanaan

Tabel 3.2 Penatalaksanaan

W Tanggal
Na R
D a 7/7/22 8/7/22 9/7/22
ma u
os k
Oba t
is t
t e
u

Ringer 20 I 2 ✓ ✓ ✓

Lactat tp V 4

Ambroxol 1/ O 3 ✓ ✓ ✓

3 r ×

m a 1

l l
40

Paracetamol 10 I 3 ✓ ✓ ✓

0 V ×

m 1

Nebu 1 amp + N 3 ✓ ✓ ✓

Ventolin + 3cc a ×

NaCl s 1

Oksigen 1 N 2 ✓ ✓ ✓

lit a 4

er s

a J

l a

Cefotaxim 10 I 1 ✓ ✓ ✓

0 V ×

cc 1

3.2 Analisa Data

No Data Etiologi Problem

1. DS: Sekresi yang Bersihan Jalan

 Ibu pasien mengatakan tertahan Napas Tidak

anaknya sesak, batuk


41

dan dahak susah di Efektif

keluarkan

DO:

 Pasien tampak tidak

mampu mengeluarkan

dahak

 Suara pernapasan ronchi

 Pasien tampak gelisah

 Frekuensi napas

43x/menit

 Pasien tampak sessak

2. DS: Posisi tubuh Ketidakefektifan

 Ibu pasien yang Pola Napas

mengatakan anaknya menghambat

sesak saat tidur ekspansi paru

tertelentang

DO:

 Pasien tampak

menggunakan otot

bantu pernapasan

 Pola napas cepat dan

dangkal RR

43×/menit
42

 Pernapasan pursed-lip

 Pernapasan cuping

hidung

 Pasien menggunakan

oksigen1 l/menit

3.3 Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif

2. Ketidakefektifan Pola Nafas

3.4 Intervensi Keperawatan

Perencanaan
Diagnosa
No Tujuan/
Keperawatan Intervensi (Nic)
Kriteria Hasil (Noc)
1. Bersihan Jalan Setelah di lakukan 1. Monitor pola napas

Nafas Tidak tindakan Asuhan 2. Monitor bunyi napas

Efektif Keperawatan 3 x tambahan (ronchi)

24 jam di 3. Monitor sputum

harapkan (Jumlah, warna, aroma)

Bersihan Jalan 4. Lakukan fisioterapi

Napas meningkat, dada, jika perlu

ditandai dengan 5. Berikan oksigen

kriteria hasil 6. Anjurkan pasien untuk

menurun : banyak minum


43

1. Produksi sputum

2. Dispnea

3. Ronchi

4. Gelisah

2. Ketidakefektifan Setelah di lakukan 1 Monitor status

Pola Nafas tindakan Asuhan oksigenasi sebelum dan

Keperawatan 3 x 24 jam sesudah mengubah posisi

di harapkan Pola Napas 2 Atur posisi untuk

membaik, ditandai mengurangi sesak (Semi

dengan kriteria hasil fowler)

menurun : 3 Motivasi terlibat dalam

1 Dispnea perubahan posisi, sesuai

2 Penggunaan otot bantu kebutuhan

nafas 4 Jadwalkan secara tertulis

3 Ortopnea untuk perubahan posisi

4 Pernapasan pursed-lip

5 Pernapasan cuping

hidung

3.5 Implementasi Dan Evaluasi

Tgl/
Diagnosa Implementasi Evaluasi
Jam

Bersihan Jalan 1. Memonitor Subjektif (S) :


44

Nafas Tidak pola napas  Ibu pasien

Efektif 2. Memonitor mengatakan anaknya

bunyi napas tambahan masih batuk dan sulit

(ronchi) mengerluarkan dahak

3. Lakukan Objektif (O) :

fisioterapi dada  Pasien sudah mampu

4. Monitor mengeluarkan dahak

sputum pada saat dilakukan

5. Berikan fisioterapi dada

oksigen  Suara pernapasan

6. Berikan ronchi

minuman hangat  Pasien tampak

7. Kolaborasi gelisah

pemberian  Frekuensi napas


bronkodilator 42x/menit
nebulizer ventolin 1  Pasien tampak sesak
amp
Analisa (A) :

Masalah keperawatan

bersihan jalan napas

tidak efektif belum

teratasi

Planning (P) :

Intervensi di lanjutkan
45

Ketidakefektifan 1. Monitor status Subjektif (S) :

Pola Nafas oksigenasi sebelum  Ibu pasien

mengubah posisi mengatakan sesak

2. Informasikan saat anaknya berkurang

akan dilakukan saat posisi semi

perubahan posisi fowler

3. Tempatkan objek Objektif (O) :

yang sering  Pasien menggunakan

digunakan dalam otot bantu pernapasan

jangkauan  Pola napas cepat dan

4. Atur posisi semi dangkal

fowler untuk  Frekuensi napas

mengurangi sesak 40x/menit -

5. Monitor status Pernapasan pursed-lip

oksigenasi setelah  Pernapasan cuping


mengubah posisi hidung
6. Motivasi orang tua  Pasien menggunakan
terlibat dalam oksigen nasal kanul 1
perubahan posisi, liter/menit
sesuai kebutuhan Analisa (A) :

Masalah keperawatan

ketidakefektifan pola

nafas teratasi sebagian


46

Planning (P) :

Intervensi di lanjutkan

Bersihan Jalan 1. Memonitor pola Subjektif (S) :

Nafas Tidak napas  Ibu pasien

Efektif 2. Memonitor bunyi mengatakan anaknya

napas tambahan batuk sudah

(ronchi) mengerluarkan

3. Lakukan fisioterapi dahak

dada Objektif (O) :

4. Monitor sputum  Pasien sudah mampu

5. Berikan oksigen mengeluarkan dahak

6. Berikan minuman pada saat di lakukan

hangat fisioterapi dada

7. Kolaborasi  Suara pernapasan

pemberian ronchi basah

bronkodilator  Pasien tampak

nebulizer ventolin 1 tenang

amp  Frekuensi napas

40x/menit

 Pasien tampak sesak

Analisa (A) :

Masalah keperawatan

bersihan jalan napas


47

tidak efektif teratasi

sebagian

Planning (P) :

Intervensi di lanjutkan

Ketidakefektifan 1. Monitor status Subjektif (S) :

Pola Nafas oksigenasi sebelum  Ibu pasien

mengubah posisi mengatakan sesak

2. Informasikan saat anaknya berkurang

akan dilakukan saat posisi semi

perubahan posisi fowler

3. Tempatkan objek Objektif (O) :

yang sering  Pasien tampak

digunakan dalam menggunakan otot

jangkauan pernapasan

4. Atur posisi semi  Pola napas cepat dan

fowler untuk dangkal - Frekuensi

mengurangi sesak napas 40x/menit

5. Monitor status  Tidak ada pernapasan

oksigenasi setelah pursed-lip

mengubah posisi  Pernapasan cuping


6. Motivasi orang tua hidung
terlibat dalam  Pasien menggunakan
perubahan posisi, oksigen nasal kanul 1
48

sesuai kebutuhan liter/menit

Analisa (A) :

Masalah keperawatan

ketidakefektifan pola

napas teratasi sebagian

Planning (P) :

Intervensi di lanjutkan

Bersihan Jalan 1. Memonitor pola Subjektif (S) :

Nafas Tidak napas  Ibu pasien

Efektif 2. Memonitor bunyi mengatakan anaknya

napas tambahan saat batuk sudah

(ronchi) mengeluarkan dahak

3. Lakukan fisioterapi Objektif (O) :

dada  Pasien sudah mampu

4. Monitor sputum mengeluarkan dahak

5. Berikan oksigen pada saat di

6. Berikan minuman lakukan fisioterapi

hangat dada

7. Kolaborasi  Suara pernapasan

pemberian vesikuler

bronkodilator  Pasien tampak tenang

nebulizer ventolin 1  Frekuensi napas


amp 40x/menit
49

 Pasien tampak sudah

tidak sesak

Analisa (A) :

Masalah keperawatan

bersihan jalan napas

tidak efektif teratasi

penuh

Planning (P) :

Intervensi di hentikan

Ketidakefektifan 1. Monitor status Subjektif (S) :

Pola Nafas oksigenasi sebelum  Ibu pasien

mengubah posisi mengatakan tidak

2. Informasikan saat sesak lagi saat di beri

akan dilakukan posisi semi fowler

perubahan posisi Objektif (O) :

3. Tempatkan objek  Pasien tidak

yang sering menggunakan otot

digunakan dalam bantu pernapasan

jangkauan  Pola napas normal

4. Atur posisi semi  Frekuensi pernapasan


fowler untuk 38x/menit
mengurangi sesak  Pernapasan tidak
5. Monitor status menggunakan
50

oksigenasi setelah pernapasan pursed-lip

mengubah posisi  Pernapasan tidak

6. Motivasi orang tua menggunakan

terlibat dalam pernapasan cuping

perubahan posisi, hidung

sesuai kebutuhan  Pasien masih

menggunakan oksigen

nasal kanul 1

liter/menit

Analisa (A) :

Masalah keperawatan

Ketidakefektifan pola

napas teratasi

Planning (P) :

Intervensi di hentikan,

pasien pulang
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian

Teradapat beberapa perbedaan antara teori dan kasus pada An. R yaitu

pada manifestasi klinis pemeriksaan penunjang. Pada manisfestasi klinis

umumnya bronkopnumonia adalah demam, sianosis, dan lebih dari satu gejala

respiratori antara lain takipnea, batuk, napas cuping hidung, ronchi, dan suara

napas melemah. Hal ini sejalan dengan manifestasi klinis menurut jurnal Samuel

(2019) adanya pernapasan yang cepat dan pernapasan cuping hidung, biasanya

didahului infeksi traktus respiratorius bagian atas selama beberapa hari, demam,

dispneu, kadang disertai muntah dan diare, batuk biasanya tidak pada permulaan

penyakit, mungkin terdapat batuk, beberapa hari yang mula-mula kering

kemudian menjadi produktif, pada auskultasi ditemukan ronchi basah halus

nyaring. Sedangkan pada An. R manisfestasi klinis yang terdapat saat pengkajian

adalah anak tampak rewel, batuk tidak bisa mengelurkan dahak dan sesak. Pada

pemeriksaan tanda-tanda vital di dapatkan nadi 130×/m, pernapasan 43×/m,

adanya pernapasan pursed-lip dan pernapasan cuping hidung, suara napas

ronchi.

Pada pada pemeriksaan penunjang bronkopneumonia meliputi pemeriksaan

hematologi berupa hemoglobin, hematokrit, leukosit, trombosit, dan eritrosit.

Pada pemeriksaan rontgen thorax di dapatkan hasil infiltrat di parahiller kanan

kiri dan pada pemeriksaan rontgen thoraks ditemukan adanya infiltrat interstitial

dan infiltrat alveolar serta gambaran bronkopneumonia sesuai dengan jurnal

50
51

Samuel (2019). Sedangkan pada saat pengkajian An. R hasil laboratorium An. R

hanya leukosit 14.000 dan foto rontgen tampak patchi infiltrate di perihiller

kanan dan kiri serta kesan bronkopneumonia

4.2 Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan diagnosa yang ditegakkan pada An. R sudah sesuai

dengan hasil pengkajian dan teori yakni dilihat dari masalah Bersihan

Jalan Napas Tidak Efektif dan Ketidakefektifan Pola Napas (SDKI,

2018).

Pada kasus ini penulis mengangkat dua diagnosa yaitu Bersihan

Jalan Napas Tidak Efektif dan Ketidakefektifan Pola Napas dengan

bronkopneumonia. Faktor pendukung yang ditemukan dalam menentukan

diagnosa dapat dilihat dari pasien yang tidak mampu batuk dan

mengeluarkan sekret dan sesak saat tidur tertelentang dengan masalah

bronkopneumonia. Maka etiologi yang digunakan adalah sekresi yang

tertahan dan posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru. Diagnosa

keperawatan yang menjadi fokus utama penderita bronkopneumonia

adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif dan Ketidakefektifan Pola

Napas.

4.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi pada An. R dibuat berdasarkan diagnosa yang telah di rumuskan

sebelumnya. Pada An. R penulis menyusun rencana tindakan keperawatan untuk

mengatasi masalah keperawatan yang muncul berdasarkan rencana keperawatan

yang di tuliskan pada teori.


52

Intervensi yang akan di kembangkan untuk diagnosa bersihan jalan napas

tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan adalah menerapkan

fisioterapi dada yang di lakukan setiap sebelum makan atau 1 jam setelah makan

dan menjelang tidur yang di lakukan setiap hari selama pasien di rawat di RS.

Pemberian posisi semi fowler untuk diagnosa ketidakefektifan pola napas

berhubungan dengan posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru dengan cara

di lakukan selalu saat pasien sesak dengan posisi tidur tertelentang selama pasien

di rawat di RS.

4.4 Implementasi

Setelah menyusun rencana keperawatan, kemudian di lanjutkan tindakan

keperawatan atau implementasi. Pada kasus An. R tidak terdapat kesenjangan

intervensi dan implementasi yang di lakukan. Semua tindakan sesuai rencana

yang di susun.

Penulis melakukan implementasi selama 3 hari. Selama melakukan

implementasi, penulis menemukan faktor pendukung keberhasilan tindakan An.

R yaitu orang tua pasien kooperatif selama pelaksanaan tindakan dan ikut serta

dalam pelaksanaan keperawatan, kerja sama terjalin baik dengan perawat

ruangan, data medis dari dokter dan catatan keperawatan di dapatkan dengan

baik sehingga pelaksanaan keperawatan dapat berjalan dengan lancar. Selain itu

diharapkan pasien dengan bronkopneumonia diletakkan di ruangan yang bersih,

bebas debu, dan asap yang dapat memperberat penyakit bronkopneumonia.

4.5 Evaluasi
53

Evaluasi adalah tindakan keperawatan yang mengukur sejauh mana

keberhasilan tindakan keperawatan berdasarkan respon yang di tunjukan oleh

pasien. Pada pasien An. R setelah di lakukan implementasi dan evaluasi selama 3

hari. Semua indikator keberhasilan pada diagnosa bersihan jalan napas tidak

efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan antara lain keluhan batuk

berdahak menurun, pernapasan menggunakan cuping hidung menurun, suara

pernapasan vesikuler. Sama halnya dengan diagnosa pola napas tidak efektif

berhubungan dengan posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru antara lain

keluhan dispnea yang memberat saat berbaring telentang menurun, pernapasan

cuping hidung menurun. Indikator keberhasilan ini tidak dapat dicapai tidak

hanya dengan melakukan tindakan mandiri keperawatan, melainkan juga karena

dilaksanakannya terapi medis dokter dan kolaborasi farmasi.

Pada evaluasi perkembangan atau sumatif hari pertama Subjektif (S) ibu

pasien mengatakan anaknya batuk sudah mengerluarkan dahak. Objektif (O)

pasien sudah mampu mengeluarkan dahak pada saat di lakukan fisioterapi dada,

suara pernapasan ronchi basah, pasien tampak tenang, frekuensi napas

40x/menit, pasien tampak sesak. Analisa (A) masalah keperawatan Bersihan

Jalan Napas Tidak Efektif teratasi sebagian. Planning (P) intervensi di lanjutkan.

Pada diagnosa ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan posisi

tubuh yang menghambat ekspansi paru di dapatkan hasil Subjektif (S) Ibu pasien

mengatakan sesak anaknya berkurang saat posisi semi fowler. Objektif (O)

Pasien menggunakan otot bantu pernapasan, pola napas cepat dan dangkal,

frekuensi napas : 40x/menit, pernapasan pursed-lip, pernapasan cuping hidung,


54

pasien menggunakan oksigen nasal kanul 1 liter/menit. Analisa (A) Masalah

keperawatan pola napas tidak efektif teratasi sebagian. Planning (P) Intervensi di

lanjutkan

Pada evaluasi perkembangan atau sumatif hari kedua subjektif (S) ibu

pasien mengatakan anaknya saat batuk sudah mengeluarkan dahak. Objektif (O)

pasien sudah mampu mengeluarkan dahak pada saat di lakukan fisioterapi dada,

suara pernapasan vesikuler, pasien tampak tenang, frekuensi napas 40x/menit,

pasien tampak sudah tidak sesak. Analisa (A) masalah keperawatan bersihan

jalan napas tidak efektif teratasi penuh. Planning (P) Intervensi di hentikan. Pada

diagnosa pola napas tidak efektif berhubungan dengan posisi tubuh yang

menghambat ekspansi paru di dapatkan hasil Subjektif (S) Ibu pasien

mengatakan sesak anaknya berkurang saat posisi semi fowler. Objektif (O)

Pasien tampak menggunakan otot pernapasan, napas cepat dan dangkal,

frekuensi napas 40x/menit, tidak ada pernapasan pursed-lip, pernapasan cuping

hidung, pasien menggunakan oksigen nasal kanul 1 liter/menit. Analisa (A)

Masalah keperawatan pola napas tidak efektif teratasi sebagian. Planning (P)

Intervensi di lanjutkan.

Pada evaluasi perkembangan atau sumatif hari ketiga perawatan diagnosa

bersihan jalan napas tidak efektif berhubungna dengan sekresi yang tertahan di

dapatkan hasil subjektif (S) Ibu pasien mengatakan anaknya saat batuk sudah

mengeluarkan dahak. objektif (O) Pasien sudah mampu mengeluarkan dahak

pada saat di lakukan fisioterapi dada, suara pernapasan vesikuler, pasien tampak

tenang, frekuensi napas 40x/menit, pasien tampak sudah tidak sesak. Analisa (A)
55

Masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif teratasi penuh. Planning

(P) Intervensi dihentikan. Pada diagnosa pola napas tidak efektif berhubungan

dengan posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru di dapatkan hasil Subjektif

(S) Ibu pasien mengatakan tidak sesak lagi saat di beri posisi semi fowler.

Objektif (O) Pasien tidak menggunakan otot bantu pernapasan, pola napas

normal, frekuensi pernapasan 38x/menit, pernapasan tidak menggunakan

pernapasan pursed-lip, pernapasan tidak menggunakan pernapasan cuping

hidung, pasien masih menggunakan oksigen nasal kanul 1 liter/menit. Analisa

(A) Masalah keperawatan pola napas tidak efektif teratasi Planning (P) Intervensi

dihentikan, pasien pulang.

Evalusasi pada An. R dilakukan menggunakan metode SOAP. Berdasarkan

semua implementasi yang dilakukan, evaluasi yang didapatkan adalah pasien

sudah mampu batuk dan mengelurkan dahak saat dilakukan fisioterapi dada,

suara napas vesikuler, pasien tampak tenang, frekuensi napas 38x/menit, sudah

tidak sesak, pernapasan tidak menggunakan pernapasan pursed-lip, pernapasan

tidak menggunakan pernapasan cuping hidung. Hasil akhir yang didapatkan

berhasil sesuai dengan yang ingin dicapai yaitu Bersihan Jalan Napas Tidak

Efektif dan Pola Napas Tidak Efektif meningkat.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

a. Pengkajian

Pengkajian di lakukan dengan menggunakan metode wawancara,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Data fokus yang di

dapat dari hasil pemeriksaan pasien adalah batuk berdahak, sesak dan

sesak semakin berat bila berbaring telentang, pernapasan cuping hidung

suara napas ronchi. Keadaan umum pasien lemah, kesadaran compos

mentis, rewel, pada saat di kaji pernapasan 43x/menit, nadi 130x/menit,

suhu 37,4C, dan hasil x-ray thorax menunjukan kesan

bronkopneumonia.

b. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan pengkajian penulis mengangkat diagnose aktual yang

terjadi pada kasus adalah bersihan jalan napas tidak efektif

berhubungan dengan sekresi yang tertahan dan ketidakefektifan pola

napas berhubungan dengan posisi tubuh yang menghambat ekspansi

paru.

c. Intervensi keperawatan

Rencana keperawatan pasien telah dirancang sesuai dengan

rencana diagnosa yang ditetapkan. Pada diagnosa pertama bersihan

jalan nafas tidak efektif tindakan yang diberikan yaitu monitor pola

napas, monitor bunyi napas tambahan (ronchi), monitor sputum

56
57

(Jumlah, warna, aroma), lakukan fisioterapi dada jika perlu, berikan

oksigen, dan anjurkan pasien untuk banyak minum. Adapun tindakan

keperawatan pada diagnosa kedua ketidakefektifan pola nafas yaitu

monitor status oksigenasi sebelum dan sesudah mengubah posisi, atur

posisi untuk mengurangi sesak (Semi fowler), motivasi terlibat dalam

perubahan posisi, sesuai kebutuhan, dan jadwalkan secara tertulis untuk

perubahan posisi.

d. Implementasi

Implementasi keperawatan pada pasien telah penulis laksanakan

sesuai rencana tindakkan dapat tercapai dengan baik. Implementasi

manajemen jalan napas dan pengaturan posisi dilakukan selama 3 hari.

e. Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan untuk menilai keberhasilan tindakan

melalui indikator yang ditetapkan sebelumnya dan dilakukan segera

setelah tindakan maupun setiap akhir shift untuk evaluasi

perkembangan. Hasil evaluasi pada hari ketiga semua indikator telah

berhasil dicapai sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan

melaksanakan standar intervensi yang telah disusun tersebut, penulis

berhasil melaksanakan asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan

oksigenasi pada pasien anak Bronkopneumonia.

5. 2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Kepada pihak pasien dan keluarga


58

Diharapkan perawatan dilakukan secara intensif dengan memperhatikan

segala tindakan dan dan perawatan yang dilakukan kepada pasien.

Kepada pasien diharapkan sepulangnya dari rumah sakit agar selalu

melakukan control ulang secara teratur untuk memeriksa sedini

mungkin bila adanya kelainan yang berlanjutan.

2. Untuk RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

Penulis mengaharpkan agar perawat ruangan dapat memberikan

pelayanan yang lebih optimal lagi kepada pasien khususnya pada pasien

dengan cedera kepala.

3. Bagi Perawat Ruang Arafah 1

Studi kasus yang peneliti lakukan pada pasien diharapkan dapat

menjadi acuan bagi perawat di ruang Di Ruang Arafah 1 RSUD Dr.

Zainal Abidin Banda Aceh dalam melakukan asuhan keperawatan pada

pasien dengan kasus bronkopneumonia.

d. Bagi institusi Pendidikan STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe

Agar selalu meningkatkan mutu Pendidikan sesuai dengan standar

prosedur keperawatan, sehingga dapat menghasilkan perawat yang

professional yang mempunyai kemampuan dan keterampilan dalam

melakukan asuhan keperawatan.

e. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya menggunakan penelitian ini sebagai

salah satu sumber pedoman dalam melakukan pengkajian komprehensif

dan mengambil diagnosa keperawatan secara tepat menurut pengkajian


59

yang didapatkan, melaksanakan tindakan keperawatan dan

mendokumentasikan hasil tindakan yang telah dilakukan berdasarkan

kepada teori dan juga diharapkan peneliti selanjutnya dapat

menggunakan atau memanfaatkan desain penelitian deskriptif dalam

bentuk studi kasus pada pasien dengan cedera kepala yang telah peneliti

lakukan sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Chairunisa, Y. (2018). Asuhan Keperawatan Anak Dengan Bronkopneumonia Di


Rumah Sakit Samarinda Medika Citra. Jurnal Kesehatan , 01-84.
Deswita, C., Suci, K., & Annisa , F. (2019). Studi Kasus: Asuhan Keperawatan
pada Anak dengan Bronkopneumonia yang mengalami masalah
oksigenasi. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keris Husada, 1(1), 31-37.
Fajri, I. R., & Rebo, P. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan
Bronkopneumonia:. 4(2), 109-123.
Indri, D. S. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Bronkopneumonia.
Akademi Keperawatan Pasar Rebo, Departemen Keperawatan Anak.
Nari, J. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Bronkopneumonia
Dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Di Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. P.P Magretti Saumlaki Kabupaten Kepulauan Tanimbar. Global
Health Science, 5(2), 220-225.
Perdani, R. W., & Sari, N. H. (2018). Baby Day With Bronchopneumonia. Jurnal
Argomendicine Unila, 5(2), 648-654.
Puspitaningsih, D., Rachma, S., & Kartini. (2019). Studi Kasus: Penanganan
Bersihan Jalan Nafas Pada Anak Dengan Bronchopneumonia Di Rsu. Dr.
Wahidin Sudirohusodo Mojokerto. Ejournal STIKes Majapahit, 115-120.
Rusdianti, H. (2019). Asuhan Keperawatan Bronkopneuomonia pada An.At dan
An.Ab di Ruang Bougenville RSUD Dr. Haryoto Kabupaten Lumajang. 1-
101.

60

Anda mungkin juga menyukai