Mengawali Khutbah Pada Siang Hari Yang Penuh Keberkahan Ini
Mengawali Khutbah Pada Siang Hari Yang Penuh Keberkahan Ini
terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan
dan ketakwaan kita kepada Allah ُسْبَح اَنُه َو َتَعاَلىdengan melakukan semua kewajiban dan
meninggalkan seluruh yang diharamkan.
Shalawat dan salam semoga tercurah pada Nabi akhir zaman, suri tauladan kita, Nabi kita
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang akan terus meningkatkan komitmen kita untuk taat
menjalankan perintah Allah ُسْبَح اَنُه َو َتَعاَلىdan Rasul-Nya serta menjauhi segenap larangan-
larangannya.
Bukan tak mungkin lagi untuk setiap muslim agar bisa introspeksi atas apa yang telah dilakukan
selama setahun yang telah melewati kita demi menuju kebaikan di tahun yang baru ini.
Sebab introspeksi sangat penting dilakukan untuk memperbaiki kesalahan yang pernah dilakukan,
sembari berjanji dengan diri sendiri juga dengan melibatkan Allah ُسْبَح اَنُه َو َتَعاَلىagar tidak melakukan
dosa yang sama serta berusaha memulai dengan sesuatu yang lebih pantas di sisiNya.
Adapun kebaikan yang berupa ketakwaan kepada Allah ُسْبَح اَنُه َو َتَعاَلىyang selama ini telah dijalankan
dapat diteruskan dan ditingkatkan lagi setelah memasuki tahun ini.
Dengan niat yang baik, insyaallah apa yang dilakukan akan benar-benar memiliki kualitas yang baik
sekaligus mampu dijalani dengan nikmat.
Ketika kita nikmat menjalankan sesuatu, pasti tidak akan ada rasa berat dalam melakukannya jika
dilandasi dengan keikhlasan.
Maasyiral muslimin rakhimakumullah,
Dalam setiap tarikan nafas kita, sudah menjadi keniscayaan bagi kita untuk selalu menyadari bahwa
semua nikmat yang diterima dalam hidup ini merupakan anugerah dari Allah swt.
Dengan kesadaran ini, maka rasa syukur akan terus terpatri dalam diri sehingga fasilitas-fasilitas
nikmat dan rezeki ini akan bisa digunakan untuk mendukung kelancaran misi utama diciptakannya
kita ke dunia ini.
Lalu apa misi utama kita berada di dunia ini?
Allah telah menegaskan bahwa manusia diciptakan untuk beribadah atau menyembah Allah swt.
Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur’an surat Ad-Dzariyat ayat 56:
َو َم ا َخ َلْقُت اْلِج َّن َو اِاْل ْنَس ِااَّل ِلَيْعُبُد ْو ِن
Artinya: “Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.”
Dengan menyadari misi utama kita ini, maka sudah seharusnya, tidak boleh sedikitpun terbesit
dalam hati bahwa ibadah yang harus kita lakukan merupakan sebuah beban.
Jika ibadah yang kita lakukan dirasa sebagai beban, maka sudah bisa dipastikan akan ada perasaan
berat dan enggan untuk beribadah.
Kita perlu menyadari bahwa ibadah yang kita lakukan ini merupakan kebutuhan bagi kita untuk
memenuhi perintah Allah swt.
Jika kita menjadikan amaliah ibadah kita sebagai sebuah kebutuhan dan diniati dengan benar, maka
tidak akan ada perasaan berat dalam hati, maka semua akan terasa ringan dilakukan.
Lebih dari itu, semua ibadah yang kita lakukan dengan niat yang benar akan terasa nikmat karena
bisa menjadi media untuk menyambungkan frekuensi diri dengan Allah swt.
Semua ibadah juga akan dibalas sesuai dengan apa yang diniatkan sebagaimana ditegaskan
Rasulullah saw dalam haditsnya:
َو ِإَّنَم ا ِلُك ِّل اْمِرٍئ َم ا َنَو ى،ِإَّنَم ا اَألْع َم اُل ِبالِّنَّياِت
Artinya: “Segala sesuatu bergantung pada niatnya dan setiap orang akan dibalas berdasarkan apa
yang ia niatkan” (HR. al-Bukhari Muslim)
Niat juga akan bisa menentukan nilai dari ibadah yang kita lakukan, dan juga bisa diibaratkan
seperti angka 1 (satu) di depan angka 0 (nol).
Semua angka 0 akan tidak memiliki nilai walaupun jumlahnya banyak, namun ketika di depannya
diletakkan angka 1 maka angka 0 akan memiliki nilai.
Semakin banyak nol di belakang angka satu, maka akan semakin besar nilai yang dimiliki oleh angka
0 itu, begitu juga ibadah kita.
Semua akan tidak ada nilainya ketika ibadah tidak diniati dengan benar.
Semakin banyak kita beribadah dengan niatan yang benar maka semakin tinggi nilai kualitas dan
kuantitas ibadah yang kita lakukan.
Dengan tingginya nilai ibadah, maka peluang untuk diterima oleh Allah sangatlah tinggi.
Khutbah Kedua
اْلَح ْم ُد ِهّٰلِل َو اْلَح ْم ُد ِهّٰلِل ُثَّم اْلَح ْم ُد ِهّٰلِلَ .أْش َهُد َأْن اَل إٰل َه ِإاَّل ُهللا َو ْح َدُه اَل َش ِريَك َلُهَ ،و َأْش َهُد أَّن َس ِّيَد َنا ُم َح َّم ًدا َعْبُد ُه
َو َرُسْو ُلُه اَّلِذْي اَل َنِبَّي َبْعَدُهَ .الَّلُهَّم َص ِّل َو َس ِّلْم َع َلى َنِبِّيَنا ُم َح َّم ٍد َو َع َلى َأِلِه َو َأْص َح اِبِه َو َم ْن َتِبَعُهْم ِبِإْح َس اٍن ِإَلى َيْو ِم
الِقَياَم ِة َ .أَّم ا َبْع ُدَ ،فَيا َأُّيَها الَّناُس ُأْو ِص ْيُك ْم َو َنْفِس ْي ِبَتْقَو ى ِهللا َفَقْد َفاَز اْلُم َّتُقْو َن َ .فَقاَل ُهللا َتَعاَلىِ :إَّن َهللا َو َم اَل ِئَكَتُه
ُيَص ُّلْو َن َع َلى الَّنِبِّي ٰ ،ي َأ ُّيها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا َص ُّلْو ا َع َلْيِه َو َس ِّلُم ْو ا َتْسِلْيًم ا.لّٰل ُهَّم َص ِّل َع َلى َس ِّيَد َنا ُم َح َّم ٍد َو َع َلى َأِل َس ِّيَد َنا
ُم َح َّم ٍد َ.الّٰل ُهَّم اْغ ِفْر ِلْلُم ْؤ ِمِنْيَن َو ْالُم ْؤ ِم َناِت َو ْالُم ْسِلِم ْيَن َو ْالُم ْسِلَم اِتَ ،اَأْلْح ياِء ِم ْنُهْم َو ْاَالْمَو اِتَ .الّٰل ُهَّم اْد َفْع َع َّنا
ْالَباَل َء َو ْالَو َباَء والُقُرْو َن َو الَّزاَل ِزَل َو ْالِمَح َن َو ُسْو َء ْالِفَتِن َو ْالِمَح َن َم ا َظَهَر ِم ْنَها َو َم ا َبَطَن َعْن َبَلِد َنا ِإْنُدوِنْيِس َّيا
خآَّص ًة َو َس اِئِر ُبْلَداِن ْالُم ْسِلِم ْيَن عاَّم ًة َيا َر َّب ْالَعاَلِم ْيَن َ .الّٰل ُهَّم َأِرَنا اْلَح َّق َح ًّقا َو اْر ُز ْقَنا اِّتَباَعُه َو َأِرَنا اْلَباِط َل َباِط اًل
َو اْر ُز ْقَنا اْج ِتَناَبُهَ .ر َّبَنا آِتنَا ِفى الُّد ْنَيا َح َس َنًة َو ِفى ْاآلِخ َرِة َح َس َنًة َو ِقَنا َع َذ اَب الَّناِرَ .و َاْلَح ْم ُد ِهّٰلِل َرِّب اْلٰع َلِمْيَنٍع َباَد ِهللا،
ِإَّن َهللا َيْأُم ُر ِبْالَعْد ِل َو ْاِإل ْح َس اِن َوِإْيتاِء ِذ ي ْالُقْر بَى َو َيْنَهى َع ِن ْالَفْح شاِء َو ْالُم ْنَك ِر َو ْالَبْغ ِي َيِع ُظُك ْم َلَعَّلُك ْم َتَذ َّك ُرْو َن ،
)*( َ.و اْذ ُك ُر وا َهللا ْالَعِظ ْيَم َيْذ ُك ْر ُك ْم َ ،و اْش ُك ُرْو ُه َعلَى ِنَعِمِه َيِزْد ُك ْم َ ،و َلِذ ْك ُر ِهللا َأْك َبُر