Anda di halaman 1dari 3

Mengawali khutbah pada siang hari yang penuh keberkahan ini, khatib berwasiat kepada kita semua

terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan
dan ketakwaan kita kepada Allah ‫ ُسْبَح اَنُه َو َتَعاَلى‬dengan melakukan semua kewajiban dan
meninggalkan seluruh yang diharamkan.
Shalawat dan salam semoga tercurah pada Nabi akhir zaman, suri tauladan kita, Nabi kita
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang akan terus meningkatkan komitmen kita untuk taat
menjalankan perintah Allah ‫ ُسْبَح اَنُه َو َتَعاَلى‬dan Rasul-Nya serta menjauhi segenap larangan-
larangannya.

Bukan tak mungkin lagi untuk setiap muslim agar bisa introspeksi atas apa yang telah dilakukan
selama setahun yang telah melewati kita demi menuju kebaikan di tahun yang baru ini.
Sebab introspeksi sangat penting dilakukan untuk memperbaiki kesalahan yang pernah dilakukan,
sembari berjanji dengan diri sendiri juga dengan melibatkan Allah ‫ ُسْبَح اَنُه َو َتَعاَلى‬agar tidak melakukan
dosa yang sama serta berusaha memulai dengan sesuatu yang lebih pantas di sisiNya.
Adapun kebaikan yang berupa ketakwaan kepada Allah ‫ ُسْبَح اَنُه َو َتَعاَلى‬yang selama ini telah dijalankan
dapat diteruskan dan ditingkatkan lagi setelah memasuki tahun ini.

Maasyiral muslimin rakhimakumullah,


Kehidupan manusia di dunia ini seperti melewati sebuah jalan dengan lintasan penuh dengan
dinamika dan tantangan.
Medan terjal yang harus terus kita daki, hingga medan menurun dan mendatar, tak boleh membuat
kita terlena.
Perjalanan kita menyisakan masa lalu sebagai pengalaman, masa kini sebagai kenyataan, dan masa
yang akan datang sebagai harapan.
Sehingga kita butuh rambu-rambu agar kita senantiasa lancar dan selamat sampai ke tujuan dan
ketakwaan lah rambu-rambu yang mampu memandu kita berada pada jalan yang benar dan bekal
yang paling baik dalam perjalanan yang bisa kita mulai dari menata kembali niat.
Niat menjadi pemula dan bagian terpenting dalam suatu ibadah, yang bertujuan untuk meneguhkan
hati sebelum menunaikan ibadah.
Salah satu yang menjadi syarat diterimanya amal ibadah seorang hamba adalah benarnya niat, yaitu
ikhlas hanya untuk Allah.
Sebab, tanpa ikhlas, amal seseorang akan tertolak.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,
‫إَّن َهللا ال يقبُل من العمِل إاَّل ما كان خالًص ا وابُتغي به وجُهه‬
“Sesungguhnya Allah tidak akan menerima amal, kecuali yang ikhlas mengharap wajah-Nya.“ (HR An-
Nasa’i, shahih)

Dengan niat yang baik, insyaallah apa yang dilakukan akan benar-benar memiliki kualitas yang baik
sekaligus mampu dijalani dengan nikmat.
Ketika kita nikmat menjalankan sesuatu, pasti tidak akan ada rasa berat dalam melakukannya jika
dilandasi dengan keikhlasan.
Maasyiral muslimin rakhimakumullah,
Dalam setiap tarikan nafas kita, sudah menjadi keniscayaan bagi kita untuk selalu menyadari bahwa
semua nikmat yang diterima dalam hidup ini merupakan anugerah dari Allah swt.
Dengan kesadaran ini, maka rasa syukur akan terus terpatri dalam diri sehingga fasilitas-fasilitas
nikmat dan rezeki ini akan bisa digunakan untuk mendukung kelancaran misi utama diciptakannya
kita ke dunia ini.
Lalu apa misi utama kita berada di dunia ini?
Allah telah menegaskan bahwa manusia diciptakan untuk beribadah atau menyembah Allah swt.
Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur’an surat Ad-Dzariyat ayat 56:
‫َو َم ا َخ َلْقُت اْلِج َّن َو اِاْل ْنَس ِااَّل ِلَيْعُبُد ْو ِن‬
Artinya: “Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.”
Dengan menyadari misi utama kita ini, maka sudah seharusnya, tidak boleh sedikitpun terbesit
dalam hati bahwa ibadah yang harus kita lakukan merupakan sebuah beban.
Jika ibadah yang kita lakukan dirasa sebagai beban, maka sudah bisa dipastikan akan ada perasaan
berat dan enggan untuk beribadah.
Kita perlu menyadari bahwa ibadah yang kita lakukan ini merupakan kebutuhan bagi kita untuk
memenuhi perintah Allah swt.
Jika kita menjadikan amaliah ibadah kita sebagai sebuah kebutuhan dan diniati dengan benar, maka
tidak akan ada perasaan berat dalam hati, maka semua akan terasa ringan dilakukan.
Lebih dari itu, semua ibadah yang kita lakukan dengan niat yang benar akan terasa nikmat karena
bisa menjadi media untuk menyambungkan frekuensi diri dengan Allah swt.

Maasyiral muslimin rakhimakumullah,


Niat menjadi salah satu kunci utama dalam mewujudkan kenikmatan dalam beramal dan
beribadah.
Niat menjadi kunci dalam menentukan kualitas setiap aktivitas dan juga bisa menjadi sumber
konsistensi atau keistiqamahan kita dalam menjalankannya.

Semua ibadah juga akan dibalas sesuai dengan apa yang diniatkan sebagaimana ditegaskan
Rasulullah saw dalam haditsnya:
‫ َو ِإَّنَم ا ِلُك ِّل اْمِرٍئ َم ا َنَو ى‬،‫ِإَّنَم ا اَألْع َم اُل ِبالِّنَّياِت‬
Artinya: “Segala sesuatu bergantung pada niatnya dan setiap orang akan dibalas berdasarkan apa
yang ia niatkan” (HR. al-Bukhari Muslim)
Niat juga akan bisa menentukan nilai dari ibadah yang kita lakukan, dan juga bisa diibaratkan
seperti angka 1 (satu) di depan angka 0 (nol).
Semua angka 0 akan tidak memiliki nilai walaupun jumlahnya banyak, namun ketika di depannya
diletakkan angka 1 maka angka 0 akan memiliki nilai.
Semakin banyak nol di belakang angka satu, maka akan semakin besar nilai yang dimiliki oleh angka
0 itu, begitu juga ibadah kita.
Semua akan tidak ada nilainya ketika ibadah tidak diniati dengan benar.
Semakin banyak kita beribadah dengan niatan yang benar maka semakin tinggi nilai kualitas dan
kuantitas ibadah yang kita lakukan.
Dengan tingginya nilai ibadah, maka peluang untuk diterima oleh Allah sangatlah tinggi.

Maasyiral muslimin rakhimakumullah,


Selain menjadi pembeda antara amal yang bernilai ibadah dan amal yang tidak bernilai ibadah,
dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi, Rasulullah saw juga menegaskan pentingnya
posisi niat sampai dengan melebihi pentingnya perbuatan yang dilakukan itu sendiri:
‫ِنيُة الُم ْؤ ِم ِن َخ ْيٌر ِم ْن َع َم ِلِه‬
‫”‪Artinya: “Niat seorang mukmin lebih utama daripada amalnya.‬‬
‫‪Kemudian hadis ini juga diperkuat oleh hadits riwayat Imam Bukhari dan Muslim:‬‬
‫ِإَّن َهَّللا َكَتَب اْلَح َس َناِت َو الَّسِّيَئاِت ‪ُ ،‬ثَّم َبَّيَن َذ ِلَك َفَم ْن َهَّم ِبَح َس َنٍة َفَلْم َيْع َم ْلَها َكَتَبَها ُهَّللا َلُه ِع ْنَدُه َح َس َنًة َك اِم َلًة ‪َ ،‬فِإْن ُهَو َهَّم ِبَها َفَعِم َلَها‬
‫َكَتَبَها ُهَّللا َلُه ِع ْنَدُه َعْش َر َح َس َناٍت ِإَلى َسْبِع ِم اَئِة ِضْعٍف ِإَلى َأْض َعاٍف َك ِثيَرٍة‬
‫‪Artinya: “Sesungguhnya Allah mencatat berbagai kejelekan dan kebaikan , lalu Dia menjelaskannya.‬‬
‫‪Barangsiapa yang bertekad untuk melakukan kebaikan lantas tidak bisa terlaksana, maka Allah catat‬‬
‫‪baginya satu kebaikan yang sempurna. Jika ia bertekad lantas bisa ia penuhi dengan melakukannya,‬‬
‫”‪maka Allah mencatat baginya 10 kebaikan hingga 700 kali lipatnya sampai lipatan yang banyak.‬‬
‫‪Maasyiral muslimin rakhimakumullah,‬‬
‫‪Mari, melalui momentum Jumat kali ini, kuatkan tekad kita kembali untuk senantiasa menata niat‬‬
‫‪dengan baik dalam menjalankan segala aktivitas kita di dunia.‬‬
‫‪Banyak amal perbuatan yang tergolong amal keduniaan, tapi karena didasari niat yang baik maka‬‬
‫‪tergolong menjadi amal akhirat, dan sebaliknya.‬‬
‫‪Banyak amal perbuatan tergolong amal akhirat, tapi ternyata menjadi amal dunia karena didasari‬‬
‫‪niat yang buruk.‬‬
‫‪Semoga kita diberikan kekuatan oleh Allah swt untuk dapat senantiasa memiliki niat baik khususnya‬‬
‫‪dalam menjalankan ibadah yang menjadi misi dan tugas utama kita di dunia ini. Aamin.‬‬
‫َباَر َك هللا ِلي َو َلُك ْم ِفي ْالُقْر آِن ْالَعِظْيِم َو َنَفَعِني َو ِإَّياُك ْم ِبَم ا ِفْيِه ِم ْن آَيِة َوِذ ْك ِر اْلَح ِكْيِم ‪َ .‬أُقْو ُل َقْو ِلي َهَذ ا َفأْس َتْغ ِفُر َهللا الَعِظ ْيَم ِإَّنُه ُهَو الَغُفْو ُر الَّرِح ْيم‬

‫‪Khutbah Kedua‬‬
‫اْلَح ْم ُد ِهّٰلِل َو اْلَح ْم ُد ِهّٰلِل ُثَّم اْلَح ْم ُد ِهّٰلِل‪َ .‬أْش َهُد َأْن اَل إٰل َه ِإاَّل ُهللا َو ْح َدُه اَل َش ِريَك َلُه‪َ ،‬و َأْش َهُد أَّن َس ِّيَد َنا ُم َح َّم ًدا َعْبُد ُه‬
‫َو َرُسْو ُلُه اَّلِذْي اَل َنِبَّي َبْعَدُه‪َ .‬الَّلُهَّم َص ِّل َو َس ِّلْم َع َلى َنِبِّيَنا ُم َح َّم ٍد َو َع َلى َأِلِه َو َأْص َح اِبِه َو َم ْن َتِبَعُهْم ِبِإْح َس اٍن ِإَلى َيْو ِم‬
‫الِقَياَم ِة ‪َ .‬أَّم ا َبْع ُد‪َ ،‬فَيا َأُّيَها الَّناُس ُأْو ِص ْيُك ْم َو َنْفِس ْي ِبَتْقَو ى ِهللا َفَقْد َفاَز اْلُم َّتُقْو َن ‪َ .‬فَقاَل ُهللا َتَعاَلى‪ِ :‬إَّن َهللا َو َم اَل ِئَكَتُه‬
‫ُيَص ُّلْو َن َع َلى الَّنِبِّي ‪ٰ ،‬ي َأ ُّيها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا َص ُّلْو ا َع َلْيِه َو َس ِّلُم ْو ا َتْسِلْيًم ا‪.‬لّٰل ُهَّم َص ِّل َع َلى َس ِّيَد َنا ُم َح َّم ٍد َو َع َلى َأِل َس ِّيَد َنا‬
‫ُم َح َّم ٍد ‪َ.‬الّٰل ُهَّم اْغ ِفْر ِلْلُم ْؤ ِمِنْيَن َو ْالُم ْؤ ِم َناِت َو ْالُم ْسِلِم ْيَن َو ْالُم ْسِلَم اِت‪َ ،‬اَأْلْح ياِء ِم ْنُهْم َو ْاَالْمَو اِت‪َ .‬الّٰل ُهَّم اْد َفْع َع َّنا‬
‫ْالَباَل َء َو ْالَو َباَء والُقُرْو َن َو الَّزاَل ِزَل َو ْالِمَح َن َو ُسْو َء ْالِفَتِن َو ْالِمَح َن َم ا َظَهَر ِم ْنَها َو َم ا َبَطَن َعْن َبَلِد َنا ِإْنُدوِنْيِس َّيا‬
‫خآَّص ًة َو َس اِئِر ُبْلَداِن ْالُم ْسِلِم ْيَن عاَّم ًة َيا َر َّب ْالَعاَلِم ْيَن ‪َ .‬الّٰل ُهَّم َأِرَنا اْلَح َّق َح ًّقا َو اْر ُز ْقَنا اِّتَباَعُه َو َأِرَنا اْلَباِط َل َباِط اًل‬
‫َو اْر ُز ْقَنا اْج ِتَناَبُه‪َ .‬ر َّبَنا آِتنَا ِفى الُّد ْنَيا َح َس َنًة َو ِفى ْاآلِخ َرِة َح َس َنًة َو ِقَنا َع َذ اَب الَّناِر‪َ .‬و َاْلَح ْم ُد ِهّٰلِل َرِّب اْلٰع َلِمْيَنٍع َباَد ِهللا‪،‬‬
‫ِإَّن َهللا َيْأُم ُر ِبْالَعْد ِل َو ْاِإل ْح َس اِن َوِإْيتاِء ِذ ي ْالُقْر بَى َو َيْنَهى َع ِن ْالَفْح شاِء َو ْالُم ْنَك ِر َو ْالَبْغ ِي َيِع ُظُك ْم َلَعَّلُك ْم َتَذ َّك ُرْو َن ‪،‬‬
‫)*( ‪َ.‬و اْذ ُك ُر وا َهللا ْالَعِظ ْيَم َيْذ ُك ْر ُك ْم ‪َ ،‬و اْش ُك ُرْو ُه َعلَى ِنَعِمِه َيِزْد ُك ْم ‪َ ،‬و َلِذ ْك ُر ِهللا َأْك َبُر‬

Anda mungkin juga menyukai