2705-Article Text-7853-1-10-20211229
2705-Article Text-7853-1-10-20211229
Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Bangka Belitung
Balun Ijuk, Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 33172
a)
email korespondensi: dha3n@yahoo.com
ABSTRAK
Desa Kurau di Kabupaten Bangka Tengah merupakan salah satu desa di Pulau Bangka yang memiliki
potensi wisata yang indah, yaitu hutan mangrove. Potensi hutan mangrove ini dapat dikelola oleh
masyarakat sekitar untuk menunjang perekonomian di sektor pariwisata. Hutan mangrove ini harus
dikelola secara memadai sebagai salah satu aspek terpenting untuk keberlanjutan dari pariwisata tersebut.
Pemberdayaan masyarakat dalam mengembangkan pariwisata hutan mangrove berbasis ekowisata di
Desa Kurau, Kabupaten Bangka Tengah menggunakan faktor-faktor yang antara lain: faktor ekonomi,
peluang wisata rekreasi, dan penyelamatan ekosistem pantai. Prinsip pemberdayaan masyarakat yang
digunakan antara lain: (i) perencanaan dan kebijakan; (ii) aksi sosial dan politik; dan (iii) peningkatan
pendidikan dan kesadaran. Adapun bentuk kegiatan pengembangan yang dilakukan adalah
mengembangkan lokasi-lokasi yang instagramebel sebagai daya tarik untuk mendatangkan wisatwan dan
menumbuhkan jiwa kewirausahaan masyarakat sekitar, serta melibatkan peran kelompok epistemik.
Peran kelompok epistemik menggunakan metode pemberdayaan masyarakat yakni; metode penanaman
mangrove; pengelolaan pariwisata; dan pemasaran pariwisata. Pemberdayaan masyarakat ini tentunya
mengaharapkan adanya peran masyarakat dalam membentuk sebuah sistem ekowisata untuk masyarakat
itu sendiri dan dapat menumbuhkan jiwa wirausaha.
Kata kunci: Wisata Mangrove, Ekowisata, dan Kelompok Epistemik
81
(Flamin, dkk, 2013). Oleh karena itu, penelitian ini hal yang mengkhawatirkan terutama di daerah-
bertuuan untuk mengetahui faktor-faktor yang daerah yang kurang mendapat perhatian dari mata
mempenaruhi pengembangan pariwisata hutan pemerintah. Ekonomi masyarakat di Desa Kurau
mangrove berbasis ekowisata; pengembangan wisata dari dahulunya mengandalkan pekerjaan sebagai
Hutan Mangrove Kurau; dan peran kelompok nelayan dimana diketahui daerah pesisir yang
epistemic dalam pengembangan wisata yang berbasis bermata pencaharian sebagai nelayan tergolong
ekowisata yang dilakukan dengan pemberdayaan ekonomi kelas rendah-menengah.
masyarakat
Perekonomian yang seperti ini menjadi hal yang
memperihatinkan mengingat Desa Kurau adalah
METODE PENELITIAN salah satu tempat yang strategis untuk bisa
Jenis Penelitian dibuatkan objek wisata, diantaranya beberapa objek
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian wisata yang memang sudah terkenal dari dahulu
ini adalah deskriftif kualitatif, yang betujuan untuk adalah Pulau Ketawai dimana pulau ini telah
menggambarkan dan meringkas berbagai kondisi, menjadi salah satu destinasi yang
berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial direkomendasikan pemerintah daerah Bangka
yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian, Tengah untuk dikunjungi. Dalam perkembanganya
dan berupa menarik realitas itu ke permukaan sebagai Desa Kurau juga memikirkan bahwasanya harus
suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda atau gambaran ada sebuah inovasi wisata baru untuk masyarakat,
tentang kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu. maka adanya sebuah peran pembuatan wisata hutan
mangrove sebagai wisata baru yang dibangun oleh
Jenis dan Sumber Data hasil masyarakat setempat dengan dibarengi
Dalam penelitian ini jenis dan sumber data yang komunitas-komunitas yang ada di sana.
digunakan adalah data primer dan data sekunder, Perekonomian juga semakin terbantu
dimana data primer didapatkan dari studi literatur yang perkembangannya (Departemen Kelautan dan
didapatkan dari para penelitian terdahulu dan observasi Perikanan, Direktorat Bina Pesisir. 2007).
serta wawancara. Data sekunder merupakan data yang
digunakan untuk memperkuat data primer baik itu 2. Peluang Rekreasi
sebagai data pendukung ataupun data pelengkap Reakreasi memang menjadi sebuah hal yang tidak
dengan melakukan studi literatur akan bisa dilepaskan dari generasi milenial saat ini,
dimana rekreasi adalah tujuan yang terus akan
Teknik Pengumpulan Data dikunjungi oleh kaum milineal itu sendiri, sebab
Dalam rangka menghimpun beberapa data primer hasrat kaum milenial ini terbilang cukup unik
dan data sekunder tersebut secara sistematis, utuh, dan dimana mereka akan mencoba mendatangi tempat-
mendalam maka dalam penelitian ini digunakan teknik tempat yang bisa diekspos dan di informasikan ke
pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan dunia luar melalui media sosial yang tentunya
studi literatur. sudah dipahami generasi milenial secara umum.
Peluang ini kemudian menjadi salah satu aspek
Teknik Analisis Data untuk pembangunan wisata baru hutan mangrove
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun Desa Kurau sebagai destinasi atau rekreasi dari
secara sistematis data yang telah diperoleh, sehingga masyarakat untuk bisa berkunjung ke desa Desa
bisa diperoleh kesimpulan yang mudah dipahami oleh Kurau.
diri sendiri maupun orang lain. Teknik analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik 3. Penyelamatan kerusakan bibir pantai
analisis data deskriftif kualitatif. Menurut Miles & Mangrove merupakan salah satu tumbuhan yang
Hubberman (2014) mengemukakan bahwa aktivitas tentunya berguna untuk bisa menahan ombak dari
dalam analisa data kualitatif dilakukan secara interaktif laut ke bibir pantai, bukan hanya itu mangrove juga
dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, menjadi habitat alami untuk ikan berlindung atau
sehingga datanya sudah jenuh. sebagai tempat tinggal (Valentina & Qulubi. 2019).
Masyarakat Desa Kurau, menanami mangrove ini
juga untuk menghentikan pengikisan bibir pantai
HASIL DAN PEMBAHASAN oleh ombak di laut sehingga perlunya tanaman ini
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan untuk mengurangi atau bahkan bisa menghentikan
Ekowisata dan Sociopreneurship di Kawasan Hutan pengikisan tersebut, disamping itu keuntunganya
Mangrove bagi nelayan mudah untuk menangkap hasil laut
Ada beberapa faktor yang tentunya menjadi sebuah seperti ikan dan kepiting dikarenakan adanya
perhatian dalam pengembangan pariwisata yang tanaman mangrove.
berbasis sociopreneurship:
1. Ekonomi Pengembangan Wisata Mangrove
Perekonomian memang tentunya menjadi sebuah Pengembangan yang dilakukan disini adalah sebuah
hal yang sangat penting untuk bisa melangsungkan pemikiran masyarakat yang dipadukan dari komunitas
sebuah kehidupan bagi manusia, aspek ekonomi untuk menciptakan hutan mangrove berbasis
juga menjadi perhatian lebih dari tugas pemerintah sociopreneurship:
baik itu dari tingkat nasional maupun tingkat desa
sekalipun. Permasalahan ekonomi selalu menjadi
82
1. Instagramebel kawasan hutan mangrove tersebut. Saat ini wisata
Instagramebel adalah sebuah objek yang menjadi yang banyak dikunjungi adalah wisata yang
spot foto yang terbilang cukup menarik untuk menawarkan banyak sekali pemandangan yang
dibagi ke media sosial yakni instagram. Istilah ini indah untuk kemudian bisa dijadikan sebuah titik
mengambarkan bahwasanya pariwisata sekarang sebagai pengabadian momen-momen tertentu,
harus ada nilai instagramebel agar bisa terus peluang ini tentunya juga harus dimasukkan dalam
dikunjungi oleh kaum-kaum milienal yang tentunya ranah pembuatan wisata yang di Desa Kurau. Maka
seluruh aktivitas kaum milineal tidak terlepas dari kelompok epistemik disini juga berupaya
media sosial. Titik instagramebel di hutan merancang agar hutan wisata mangrove ini menjadi
mangrove ini ada beberapa tempat, dimulai dari pusat perhatian masyarakat dikarenakan ada spot
rumah pohon, terowongan cinta, perahu-perahu atau titik untuk pengambilan foto.
nelayan dan juga lepas pantai. Objek-objek ini
menjadi sebuah pengembangan yang dilakukan 3. Penyebaran media pemasaran
masyarakat untuk menunjang pariwisata tersebut. Penyebaran media pemasaran juga turut andil di
kelompok epistemik itu sendiri, dimana bantuan
2. Jiwa Wirausaha untuk penyebaran atau mempromosikan wisata dan
Pariwisata yang tentunya telah melekat dari Desa usaha-usaha rakyat yang ada di Desa Kurau. Pada
Kurau ini, menumbuhkan sebuah jiwa usaha yang era milineal sekarang kalangan mana yang tidak
dimiliki oleh masyarakat sekitar dimana masyarakat menggunakan handphone, pastilah semua kalangan
mencoba menghasilkan sebuah produk-produk baru menggunakannya maka peluang ini kemudian juga
untuk nantinya bisa dijual kepada turis-turis yang menjadi sebuah alasan kenapa dalam metode
ada, dimana adanya pembuatan toko-toko baru di pemasaranya tentunya sangat mengandalkan media
jalan menuju hutan mangrove tersebut. Pembuatan sosial, ini juga sinkron dengan konsep
kafe, pembuatan UMKM seperti kerupuk, getas, instagramebel di atas, dimana ketika orang-orang
madu sampai dengan kerajinan tangan dari kerang- berkunjung dan berfoto di hutan mangrove tersebut
kerang. Tidak hanya itu semua hasil olahan uang secara tidak langsung juga berperan penting dalam
dari wisata mangrove itu juga dikelola untuk membantu pemasaran. Walaupun demikian karang
kebutuhan desa, dan orang-orang yang membayar taruna di Desa Kurau dan juga kelompok epistemik
perahu dari Pulau Ketawai menuju ke hutan juga sebisa mungkin merancang pemasaran secara
mangrove juga terbantu mengingat biaya yang virtual agar pariwisata hutan mangrove di Desa
dikeluarkan dapat meningkatkan perkeonomian Kurau ini tidak kalah dengan pariwisata lainya.
masyarakat.
83
DAFTAR PUSTAKA Miles, M.B., Huberman, A.M., & Saldana, J., 2014.
Qualitative Data Analysis, A Methods Sourcebook,
Dahuri, dkk,. 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Edition 3. USA: Sage Publications. Terjemahan
Pesisir dan Lautan Secara terpadu. Jakarta: PT. Tjetjep Rohindi Rohidi, UI-Press.
Pradnya Paramita. Satria, A., 2015. Pengantar Sosiologi Masyarakat
Departemen Kelautan dan Perikanan, Direktorat Bina Pesisir. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Pesisir. 2007. Pedoman Umum Pengelolaan Valentina, A., & Qulubi, M.H., 2019. Model
Ekosistem Mangrove. Departemen Kelautan dan Pengembangan Ekowisata Mangrove di Pesisir
Perikanan, Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir Timur Lampung (Studi di Desa Margasari,
dan Pulau-Pulau Kecil Direktorat Bina Pesisir. Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten
Jakarta. Lampung Timur. Sosial Work Journal, 9(2).
Flamin, dkk., 2013. Potensi Ekowisata dan Strategi Widayanti, S., 2012. Pemberdayaan Masyarakat:
Pengembangan Tahura Nipanipa, Kota Kendari, Pendekatan Teoritis. Jurnal Ilmu Kesejahteraan
Sulawesi Tenggara. Jurnal Penelitian Kehutanan Sosial, 1(1).
Wallacea, 2(2).
Hafsar, K. dkk., 2015. Strategi Pengembangan
Kawasan Ekowisata Mangrove di Sungai Carang
Kota Tanjungpinang Kepulauan Riau.
84