Jaka Tarub Dan 7 Bidadari
Jaka Tarub Dan 7 Bidadari
Lalu mereka dikaruniai seorang anak (menurut cerita anak itu bernama
Nawangsih). Mereka hidup bahagia dan selalu merawat Nawang Asih
dengan sepenuh hati. Namun setelah beberapa lama hidup berumah
tangga, terusiklah rasa ingin tahu Jaka Tarub. Setiap hari ia dan
keluarganya selalu makan nasi, namun lumbung selalu tidak pernah
berkurang seolah tak ada padi yang dipakai untuk mereka makan. Suatu
hari Nawang Wulan hendak pergi ke sungai. Nawang Wulan berpesan
agar Jaka Tarub tidak membuka tutup penanak nasi apapun yang terjadi.
Nawang Wulan : Jaka, jangan kamu buka tutup ini apapun yang
terjadi.
Jaka Tarub : Kenapa ? (penasaran)
Nawang Wulan : Sudahlah, kamu turuti apa kata-kata ku tadi.
Sekarang aku pamit pergi ke sungai, Jaka. (Pergi meninggalkan rumah)
Nawang Wulan menjadi sedih karena sejak saat itu ia harus memasak
nasi seperti manusia biasa. Ia harus bersusah payah menumbuk padi
banyak- banyak menjadi beras sebelum kemudian menanaknya menjadi
nasi. Akibatnya karena dipakai terus menerus, lama kelamaan persediaan
padi di lumbung Jaka Tarub semakin menyusut. Pelan tapi pasti, padi
mereka semakin habis, sementara musim panen masih belum tiba. Ketika
suatu hari Nawang Wulan kembali mengambil padi untuk ditumbuk,
dilihatnya seonggok kain yang tersembul di balik tumpukan padi. Ketika
ditarik dan diperhatikan, teringatlah Nawang Wulan kalau itu adalah
selendang bidadarinya.