Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya sehingga Makalah Angin Badai ini dapat diselesaikan

dengan baik.

Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam

penyusunan Makalah Angin Badai ini. Dan kami juga menyadari pentingnya

akan sumber bacaan dan referensi yang telah membantu dalam memberikan

informasi yang akan menjadi bahan makalah. Kami juga mengucapkan terima

kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan serta bimbingannya

selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Makalah Angin

Badai ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

demi penyempurnaan makalah ini.

Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan

kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah

SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga Makalah Angin

Badai ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Banjarbaru, Januari 2024

Penyusun,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................2
C. Tujuan......................................................................................................................2
D. Manfaat....................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................4
A. Pengertian Angin Badai............................................................................................4
B. Penyebab Angin Badai.............................................................................................5
C. Mekanisme Perusakan..............................................................................................6
D. Kajian Bahaya..........................................................................................................7
E. Gejala dan Peringatan Dini.......................................................................................7
F. Parameter..................................................................................................................8
G. Komponen yang Terancam.......................................................................................9
H. Upaya Mitigasi dan Pengurangan Bencana ...........................................................10
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN......................................................................11
A. Kesimpulan.............................................................................................................11
B. Saran.......................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu

peristiwa fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) dan

aktivitas manusia. Karena ketidak berdayaan manusia, akibat kurang baiknya

manajemen keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang

keuangan dan struktural, bahkan sampai kematian. Kerugian yang dihasilkan

tergantung pada kemampuan untuk mencegah atau menghindari bencana dan

daya tahan mereka. Pemahaman ini berhubungan dengan pernyataan “bencana

muncul bila ancaman bahaya bertemu dengan ketidakberdayaan”. Dengan

demikian, aktivitasalam yang berbahaya tidak akan menjadi bencana alam di

daerah tanpa ketidak berdayaan manusia, misalnya angin topan di wilayah tak

berpenghuni. Konsekuensinya, pemakaian istilah “alam” juga ditentang karena

peristiwa tersebut bukan hanya bahaya atau malapetaka tanpa keterlibatan

manusia. Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada bentuk bahayanya

sendiri, mulai dari angin yang mengancam bangunan individual yang

berpotensi mengakhiri peradaban umat manusia.

Namun demikian pada daerah yang memiliki tingkat bahaya tinggi

(hazard) serta memiliki kerentanan/kerawanan (vulnerability) yang juga tinggi

tidak akan memberi dampak yang hebat/luas jika manusia yang berada disana

memiliki ketahanan terhadap bencana (disaster resilience) . Konsep ketahanan


bencana merupakan evaluasi kemampuan sistem dan infrastruktur-infrastruktur

untuk mendeteksi, mencegah dan menangani tantangan-tantangan serius yang

hadir. Dengan demikian meskipun daerah tersebut rawan bencana dengan

jumlah penduduk yang besar jika diimbangi dengan ketetahanan terhadap

bencana yang cukup.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian angin badai?

2. Apa penyebab angin badai?

3. Bagaimana mekanisme perusakan angin badai?

4. Bagaimana kajian bahaya angin badai?

5. Bagaimana gejala dan peringatan dini angin badai?

6. Apa parameter angin badai?

7. Apa komponen yang terancam?

8. Bagaimana mitigasi dan pengurangan bencana angin badai?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian angin badai.

2. Untuk mengetahui penyebab angin badai.

3. Untuk mengetahui mekanisme perusakan angin badai.

4. Untuk mengetahui kajian bahaya angin badai.

5. Untuk mengetahui gejala dan peringatan dini angin badai.

6. Untuk mengetahui parameter angin badai.

7. Untuk mengetahui komponen yang terancam.


8. Untuk mengetahui mitigasi dan pengurangan bencana angin badai

D. Manfaat

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah agar kita dapa mengetahui

dan menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang angin badai.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Angin Badai

Angin badai merupakan situasi cuaca yang ekstrem, ditandai dengan

angin kencang, kilat, guntur, dan hujan lebat. Badai dapat mengambil berbagai

bentuk, termasuk badai salju, badai pasir, dan siklon tropis. Definisi badai

menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah angin kencang yang

terkait dengan cuaca buruk dan muncul secara tiba-tiba. Dalam konteks

meteorologi, badai angin merujuk pada angin yang memiliki kekuatan yang

cukup untuk menyebabkan kerusakan pada pohon dan bangunan. Siklon tropis,

seperti badai dan topan, adalah fenomena cuaca serupa yang disebut sebagai

siklon tropis oleh para ahli meteorologi.

Gambar 1. Angin Badai


Pusaran angin kencang dengan kecepatan angin 120 km/jam atau lebih

yang sering terjadi di wilayah tropis di antara garis balik utara dan selatan,

kecuali di daerah‐daerah yang sangat dekat dengan khatulistiwa.

B. Penyebab Angin Badai

Penyebab badai adalah tingginya suhu permukaan laut. Perubahan di

dalam energi atmosfer mengakibatkan petir dan badai. Badai tropis ini berpusar

dan bergerak dengan cepat mengelilingi suatu pusat, yang sumbernya berada di

daerah tropis. Pada saat terjadi angin ribut ini, tekanan udara sangat rendah

disertai angin kencang dengan kecepatan bisa mencapai 250 km/jam. Hal ini

bisa terjadi di Indonesia maupun negara-negara lain. Di dunia, ada tiga tempat

pusat badai, yaitu di Samudera Atlantik, Samudera Hindia, dan Samudera

Pasifik. Di Indonesia, angin ini dikenal sebagai badai, di Samudra Pasifik

sebagai angin taifun (typhoon), di Samudra Hindia disebut siklon (cyclone),

dan di Amerika dinamakan hurricane.

Badai dapat terjadi jika faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya

badai terpenuhi. Sumber utama energi penggerak badai berasal dari proses

kondensasi yaitu proses mengembunnya konsentrasi uap air pada udara yang

lembap yang kemudian bergerak naik ke atmosfer yang dingin. Pada proses ini,

konsentrasi uap air akan melepaskan energi panasnya. Energi panas yang

terkumpul inilah kemudian menjadi energi penggerak badai.


Faktor-faktor penyebab terjadinya siklon tropis atau badai adalah

sebagai berikut:

1. Suhu permukaan laut sekurang-kurangnya 26,5 oC hingga ke kedalaman

60 meter.

2. Kondisi atmosfer yang tidak stabil yang memungkinkan terbentuknya

awan kumulonimbus. Awan-awan ini, yang merupakan awan-awan guntur,

dan merupakan penanda wilayah konvektif kuat, adalah penting dalam

perkembangan siklon tropis.

3. Atmosfer yang relatif lembap di ketinggian sekitar 5 km. Ketinggian ini

merupakan atmosfer paras menengah, yang apabila dalam keadaan kering

tidak dapat mendukung bagi perkembangan aktivitas badai guntur di

dalam siklon.

4. Berada pada jarak setidaknya sekitar 500 km dari khatulistiwa. Meskipun

memungkinkan, siklon jarang terbentuk di dekat ekuator.

5. Gangguan atmosfer di dekat permukaan bumi berupa angin yang berpusar

yang disertai dengan pumpunan angin.

6. Perubahan kondisi angin terhadap ketinggian tidak terlalu besar.

Perubahan kondisi angin yang besar akan mengacaukan proses

perkembangan badai guntur.


C. Mekanisme Perusakan

Tekanan dan hisapan dari tenaga angin meniup selama beberapa jam.

Tenaga angin yang kuat dapat merobohkan bangunan. Umumnya kerusakan

dialami oleh bangunan dan bagian yang non struktural seperti atap, antena,

papan reklame, dan sebagainya. Badai yang terjadi di laut atau danau dapat

menyebabkan kapal tenggelam. Kebanyakan angin badai disertai dengan hujan

deras yang dapat menimbulkan bencana lainya seperti tanah longsor dan banjir.

D. Kajian Bahaya

Data kecepatan dan arah angin dari stasiun dan satelit meteorogi

memberikan informasi tentang kuat dan pola pergerakan angin di suatu daerah.

Faktor lokal seperti topografi, vegetasi dan daerah permukiman dapat

berpengaruh terhadap cuaca lokal. Catatan kejadian angin badai dimasa lalu

dapat digunakan untuk mengetahui pola umum kejadian angin badaidimasa

yang akan datang.

E. Gejala dan Peringatan dini

Badai tropis dapat terjadi secara mendadak, tetapi sebagian besar badai

tersebut terbentuk melalui suatu proses selama beberapa jam atau hari yang

dapat diikuti melalui satelite cuaca. Monitoring dengan menggunakan sattelite

ini dapat untuk mengetahui arah dari serangan aingin badai sehingga cukup

waktu untuk memberikan peringatan dini. Meskipun demikian perubahan


system cuaca sangat kompleks sehingga sulit dibuat prediksi secara cepat dan

akurat.

Gejala awal terjadinya angin badai adalah sebagai berikut :

1. Suhu udara terasa meningkat

2. Awan menggumpal putih, menjulang tinggi

3. Terjadi guntur/ petir yang keras

4. Awan putih agak gelap

5. Burung-burung mengumpul atau terbang menjauhi pantai dan daerah

terbuka

6. Angin terasa kencang dan panas, serta tubuh terasa tidak nyaman

F. Parameter

Skala kecepatan angin digunakan untuk mengukur atau

mengkasifikasikan kekuatan angin badai diusulkan oleh Hebert Saffir yang

dikenal dengan skala Saffir‐Simpson. Skala ini mempunyai tingkatan 1 sampai

dengan 5.

Tabel 5. Skala Saffir‐Simpson

Tingkat/Level Kecepatan Angin (Km/Jam) Tingkat Kerusakan


1 120 – 153 Sedikit
2 154 – 177 Sedang
3 178 – 209 Luas
4 210 – 249 Hebat
5 > 250 Sangat Hebat
Sebagai contoh Badai Mitch tahun 1998 di Karibia dan Honduras serta

Badai Cathrina di New Orleans Amerika Serikat tahun 2005, keduanya

memiliki kekuatan/level 5. Di Indonesia, umumnya yang disebut angin badai

terjadi pada level 1 atau kurang.

G. Komponen yang Terancam

Angin badai sangat berdampak buruk pada kehidupan

dan lingkungan tempat manusia tinggal. Akibat dari angin badai antara lain

banjir, tsunami, dan tanah longsor yang disebabkan oleh guncangan dari

pusaran angin yang bertekanan sangat tinggi. Setiap bencana alam selalu

membawa dampak dan menimbulkan kerugian bagi masyarakat, berupa korban

jiwa, dan material. Bencana angin badai bila menimbulkan korban dan

kerusakan pada bangunan infrastruktur, hal ini tergantung dari skala intensitas

angin. Semakin tinggi intensitas angin maka akan semakin berat tingkat

kerusakan yang ditimbulkan angin badai.

Komponen yang terancam akibat dari angin badai adalah sebagai

berikut:

1. Struktur bangunan yang ringan atau perumahan yang terbuat dari kayu

2. Bangunan bangunan sementara atau semi permanen

3. Atap bangunan

4. Material bangunan tambahan yang menempel kurang kuat pada bangunan

utama seperti papan, seng, asbes, dan sebagainya.

5. Pohon, pagar serta tanda tanda lalulintas dan papan reklame


6. Tiang tiang kabel listrik yang tinggi

7. Kapal‐kapal penangkap ikan atau bangunan industri maritim lainnya yang

terletak disekitar pantai

H. Upaya Mitigasi dan Pengurangan Bencana

Upaya mitigasi dan pengurangan bencana yang dapat dilakukan adalah

sebagai berikut :

1. Struktur bangunan yang memenuhi syarat teknis untuk mampu bertahan

terhadap gaya angin

2. Perlunya penerapan aturan standar bangunan yang memperhitungkan

beban angin khususnya di daerah yang rawan angin badai

3. Penempatan lokasi pembangunan fasilitas yang penting pada daerah yang

terlindung dari serangan angin badai

4. Penghijauan di bagian atas arah angin untuk meredam gaya angin

5. Pembangunan bangunan umum yang cukup luas yang dapat digunakan

sebagai tempat penampungan sementara bagi orang maupun barang saat

terjadi serangan angin badai.

6. Pembangunan rumah yang tahan angin

7. Pengamanan/perkuatan bagian bagian yang mudah diterbangkan angin

yang dapat membehayakan diri atau orang lain disekitarnya

8. Kesiapsiagaan dalam menghadapi angin badai, mengetahui bagaimana

cara penyelamatan diri

9. Pengamanan barang barang disekitar rumah agar terikat/dibangun secara

kuat sehingga tidak diterbangkan angin


10. Untuk para nelayan, supaya menambatkan atau mengikat kuat kapal

kapalnya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Angin badai adalah pusaran angin kencang dengan kecepatan angin 120

km/jam atau lebih yang sering terjadi di wilayah tropis diantara garis balik

utaradan selatan, kecuali didaerah-daerah yang sangat berdekatan dengan

khatulistiwa. Angin badai disebabkan oleh perbedaan tekanan dalam suatu

sistem cuaca. Angin paling kencang yang terjadi di daerah tropis ini umumnya

berpusar dengan radius ratusan kilometer di sekitar daerah sistem tekanan

rendah yang ekstrem dengan kecepatan sekitar 20 Km/jam. Gejala dan

Peringatan dini angin badai dapat terjadi secara mendadak, tetapi sebagian

besar badai tersebut terbentuk melalui suatu proses selama beberapa jam atau

hari yang dapat dipantau melalui satelit cuaca. Monitoring dengan satelit dapat

untuk mengetahui arah angin badai sehingga cukup waktu untuk memberikan

peringatan dini. Meskipun demikian perubahan sistem cuaca sangat kompleks

sehingga sulit dibuat prediksi secara cepat dan akurat.

B. Saran

Di akhir tulisan ini penulis mengajak kita semua agar menjaga

lingkungan yang kita tempati dan selalu waspada akan musibah angin badai.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana. (2007). Pengenalan


Karakteristik Bencana dan Upaya Mitigasi di Indonesia. Direktorat
Mitigasi, Lakhar BAKORNAS PB.
Hasuki, I. (2016). Apa yang Menyebabkan Badai?. Nasional Geographic
Indonesi. https://nationalgeographic.grid.id/read/13306805/apa-yang-
menyebabkan-badai
Utami, S. N. (2022). Badai: Pengertian, Penyebab, Proses Terbentuk dan
Faktornya. Kompas.com. https://www.kompas.com/badai--pengertian-
penyebab-proses-terbentuk-dan-faktornya

Anda mungkin juga menyukai