Anda di halaman 1dari 3

Aku dan Azil adalah teman baik sejak SMA.

Kami selalu bersama-sama dalam segala hal, baik


belajar, bermain, maupun bercanda. Kami saling mengerti dan mendukung satu sama lain. Kami
adalah sahabat yang akrab dan kompak.

Suatu hari, Azil mengalami kecelakaan lalu lintas yang sangat parah saat pulang sekolah. Mobil
yang ditumpanginya menabrak truk besar dan terbakar. Aku yang mendengar kabar itu langsung
bergegas ke rumah sakit untuk menjenguk Azil. Namun, saat sampai di sana, aku mendapati Azil
dalam keadaan kritis dan tidak sadarkan diri. Dokter mengatakan bahwa Azil mengalami luka
bakar hebat, patah tulang, dan perdarahan dalam. Kemungkinan untuk bertahan hidup sangat
kecil.

Aku merasa sangat sedih dan tidak bisa menerima kenyataan itu. Aku berdoa agar Azil bisa
sembuh dan kembali seperti dulu. Aku juga berjanji akan selalu ada untuk Azil dan tidak akan
meninggalkannya. Aku menghabiskan malam itu di samping tempat tidur Azil, memegang
tangannya dan menghiburnya.

“Azil, kamu harus kuat ya. Kamu pasti bisa melewati ini. Aku percaya kamu. Aku peduli padamu.
Aku nggak mau kehilangan kamu. Kamu adalah teman terbaikku. Kamu adalah sahabatku. Kamu
adalah segalanya bagiku.” Aku berbisik dengan mata berkaca-kaca.

Keesokan harinya, aku terkejut saat melihat Azil sudah bangun dan tampak sehat. Tidak ada
bekas luka bakar, patah tulang, atau perdarahan pada tubuhnya. Azil tersenyum dan
mengucapkan terima kasih kepadaku atas kepedulianku. Aku tidak percaya dengan apa yang
kulihat. Aku bertanya-tanya bagaimana mungkin Azil bisa sembuh dengan cepat. Apakah ini
mukjizat?

Azil tidak menjelaskan apa-apa kepadaku. Dia hanya mengatakan bahwa dia beruntung dan
mendapat pertolongan dari seseorang yang baik hati. Dia tidak menyebutkan nama atau
identitas orang itu. Dia juga tidak menyebutkan nama atau tujuan organisasi yang diikutinya. Dia
menyembunyikan bahwa dia telah bergabung dengan sebuah sekte yang bernama “Sekte Sinar”.
Dia menyembunyikan bahwa dia telah menjadi pengikut “Sang Penguasa”. Dia menyembunyikan
bahwa dia telah menjual jiwanya demi kesembuhan dan kekuatan.

Aku merasa curiga dengan sikap Azil. Aku mencoba untuk menanyakan lebih banyak hal kepada
Azil, tetapi Azil menghindar dan mengalihkan pembicaraan. Aku mencoba untuk mengikuti jejak
Azil, tetapi Azil selalu menghilang dan tidak memberi tahu kemana dia pergi. Aku mencoba untuk
mencari informasi tentang Sekte Sinar dan “Sang Penguasa”, tetapi aku tidak menemukan apa-
apa. Aku merasa ada yang tidak beres dengan Azil.

Sejak kecelakaan itu, Azil menjadi berubah. Dia selalu sibuk dengan kegiatan sekte itu dan jarang
berkomunikasi denganku. Dia juga menjadi lebih tertutup dan dingin. Dia tidak lagi tertarik
dengan hal-hal yang dulu disukainya, seperti belajar, bermain, atau bercanda. Dia hanya fokus
pada “Sang Penguasa” dan sekte itu.

Aku merasa kehilangan Azil dan tidak tahu harus berbuat apa. Aku mencoba untuk tetap
bersabar dan mengerti dengan Azil. Aku berharap Azil akan sadar dan kembali seperti dulu. Aku
berharap Azil akan meninggalkan sekte itu dan menjauhi “Sang Penguasa”.
Suatu hari, aku mendapat telepon dari Azil. Azil mengajakku untuk bertemu di sebuah tempat
yang sepi. Azil mengatakan bahwa dia ingin berbicara denganku tentang sesuatu yang penting.
Aku yang merasa senang dan lega, segera menyetujui ajakan itu. Aku berpikir bahwa mungkin
Azil akan minta maaf dan mengakhiri hubungannya dengan sekte itu.

Aku mengendarai sepeda motorku menuju tempat yang ditunjuk Azil. Aku berharap bahwa ini
adalah awal dari perbaikan hubungan kami. Aku berharap bahwa ini adalah kesempatan untuk
mempererat persahabatan kami. Aku berharap bahwa ini adalah momen untuk mengembalikan
Azil.

Aku tiba di tempat yang ditunjuk Azil. Aku melihat Azil sudah menunggunya di sana. Azil
mengenakan jubah hitam dan topi lebar yang menutupi wajahnya. Aku merasa aneh dengan
penampilan Azil, tetapi aku berusaha untuk tidak menunjukkan rasa curigaku.

"Rian, lama nggak ketemu,” kata Azil dengan suara yang tenang. “Raka, aku minta maaf. Aku
sudah berbohong padamu selama ini. Aku sudah mengkhianati persahabatan kita. Aku sudah
menjual jiwaku kepada Sang Penguasa,” ungkap Azil dengan suara datar yang membuatku kaget.

“Apa? Apa maksudmu? Sang Penguasa siapa? Apa yang kamu lakukan?” tanyaku dengan
bingung dan takut.

“Kamu nggak perlu tahu. Yang penting, kamu harus tahu bahwa aku sudah tidak bisa kembali
lagi. Aku sudah terikat dengan sekte ini. Aku sudah menjadi milik Sang Penguasa,” jawab Azil
dengan dingin yang membuatku semakin cemas.

“Jangan bilang begitu, Azil. Kamu masih bisa keluar dari sekte itu. Kamu masih bisa bebas dari
Sang Penguasa. Kamu masih punya aku. Aku masih temanmu. Aku masih sahabatmu. Aku masih
peduli padamu,” kataku dengan haru, berusaha meyakinkan dia.

“Terlambat, Rian. Kamu sudah tidak bisa mengubah apa-apa. Kamu sudah tidak bisa
menyelamatkan aku. Kamu sudah tidak bisa mengembalikan aku. Kamu hanya bisa menerima
nasibmu,” ucap Azil dengan tegas yang membuatku putus asa.

“Nasibku? Apa maksudmu? Apa yang akan kamu lakukan padaku?” tanyaku dengan ketakutan
yang tak terkira.

“Aku akan membunuhmu, Rian. Aku akan mengorbankanmu untuk Sang Penguasa. Aku akan
menjadikanmu sebagai calon anggota baru sekte ini. Aku akan membuatmu seperti aku,” ucap
Azil dengan senyum jahat yang membuatku ngeri.

“Azil, jangan! Jangan lakukan itu! Kamu gila! Kamu sudah kehilangan akal sehatmu! Kamu sudah
bukan Azil yang aku kenal! Kamu sudah bukan sahabatku!” teriakku dengan panik, mencoba
melarikan diri.

“Maaf, Rian. Ini sudah takdir kita. Ini sudah keputusan Sang Penguasa. Ini sudah rencana sekte ini.
Ini sudah tak bisa dihindari,” kata Azil dengan tenang, mengejarku dengan pisau di tangannya.
Aku berusaha melarikan diri, tetapi Azil berhasil mengejarku dan menusukkan pisau itu ke
dadaku. Aku merasakan sakit yang luar biasa dan darah mengucur dari lukaku.
Dengan napas terakhir, aku melihat Azil yang dulu begitu baik, kini menjadi alat kejam Sang
Penguasa. Aku merenung pada takdir tragis ini, berharap agar kepergianku bisa membuka mata
Azil dan menyelamatkannya dari kegelapan yang mendalam.

Anda mungkin juga menyukai

  • Judul Proposal Penelitian
    Judul Proposal Penelitian
    Dokumen4 halaman
    Judul Proposal Penelitian
    rizky reza
    Belum ada peringkat
  • Proposal Prata
    Proposal Prata
    Dokumen9 halaman
    Proposal Prata
    rizky reza
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii.1
    Bab Ii.1
    Dokumen7 halaman
    Bab Ii.1
    rizky reza
    Belum ada peringkat
  • OUTLINE
    OUTLINE
    Dokumen3 halaman
    OUTLINE
    rizky reza
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen31 halaman
    Bab I
    rizky reza
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen31 halaman
    Bab I
    rizky reza
    Belum ada peringkat
  • Sub Remedial
    Sub Remedial
    Dokumen1 halaman
    Sub Remedial
    rizky reza
    Belum ada peringkat
  • Kumpulan Sandi
    Kumpulan Sandi
    Dokumen4 halaman
    Kumpulan Sandi
    rizky reza
    Belum ada peringkat