Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PROMOSI KESEHATAN

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT

Dosen Pengampu : Tatarini Ika Pipitcahyani, S.ST.,M.Kes

Disusun Oleh :

1. Anisa Putri Ramadhani (P27824422006)


2. Anna Dwi Septyawati (P27824422007)
3. Griseldha Atha Safira (P27824422019)
4. Putri Afridasari (P27824422035)
5. Rizka Dewi Enggawati (P27824422036)
6. Shaumaiya Afrin Firzana (P27824422039)
7. Yessy Maxella (P27824422046)
8. Zahra Auliya Ramadhani (P27824422047)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA

JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan
Kehamilan Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya. Dalam
penyusunan Makalah ini, tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan oleh berbagai
pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dwi Wahyu Wulan Sulistyowati, SST., M.Keb., selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya.
2. Dwi Purwanti, S.Kp., SST., M.Kes., selaku Ketua Program Studi Sarjana Terapan
Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya.
3. Tatarini Ika Pipitcahyani, S.ST.,M.Kes., selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah
Promosi Kesehatan Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya.
4. Sherly Jeniawaty, S.ST, M.Kes. selaku Dosen Mata Kuliah Promosi Kesehatan
Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya.
5. Seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami juga mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun untuk
memperbaiki isi dari makalah ini. semoga laporan ini dapat bermanfaat dan menambah
wawasan bagi para penulis lainnya maupun pembaca

Surabaya, 14 Januari 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii

BAB I ............................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN......................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2

1.3 Tujuan .................................................................................................................. 2

1.3.1 Tujuan Umum ....................................................................................................3

1.3.2 Tujuan Khusus ...................................................................................................3

BAB II ........................................................................................................................... 4

TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................ 4

2.1 Pengertian PHBS ................................................................................................. 4

2.2 Latar Belakang Pengkajian PHBS ....................................................................... 4

2.3 Manajemen PHBS ............................................................................................... 6

BAB III........................................................................................................................ 14

PENUTUP ................................................................................................................... 14

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 14

3.2 Saran .................................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bisa kita amati bahkan
dapat dipelajari. Perilaku kesehatan merupakan suatu respon seseorang terhadap
rangsangan terhadap suatu penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta
lingkungan (Mubarak, 2007). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah
sekumpulan perilaku yang dilakukan atas kesadaran seseorang sehingga anggota
keluarga atau keluarga tersebut dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan
dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat (Depkes RI,
2011).
Perilaku hidup bersih dan sehat di Indonesia saat ini masih rendah, hal ini terkait
dengan berbagai permasalahan kesehatan atau penyebaran penyakit berbasis
lingkungan yang secara epidemiologis masih tinggi di Indonesia (Trusilowati,
Hanifah, 2007). Data Departemen Kesehatan menyebutkan sebanyak 30 ribu desa
di 440 kabupaten di Indonesia memiliki sanitasi lingkungan yang buruk. Masih
banyak kabupaten yang masyarakatnya belum berperilaku hidup sehat, sehingga
angka kesakitan masyarakat sangat tinggi terutama diare, deman berdarah, tipoid
dan kolera (Tim Teknis Pembangunan Sanitasi, 2009).
Program-program yang terdapat dalam program PHBS tidak membuat
perbedaan indikator penilaian untuk wilayah atau kawasan tertentu, seperti wilayah
pantai, wilayah desa atau wilayah kota. Oleh sebab itu, dalam pelaksanaan program
PHBS di seluruh kawasan Indonesia juga menggunakan 10 indikator PHBS yang
harus dipraktikkan di rumah tangga karena dianggap mewakili atau dapat
mencerminkan keseluruhan perilaku hidup bersih dan sehat. Indikator PHBS
tersebut terdiri dari pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, bayi diberi ASI
ekslusif, menimbang balita setiap bulan, ketersediaan air bersih, ketersediaan

1
jamban sehat, memberantas jentik nyamuk, mencuci tangan dengan air bersih dan
sabun, tidak merokok dalam rumah, melakukan aktifitas fisik setiap hari serta
makan buah dan sayur (Promkes Depkes, 2009).
Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, di Indonesia memang telah terjadi
penurunan angka period prevalence diare dari 9,0% tahun 2007 menjadi 3,4% pada
tahun 2014. Kelompok umur balita merupakan kelompok yang paling tinggi
menderita diare. Karakteristik diare balita tertinggi terjadi pada kelompok umur 12-
23 bulan (7,4%), laki-laki (5,4%), tinggal di daerah pedesaan (5,8%), dan kelompok
kuintil indeks kepemilikan akses terhadap air bersih dan jamban sehat terbawah
(6,4%). Selanjutnya insiden malaria penduduk Indonesia tahun 2007 sebesar 3,1%
dan tahun 2014 menjadi 1,8%.
Upaya yang dilakukan masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan
(penyakit), lebih terpusat pada pengobatan penyakit. Upaya yang dilakukan
masyarakat dalam bidang kesehatan hanya untuk mengatasi penyakit yang telah
terjadi atau menimpanya. Hal ini kurang efektif karena banyaknya biaya yang
dihabiskan untuk pengobatan. Upaya yang lebih efektif dalam mengatasi masalah
kesehatan sebenarnya adalah dengan upaya promotif dan preventif dengan
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit dengan
berperilaku hidup sehat, akan tetapi hal ini belum disadari dan dilakukan
sepenuhnya oleh masyarakat (Kusumawati, 2004) .

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan beberapa masalah, yaitu,
sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)?
2. Mengapa diperlukan pengkajian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)?
3. Bagaimana manajemen Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)?
4. Apa saja indikator dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)?
5. Apa contoh kasus dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)?

2
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami dan mengetahui lebih mendalam
mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

1.3.2 Tujuan Khusus


Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat disimpulkan beberapa tujuan
yaitu, sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan memahami mengenai pengertian Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS).
2. Mengetahui dan memahami latar belakang pengkajian Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS).
3. Untuk mengetahui dan memahami mengenai manajemen Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS).
4. Mengetahui dan memahami macam-macam indikator dari Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
5. Untuk mengetahui dan memahami contoh kasus dari Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS).

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian PHBS


Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah salah satu esensi dan hak
asasi manusia untuk tetap mempertahankan kelangsungan hidupnya (Ayu,
Kurniawan, Ahsan, & Anam, 2018; Lina, 2017). Hal ini juga merupakan salah satu
upaya preventif (pencegahan terhadap suatu penyakit atau masalah kesehatan) dan
promotif (peningkatan derajat kesehatan) pada seseorang (Julianti, Nasirun, &
Wembrayarli, 2018). Pada dasarnya PHBS merupakan sebuah upaya untuk
menularkan pengalaman mengenai pola hidup sehat melalui individu, kelompok
ataupun masyarakat luas dengan jalur – jalur komunikasi sebagai media berbagi
informasi (Isnainy, Zainaro, Novikasari, Aryanti, & Furqoni, 2020).

Penerapaan PHBS sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku


Hidup Bersih dan Sehat ini akan sangat berpengaruh kepada derajat kesehatan
pada masyarakat (Layya, Imran, & Nasaruddin, 2016; Patilaiya & Rahman, 2018)
karena PHBS perilaku ini dipraktikkan atas dasar kesadaran untuk mewujudkan
derajat kesehatan setinggi-tingginya (Andriansyah & Rahmantari, 2013; Aswadi,
Syahrir, Delastara, & Surahmawati, 2017; Rahmanisa, Kurniawaty, &
Susantiningsih, 2015).

2.2 Latar Belakang Pengkajian PHBS


Menurut World Health Organization (WHO) selama empat tahun terakhir,
jumlah kasus demam berdarah yang dilaporkan telah meningkat lebih dari delapan
kali lipat, dari 505.000 kasus menjadi 4,2 juta kasus pada tahun 2023. Jumlah
kematian yang dilaporkan meningkat dari 960 menjadi 4032. Pada tahun ini,
frekuensi kasus demam berdarah menjadi perhatian dunia.

Pengkajian ini diambil berdasarkan banyaknya kasus demam berdarah yang


ada di masyarakat. Salah satu faktor yang terkait dengan munculnya penyakit DBD

4
adalah lingkungan. Berbagai penelitian membuktikan bahwa lingkungan rumah
yang berdesak desakan dan kumuh menjadi pemicu terjangkitnya penyakit.

Lingkungan biologi yang mempengaruhi penularan DBD terutama adalah


banyaknya tanaman hias dan tanaman pekarangan, yang mempengaruhi
kelembaban dan pencahayaan didalam rumah. Adanya kelembaban yang tinggi
dan kurangnya pencahayaan dalam rumah merupakan tempat yang disenangi
nyamuk untuk hinggap beristirahat.

Lingkungan Sosial, kebiasaan masyarakat yang merugikan kesehatan dan


kurang memperhatikan kebersihan lingkungan seperti kebiasaan menggantung
baju, kebiasaan tidur siang, kebiasaan membersihkan TPA, kebiasaan
membersihkan halaman rumah, dan juga partisipasi masyarakat khususnya dalam
rangka pembersihan sarang nyamuk, maka akan menimbulkan resiko terjadinya
transmisi penularan penyakit DBD di dalam masyarakat. Kebiasaan ini akan
menjadi lebih buruk dimana masyarakat sulit mendapatkan air bersih, sehingga
mereka cenderung untuk menyimpan air dalam tandon bak air, karena TPA
tersebut sering tidak dicuci dan dibersihkan secara rutin pada akhirnya menjadi
potensial sebagai tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti.

Program PHBS bertujuan untuk mendorong masyarakat untuk menjaga


kebersihan dan kesehatan diri serta lingkungan sekitar, dan juga mencakup upaya
pemberantasan jentik nyamuk sebagai indikator PHBS. Program ini dapat
memberikan dampak positif dalam penanggulangan DBD karena nyamuk Aedes
aegypti yang menyebarkan virus dengue hidup dan berkembang biak di
lingkungan yang tidak sehat dan kotor.

Terdapat berbagai penerapan program PHBS yang dapat membantu dalam


penanggulangan DBD. Pertama, dengan menjaga sanitasi lingkungan untuk
menghilangkan sampah dan genangan air yang dapat menjadi tempat berkembang
biak nyamuk Aedes aegypti di dalam dan di sekitar rumah. Kedua, dengan menjaga
kebersihan diri seperti membersihkan tangan secara teratur dengan sabun dan air

5
bersih, menjaga kebersihan pakaian dan tempat tinggal. Ketiga, dengan menjaga
kesehatan melalui konsumsi makanan bergizi dan istirahat yang cukup serta
hindari gigitan nyamuk dengan menggunakan pakaian pelindung dan obat
nyamuk.

Melalui penerapan program PHBS, masyarakat dapat mencegah dan


mengendalikan penyebaran virus DBD. Oleh karena itu, penting bagi berbagai
pihak seperti pemerintah, masyarakat, dan tenaga medis untuk memperhatikan dan
memperjuangkan penerapan program PHBS sebagai bagian dari upaya
pencegahan DBD.

2.3 Manajemen PHBS


Manajemen PHBS, adalah pengelolaan PHBS yang dilaksanakan melalui 4
tahap kegiatan. yaitu 1). pengkajian, 2). perencanaan, 3). penggerakan
pelaksanaan, 4). pemantauan dan penilaian. Tujuan PHBS adalah untuk
meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kemauan masyarakat agar hidup sehat,
serta meningkatkan peran aktif masyarakat termasuk swasta dan dunia usaha,
dalam upaya mewujudkan derajat hidup yang optimal.

1. Tahap Pengajian
Tujuan pengkajian adalah untuk mempelajari, menganalisis dan merumuskan
masalah perilaku yang berkaitan dengan PHBS. Kegiatan pengkajian meliputi
pengkajian PHBS secara kuantitatif, pengkajian PHBS secara kualitatif dan
pengkajian sumber daya (dana, sarana dan tenaga).
a. Pengkajian Pengkajian masalah PHBS secara kuantitatif Langkah-langkah
kegiatan sebagai berikut :
1) Pengumpulan Data Sekunder
Kegiatan ini meliputi data perilaku dan bukan perilaku yang berkaitan
dengan 5 program prioritas yaitu KIA, Gizi, Kesehatan lingkungan,
gaya hidup, dan JPKM dan data lainnya sesuai dengan kebutuhan
daerah. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif sebagai

6
informasi pendukung untuk memperkuat permasalahan PHBS yang
ditemukan di lapangan.
2) Cara Pengambilan Sampel PHBS Tatanan Rumah Tangga
Metode Pengambilan sampel perilaku sehat di tatanan rumah tangga
adalah dengan rapid survei atau survei cepat (terlampir). Sedangkan
untuk tatanan lainnya dapat dilakukan keseluruh populasi. Cara
pengambilan sampel tatanan rumah tangga di tingkat kabupaten/kota
yaitu dengan mengukur masalah PHBS di tatanan rumah tangga, maka
jumlah sampel harus mencukupi. Perhitungan sampel sederhana yang
direkomendasikan WHO yaitu : 30 x 7 = 210 rumah tangga (30 kluster
dan 7 rumah tangga per kluster).
b. Pengkajian PHBS secara kualitatif
Ada dua metode untuk melakukan pengkajian PHBS secara kualitatif,
yaitu:
1) Diskusi Kelompok Terarah (DKT)
Adalah diskusi informal bersama 6 s/d 10 orang, tujuannya untuk
mengungkapkan informasi yang lebih mendalam tentang masalah
perilaku PHBS. Dalam DKT :
a) Diperlukan seorang pemandu yang terampil mendorong orang
untuk saling bicara dan memperoleh pemahaman tentang perasaan
dan pikiran peserta yang hadir terhadap masalah tertentu.
b) Melibatkan dan memberikan kebebasan peserta untuk
mengungkapkan pendapat dan perasaannya.
c) Memperoleh informasi tentang nilai-nilai kepercayaan dan perilaku
seseorang yang mungkin tidak terungkap melalui wawancara biasa.
2) Wawancara Perorangan Mendalam (WPM).
Adalah wawanncara antara pewancara yang trampil dengan perorangan
selaku sumber informasi kunci, melalui serangkaian tanyajawab
(dialog) yang bersifat terbuka dan mendalam. Dalam WPM :

7
a) Pewawancara adalah seorang yang terampil dalam menggali
informasi secara mendalam tentang perasaan dan pikiran
tentang masalah tertentu.
b) Sumber informasi kunci adalah peserta wawancara yang
dianggap mampu dan dipandang menguasai informasi tentang
masalah tertentu.
c) Tanya jawab dilakukan secara terbuka dan mendalam.
c. Pengkajian sumber daya (dana, tenaga, dan sarana)
Pengkajian sumber daya dilakukan untuk mendukung pelaksanaan
program PHBS, bentuk kegiatannya :
1) Kajian tenaga pelaksana PHBS, secara kuantitas (jumlah) dan pelatihan
yang pernah diikuti oleh lintas program maupun lintas sektor.
2) Penjajagan dana yang tersedia di lintas program dan lintas sektoral
dalam jumlah dan sumbernya.
3) Penjajagan jenis media dan sarana yang dibutuhkan dalam jumlah dan
sumbernya.

2. Tahap Perencanaan
Penyusunan rencana kegiatan PHBS gunanya untuk menentukan tujuan, dan
strategi komunikasi PHBS. Adapun langkah-langkah perencanaan sebagai
berikut:
a. Menentukan tujuan
Berdasarkan kegiatan pengkajian PHBS dapat ditentukan klasifikasi PHBS
wilayah maupun klasifikasi PHBS tatanan, maka dapat ditentukan masalah
perilaku kesehatan masyarakat di tiap tatanan dan wilayah. Selanjutnya,
berdasarkan masalah perilaku kesehatan dan hasil pengkajian sumber daya
PKM, ditentukan tujuan yang akan dicapai untuk mengatasi masalah PHBS
yang ditemukan.
b. Menentukan jenis kegiatan intervensi

8
Setelah ditentukan tujuan, selanjutnya ditentukan jenis kegiatan Intervensi
yang akan dilakukan dengan cara mengembangkan berbagai alternatif
intervensi, kemudian dipilih intervensi mana yang bisa dilakukan dengan
dikaitkan pada ketersediaan sumber daya.

3. Tahap Penggerakan dan Pelaksanaan


a. Advokasi (pendekatan pada para pengambil keputusan)
Langkah-langkah Advokasi :
1) Tentukan sasaran yang akan diadvokasi, baik sasaran primer, sekunder
atau tersier.
2) Siapkan informasi data kesehatan yang menyangkut PHBS di 5 tatanan.
3) Tentukan kesepakatan dimana dan kapan dilakukan advokasi.
4) Lakukan advokasi dengan cara yang menarik dengan menggunakan
teknik dan metode yang tepat.
5) Simpulkan dan sepakati hasil advokasi.
6) Buat ringkasan eksekutif dan sebarluaskan kepada sasaran.
b. Mengembangkan dukungan suasana
1) Di tingkat keluarga/RT, strategi ini ditujukan kepada para kepala
keluarga yang bertujuan agar kelompok ini dapat mengembangkan atau
menciptakan suasana yang mendukung dilaksanakannya PHBS di
lingkungan keluarga. Caranya antara lain melalui anjuran untuk selalu
datang ke Posyandu mengingatkan anggota keluarga untuk tidak
merokok di dekat ibu hamil dan balita.
2) Di tingkat petugas, strategi ini ditujukan kepada kelompok sasaran
sekunder, seperti petugas kesehatan, kader, lintas sektor, lintas
program, Lembaga Swadaya Masyarakat yang peduli kesehatan, dan
media massa yang bertujuan agar kelompok ini dapat mengembangkan
atau menciptakan suasana yang mendukung dilaksanakannya PHBS.
Caranya antara lain melalui penyuluhan kelompok, lokakarya, semi
studi banding, pelatihan, dan sebagainya.

9
c. Gerakan masyarakat
Langkah-langkah kegiatan gerakan masyarakat
1) Peningkatan pengetahuan masyarakat melalui berbagai kegiatan
pembinaan.
2) Menganalisis dan mendesain metode dan teknik kegiatan pemberdaya
seperti pelatihan, pengembangan media komunikasi untuk penyuluh
individu, kelompok dan massa, lomba, sarasehan dan lokakarya.
3) Mengupayakan dukungan pimpinan, program, sektor terkait pada
tatanan dalam bentuk komitmen dan sumber daya.
4) Mengembanakan metode dan teknik dan media yang telah diujicoba
disempurnakan.
5) Membuat format penilaian dan menilai hasil kegiatan bersama-sama
dengan lintas program dan lintas sektor pada tatanan terkait.
6) Menyusun laporan serta menyajikannya dalam bentuk tertulis
(ringkasan, eksekutif).

4. Tahap Pemantauan dan Penilaian


a. Pemantauan
Untuk mengetahui program PHBS telah berjalan dan memberikan hasil
atau dampak seperti yang diharapkan, maka perlu dilakukan pemantauan.
Waktu pemantauan dapat dilakukan secara berkala atau pada pertemuan
bulanan, topik bahasannya adalah kegiatan yang telah dan akan
dilaksanakan dikaitkan dengan jadwal kegiatan yang telah disepakati
bersama. Selanjutnya kendala-kendala yang muncul perlu dibahas dan
dicari solusinya. Cara pemantauan dapat dilaksanakan dengan melakukan
kunjungan lapangan ke tiap tatanan atau dengan melihat buku
kegiatan/laporan kegiatan intervensi.
b. Penilaian
Penilaian dilakukan dengan menggunakan instrumen yang sudah
dirancang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Penilaian dilaksanakan

10
oleh pengelola PHBS lintas program dan lintas sektor. Penilaian PHBS
meliputi masukan, proses dan luaran kegiatan. Waktu penilaian dapat
dilakukan pada setiap tahun atau setiap dua tahun. Cara melakukan
penilaian melalui :
1) Pengkajian ulang tentang PHBS.
2) Menganalisis data PHBS oleh kader/koordinator PHBS.
3) Melakukan analisis laporan rutin di Dinas Kesehatan kabupaten/kota
(SP2TP).
4) Observasi, wawancara mendalam, diskusi kelompok terarah kepada
petugas, kader, dan keluarga.
5) Adanya peningkatan program PHBS

2.4 Indikator PHBS


Indikator yang dipergunakan dalam mewujudkan tempat-tempat umum yang
ber-PHBS adalah:

1. Tersedianya sarana untuk mencuci tangan menggunakan sabun


2. Tersedianya jamban sehat
3. Tersedianya tempat sampah
4. Tersedianya air bersih
5. Terdapat larangan untuk tidak merokok
6. Terdapat larangan untuk tidak mengkonsumsi NAPZA
7. Terdapat kegiatan memberantas jentik nyamuk secara rutin (PSN)
8. Terdapat larangan untuk tidak meludah di sembarang tempat
9. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
10. Memberi ASI Eksklusif

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) terdiri dari 10 indikator salah satunya
dari indicator ke 7 masalah yang diangkat yaitu memberantas jentik dirumah
(PSN) menjadi salah satu masalah yang harus ditindak lanjuti (Profil Dinkes
Sumut, 2013).

11
Pemberantasan jentik nyamuk adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk
membasmi atau memberantas telur, jentik, dan kepompong nyamuk dengan
berbagai cara, dengan tujuan untuk menekan laju pertumbuhan nyamuk di
lingkungan. Jentik adalah tahap larva dari nyamuk, jentik hidup di air dan memiliki
perilaku mendekat atau “menggantung” pada permukaan air untuk bernafas. Jentik
menjadi sasaran dalam pengendalian populasi nyamuk yang berperan sebagai
vector penyakit menular melalui nyamuk, seperti malaria dan demam berdarah
dengue. Banyak penyakit yang muncul akibat dari kelalaian terhadap pentingnya
menjaga kebersihan lingkungan salah satunya adalah penyakit demam berdarah
dengue (DBD). (Nurdianti A, 2022)

Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. Hamper setiap tahunnya di
Indonesia ada saja orang yang terjangkit penyakit DBD ini. Hal ini membuktikan
bahwa sebagian masyarakat masih kurang sadar terhadap kebersihan lingkungan
serta lambatnya pemerintah dalam mengantisipasi dan merespon terhadap
merebaknya kasus DBD ini. Dengan berbagai permasalhan tersebut masyarakat
seharusnya sudah mengetahui tentang pentingnya menjaga lingkungan dari tempat
tempat bersarangnya nyamuk dan perlu memberantas sarang nyamuk agar dapat
terhindar dari berbagai penyakit yang diakibatkan oleh nyamuk. (Nurdianti A,
2022)

Selain itu, menjaga kebersihan diri dan menjaga kebersihan lingkungan juga
penting dalam mengantisipasi terjadinya penularan DBD. Untuk menjaga
kebersihan diri dapat dilakukan minimal mandi 2x sehari, memotong kuku,
mencuci tangan dan menggosok gigi. Dalam mencuci tangan menggunakan air
mengalir dan sabun secara berkala, jika tidak ada air dan sabun bisa menggunakan
hand sanitizer untuk membersihkan tangan dari kuman-kuman yang menempel.
Sedangkan dalam kebersihkan lingkungan disarankan untuk membuang sampah
pada tempatnya, menjemur kasur seminggu sekali, tidak menggantung pakaian
terlalu banyak dan membersihkan toilet secara berkala.(Siregar F, 2014)

12
2.5 Studi Kasus
Suatu kota mengalami wabah DBD setelah musim hujan yang lebat. Banyak
genangan air di sekitar permukiman warga, menjadi tempat berkembangbiaknya
nyamuk Aedes aegypti. Kurangnya kesadaran akan pentingnya menghilangkan
genangan air, dan tidak menjaga kesehatan diri serta tidak menggunakan kelambu
atau repelen menyebabkan peningkatan jumlah kasus DBD di masyarakat.
Pemerintah dan instansi kesehatan melakukan upaya intensif untuk memberikan
edukasi, membersihkan genangan air, dan mengobati penderita demi
mengendalikan wabah dbd yang sedang terjadi

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) menjadi kuci untuk melindungi
diri dan orang lain dari berbagai penyakit, sehingga pengkajian terkait PHBS
sangat penting untuk dilakukan untuk menambah pengetahuan masyarat,
meningkatkan kesadaran dan kemauan masyarakat agar menerapkan pola hidup
bersih dan sehat sehingga terhindar dari berbagai penyakit dan menumbuhkan rasa
nyaman di lingkungan hidup, serta mewujudkan derajat hidup yang optimal.
Dalam manajemen PHBS terdapat tahapan tahapan yaitu tahap pengkajian,
tahap perencanaan, tahap penggerakan dan pelaksanaan, dan tahap pemantauan
dan penilaian

3.2 Saran
Dalam kasus yang telah tertera diatas hendaknya memanfaatkan
organisasi di daerah tersebut seperti karang taruna dan lain lain untuk
mengadakan kegiatan gotong royong membersihkan lingkungan sekitar,
membenahi dan mengatur ulang dekorasi dekorasi seperti tanaman hias yang
rimbun dan mengatur pencahayaan matahari agar tidak lembap.

Dan para tenaga kesehatan hendaknya secara rutin untuk memberikan


penyuluhan dan pengkajian mengenai kebersihan lingkungan dan tidak
menunggu terjadi adanya kasus kesehatan yang tinggi terjadi di lingkungan
masyarakat

14
DAFTAR PUSTAKA

Dinkes Sumatera Utara. 2013. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara 2013.
Medan: Dinkes Provinsi Sumatera Utara.

Hanim, Diffah.2015. Komunikasi Informaai Edukasi PHBS . Semarang: Fakultas


Kedokteran UNS

Nurdianti A, dkk. 2022. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Pada Anak-Anak di
Yayasan Al-Kamilah. Tangerang Selatan. e-journal unpam.

Siregar, F.A. (2014) ‘Epidemiologi Dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue


Di Indonesia’, USU Digital Library, pp. 1–13.

15

Anda mungkin juga menyukai