Artikel 3 - Assesment Organisasi
Artikel 3 - Assesment Organisasi
Berdasarkan hasil reviu terhadap penilaian mandiri oleh masing-masing unit lokus
piloting Champion Office di Kementerian Keuangan, ditemukan bahwa tingkat
kematangan organisasi secara agregat berada pada level 2 (managed). Ini
menandakan bahwa Kemenkeu telah berhasil mengimplementasikan kebijakan
dan tata kelola organisasi yang baik, terencana, dan terdokumentasi dengan baik,
berdasarkan pada kaidah-kaidah yang dipersyaratkan. Penemuan ini sejalan
dengan teori manajemen organisasi yang menekankan pentingnya dokumentasi
dan perencanaan dalam mencapai pengelolaan yang efektif (Deming, 1986).
Dimensi Pelayanan
Pelayanan kepada masyarakat tidak hanya merupakan salah satu dimensi kinerja
utama bagi lembaga pemerintahan seperti Kementerian Keuangan tetapi juga
refleksi langsung dari kualitas dan efektivitas layanan yang disediakan. Penekanan
pada pelayanan sebagai komponen utama dengan bobot 20% mencerminkan
komitmen Kemenkeu untuk tidak hanya memenuhi ekspektasi dasar masyarakat
tetapi juga menciptakan pengalaman positif yang meningkatkan kepercayaan
dan kepuasan publik terhadap lembaga. Ini sejalan dengan konsep yang
dijelaskan oleh Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (1985) dalam model SERVQUAL,
yang mengidentifikasi dimensi kualitas layanan yang dapat mempengaruhi
kepuasan pelanggan.
Mayoritas dari 14 unit kerja yang dinilai tidak menerima aduan masuk, yang pada
satu sisi dapat diinterpretasikan sebagai indikasi pelayanan yang baik. Namun, ini
juga menunjukkan kebutuhan untuk memperkuat internalisasi dan integrasi
media/saluran pengaduan seperti Whistleblowing System Kemenkeu (WISE) dan
SP4N LAPOR! untuk mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam memberikan
masukan atau pengaduan. Hal ini menekankan pentingnya komunikasi dua arah
antara lembaga pemerintah dan masyarakat, sebagaimana dijelaskan oleh
Grönroos (1990), yang menggarisbawahi pentingnya interaksi dalam menciptakan
nilai layanan.
Kapabilitas Internal menjadi fondasi operasional layanan sehari-hari dan inti dari
keberhasilan jangka panjang. Dengan bobot 40%, dimensi ini mencerminkan
pentingnya pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM), Proses Bisnis, dan Teknologi
Informasi Komunikasi (TIK). Mintzberg (1979) dalam teorinya tentang struktur
organisasi menekankan bahwa kapabilitas internal yang kuat adalah kunci untuk
efektivitas organisasi. Pengelolaan SDM memiliki tingkat kematangan yang lebih
tinggi (level 3) dibandingkan dengan pengelolaan arsip yang masih pada level
initial (1), mengindikasikan perlunya peningkatan dalam dokumentasi dan arsip.
Isu utama dalam dimensi inovasi terletak pada manajemen pengetahuan, yang
sebagian besar berada pada level 2. Hal ini menunjukkan bahwa belum semua
unit organisasi mengoptimalkan Kemenkeu Learning Center (KLC) sebagai pusat
aset intelektual. Pelembagaan inovasi melalui Keputusan pimpinan, alokasi
sumber daya, dan sosialisasi massif diperlukan untuk memperkuat ekosistem
inovasi. Rekomendasi untuk Dimensi Inovasi
Summary
References
1. Zeithaml, V. A., Parasuraman, A., & Berry, L. L. (1990). Delivering Quality Service.
Free Press.
2. Mintzberg, H. (1979). The Structuring of Organizations. Prentice-Hall.
3. Osborne, D., & Gaebler, T. (1992). Reinventing Government. Addison-Wesley.
4. Parasuraman, A., Zeithaml, V. A., & Berry, L. L. (1985). A conceptual model of
service quality and its implications for future research. Journal of Marketing,
49(4), 41-50.
5. Grönroos, C. (1990). Service Management and Marketing: Managing the
Moments of Truth in Service Competition. Lexington Books. Bass, B. M. (1985).
Leadership and performance beyond expectations. Free Press.
6. Deming, W. E. (1986). Out of the Crisis. MIT Center for Advanced Engineering
Study.
7. Rogers, E. M. (2003). Diffusion of Innovations (5th ed.). Free Press.