BAB IV HT Latifin
BAB IV HT Latifin
METALOGRAFI KUALITATIF
4.1 Tujuan
1. Memahami dan menganalisa fungsi dari tahapan – tahapan proses
metalografi kualitatif.
2. Memahami dan menganalisa fasa yang terbentuk pada baja AISI 1045 dari
hasil annealing, quenching air, dan quenching oli..
3. Memahami dan menganalisa sifat spesimen hasil uji dilihat dari fasanya.
4. Memahami dan menganalisa pengaruh media pendingin dan laju
pendinginan.
41
Kelompok 3 BAB IV METALOGRAFI KUALITATIF
pengetahuan baru mengenai material ini. Salah satu langkah untuk mengetahui
bagaimana kondisi dari material ini, maka dilakukan pengujian metalografi.
Dengan pengujian metalografi akan bisa diketahui bagaimana kondisi benda
yang sebenarnya secara mendetail karena akan bisa diteliti bagaimana struktur mikro
dari suatu spesimen. Dengan pengetahuan mengenai metalografi bahan paduan super
berbasis nikel ini pengembangan yang lebih terarah akan bisa dilakukan.
Pengembangan tersebut dilakukan dengan tujuan agar perusahaan atau industri bisa
meminimalisir waktu perbaikan dan biaya perbaikan. Komponen turbin pesawat
umumnya dalam proses perbaikannya harus dilakukan keluar negeri sehingga
memakan waktu dan biaya yang terlalu banyak, alternatif lainnya adalah melakukan
penggantian komponen yang berdampak sama yaitu mahalnya harga komponen
pengganti. [7]
material yang bersangkutan. Metalografi kualitatif sendiri yatu bidang metalurgi yang
mempelajari struktur dan fasa logam.
Pemeriksaan struktur dan fasa dari spesimen logam dalam metalografi kualitatif
ini adalah menggunakan mikroskop dengan langkah – langkah penyiapan spesimen,
yaitu sebagai berikut :
1. Analisa Pendahuluan
Dilakukan untuk menentukan bagian mana yang akan dianalisa secara
metalografi. Proses yang dilakukan pada suatu komponen akan menyebabkan
struktur mikro berbeda, sehingga perlu kehati-hatian dalam menentukan daerah
yang akan dianalisa. Kesalahan dalam pengambilan sampel akan dapat
memberikan informasi yang salah.
2. Pemotongan
Setelah dilakukan tahap analisa pendahuluan maka selanjutnya perlu dilakukan
proses pemotongan pada spesimen yang berukuran besar. Hal ini dilakukan
bertujuan agar spesimen dapat di lakukan proses selanjutnya dengan mudah.
Dalam proses pemotongan, hal – hal yang perlu diperhatikan, antara lain :
A. Harus dicegah kemungkinana deformasi dan panas yang berlebihan (diberikan
pendingin oli/oli dilarutkan dalam air).
B. Untuk logam – logam dengan kekerasan 400 BHN, sebaiknya pemotongan
secara manual.
C. Apabila pemotongan dilakukan dengan api (las gas), maka pemotongan dalam
daerah yang cukup besar supaya dapat dipotong lagi dengan cara lain.
3. Pembingkaan
Jika spesimen terlalu kecil atau tipis, maka perlu pemegang/pembingkai dengan
material pembingkai antara lain dari jenis resin, gip, bakelit atau dengan logam
paduan dengan titik cair rendah. Yang terpenting adalah antara material
pembingkai dengan spesimen jangan sampa memiliki kekerasan dan ketahanan
abrasi yang sangat berbeda. Jenis – jenis pembingka yang dapat dipilih :
A. Pembingkaian cor (cast mounting).
B. Pembingkaian tekan (compression mounting).
Daerah deformasi
Pembingkaian Spesimen
Pemolesan Spesimen
Pengetsaan Spesimen
Pengeringan spesimen
Pengumpulan data
Kesimpulan
Gambar 4.5 Skema proses metalografi kualitatif
Spesimen dan
Treatmentnya : Baja AISI
1045 Annealing
Pembesaran Mikroskop :
200 X
Gambar 4.6 Struktur Mikro Baja AISI 1045 Annealing Handbook vol 7: Gambar no
Panah biru : Ferit 238 Halaman 32
Spesimen dan
Treatmentnya : Baja AISI
1045 Quenching Oli
Pembesaran Mikroskop :
100X
Gambar 4.7 Struktur Mikro Baja AISI 1045 Quenching
Oli Referensi ASM Metal
Panah biru : Ferit Handbook vol 7: Gambar no
Panah Merah : Perlit 236 Halaman 32
Panah Hijau : Martensit
Spesimen dan
Treatmentnya : Baja AISI
1045 Quenching Air
Pembesaran Mikroskop :
100X
pengampelasan harus dilakukan dengan searah bertujuan agar goresan yang terbentuk
teratur dan untuk pergantian ukuran mesh (satuan ampelas) posisinya harus dirubah
dari spesimen ujinya agar menghilangkan goresan yang dihasilkan dari proses amplas
yang sebelumnya. Pada saat proses pengampelasan air tetap di alirkan ke ampelas
agar tidak menimbulkan panas yang terjadi antara ampelas dan spesimen uji.
Setelah proses pengampelasan dilanjutkan dengan proses pemolesan. Proses ini
menggunakan pasta alumina dan kain beludru. Proses ini bertujuan untuk
menghilangkan bekas yang tersisa dari proses pengampelasan, selain itu pada proses
ini perlu dilakukan dengan teliti. Pemolesan harus benar – benar dilakukan hingga
spesimen mengkilap, hal tersebut agar pada saat metaografi terlihat batas butir atau
fasa yang terbentuknya.
Selanjutnya yaitu proses pengetsaan yang dilakukan dengan cara spesimen
dicelupkan ke dalam larutan nital 3% selama 5 detik. Proses tersebut bertujuan untuk
memperjelas batas butir yang terbentuk. Pada saat pencelupan spesimen kedalam
larutan nital sebaiknya tidak terlalu lama, dan diusahakan menggunakan stopwatch.
Karena jika tidak atau terlalu lama akan menyebabkan overetching yang dapat
mengakibatkan tidak terbacanya fasa yang terbentuk dan dapat mengakibatkan fasa
menjadi gosong atau samar. Jika terjadi overetching maka perlu dilakukan kembali
proses pemolesan dan proses pengetsaan. Setelah spesimen di celupkan di larutan
nital selama 5 detik, kemudian dilanjutkan dengan mencuci spesimen tersebut
menggunakan air. Dan kemudian setelah itu alkohol di semprotkan ke spesimen uji,
proses tersebut bertujuan untuk memperlambat laju korosi agar tidak terlalu merusak
fasa yang akan di uji atau yang akan di lihat.
Setelah melalui proses – proses diatas selanjutnya spesimen uji di keringkan
menggunakan hair dryer agar cepat mengering. Dan setelah itu dilakukan pengujian
menggunakan mikroskop optik untuk mengetahui batas butir dan fasa yang terbentuk
dari spesimen yang di uji tadi.
Pada spesimen quenching air menghasilkan struktur mikro ferit, pearlit dan
martensit. Hampir sama dengan quenching air, quenching oli dari hasil pengujian
metalografi kualitatif menghasilkan struktur mikro ferit, pearlit dan martensit.Dan
Untuk hasil pengujian dari spesimen uji annealing sendiri hanya menghasilkan
struktur mikro ferit dan pearlit saja.
Pada teorinya spesimen hasil perlakuan panas yang memiliki kekerasan paling
tingggi berturut – turut yaitu, hasil quenching air, quenching oli, dan annealing. Hal
tersebut terbukti dari hasil pengujian yang tebentuk pada spesimen quenching air
yaitu memiliki banyak martensit yang terbentuk. Kemudian pada spesimen quenching
oli fasa martensit yang terbentuk cenderung lebih sedikit dibandingkan dengan
quenching air. Dan untuk hasil pengujian spesimen annealing yaitu terbentuk fasa
ferit dan pearlit, karena pada spesimen annealing tidak membentuk fasa martensit,
maka dari itu material atau spesimen annealing cenderung bersifat ulet. Fasa
mertensit tebentuk karena pada saat spesimen di panaskan dan kemudian dilakukan
pendinginan cepat atau quenching, atom karbon belum sempat untuk melakukan
difusi atau berpindah, sehingga fasa yang terbentuk yatu fasa martensit.
4.7 Kesimpulan
1. Tahapan – tahapan metalografi kualitatif antara lain :
a) Analisa pendahuluan berfungsi untuk menentukan bagaian mana saja
yang akan dilakukan proses metalografi kualitatif.
b) Pemotongan, proses ini berfungsi untuk memotong jika spesimen yang
akan dilakukan pengujian berukuran besar.
c) Pembingkaian, proses ini befungsi untuk memepermudah proses
pengampelasan, karena spesimen yang digunakan pada pengujian ini
memiliki ukuran yang kecil
d) Pengampelasan, berfungsi untuk untuk menghilangkan goresan yang
tersisa dari proses pemotongan.
e) Pemolesan, berfungsi untuk untuk menghilangkan bekas yang tersisa dari
proses pengampelasan.
f) Pengetsaan, befungsi agar memperjelas batas butir yang terbentuk.
2. Fasa yang terbentuk pada masing – masing spesimen berbeda :
Quenching Air : Ferrite, Pearlite, dan martensite