Anda di halaman 1dari 54

HASILKAJIAN SISTEMPENYELENGGARAANJALANNASIONAL DIDIREKTORAT JENDERALBINAMARGA

Direktorat Litbang KPK September 2009

PENDAHULUAN
I. LatarBelakang
ArtiPentingKajian 1. Pengembangan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam mewujudkan sasaran pembangunan nasional 2. Alokasi APBN yang besar (18,4 T pada Tahun 2008 ) 3. Infrastruktur jalan nasional dalam kondisi baik hanya 49,67% dari 34.628,83 km (Tahun 2008)

PENDAHULUAN(2)
I. LatarBelakang(2) DasarHukumPengkajian
UndangUndangNo.30Tahun2002

Pasal 6huruf e Komisi Pemberantasan Korupsi mempunyai tugas melakukan monitorterhadap penyelenggaraan pemerintaha negara

Pasal 14 Dalam melaksanakan tugas monitorsebagaimana dimaksud dalam pasal 6huruf e, Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang : a. b. Melakukanpengkajianterhadapsistempengelolaanadministrasidisemua lembaganegaradanpemerintah; Memberisarankepadapimpinanlembaganegaradanpemerintahuntuk melakukanperubahanjikaberdasarkanhasilpengkajian,sistempengelolaan administrasitersebutberpotensikorupsi; MelaporkankepadaPresidenRI,DPRRI,danBPK,jikasaranKPKmengenai usulanperubahantersebuttidakdiindahkan

c.

PENDAHULUAN(3)
II. Tujuan
1. Mengetahuisistempenyelenggaraanjalannasional(PJN)yangdilakukan olehDJBMdanmengidentifikasikelemahanpadasistemPJNyang menyebabkantidakefektifdanefisiennyaPJNdanberpotensi menimbulkantindakpidanakorupsi(TPK). 2. Memberikansaranperbaikanpadasistempenyelenggaraanjalannasional untukmencegahterjadinyaTPK. 3. MendorongdilakukannyareformasibirokrasipadaDirektoratJenderal BinaMarga(DJBM)DepartemenPekerjaanUmum(PU)

III.

PENDAHULUAN(4) LokasiKajian
1. DJBMDepartemenPU a. DirektoratBinaProgram b. DirektoratBinaTeknik c. DirektoratJalandanJembatanWilayahBarat d. DirektoratJalandanJembatanWilayahTImur e. SekretariatDirektoratJenderalBinaMarga

III.

PENDAHULUAN(5) LokasiKajian(2)
2.BalaiBesarPelaksanaanJalanNasional(BBPJN)
a. b. c. d. WilayahkerjaSumateraUtara(BBPJNI) WilayahkerjaBantendanJawaBarat(BBPJNIV) WilayahkerjaJawaTengahdanJawaTimur(BBPJNV) WilayahkerjaKalimantan(BBPJNVII)

3.PusatPenelitiandanPengembanganJalandanJembatanBandung(di bawahDepartemenPU)

PENDAHULUAN(6)
IV.MetodeKajian
1. Kajiandokumen(Documentreview) analisisdataawal&datalapanganyangterdiriatas kebijakan,prosedurdanhasilstudipihakketiga 2.Kajianlapangan(fieldreview) Pengumpulandatalapangandenganteknikobservasi& wawancaranarasumber

V.JadualKajian*)
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

PENDAHULUAN (7)
Kegiatan Waktu Pelaksanaan Januari April 2008 11 April 2008 14 17 April 2008 20 26 April 2008 16 20 Juni 2008 1 18 Juli 2008 17 Juli 2008 11 16 Agustus 2008 Sept Okt 2008 Mei Juni 2009

Pengumpulan data awal Kick off Meeting Field Review I (DJBM 1) Field Review II ( BPJN VII untuk wilayah kerja Kalimantan) Field Review III ( BPJN I untuk wilayah kerja Sumatera Utara) Field Review IV( BPJN IV untuk wilayah kerja Banten dan Jawa Barat) Field Review V (Puslitbangjatan) Field Review VI (BBPJN V untuk wilayah kerja Jawa Tengah dan Jawa Timur) Field Review VII (DJBM 2) Field Review VIII (DJBM 3)

Keterangan:*)Kajiandokumendandatadarilapangandilakukanbersamaandandiantarakegiatanlapangan(fieldreview)

GAMBARANUMUM

GAMBARANUMUM I.KELEMBAGAAN
1. DirektoratJenderalBinaMarga(DJBM) MengembantugasDept.PUdalampenyelenggaraanjalansecara umumdanpenyelenggaraanjalannasionalyangmeliputi pengaturan,pembinaan,pembangunandanpengawasan(TUR BINBANGWAS)

GAMBARANUMUM(2)

1.DirektoratJenderalBinaMarga(DJBM)
Tugas: merumuskansertamelaksanakankebijakandanstandardisasi teknisdibidangbinamarga Fungsi: perumusankebijakanteknikdibidangbinamargasesuai peraturanperUUan Penyusunanprogramdananggaransertaevaluasikinerja pelaksanaankebijakandibidangbinamarga Pelaksanaankebijakanteknikdibidangjalannasionalmeliputi jalannasional,jalanbebashambatandansebagianjalankota.

GAMBARANUMUM(3)

1.DirektoratJenderalBinaMarga(DJBM)
Fungsi: Pembinaanteknispenyelenggaraanjalan provinsi/kabupaten/kota Pengembangansistempembiayaandanpolainvestasibidang jalan Penyusunannorma,standar,pedomandanmanualdibidang jalan PelaksanaanurusanadministrasiDirektoratJenderal

GAMBARANUMUM(4)

DIREKTORAT JENDERAL BINAMARGA

SETDITJEN BINAMARGA

Struktur Organisasi DJBM

DIREKTORAT BINA PROGRAM SUBBAG TU

DIREKTORAT BINA TEKNIK SUBBAG TU

DIREKTORAT JALAN BEBAS HAMBATAN DAN JALAN KOTA SUBBAG TU

DIREKTORAT JALAN DAN JEMBATAN WILAYAH BARAT SUBBAG TU

DIREKTORAT JALAN DAN JEMBATAN WILAYAH TIMUR SUBBAG TU

Subdit. Perencanaan Umum

Subdit. Teknik Jalan

Subdit. Pengembangan Jalan Bebas Hambatan dan Jalan Tol Subdit. Pengadaan Lahan Subdit. Monitoring dan Evaluasi Jalan Bebas Hambatan & Jalan Tol Subdit. Perencanaan Teknis Jalan dan Jembatan Kota Subdit. Pelaksanaan Jalan dan Jembatan Kota Metropolitan

Subdit. Wilayah Barat I Subdit. Wilayah Barat II Subdit. Wilayah Barat III Subdit. Wilayah Barat IV

Subdit. Wilayah Timur I Subdit. Wilayah Timur II Subdit. Wilayah Timur III Subdit. Wilayah Timur IV Subdit Wilayah Timur V

Subdit. Program dan Anggaran Subdit. Pengembangan Sistem dan Evaluasi Kinerja Subdit. Data dan Informasi Subdit. Fasilitasi Jalan Daerah

Subdit. Teknik Jembatan Subdit. Bahan dan Peralatan Jalan dan Jembatan Subdit. Penyiapan Standar dan Pedoman Subdit. Teknik Lingkungan

Subdit Wilayah Barat V

Balai Pelaksana Jalan Nasional VIII Balai Pelaksana Jalan Nasional IX Balai Pelaksana Jalan Nasional X

Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional & Balai Pelaksanaan Jalan Nasional

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

GAMBARANUMUM(5)
2.StrukturOrganisasiWilayah
Balai(BBPJN&BPJN) Dasarhukum
PeraturanMenteriPUNomor14/PRT/M/2006 BBPJNTipeAdanB PeraturanMenteriPUNomor15/PRT/M/2006 BPJN TugasPokok melaksanakanperencanaandanpengawasanteknis; pelaksanaankonstruksi; pengendalianoperasidanpemeliharaan; pengendalianmutudan pelayananpenyediaanbahandanperalatan;serta penatausahaanorganisasiBalai

GAMBARANUMUM(6)
StrukturOrganisasiBBPJNTipeA
KEPALA BALAI

BAGIAN TATA USAHA

SUB BAGIAN UMUM& KEPEGAWAIAN

SUB BAGIAN ADMINISTRASI TEKNIK

SUB BAGIAN KEUANGAN

No 1

Nama Balai BBPJN I BBPJN III BBPJN IV BBPJN V

Lokasi Medan Palembang Jakarta Surabaya

Wilayah Kerja NAD,Sumut,Riau &Kepri Jambi,Sumsel, Babel Banten,DKI, Jabar Jateng,DIY,Jatim

BIDANG PERENCANAAN DAN PENGAWASAN TEKNIK


SEKSI PERENCANAAN TEKNIK

BIDANG PELAKSANAAN

BIDANG SISTEM MANAJEMEN MUTU


SEKSI PENGENDALIAN DOKUMEN

BIDANG PENGUJIAN DAN PERALATAN


SEKSI PENGUJIAN

2 3 4

SEKSI PEMBANGUNAN

SEKSI PENGAWASAN TEKNIS

SEKSI PEMELIHARAAN

SEKSI PENGENDALIAN SISTEM

SEKSI PERALATAN

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

GAMBARANUMUM(7)
StrukturOrganisasiBBPJNTipeB
KEPALA BALAI

BAGIAN TATA USAHA

SUB BAGIAN UMUM& KEPEGAWAIAN

SUB BAGIAN ADMINISTRASI TEKNIK

SUB BAGIAN KEUANGAN

No 1

Nama Balai BBPJN II

Lokasi Padang

Wilayah Kerja Sumbar, Bengkulu, Lampung Sumsel, Sulbar, Sultra,Sulteng, Gorontalo Kalbar, Kalteng, Kalsel, Kaltim

BIDANG PERENCANAAN DAN PENGAWASAN TEKNIK


SEKSI PERENCANAAN TEKNIK

BIDANG PELAKSANAAN

BIDANG PENGUJIAN DAN PERALATAN


SEKSI PENGUJIAN

SEKSI PEMBANGUNAN

BBPJN VI

Makasar

SEKSI PENGAWASAN TEKNIS

SEKSI PEMELIHARAAN

SEKSI PERALATAN

BBPJN VII

Banjarmasin

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

GAMBARANUMUM(8)
StrukturOrganisasiBPJN

KepalaBalai

SubBagianTata Usaha

No.

Nama Balai BPJN VIII

Lokas

Wilayah Kerja

Seksi Perencanaan& Pengawasan Teknis

1.
Seksi Pelaksanaan SeksiPengujian &Peralatan

Denpasar

Bali, NTB , NTT

2.
Kelompok Jabatan Fungsional

BPJN X

Jayapura

Papua dan Irian Jaya barat

SatuanKerjaNonVertikalTertentu(SNVT)
PA/Menteri

GAMBARANUMUM(9)
ATASAN/Eselon1

PEMBANTUATASAN/ EselonII

ATLAS/KaBalai

KOORDINATOR WILAYAH/DinasPU

1.SNVTPerencanaandan PengawasanJalandan Jembatan 2.SNVTPembangunan JalandanJembatan 3.SNVTPemeliharaan JalandanJembatan

ATLAS/KaBalai

PengujiSPM

Bendahara Pengaturan

Pembuat Komitmen

PetugasBAKPA

PetugasBAKPB

Pembantu

Pembantu

Pembantu

GAMBARANUMUM(10)
II.SUMBERDAYAMANUSIA
14000 12000 10000 8000
Jum lah

14000 12000 10000 8000


Presentase

6000 4000 2000 0 >S.1


Jumlah Prosentase 3909 26.46% >S 1 D3

6000 4000 2000

Jumlah Prentase

SMA <
7604 55.37%

SMA

SMP<

JUMLAH
13734 100.00% Jumlah Prosentase

Jumlah

0
PNS PNS PUSAT PUSAT 3909 35.17% PNS DAERA H 830 6.04% PHP PHP<1999 <1999 PHP < 2000 Jumlah JUMLAH

830 6.04%

1391 10.13%

7604 55.37%

1391 10.13%

13734 100.00%

JumlahPegawaiDJBMBerdasarkan JenjangPendidikan(Des,2008)

JumlahPegawaiDJBMBerdasarkan JenjangStatusKepegawaian(Des,2008)

GAMBARANUMUM(11)
III.KETATALAKSANAAN
Undang undangno.38Tahun2004:
Pasal1ayat(9)
penyelenggaraanjalanadaahkegiatanyangmeiputi pengaturan,pembinaan,pembangunan,dan pengawasan

Pasal9ayat(2)
jalannasionalmerupakanjalanalteridanjalankolektor dalamsistemjaringanjalanprimeryangmenghubungkan antaribukotaprovinsi,danjalanstrategisnasional,serba jalantol

2. Belum Optimalnya Pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu (SMM) Penanganan Jalan Nasional
Hasil Analisis Pelaksanaan SMM dalam penanganan jalan nasional belum optimal karena : Pelaksanaan SMM belum terstandarisasi di semua level proyek dan dilaksanakan secara random Tidak semua Balai memiliki Bidang SMM yang bertanggungjawab khusus dalam melakukan pengaturan manejemen mutu konstruksi Belum ada Unit di DJBM yang berperan memastikan terlaksananya SMM Akibat Pelaksanaan SMM yang belum optimal dapat menyebabkan potensi berkurangnya kualitas jalan nasional Saran Perbaikan DJBM : 1. Menyusun NSPM yang mengatur pelaksanaan sistem manajemen mutu 2. Menyusun dan mengesahkan peraturan yang mewajibkan penerapan sistem manajemen mutu di setiap Balai 3. Membentuk Unit di DJBM yang bertugas memastikan penerapan sistem manajemen mutu

3. Laboratorium Pengujian Belum Memiliki Sertifikat SNI 19170252000/ISO 17025 Hasil Analisis Semua laboratorium pengujian di lingkungan DJBM belum memiliki sertifikat SNI 1917025-2000/ISO 17025 untuk menjamin kehandalan pengujian produk konstruksi Akibat Terjadi potensi pengukuran dan pengujian sampel yang tidak akurat dan handal (tidak sesuai SNI) Saran Perbaikan DJBM segera mengurus sertfikasi SNI 19-17025-2000/ISO 17025

5.BelumEfektifnyaPengendaliandanPengawasanInternal
Hasil Analisis
Jalan Nasional mempunyai peranan untuk mewujudkan sasaran pembangunan seperti pemerataan pembangunan dan hasilhasilnya, pertumbuhan ekonomi,dan perwujudan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.Dengan tupoksi yangbersifat strategis bagi negara dan masyarakat tersebut,pengendalian internaldi DJBMyanghanya tergantung kepada pengawasan oleh atasan secara sistem sangat tidak memadai.

Akibat
Pengendalian dan pengawasan internalmenjadi tidak efektif

SaranPerbaikan
DJBMmelakukan pelembagaan pengendalian dan pengawasan internalyanglebih efektif dengan menetapkan struktur organisasi,prosedur,kode etik,dan pejabat pengendalian internaluntuk menjamin efektivitas pengawasan dan kepatuhan seluruh pegawai DJBM.

6.TidakAdanyaMekanismePengaduanmasyarakat
Hasil Analisis
Sesuai dengan pasal 62UUNo.38/2004 &Pasal 118s.d 120PPNo.34/2006,Masyarakat dapat ikut berperan dalam pengaturan,pembinaan,pembangunan,dan pengawasan jalan serta berhak melaporkan penyimpangan pemanfaatan ruang manfaat jalan,ruang milik jalan,dan ruang pengawasan jalan kepada penyelenggara jalan.Namun hingga saat ini tidak ada mekanisme yang jelas tentang penyampaian pengaduan dari masyarakat kepada DJBMsebagai penyelenggara jalan nasional.

Akibat
Peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan jalan nasional tidak terfasilitasi sebagaimana amanah UUdan PP.

SaranPerbaikan
DJBM: 1. Menyusun dan mendorong disahkannya Permen PUtentang peran serta masyarakat dalam TURBINBANGWAStermasuk mekanisme pengaduan masyarakat dan mekanisme tidak lanjut dari pengaduan masyarakat. 2. Membentuk Unityabg bertugas khusus mengelola dan menindaklanjuti pengaduan masyarakat.

ASPEKSUMBERDAYAMANUSIA(SDM)

SUMBER DAYA MANUSIA

Dualisme Pengelolaan SDMBalai dan

Belum semua Balai mengangkat penilik jalan pada ruas jalan nasional sesuai PPNo. 34/2006

ASPEKSUMBERDAYAMANUSIA(SDM)
1.Dualisme Pengelolaan SDMBalai dan SNVT
Hasil Analisis
Berdasarkan datakepegawaian DJBMperDesember 2008,SDMBalai yangberstatus PNSPusat adalah 4830orang sedangkan yangberstatus PNSDaerahadalah 3873orang.PNSDaerahtersebut dikendalikan langsung oleh DJBMmelalui Balai,namun penilaian kinerja dilakukan oleh Kepala Dinas PU/Bina Marga setempat.

Akibat
Sulitnya melakukan pengawasan kinerja PNSDaerahdalam menyelenggarakan jalan nasional.

SaranPerbaikan
DJBM: 1. Melakukan identifikasi kebutuhan SDMuntuk penyelenggaran seluruh ruas jalan nasioanal 2. Melakukan perencanaan kebutuhan SDM 3. Merekrut SDMsesuai kebutuhan

2.Belum Semua Balai Mengangkat Penilik Jalan pada Ruas Jalan Nasional Sesuai dengan PPNo.34Tahun 2006
Hasil Analisis
Pasal 104PPNo.34Tahun 2006menyatakan bahwa (1))Penyelenggara jalan berwenang mengadakan penilikan jalan sesuai dengan kewenangannya;(2)Dalam hal pelaksanaan penilikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),penyelenggara jalan berwenang mengangkat penilik jalan sesuai kewenangannya.Namun belum semuai Balai mengangkat penilik jalan pada ruas jalan nasional yangmenjadi kewenangannya seperti yangtelah dilakukan oleh BBPJNIV.Sehingga baru 4,21%dari 34.628,83kmpanjang jalan nasional yangtelah memiliki penilik jalan.

Akibat
1. Pemanfaatan dan kondisi bagianbagian jalan setiap hari tidak dapat diamati. 2. Tidak ada laporan hasil pengamatan secara tertulis kepada penyelenggara jalan palingsedikit satu kalisetiap bulan. Sehingga tidak dapat diambil tindakan yangsegera atas kondisi jalan yangdiamati

SaranPerbaikan
1. DJBMmenyusun dan mengesahkan Permen tentang Kriteria Penilik Jalan dan TataCaraPenilikan Jalan sebagai tindak lanjut Pasal 104&pasal 106PPNo.34/2006. 2. DJBM/Balai segera mengangkat penilik jalan pada ruas jalan nasional sesuai dengan PP No.34/2006

ASPEKKETATALAKSANAAN
Belum diterbitkannya Permen PUbidang jalan sebagai tindak lanjut PP No.34/2006 Belum memiliki SOP dalam setiap tahap manajemen PJN Belum mengikatnya implementasi NSPM Adanya draftedaran tarif atas jns PNBPyg berlaku di Dept.PUyg lebih tinggi dr tarif yg tercantum dlm PPNo. 61/2002 Penggunaan dataIRMS yg tdk realtimesbg dasar dlm perencanaan, pemrograman & penganggaran FeasibilityStudytidak dilakukan sesuai dg amanat PPNo.29/2000 Kurang diperhatikannya rekomendasi sanksi blacklistterhadap penyedia jasa konstruksi Lamanya pengambilan keputusan tindak lanjut paketpaket kritis pembangunan jalan nasional Pengadaan leger jalan blm sepenuhnya dilaksanakan sbgmn amanat PPNo.34/2006 Belum optimalnya pengawasan penanganan jalan nasional Belum dicantumkannya laporan rinci progress PJNperruas jalan nasional dalam LAKIP

KETATALAK SANAAN

ASPEKKETATALAKSANAAN
1.Belum Diterbitkannya Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Bidang Jalan Sebagai Tindak Lanjut Peraturan Pemerintah Nomor 34/2006
Hasil Analisis
Beberapa pasal dalam PPNomor 34/2006tentang jalan,mengamanatkan untuk disusunnya Peraturan Menteri PUyangmengatur ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan pasal tersebut dalam penyelenggaraan jalan nasional.Namun hingga 3tahun sejak dikeluarkannya PPNo.34Tahun 2006,Departemen PUbelum mengeluarkan Permen PUdi bidang jalan.Salah satu contoh Pasal 113 ayat (1)dan ayat (2)PPNo.34/2006belum diatur lebih lanjut dengan diterbitkannya Permen PU tentang Standar Pelayanan MinimalJaringan Jalan dan Standar Pelayanan MinimalRuas Jalan Nasional,Jalan Provinsi,Jalan Kabupaten/Kotadan Jalan Desa.

Akibat
Penyelenggaraan jalan nasional sesuai yangdiamanatkan dalam PPNo.34/2006belum dapat dilaksanakan secara optimal.

SaranPerbaikan
DJBM segera menyusun draftPermen PUsebagai tindak lanjut PPNo.34/2006dan mendorong Menteri PUuntuk segera mengesahkan

2.Belum Memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP)dalam Setiap Tahap manajemen Penyelenggaraan Jalan Nasional (PJN)
Hasil Analisis
Sistem manajemen penyelenggaraan jalan nasional yangmerupakan proses bisnis utama yang dijalankan dan melibatkan seluruh unsur di DJBMbelum dibakukan dalam bentuk SOP.Setjen DJBM telah memiliki draftSOPsejak 2008namun hingga saat ini drafttersebut belum juga disahkan. Tahapan manajemen penyelenggaraan jalan nasional yangbelum dibakukan dalam SOPyaitu : 1. Tahap perencanaan,pemrograman,dan penganggaran 2. Tahap perencanaan pekerjaan konstruksi 3. Tahap pengadaan tanah 4. Tahap pelaksanaan konstruksi 5. Tahap pengoperasian dan pemeliharaan Sehingga diperlukan SOPuntuk mengatur secara jelas kewenangan dan tanggungjawab penyelenggara jalan sesuai kewenangannya masingmasing dan SOPyangmengatur koordinasi dan komuniaksi lintas unit.

Akibat
1. Tahap perencanaan. Pemrograman,dan penganggaran Ketiadaan SOPmengakibatkan Daftar Rencana Penanganan Jalan Nasional yangdiusulkan ke DPRtidak tepat sasaran. 2. Tahap perencanaan pekerjaan konstruksi Perencanaan pekerjaan konstruksi yangtidak sesuai prosedur dan peraturan yangberlaku dapat mengakibatkan banyaknya revisi designdan addendumkontrak dalam programpembangunan jalan nasional.Sehingga penyelenggaraan jalan nasional menjadi tidak efisien dan efektif. 3. Tahap pengadaan tanah Ketiadaan SOPdapat mengakibatkan pelaksanaan konstruksi menjadi tidak tepat waktu. 4. Tahap pelaksanaan konstruksi Ketiadaan SOPdapat mengakibatkan pelaksanaan konstruksi menjadi tidak tepat sasaran,tepat waktu &tepat mutu. 5. Tahap pengoperasian dan pemeliharaan Ketiadaan SOPdapat mengakibatkan pengoperasian dan pemeliharaan jalan nasional menjadi tidak tepat sasaran,tepat waktu dan tepat mutu.

SaranPerbaikan
DJBMsegera merumuskan, mengesahkan,&memberlakukan SOPyg mengatur mengenai setiap tahapan dalam sistem manajemen baku penyelenggaraan jalan nasional.Sehingga dapat memperjelas kewenangan dan tanggung jawab pihakpihak yangterkait dalam PJN

3.Belum Mengikatnya Implementasi Norma,Standar,Pedoman dan Manual(NSPM)


Hasil Analisis
Norma,Standar,Pedoman dan Manual (NSPM)sebagai acuan teknis dalam penyelenggaraan jalan nasional belum dapat diimplementasikan secara optimalkarena tidak semua NSPMbersifat mengikat dan NSPMbelum didiseminasikan kepada seluruh pegawai DJBMyangterlibat langsung dalam penanganan jalan nasional.

Akibat
NSPMtidak dijadikan acuan,dimodifikasi sesuai dengan pemahaman dan keinginan masingmasing bahkan dilanggar

SaranPerbaikan
DJBM: 1. Menyusun peraturan yangmewajibkan penerapan NSPMsebagai acuan teknis dalam PJN. 2. Mendiseminasikan NSPMsecara optimalkepada seluruh pegawai DJBMyangterlibat langsung dalam penyelenggaraan jalan nasional. 3. Memastikan implementasi NSPMsebagai acuan teknis dalam penyelenggaraan jalan nasional.

4.Adanya DraftEdaran Tarif Atas Jenis Penerimaan NegaraBukan Pajak (PNBP)yang berlaku pada Departemen PUdengan Tarif yangLebih Tinggi dari Tarif yang tercantum Dalam PPNo.61/2002
Hasil Analisis
Tarif PNBPdi DJBMmengacu pada Peraturan Pemerintah (PP)Nomor 61/2002tentang Tarif Atas Jenis PNBPyang berlaku pada Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayahyangmasih berlaku hingga saat ini.Namun demikian,di BBPJNIVtelah ditemukan draftedaran tarif atas jenis PNBP yangberlaku pada Departemen PUdengan besaran tarif yanglebih tinggi dari PPNo.61/2002.

Akibat
Dengan beredarnya draftedaran tarif atas jenis PNBPyangberlaku pada Departemen PUberpotensi dijadikan dasar penetapan tarif PNBPyangmelebihi tarif dalam PPNo.61/2002.Halini berpotensi terjadinya pungutan liar(pungli)

SaranPerbaikan
1. DJBMmengeluarkan edaran yangmenyatakan bahwa penetapan tarif atas jenis PNBPyang berlaku pada Departemen PUharus mengacu pada peraturan yangberlaku dan menarik draft edaran tarif atas jenis PNBPyangberlaku pada Departemen PUyangtidak memiliki dasar hukum. 2. Jika dirasi perlu adanya penetapan tarif yangbaru maka DJBMsegera mendorong disahkannya PPPNBPyangbaru.

Perbedaan Tarif Atas PNBPPengujian Laboratorium yangBerlaku pada Departemen PU(PPNo.61/2002)dengan Draft Tarif Atas PNBPPengujian Laboratorium yangBerlaku pada Departemen PUyangberedar di BBPJNIV
No Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Satuan Tarif (Rp.) PP61/2002 Draftyg beredar di BBPJNIV

Jasa Penelitian dan Pengembangan Bidang Bahan dan Perkerasan Jalan 1 Pengujian bahan di Laboratorium Aspal Keras : a. b. c. 2 a. b. Penetrasi dengan Jarum Titik Lembek Dinamic ShearRheometer (DSR) Pengujian Perkerasan di lapangan Pembuatan lubang uji CaliforniaBearingRation(CBR)asli dgSilinder (tanpa penggalian) Jasa Penelitian dan Pengembangan Bidang Geoteknik Jalan 1 a. 2 a. IndexProtis Hidrometer SoilCompaction CBRStandar unsoaked Persampel 40.000 175.000 Persampel 19.000 75.000 Persampel Persampel 580.000 66.000 650.000 100.000 Persampel Persampel Persampel 55.000 35.000 750.000 60.000 40.000 1.000.000

5. Penggunaan Data IRMS yang Tidak Real Time Sebagai Dasar dalam Perencanaan, Pemrograman dan Penganggaran
Hasil Analisis
Penggunaan data IRMS yang tidak real time Sebagai Dasar dalam perencanaan, Pemrograman dan Penganggaran karena : 1. Terjadi timelag selama + 1,5 tahun antara waktu pelaksanaan survey jalan nasional dengan pengolahan dan penggunaan hasil survey jalan nasional dalam IRMS; dan penyusunan program penanganan jalan nasional. 2. Unit Cost IRMS yang dijadikan dasar penentuan harga satuan pemeliharaan jalan dan jembatan nasional sudah tidak relevan dengan kondisi sekarang karena belum di update sejak tahun 2003.

Akibat
Perencanaan, pemrograman dan penganggaran PJN menjadi tidak tepat sasaran dan tidak sesuai dengan kebutuhan aktual.

SaranPerbaikan
DJBM : 1. Mengubah waktu surveyIRMS agarmendekati waktu pelaksanaan pekerjaan. 2. Membuat ketentuan updateunitcostIRMS agarsesuai dgn kondisi aktual.

6. Feasibility Study (FS) Tidak dilakukan sesuai dengan Amanat PP No. 29 Tahun 2000
Hasil Analisis
Berdasarkan Pasal 26 PP No. 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi menyatakan bahwa (1). Dalam perencanaan pekerjaan konstruksi dengan pekerjaan resiko tinggi harus dilakukan pra studi kelayakan, studi kelayakan, perencanaan umum, dan perencanaan teknik. (2). Dalam perencanaan pekerjaan konstruksi dengan pekerjaan resiko sedang harus dilakukan studi kelayakan, perencanaan umum, dan perencanaan teknik. Namun terdapat proyek pembangunan jalan nasional dengan kriteria resiko tinggi dilakukan tanpa didahului dengan pelaksanaan feasibility study misalnya paket pembangunan jalan Lingkar Nagreg.

Akibat
Kelayakan penanganan jalan nasional tidak diketahui.

SaranPerbaikan
DJBM melaksanakan FSsesuai dengan amanat PPnomor 29/2000secara konsisten.

7. Kurang Diperhatikannya Rekomendasi Sanksi Blacklist terhadap Penyedia Jasa Konstruksi


Hasil Analisis
Konsultan Pengawas yang telah direkomendasikan terkena sanksi blacklist oleh aparat pengawas (BPKP) masih mengikuti tender dan memenangkan sejumlah paket pengawasan teknis jalan nasional. Contoh PT. Perentjana Jaya yang telah direkomendasikan BPKP untuk dikenai sanksi blacklist oleh LPJK pada tahun 2006, tetap menjadi penyedia jasa pada :
1. 2. 3. Pengawasan teknis jalan (ADBRRSP) Provinsi Kalimantan Selatan dengan nomor Kontrak 01 36/DFT/TA/A/1798/1103 tanggal 12 Nov 2006 (multiyears 20062007). Pengawasan teknis jalan paket 4 (HAR) Provinsi Kalimantan Selatan dengan nomor Kontrak 0436/PW 04/TA/A/APBN/0506 tanggal 10 Mei 2006. Pengawasan Teknis Pembangunan Jalan KandanganLumpangBatu Licin Cs. Dengan nomor kontrak KU.08.08/P2JJKS/PW03/III07/276 tanggal 08 Maret 2007.

Akibat
Pengawasan teknis jalan nasional oleh konsultan pengawas yangdirekomendasikan terkena blacklist berpotensi tidak dilaksanakan secara optimal.

SaranPerbaikan
DJBM mengembangkan sistem evaluasi penyedia jasa konstruksi yangkomprehensif.

8. Lamanya Pengambilan Keputusan Tindak Lanjut paketpaket Kritis Pembangunan Jalan Nasional
Hasil Analisis
Pengambilan keputusan tindak lanjut paketpaket kritis pembangunan jalan nasional dilakukan melalui Show Cause Meeting (SCM) I, II dam III. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan : Lambatnya pengambilan keputusan tindak lanjut paketpaket kritis pembangunan jalan nasional. Hasil SCM III tidak memberikan keputusan tindak lanjut konkrit terhadap paketpaket kritis pembangunan jalan nasional.

Akibat
Penyelesaian pelaksanaan paket kritis pembangunan jalan nasional semakin melambat

SaranPerbaikan
DJBM : 1. Memantau paketpaket kritis penanganan jalan nasional. 2. Memberikan keputusan tindak lanjut konkrit terhadap paketpaket kritis pembangunan jalan nasional pada saat SCM IIIsehingga dapat langsung dieksekusi oleh satker.

9. Pengadaan Leger Jalan Belum Sepenuhnya Dilaksanakan Sebagaimana Amanat PP No. 34/2006
Hasil Analisis
Pengadaan leger jalan sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 115 (1) PP Nomor 34 Tahun 2006 yang berbunyi Setiap penyelenggaran jalan wajib mengadakan leger jalan yang meliputi pembuatan, penetapan, pemantauan, pemutakhiran, penyimpanan dan pemeliharaan, penggantian serta penyampaian informasi tidak sepenuhnya dilakukan. Saat ini belum 100% jalan nasional memiliki leger jalan.

Akibat
Ketiadaan dataleger jalan dapat mengakibatkan : 1. Penyusunan rencana dan program pembangunan jalan nasional menjadi tidak tepat sasaran dan tidak sesuai dengan kebutuhan aktual. 2. Manajemen aset jalan tidak akuntabel dan tercatat dengan baik.

SaranPerbaikan
DJBM : 1. Melaksanakan amanat PP Nomor 34/2006 yaitu administrasi data leger jalan secara konsisten. 2. Menyusun keputusan Menteri PU yang mengatur mengenai pedoman pelaksanaan pembuatan leger jalan sebagai tindak lanjut Pasal 117 (7) PP No. 34/2006

10. Belum Optimalnya Pengawasan Penanganan Jalan Nasional


Hasil Analisis Laporan pelaksanaan penanganan jalan nasional dari kontraktor dan laporan hasil pengawsan dari konsultan pengawas disampaikan setiap bulan dan triwulan kepada PPK, Kasatker, Kabalai. Namun mekanisme pelaporan tersebut belum optimal karena PPK, Kasatker dan Kabalai serta masyarakat tidak dapat memonitor secara real time. Akibat Lemah antisipasi dan tindak lanjut terhadap permasalahan yang terjadi di

lapangan.
SaranPerbaikan DJBM mengembangkan mekanisme pelaporan hasil kerja kontraktor dan

konsultan pengawas kepada PPK, Kasatker, Kepala Balai, Project Management Unit (PMU) dan masyarakat berbasis teknologi informasi dengan dilengkapi gambar progres fisik pekerjaan secara real time.

11. Belum dicantumkannya Laporan Rinci Progres Penyelenggaraan Jalan Nasional Per Ruas Jalan Nasional dalam LAKIP
Hasil Analisis Dalam LAKIP tahun 2008, laporan rinci progres penyelenggaraan jalan nasional belum dicantumkan untuk per ruas jalan nasional. Akibat Progres penyelenggaraan jalan nasional di setiap ruas tidak dapat diketahui dan dimonitor sebagai perwujudan akuntabilitas kinerja DJBM. SaranPerbaikan DJBM memasukkan rincian progres penyelenggaraan jalan nasional per ruas jalan nasional dalam LAKIP sebagai perwujudan akuntabilitas kinerja.

Selain diperlukan upayaupaya mmperbaiki kelemahankelemahan pada aspek kelembagaan, SDM dan ketatalaksanaan, DJBM juga perlu melakukan upayaupaya penguatan sistem antikorupsi, terutama mencakup : Penegakan Kode Etik (Code of Ethics) dan Pedoman Perilaku (Code of Conducts) di DJBM. Pembenahan Sumber Daya Manusia Pembenahan Sumber Daya Manusia sekurangkurangnya harus mencakup pembenahan pada sistem; rekrutmen dan seleksi; asessmen kompetensi individu; beban kerja; penilaian prestasi kerja; pengembangan dan pelatihan; pola promosi; rotasi dan mutasi; database dan remunerasi pegawai.

KESIMPULAN

KESIMPULAN
Tidak tepatnya mutu pekerjaan

Penyelenggaraan Jalan Nasional oleh DJBM masih belum optimal

Kelemahan Sistem (Kelembagaan, SDM & Ketatalaksanaan)

Peluang Terjadinya Tindak Pidana Korupsi

Tidak tepatnya waktu pelaksanaan pekerjaan konstruksi


Tidak tepatnya sasaran programpenyelenggaraan jalan nasional

TINDAK LANJUT
DJBM diminta menyampaikan rencana tindak lanjut (actionplan)dan secara berkala melaporkan tindak lanjut dari actionplan sebagai acuan KPK dalam melaksanakan fungsi koordinasi,supervisi dan monitorPJN.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai