Anda di halaman 1dari 19

Asal Mula Rumah Siput

Dahulu kala, siput tidak membawa rumahnya kemana-mana…


Pertama kali siput tinggal di sarang burung yang sudah ditinggalkan induk
burung di atas pohon .

Malam terasa hangat dan siang terasa sejuk karena daun-daun


pohon merintangi sinar matahari yang jatuh tepat ke sarang tempat siput
tinggal. Tetapi ketika musim Hujan datang, daun-daun itu tidak bisa lagi
menghalangi air hujan yang jatuh,.. siput menjadi basah dan kedinginan
terkena air hujan.

Kemudian siput pindah ke dalam lubang yang ada di batang


pohon, Jika hari panas, siput terlindung dengan baik, bahkan jika hujan
turun, siput tidak akan basah dan kedinginan. Sepertinya aku menemukan
rumah yang cocok untukku, gumam siput dalam hati.

Tetapi di suatu hari yang cerah, datanglah burung pelatuk ,,


tok..tok…tok…burung pelatuk terus mematuk batang pohon tempat rumah
siput, siput menjadi terganggu dan tidak bisa tidur,

Dengan hati jengkel, siput turun dari lubang batang pohon dan
mencari tempat tinggal selanjutnya. Siput menemukan sebuah lubang di
tanah, kelihatannya hangat jika malam datang, pikir siput. Siput
membersihkan lubang tersebut dan memutuskan untuk tinggal di
dalamnya, tetapi ketika malam datang, tikus-tikus datang menggali dari
segala arah merusak rumah siput. Apa mau dikata, siput pergi
meninggalkan lubang itu untuk mencari rumah baru….

Siput berjalan terus sampai di tepi pantai penuh dengan batu


karang. Sela-sela batu karang dapat menjadi rumahku !!! siput bersorak
senang, aku bisa berlindung dari panas matahari dan hujan, tidak aka nada
burung pelatuk yang akan mematuk batu karang ini, dan tikus-tikus tidak
akan mampu menggali lubang menembus ke batu ini.

Siput pun dapat beristirahat dengan tenang, tetapi ketika air laut
pasang dan naik sampai ke atas batu karang, siput ikut tersapu bersama
dengan ombak. Sekali lagi siput harus pergi mencari rumah baru. Ketika
berjalan meninggalkan pantai, siput menemukan sebuah cangkang kosong,
bentuknya cantik dan sangat ringan….

Karena lelah dan kedinginan, Siput masuk ke dalam cangkang


itu , merasa hangat dan nyaman lalu tidur bergelung di dalamnya.

Ketika pagi datang, Siput menyadari telah menemukan rumah


yang terbaik baginya. Cangkang ini sangat cocok untuknya. Aku tidak perlu
lagi cepat-cepat pulang jika hujan turun, aku tidak akan kepanasan lagi,
tidak ada yang akan menggangguku, …. aku akan membawa rumah ini
bersamaku ke manapun aku pergi.

Istana Bunga
Dahulu kala, hiduplah raja dan ratu yang kejam. Keduanya suka berfoya-foya dan
menindas rakyat miskin. Raja dan Ratu ini mempunyai putra dan putri yang baik hati.
Sifat mereka sangat berbeda dengan kedua orangtua mereka itu. Pangeran Aji Lesmana
dan Puteri Rauna selalu menolong rakyat yang kesusahan. Keduanya suka menolong
rakyatnya yang memerlukan bantuan.

Suatu hari, Pangeran Aji Lesmana marah pada ayah bundanya, "Ayah dan Ibu jahat.
Mengapa menyusahkan orang miskin?!"
Raja dan Ratu sangat marah mendengar perkataan putra mereka itu.
"Jangan mengatur orangtua! Karena kau telah berbuat salah, aku akan menghukummu.
Pergilah dari istana ini!" usir Raja.
Pangeran Aji Lesmana tidak terkejut. Justru Puteri Rauna yang tersentak, lalu menangis
memohon kepada ayah bundamya, "Jangan, usir Kakak! Jika Kakak harus pergi, saya pun
pergi!"

Raja dan Ratu sedang naik pitam. Mereka membiarkan Puteri Rauna pergi mengikuti
kakaknya. Mereka mengembara. Menyamar menjadi orang biasa. Mengubah nama
menjadi Kusmantoro dan Kusmantari. Mereka pun mencari guru untuk mendapat ilmu.
Mereka ingin menggunakan ilmu itu untuk menyadarkan kedua orangtua mereka.

Keduanya sampai di sebuah gubug. Rumah itu dihuni oleh seorang kakek yang sudah
sangat tua. Kakek sakti itu dulu pernah menjadi guru kakek mereka. Mereka mencoba
mengetuk pintu.
"Silakan masuk, Anak Muda," sambut kakek renta yang sudah tahu kalau mereka adalah
cucu-cucu bekas muridnya. Namun kakek itu sengaja pura-pura tak tahu. Kusmantoro
mengutarakan maksudnya, "Kami, kakak beradik yatim piatu. Kami ingin berguru pada
Panembahan."

Kakek sakti bernama Panembahan Manraba itu tersenyum mendengar kebohongan


Kusmantoro. Namun karena kebijakannya, Panembahan Manraba menerima keduanya
menjadi muridnya.
Panembahan Manraba menurunkan ilmu-ilmu kerohanian dan kanuragan pada
Kusmantoro dan Kusmantari. Keduanya ternyata cukup berbakat. Dengan cepat mereka
menguasai ilmu-ilmu yang diajarkan. Berbulan-bulan mereka digembleng guru bijaksana
dan sakti itu.

Suatu malam Panembahan memanggil mereka berdua. "Anakku, Kusmantoro dan


Kusmantari. Untuk sementara sudah cukup kalian berguru di sini. Ilmu-ilmu lainnya akan
kuberikan setelah kalian melaksanakan satu amalan."
"Amalan apa itu, Panembahan?" tanya Kusmantari.
"Besok pagi-pagi sekali, petiklah dua kuntum melati di samping kanan gubug ini. Lalu
berangkatlah menuju istana di sebelah Barat desa ini. Berikan dua kuntum bunga melati
itu kepada Pangeran Aji Lesmana dan Puteri Rauna. Mereka ingin menyadarkan Raja dan
Ratu, kedua orang tua mereka."

Kusmantoro dan Kusmantari terkejut. Namun keterkejutan mereka disimpan rapat-rapat.


Mereka tak ingin penyamaran mereka terbuka.
"Dua kuntum melati itu berkhasiat menyadarkan Raja dan Ratu dari perbuatan buruk
mereka. Namun syaratnya, dua kuntum melati itu hanya berkhasiat jika disertai kejujuran
hati," pesan Panembahan Manraba.

Ketika menjelang tidur malam, Kusmantoro dan Kusmantari resah. Keduanya


memikirkan pesan Panembahan. Apakah mereka harus berterus terang kalau mereka
adalah Pangeran Aji Lesmana dan Puteri Rauna? Jika tidak berterus terang, berarti
mereka berbohong, tidak jujur. Padahal kuntum melati hanya berkhasiat bila disertai
dengan kejujuran.

Anak Katak yang Sombong dan Anak Lembu


Di tengah padang rumput yang sangat luas, terdapat sebuah kolam yang dihuni oleh
berpuluh-puluh katak. Diantara katak-katak tersebut ada satu anak katak yang bernama
Kenthus, dia adalah anak katak yang paling besar dan kuat. Karena kelebihannya itu,
Kenthus menjadi sangat sombong. Dia merasa kalau tidak ada anak katak lainnya yang
dapat mengalahkannya.

Sebenarnya kakak Kenthus sudah sering menasehati agar Kentus tidak bersikap sombong
pada teman-temannya yang lain. Tetapi nasehat kakaknya tersebut tidak pernah
dihiraukannya. Hal ini yang menyebabkan teman-temannya mulai menghindarinya,
hingga Kenthus tidak mempunyai teman bermain lagi.

Pada suatu pagi, Kenthus berlatih melompat di padang rumput. Ketika itu juga ada seekor
anak lembu yang sedang bermain di situ. Sesekali, anak lembu itu mendekati ibunya
untuk menyedot susu. Anak lembu itu gembira sekali, dia berlari-lari sambil sesekali
menyenggok rumput yang segar. Secara tidak sengaja, lidah anak sapi yang dijulurkan
terkena tubuh si Kenthus.

"Huh, berani makhluk ini mengusikku," kata Kenthus dengan perasaan marah sambil
coba menjauhi anak lembu itu. Sebenarnya anak lembu itu pula tidak berniat untuk
mengganggunya. Kebetulan pergerakannya sama dengan Kenthus sehingga menyebabkan
Khentus menjadi cemas dan melompat dengan segera untuk menyelamatkan diri.

Sambil terengah-engah, Kenthus sampai di tepi kolam. Melihat Kenthus yang kelihatan
sangat capek, kawan-kawannya nampak sangat heran. "Hai Khentus, mengapa kamu
terengah-engah, mukamu juga kelihatan sangat pucat sekali,” Tanya teman-temannya.

"Tidak ada apa-apa. Aku hanya cemas saja. Lihatlah di tengah padang rumput itu. Aku
tidak tahu makhluk apa itu, tetapi makhluk itu sangat sombong. Makhluk itu hendak
menelan aku." Kata Kenthus..

Kakaknya yang baru tiba di situ menjelaskan. " Makhluk itu anak lembu. sepengetahuan
kakak, anak lembu tidak jahat. Mereka memang biasa dilepaskan di padang rumput ini
setiap pagi."

"Tidak jahat? Kenapa kakak bias bilang seperti itu? Saya hampir-hampir ditelannya tadi,"
kata Kenthus. "Ah, tidak mungkin. Lembu tidak makan katak atau ikan tetapi hanya
rumput." Jelas kakaknya lagi.

"Saya tidak percaya kakak. Tadi, aku dikejarnnya dan hampir ditendang olehnya." Celah
Kenthus. "Wahai kawan-kawan, aku sebenarnya bisa melawannya dengan
mengembungkan diriku," Kata Kenthus dengan bangga.

" Lawan saja Kenthus! Kamu tentu menang," teriak anak-anak katak beramai-ramai.

"Sudahlah Kenthus. Kamu tidak akan dapat menandingi lembu itu. Perbuatan kamu
berbahaya. Hentikan!" kata Kakak Kenthus berulang kali tetapi Kenthus tidak
mempedulikan nasehat kakaknya. Kenthus terus mengembungkan dirinya, karena
dorongan dari teman-temannya. Sebenarnya, mereka sengaja hendak memberi pelajaran
pada Kenthus yang sombong itu.

"Sedikit lagi Kenthus. Teruskan!" Begitulah yang diteriakkan oleh kawan-kawan


Kenthus. Setelah perut Kenthus menggembung dengan sangat besar, tiba-tiba Kenthus
jatuh lemas. Perutnya sangat sakit dan perlahan-lahan dikempiskannya. Melihat keadaan
adiknya yang lemas, kakak Kenthus lalu membantu.

Mujurlah Kenthus tidak apa-apa. Dia sembuh seperti sedia kala tetapi sikapnya telah
banyak berubah. Dia malu dan kesal dengan sikapnya yang sombong.

Akhirnya, pagi-pagi sekali mereka menghadap Panembahan.


"Kami berdua mohon maaf, Panembahan. Kami bersalah karena tidak jujur kepada
Panembahan selama ini."
Saya mengerti, Anak-anakku. Saya sudah tahu kalian berdua adalah Pangeran Aji
Lesmana dan Puteri Rauna. Pulanglah. Ayah Bundamu menunggu di istana."

Setelah mohon pamit dan doa restu, Pangeran Aji Lesmana dan Puteri Rauna berangkat
menuju ke istana. Setibanya di istana, ternyata Ayah Bunda mereka sedang sakit. Mereka
segera memeluk kedua orang tua mereka yang berbaring lemah itu.

Puteri Rauna lalu meracik dua kuntum melati pemberian Panembahan. Kemudian
diberikan pada ayah ibu mereka. Ajaib! Seketika sembuhlah Raja dan Ratu. Sifat mereka
pun berubah. Pangeran dan Puteri Rauna sangat bahagia. Mereka meminta bibit melati
ajaib itu pada Panembahan. Dan menanamnya di taman mereka. Sehingga istana mereka
dikenal dengan nama Istana Bunga. Istana yang dipenuhi kelembutan hati dan
kebahagiaan.

Si Kancil dan Siput

Pada suatu hari si kancil nampak ngantuk sekali. Matanya serasa berat
sekali untuk dibuka. “Aaa....rrrrgh”, si kancil nampak sesekali
menguap. Karena hari itu cukup cerah, si kancil merasa rugi jika
menyia-nyiakannya. Ia mulai berjalan-jalan menelusuri hutan untuk
mengusir rasa kantuknya. Sampai di atas sebuah bukit, si Kancil
berteriak dengan sombongnya, “Wahai penduduk hutan, akulah hewan
yang paling cerdas, cerdik dan pintar di hutan ini. Tidak ada yang bisa
menandingi kecerdasan dan kepintaranku”.
Sambil membusungkan dadanya, si Kancil pun mulai berjalan
menuruni bukit. Ketika sampai di sungai, ia bertemu dengan seekor
siput. “Hai kancil !”, sapa si siput. “Kenapa kamu teriak-teriak?
Apakah kamu sedang bergembira?”, tanya si siput. “Tidak, aku hanya
ingin memberitahukan pada semua penghuni hutan kalau aku ini
hewan yang paling cerdas, cerdik dan pintar”, jawab si kancil dengan
sombongnya.

“Sombong sekali kamu Kancil, akulah hewan yang paling cerdik di


hutan ini”, kata si Siput. “Hahahaha......., mana mungkin” ledek
Kancil. “Untuk membuktikannya, bagaimana kalau besok pagi kita
lomba lari?”, tantang si Siput. “Baiklah, aku terima tantanganmu”,
jawab si Kancil. Akhirnya mereka berdua setuju untuk mengadakan
perlombaan lari besok pagi.

Setelah si Kancil pergi, si siput segera mengumpulkan teman-


temannya. Ia meminta tolong agar teman-temannya berbaris dan
bersembunyi di jalur perlombaan, dan menjawab kalau si kancil
memanggil.

Akhirnya hari yang dinanti sudah tiba, kancil dan siput pun sudah siap
untuk lomba lari. “Apakah kau sudah siap untuk berlomba lari
denganku”, tanya si kancil. “Tentu saja sudah, dan aku pasti menang”,
jawab si siput. Kemudian si siput mempersilahkan kancil untuk berlari
dahulu dan memanggilnya untuk memastikan sudah sampai mana si
siput.

Kancil berjalan dengan santai, dan merasa yakin kalau dia akan
menang. Setelah beberapa langkah, si kancil mencoba untuk
memanggil si siput. “Siput....sudah sampai mana kamu?”, teriak si
kancil. “Aku ada di depanmu!”, teriak si siput. Kancil terheran-heran,
dan segera mempercepat langkahnya. Kemudian ia memanggil si siput
lagi, dan si siput menjawab dengan kata yang sama.”Aku ada
didepanmu!”

Akhirnya si kancil berlari, tetapi tiap ia panggil si siput, ia selalu


muncul dan berkata kalau dia ada depan kancil. Keringatnya
bercucuran, kakinya terasa lemas dan nafasnya tersengal-sengal.

Kancil berlari terus, sampai akhirnya dia melihat garis finish. Wajah
kancil sangat gembira sekali, karena waktu dia memanggil siput,
sudah tidak ada jawaban lagi. Kancil merasa bahwa dialah pemenang
dari perlombaan lari itu.
Betapa terkejutnya si kancil, karena dia melihat si siput sudah duduk
di batu dekat garis finish. “Hai kancil, kenapa kamu lama sekali? Aku
sudah sampai dari tadi!”, teriak si siput. Dengan menundukkan kepala,
si kancil menghampiri si siput dan mengakui kekalahannya. “Makanya
jangan sombong, kamu memang cerdik dan pandai, tetapi kamu
bukanlah yang terpandai dan cerdik”, kata si siput. “Iya, maafkan aku
siput, aku tidak akan sombong lagi”, kata si kancil.

Aladin dan lampu ajaib


Aladin adalah seorang laki-laki yang berasal dari Negara Persia. Dia tinggal berdua
dengan ibunya. Mereka hidup dalam kesederhanaan. Hingga pada suatu hari ada seorang
laki-laki yang datang kerumah Aladin. Laki-laki itu berkata kalau dia adalah saudara laki-
laki almarhum bapaknya yang sudah lama merantau ke Negara tetangga. Aladin dan
ibunya sangat senang sekali, karena ternyata mereka masih memiliki saudara.

“Malang sekali nasibmu saudaraku”, kata laki-laki itu kepada aladin dan ibunya. “Yang
penting kita masih bisa makan,paman”, jawab Aladin. Karena merasa prihatin dengan
keadaan saudaranya tersebut, maka laki-laki itu bermaksud untuk mengajak Aladin ke
luar kota. Dengan seijin ibunya,lalu Aladin mengikuti pamannya pergi ke luar kota.

Perjalanan yang mereka tempuh sangat jauh sekali, dan pamannya tidak mengijinkan
Aladin untuk beristirahat. Saat Aladin meminta pamannya untuk berhenti sejenak,
pamannya langsung memarahinya. Hingga akhirnya mereka sampai di suatu tempat di
tengah hutan. Aladin lalu diperintahkan pamannya untuk mencari kayu bakar. “Nanti ya
paman, Aladin mau istirahat dulu”, kata Aladin. Pamannya sangat marah setelah
mendengar jawaban Aladin tersebut. “Berangkatlah sekarang, atau kusihir engkau
menjadi katak”, teriak pamannya. Melihat pamannya sangat marah,lalu Aladin bergegas
berangkat mencari kayu.

Setelah mendapatkan kayu, pamannya lalu membuat api dan mengucapkan mantera.
Aladin sangat terkejut sekali, karena setelah pamannya membacakan mantera, tiba-tiba
tanah menjadi retak dan membentuk lubang. Aladin mulai bertanya pada dirinya sendiri,
“Apakah dia benar pamanku? Atau dia hanya seorang penyihir yang ingin memanfaatkan
aku saja?”

“Aladin, turunlah kamu kelubang itu. Ambilkan aku lampu antic di dasar gua itu”, suruh
pamannya. “AKu takut paman”, kata Aladin. Pamannya lalu memberikan cincin kepada
Aladin. “Pakailah ini, cincin ini akan melindungimu”, kata pamannya. Kemudian Aladin
mulai turun kebawah.

Setelah sampai di bawah, Aladin sangat takjub dengan apa yang dia lihat. Di dasar gua
tersebut Aladin menemukan pohon yang berbuahkan permata dan banyak sekali
perhiasan. “Cepat kau bawa lampu antiknya padaku, Aladin. Jangan perdulikan yang
lain”, teriak pamannya dari atas. Aladin lalu mengambil lampu antik itu, dan
mulaimemanjat ke atas. Tetapi setelah hamper sampai di atas, Aladin melihat pintu gua
sudah tertutup dan hanya terbuka sedikit. Aladin mulai berpikir kalau pamannya akan
menjebaknya. “Cepat Aladin, lemparkan saja lampunya”, teriak pamannya. “Tidak, aku
tidak akan memberikanlampu ini, sebelum aku sampai di atas”,jawab Aladin.

Setelah berdebat, paman Aladin menjadi tidak sabar dan akhirnya "Brak!" pintu lubang
ditutup, dan pamannya meninggalkan Aladin terkurung di dalam lubang bawah tanah.
Aladin menjadi sedih, dan duduk termenung. Kini dia tau kalau sebenarnya laki-laki
tersebut bukanlah pamannya, dan dia hanya diperalat oleh laki-laki itu. Aladin
lalubmencari segala cara supaya dapat keluar dari gua, tetapi usahanya selalu sia-sia.
"Aku sangat lapar, dan ingin bertemu ibuku, ya Tuhan, tolonglah hambamu ini !", ucap
Aladin.

Sambil berdoa, Aladin mengusap-usap lampu antik dan berpikir kenapa laki-laki penyihir
itu ingin sekali memiliki lampu itu. Setelah digosok-gosok, tiba-tiba di sekelilingnya
menjadi merah dan asap membumbung. Bersamaan dengan itu muncul seorang raksasa.
Aladin sangat ketakutan. "Maafkan saya, karena telah mengagetkan Tuan", saya adalah
Jin penunggu lampu. Apa perintah tuan padaku?”, kata raksasa "Oh, kalau begitu
bawalah aku pulang kerumah." "Baik Tuan, naiklah kepunggungku, kita akan segera
pergi dari sini", kata Jin lampu. Dalam waktu singkat, Aladin sudah sampai di depan
rumahnya. "Kalau tuan memerlukan saya, panggillah saya dengan menggosok lampu itu".

Aladin menceritakan semua hal yang di alaminya kepada ibunya. "Mengapa penyihir itu
menginginkan lampu kotor ini ya ?", kata Ibu Aladin. “Ini adalah lampu ajaib Bu!”,
jawab Aladin. Karena ibunya tidak percaya, maka Aladin lalu menggosok lampu itu. Dan
setelah Jin lampu keluar, Aladin meminta untuk disiapkan makanan yang enak-enak.
Taklama kemudian ibunya terkejur,karena hidangan yang sangat lezat sudah tersedia di
depan mata.

Demikian hari, bulan, tahunpun berganti, Aladin hidup bahagia dengan ibunya. Aladin
sekarang sudah menjadi seorang pemuda. Suatu hari lewat seorang Putri Raja di depan
rumahnya. Ia sangat terpesona dan merasa jatuh cinta kepada Putri Cantik itu. Aladin lalu
menceritakan keinginannya kepada ibunya untuk memperistri putri raja. "Tenang Aladin,
Ibu akan mengusahakannya". Ibu pergi ke istana raja dengan membawa permata-permata
kepunyaan Aladin. "Baginda, ini adalah hadiah untuk Baginda dari anak laki-lakiku."
Raja amat senang. "Wah..., anakmu pasti seorang pangeran yang tampan, besok aku akan
datang ke Istana kalian dengan membawa serta putriku". Setelah tiba di rumah Ibu segera
menggosok lampu dan meminta Jin lampu untuk membawakan sebuah istana. Aladin dan
ibunya menunggu di atas bukit. Tak lama kemudian jin lampu datang dengan Istana
megah di punggungnya. "Tuan, ini Istananya". Esok hari sang Raja dan putrinya datang
berkunjung ke Istana Aladin yang sangat megah. "Maukah engkau menjadikan anakku
sebagai istrimu ?", Tanya sang Raja. Aladin sangat gembira mendengarnya. Lalu mereka
berdua melaksanakan pesta pernikahan.
Tidak disangka, ternyata si penyihir ternyata melihat semua kejadian itu melalui bola
kristalnya. Ia lalu pergi ke tempat Aladin dan pura-pura menjadi seorang penjual lampu
di depan Istana Aladin. Ia berteriak-teriak, "tukarkan lampu lama anda dengan lampu
baru !". Sang permaisuri yang melihat lampu ajaib Aladin yang usang segera keluar dan
menukarkannya dengan lampu baru. Segera si penyihir menggosok lampu itu dan
memerintahkan jin lampu memboyong istana beserta isinya dan istri Aladin ke rumahnya.

Ketika Aladin pulang dari berkeliling, ia sangat terkejut karena istananya hilang. Aladin
lalu teringat dengan cincin pemberian laki-laki penyihir. Digosoknya cincin tersebut, dan
keluarlah Jin cincin. Aladin bertanya kepada Jin cincin tentang apa yang sudah terjadi
dengan istananya. Jin Cincin kemudian menceritakan semuanya kepada Aladin. "Kalau
begitu tolong bawakan istana dan istriku kembali lagi kepadaku”, seru Aladin. "Maaf
Tuan, kekuatan saya tidaklah sebesar Jin lampu," kata Jin cincin. "Kalau begitu, Tolong
Antarkan aku ke tempat penyihir itu. Aku akan ambil sendiri", seru Aladin. Sesampainya
di Istana, Aladin menyelinap masuk mencari kamar tempat sang Putri dikurung. Putri lalu
bilang kalau penyihir itu sedang tidur karena kebanyakan minum Bir. Setelah mengetahui
kalau penyihir itu tidur, maka Aladin menyelinap ke dalam kamar laki-laki penyihir
tersebut.

Setelah berhasil masuk dalam kamar, Aladin lalu mengambil lampu ajaibnya yang
penyihir dan segera menggosoknya. "Singkirkan penjahat ini", seru Aladin kepada Jin
lampu. Penyihir terbangun, lalu menyerang Aladin. Tetapi Jin lampu langsung
membanting penyihir itu dan melemparkan ke luar istana. "Terima kasih Jin lampu,
bawalah kami dan Istana ini kembali ke tempatnya semula". Sesampainya di Persia
Aladin hidup bahagia. Ia mempergunakan sihir dari peri lampu untuk membantu orang-
orang miskin dan kesusahan.

Pulau Hantu
Tersebutlah dua orang jagoan yang selalu ingin menunjukkan dirinya lebih jago
dari yang lain. Pada suatu hari, mereka bertemu di perairan sebelah selatan
Singapura.

Tanpa ba atau bu, mereka langsung saling menyerang. Mereka bertarung lama
sekali hingga tubuh mereka bersimbah darah. Karena sama-sama kuat, tak ada
tanda-tanda siapa yang akan kalah.

Jin Laut tidak suka dengan pertarungan itu karena darah mereka mengotori laut.
Jin Laut lalu menjungkirbalikkan perahu mereka. Maksudnya agar mereka
berhenti bertarung. Ternyata, mereka tetap bertarung. Dengan kesaktiannya
masing-masing, mereka bertarung di atas air.

“Hei, aku perintahkan kalian berhenti beratarung! Ini wilayah kekuasaanku.


Kalau tidak…”
Bukannya berhenti, kedua jagoan itu malah bertempur lebih seru. Dengan isyarat
tangan, mereka bahkan seperti mengejek Jin Laut.

Jin Laut marah. Dia menyemburkan air ke wajah kedua jagoan itu sehingga
pandangan mereka terhalang. Karena tak dapat melihat dengan jelas, kedua
jagoan itu bertempur secara membabi-buta. Mereka mengayunkan pedang ke
sana-kemari sekehendajk hati sampai akhirnya bersarang di tubuh lawan
masing-masing. Kedua jagoan itu pun menemui ajalnya.

Para dewa di kayangan mura karena Jin Laut turut campur urusan manusia.
Mereka memperingatkan Jin Laut untuk tidak lagi ikut campur urusan manusia.
Jin Laut mengaku salah dan mencoba menebus dosa dengan membuatkan
tempat khusus agar roh kedua jagoan itu dapat bersemayam dengan tenang. Jin
Laut menyulap sampan yang ditumpangi kedua jagoan itu menjadi pulau tempat
bersemayam roh mereka. Orang-orang kemudian menyebut pulau itu sebagai
Pulau Hantu.

KUCING YANG TERLUPAKAN


Di sebuah perumahan, hiduplah seekor kucing berwarna hitam. Nama
kucing itu Molly. Ia tinggal di rumah keluarga Jones. Molly selalu memburu
dan memakan tikus-tikus yang suka mencuri makanan di dapur keluarga
Jones.

Molly memang seekor kucing yang lucu dan menggemaskan. Matanya


berwarna hijau dan kumisnya panjang berwarna putih. Ia suka mendengkur
dan sangat senang bila tubuhnya dibelai.

Namun, tidak seorang pun di keluarga Jones suka membelai Molly. Kedua
anak di keluarga Jones kurang menyukai binatang, sedang nyonya Jones
sering membentak Molly jika ia mengeong waktu nyonya Jones sedang
memasak ikan.

Di samping rumah keluarga Jones, hiduplah seorang anak bernama Billy.


Billy adalah anak yang baik dan sangat menyayangi binatang. Karena itu ia
juga sangat menyayangi Molly. Setiap sore Molly melompat dari pagar
keluarga Jones untuk mencari Billy dan minta dibelai. “Alangkah
senangnya aku jika Molly ini kucingku,” kata Billy kepada ibunya. “Aku
ingin memelihara kucing juga, bu!” Tetapi ibu Billy tidak ingin memelihara
binatang di rumahnya, walaupun sebenarnya ia juga suka kepada Molly.
Pada suatu hari kuarga Jones pergi ke luar kota. Saat hendak berangkat,
anak-anak keluarga Jones berpamitan kepada Billy. Rupanya mereka hendak
pergi berlibur selama sebulan.

Setelah memasukkan semua barang ke dalam taksi, keluarga Jones


berangkat. “Molly pasti diajak juga,” pikir Billy. Namun ia keliru. Ia sangat
terkejut saat melihat Molly masih ada di halaman rumah keluarga Jones.
Billy lalu menceritakan hal itu kepada ibunya. “Pasti ada orang yang diberi
tugas untuk merawat dan memberi makan Molly setiap hari,” kata ibu
Billy.

Molly bertanya-tanya ke mana tuannya pergi. Setelah lama menunggu ia


menggaruk-garuk pintu dapur dengan cakarnya berharap dibukakan pintu.
Tetapi tampaknya tidak ada orang di dalam rumah. Molly lalu memeriksa
kalau-kalau ada jendela yang terbuka sehingga ia bisa masuk, tapi ternyata
semua jendela terkunci rapat.

Molly merasa kesepian. Tetapi ia berharap tuannya akan pulang nanti sore.

Tetapi setelah lama menunggu tuannya tidak juga pulang. Molly mulai
merasa kelaparan. Ia juga kedinginan karena harus tidur di luar. Walaupun
bersembunyi di dalam semak-semak, ia tetap basah karena kehujanan. Molly
mulai sakit.

Dua hari telah berlalu. Karena kelaparan Molly memakan tulang kering yang
ditemukannya dan juga daun-daun kering yang ada disekitar rumah.
Penyakitnya juga semakin parah. Ia bersin-bersin dan lemas.

Pada hari keempat Molly sudah menjadi sangat kurus. Ia bahkan hampir
tidak bisa berjalan karena sangat lemah. Ia lalu teringat kepada Billy, anak
yang tinggal di rumah sebelah. Siapa tahu Billy bisa memberinya makanan.

Ia lalu berjalan pelan menuju rumah Billy. Saat melihat Molly, Billy hampir
tidak mengenalinya lagi. “Astaga!, kaukah itu Molly?” seru Billy terkejut. Ia
berlutut dan membelai Molly. “Oh kasihan, kau sangat kurus, pasti kau
kelaparan. Apakah tidak ada orang yang diberi tugas untuk memberimu
makan?”

Billy segera mengambilkan ikan dan susu untuk Molly. “Oh kasihan,” kata
ibu Billy. Untuk sementara biar saja ia tidur di dapur kita.”
Molly sangat senang. Setelah makan dengan lahap, ia lalu tidur dengan
nyenyak di dapur ibu Billy. Billy bahkan memberinya tempat tidur dari
kotak kayu. Billy juga membersihkan badannya yang kotor karena beberapa
hari tidur di semak-semak.

Malamnya, Molly benar-benar terkejut. Ternyata dapur ibu Billy banyak


sekali tikusnya. Maka ia pun menangkap tikus-tikus itu, karena ia ingin
membalas kebaikan Billy dan ibunya.

Keesokan harinya ibu Billy terkejut karena melihat banyak sekali tikus yang
telah ditangkap oleh Molly. Ibu Billy sangat senang. Molly pun menjadi
semakin disayang di keluarga itu.

Sebulan kemudian, keluarga Jones pulang dari berlibur. Dengan berat hari
Billy mengantar Molly pulang ke rumah keluarga Jones. Tapi, setiap diantar
pulang, Molly selalu melarikan diri dan kembali ke rumah Billy. Molly tahu
bahwa Billy dan ibunya sangat menyayanginya, tidak seperti keluarga Jones
yang tega menelantarkannya.

Karena keluarga Jones tidak terlalu memperdulikan Molly akhirnya mereka


pun memberikan kucing itu kepada Billy.

Akhirnya Molly pun tinggal bersama Billy dan ibunya. Ia sangat bahagia
karena selalu disayang dan dibelai. Ibu Billy pun senang karena dapurnya
menjadi bebas dari gangguan tikus.

Keledai yang Bodoh

Oleh : Aesop

“Dongeng Anak Indonesia” kali ini mengisahkan tentang Keledai yang bodoh. Pada
suatu hari ada seekor keledai menemukan sebuah kulit singa yang tertinggal dari sang
pemburu di dalam hutan. Dia kemudian memakai kulit singa itu dan menghibur dirinya
dengan cara bersembuyi di semak-semak dan tiba-tiba meloncat keluar untuk menakut-
nakuti binatang yang lewat di tempat itu. Semua binatang yang kebetulan lewat, menjadi
takut dan lari dari tempat itu ketika melihat keledai yang mereka kira si Raja Hutan.
Keledai tersebut begitu senang dan kegirangan
melihat semua binatang lari ketakutan, seolah-olah dirinya adalah raja hutan, sehingga
karena terlalu bangga dan senangnya, dia mulai mengaum dengan keras, tetapi bukannya
auman singa yang keluar dari mulutnya, melainkan cuma ringkikan keledai yang parau.
Seekor rubah yang tadinya ikut lari bersama dengan binatang lainnya, menjadi terhenti
ketika mendengar suara itu. Perlahan-lahan dia mendekati keledai itu dan menyadari
bahwa yang menakut-nakuti seluruh binatang yang lewat di tempat itu hanyalah seekor
keledai yang memakai kulit singa. Rubah itu kemudian berkata sambil tertawa:

“Jika kamu menutup mulutmu, mungkin saya akan berlari ketakutan juga. Tetapi kamu
malah mengaum dan mengeluarkan suara ringkikanmu yang parau, membuatku jadi
tertawa.”

Demikian Dongeng Anak Indonesia yang berkisahkan Keledai Yang Bodoh, hikmah
yang didapat : Orang bodoh mungkin bisa menipu dengan pakaian dan penampilannya,
tetapi dari perkataanya, orang lain akan segera tahu siapa dirinya yang sebenarnya.

Dongeng Anak Indonesia : Semut dan Belalang


Aesop

“Dongeng Anak Indonesia” – Pada siang


hari di akhir musim gugur, satu keluarga semut yang telah bekerja keras sepanjang
musim panas untuk mengumpulkan makanan, mengeringkan butiran-butiran gandum
yang telah mereka kumpulkan selama musim panas. Saat itu seekor belalang yang
kelaparan, dengan sebuah biola di tangannya datang dan memohon dengan sangat agar
keluarga semut itu memberikan sedikit makan untuk dirinya.

“Apa!” teriak sang Semut dengan terkejut, “tidakkah kamu telah mengumpulkan dan
menyiapkan makanan untuk musim dingin yang akan datang ini? Selama ini apa saja
yang kamu lakukan sepanjang musim panas?”

“Saya tidak mempunyai waktu untuk mengumpulkan makanan,” keluh sang Belalang;
“Saya sangat sibuk membuat lagu, dan sebelum saya sadari, musim panas pun telah
berlalu.”

Semut tersebut kemudian mengangkat bahunya karena merasa gusar.

“Membuat lagu katamu ya?” kata sang Semut, “Baiklah, sekarang setelah lagu tersebut
telah kamu selesaikan pada musim panas, sekarang saatnya kamu menari!” Kemudian
semut-semut tersebut membalikkan badan dan melanjutkan pekerjaan mereka tanpa
memperdulikan sang Belalang lagi.

Demikian Dongeng Anak Indonesia yang berjudul Semut dan Belalang, hikmah yang
didapat : Ada saatnya untuk bekerja dan ada saatnya untuk bermain.

Dongeng Anak Indonesia


Katak yang Sombong

“Dongeng Anak Indonesia” – Ditengah padang rumput yang sangat luas terdapat
sebuah kolam yang dihuni oleh berpuluh-puluh katak. Di antara katak-katak tersebut ada
1 anak katak yang bernama Sion, dia adalah anak katak yang paling besar & kuat. Karena
kelebihannya itu, Si Sion menjadi sangat sombong. dia merasa kalau tidak ada anak katak
lainnya yang dapat mengalahkannya.

Sebenarnya kakak Sion sering menasehati agar Sion tidak sombong pada teman-
temannya. Tetapi nasehat kakaknya tidak pernah dihiraukan lagi. Hal ini menyebabkan
teman-temannya mulai menjauhinya sehingga Sion tidak punya teman bermain lagi

Pada suatu pagi, Sion berlatih melompat di padang rumput. Ketika itu juga ada seekor
anak Sapi yang sedang bermain disitu. Sesekali anak Sapi itu mendekati ibunya untuk
meminum susunya. Anak Sapi itu gembira sekali, dia berlari-lari sambil sesekali
memakan rumput yang segar. Secara tidak sengaja lidah anak Sapi itu mengenai tubuh
Sion.

“Huh, beraninya dia mengusikku”, kata Sion dengan marah sambil menjauhi anak Sapi.
Sebenarnya anak Sapi tidak berniat mengganggunya. Kebetulan pergerakannnya sama
dengan Sion sehingga menyebabkan Sion menjadi cemas dan melompat segera pergi
untuk menyelamatkan diri.

Sambil terengah-engah Sion sampai di tepi kolam. Melihat Sion yang kecapaian, teman-
temannya heran. “Hai Sion, mengapa kamu terengah-engah dan mukamu pucat sekali?”,
tanya temannya. “Tidak apa-apa, aku hanya cemas. Lihatlah padang rumput itu. Aku
tidak tau makhluk apa itu, tetapi makhluk itu sangat sombong. makhluk itu hendak
menelan aku”, kata Sion.
Kakaknya yang baru tiba disitu menjelaskan. “Makhluk itu anak Sapi. Sepengetahuan
kakak, anak Sapi tidak jahat. Mereka biasa dilepaskan di padang rumput ini setiap hari”,
kata kakaknya. “Tidak jahat? kenapa kakak bisa bilang seperti itu? saya hampir
ditelannya tadi”, kata Sion. “Ah tidah mungkin. Sapi tidak makan katak atau ikan tetapi
hanya makan rumput”, jelas kakaknya.

“Saya tidak percaya kak, tadi aku dikejarnya dan hampir ditendangnya”, kata Sion.
“Wahai teman-teman, aku sebenarnya bisa melawannya dengan menggembungkan
diriku”, kata Sion sombong. “lawan saja Sion! kamu pasti menang”, teriak teman-
temannya.

“Sudahlah Sion, kamu tidak akan dapat menandingi Sapi itu. Perbuatanmu itu berbahaya,
hentikan!”, kata kakak Sion berualng kali. Tetapi Sion tidak perduli nasehat kakaknya.
Sion terus menggembungkan diri karena dorongan teman-temannya. Padahal sebenarnya
teman-temannya ingin memberi pelajaran pada Sion yang selalu sombong.

Akhirnya Sion mendatangi tempat anak sapi itu berada, dan anak sapi tanpa mengetahui
kedatangan sion, dia tidak menghiraukannya dan tetap asyik dengan enaknya memakan
rumput. Sionpun dengan kuatnya menggelembungkan diri seakan melawan anak sapi
tersebut, setelah berlama-lama anak sapipun tetap tidak menghiraukan sion.

Karena terlalu lama Sion menggelembungkan diri tiba-tiba jatuh lemas. Perutnya sakit
dan perlahan-lahan dikempiskan kembali. Kakak dan teman-temannya menolong Sion
yang lemas kesakitan. Akhirnya Sion malu dengan sikapnya yang sombong yang
merugikan dirinya sendiri.

Demikian Dongeng Anak Indonesia tentang Katak yang Sombong, Hikmah :


Kesombongan hanya akan merugikan diri sendiri.

Dongeng Anak Indonesia


Rajawali Yang Cerdik

“Dongeng Anak Indonesia” : Di Suatu hari


yang panas seekor rajawali sangat haus dan ingin minum. Sungai amat jauh dan sangat
melelahkan jika terbang ke sana untuk minum. Ia tidak melihat kolam air di mana pun. Ia
terbang berputar-putar. Akhirnya ia melihat sebuah buyung di luar rumah. Rajawali
terbang turun ke buyung itu. Di sana ada sedikit air di dasar buyung. Rajawali
memasukkan kepalanya ke dalam buyung tetapi ia tidak menggapai air itu. Ia memanjat
ke atas buyung. Ia memasukkan lagi kepalanya ke dalam buyung tetapi paruhnya tidak
bisa mencapai air itu.
Kemudian ia mencari akal.

Rajawali itu terbang tinggi dan kemudian turun menuju ke buyung untuk
memecahkannya dengan paruhnya tetapi buyung itu amat kuat. Ia tidak dapat
memecahkannya. Rajawali itu keluar terbang kearah buyung kemudian ia menabrakkan
sayapnya. Ia mencoba memecahkannya, agar airnya akan keluar membasahi lantai.
Tetapi buyung itu amat kuat. Rajawali itu amat letih bila harus terbang lebih jauh lagi. Ia
berpikir ia akan mati kehausan.
Rajawali itu duduk termenung di sarangnya. Ia berpikir terus menerus Ia tidak mau mati
karena kehausan. Ia melihat banyak batu-batu kecil di tanah. Ia mendapatkan ide. Ia
mengambil batu itu dan memasukkannya ke dalam buyung. Ia memasukkan dan
memasukkan terus. Air itu naik lebih tinggi setiap kali batu jatuh ke dalam buyung.
Buyung itu hampir penuh dengan batu. Air telah naik sampai ke permukaan. Rajawali
yang pintar itu memasukkan paruhnya dan ia mendapatkan air. Pepatah mengatakan
bahwa “ Jika ada kemauan pasti ada jalan. “ Rajawali itu telah membuktikannya.

Demikian Dongeng Anak Indonesia yang berjudul Rajawali yang Cerdik, Hikmah :
dengan kepandaian dan kemauan yang keras maka keinginan dan cita-cita akan mudah
tercapai
Dongeng Anak Indonesia
Timun Emas

“Dongeng Anak Indonesia” – Di suatu desa hiduplah seorang janda tua yang bernama
mbok Sarni. Tiap hari dia menghabiskan waktunya sendirian, karena mbok Sarni tidak
memiliki seorang anak. Sebenarnya dia ingin sekali mempunyai anak, agar bisa
membantunya bekerja.

Pada suatu sore pergilah mbok Sarni ke hutan untuk mencari kayu, dan ditengah jalan
mbok Sarni bertemu dengan Raksasa yang sangat besar sekali. “Hei, mau kemana
kamu?”, tanya si Raksasa. “Aku hanya mau mengumpulkan kayu bakar, jadi ijinkanlah
aku lewat”, jawab mbok Sarni. “Hahahaha…. kamu boleh lewat setelah kamu memberiku
seorang anak manusia untuk aku santap”, kata si Raksasa. Lalu mbok Sarni menjawab,

“Tetapi aku tidak mempunyai anak”.

Setelah mbok Sarni mengatakan bahwa dia tidak punya anak dan ingin sekali punya anak,
maka si Raksasa memberinya biji mentimun. Raksasa itu berkata, “Wahai wanita tua, ini
aku berikan kamu biji mentimun. Tanamlah biji ini di halaman rumahmu, dan setelah dua
minggu kamu akan mendapatkan seorang anak. Tetapi ingat, serahkan anak itu padaku
setelah usianya enam tahun”.

Setelah dua minggu, mentimun itu nampak berbuah sangat lebat dan ada salah satu
mentimun yang cukup besar. Mbok Sarni kemudian mengambilnya , dan setelah dibelah
ternyata isinya adalah seorang bayi yang sangat cantik jelita. Bayi itu kemudian diberi
nama timun emas.

Semakin hari timun emas semakin tumbuh besar, dan mbok Sarni sangat gembira sekali
karena rumahnya tidak sepi lagi. Semua pekerjaannya bisa selesai dengan cepat karena
bantuan timun emas.

Akhirnya pada suatu hari datanglah si Raksasa untuk menagih janji. Mbok Sarni sangat
ketakutan, dan tidak mau kehilangan timun emas. Kemudian mbok Sarni berkata, “Wahai
raksasa, datanglah kesini dua tahun lagi. Semakin dewasa anak ini, maka semakin enak
untuk di santap”. Si Raksasa pun setuju dan meninggalkan rumah mbok Sarni.
Waktu dua tahun bukanlah waktu yang lama, karena itu tiap hari mbok Sarni mencari
akal bagaimana caranya supaya anaknya tidak dibawa si Raksasa. Hati mbok Sarni sangat
cemas sekali, dan akhirnya pada suatu malam mbok Sarni bermimpi. Dalam mimpinya
itu, ia diberitahu agar timun emas menemui petapa di Gunung.

Pagi harinya mbok Sarni menyuruh timun emas untuk segera menemui petapa itu.
Setelah bertemu dengan petapa, timun emas kemudian bercerita tentang maksud
kedatangannya. Sang petapa kemudian memberinya empat buah bungkusan kecil yang
isinya biji mentimun, jarum, garam, dan terasi. “Lemparkan satu per satu bungkusan ini,
kalau kamu dikejar oleh raksasa itu”, perintah petapa. Kemudian timun meas pulang ke
rumah, dan langsung menyimpan bungkusan dari sang petapa.

Paginya raksasa datang lagi untuk menagih janji. “Wahai wanita tua, mana anak itu? Aku
sudah tidak tahan untuk menyantapnya”, teriak si Raksasa. Kemudian mbok Sarni
menjawab, “Janganlah kau ambil anakku ini wahai raksasa, karena aku sangat sayang
padanya. Lebih baik aku saja yang kamu santap”. Raksasa tidak mau menerima tawaran
dari mbok Sarni itu, dan akhirnya marah besar. “Mana anak itu? Mana timun emas?”,
teriak si raksasa.

Karena tidak tega melihat mbok Sarni menangis terus, maka timun emas keluar dari
tempat sembunyinya. “Aku di sini raksasa, tangkaplah aku jika kau bisa!!!”, teriak timun
emas.

Raksasapun mengejarnya, dan timun emas mulai melemparkan kantong yang berisi
mentimun. Sungguh ajaib, hutan menjadi ladang mentimun yang lebat buahnya.
Raksasapun menjadi terhambat, karena batang timun tersebut terus melilit tubuhnya.
Tetapi akhirnya si raksasa berhasil bebas juga, dan mulai mngejar timun emas lagi. Lalu
timun emas menaburkan kantong kedua yang berisi jarum, dalam sekejap tumbuhlan
pohon-pohon bambu yang sangat tinggi dan tajam. Dengan kaki yang berdarah-darah
karena tertancap bambu tersebut si raksasa terus mengejar.

Kemudian timun emas membuka bingkisan ketiga yang berisi garam. Seketika itu
hutanpun menjadi lautan luas. Tetapi lautan itu dengan mudah dilalui si raksasa. Yang
terakhir Timun Emas akhirnya menaburkan terasi, seketika itu terbentuklah lautan
lumpur yang mendidih, dan si raksasa tercebur di dalamnya. Akhirnya raksasapun mati.

Timun Emas mengucap syukur kepada Tuhan YME, karena sudah diselamatkan dari
raksasa yang kejam. Akhirnya Timun Emas dan Mbok Sarni hidup bahagia dan damai.

Anda mungkin juga menyukai