Anda di halaman 1dari 3

BANGSA YANG KUAT

Oleh: Ust. Ade Hermansyah, Lc,

Sebelum berkecamuknya perang Yarmuk -perang besar antara pasukan kaum muslimin di bawah
pimpinan Abu ‘Ubaidah ibnul Jarrah t melawan pasukan Romawi pada tahun 13 H-, salah seorang
panglima Romawi Cobcolar mengirim seorang mata-mata orang Arab dari Bani Qudha’ah yangn
beragama Kristen.

Dengan tampang seorang Arab si mata-mata dapat dengan mudah masuk ke barak pasukan muslimin
tanpa ada seorang tentara muslim pun yang mencurigainya.

Setelah meyelesaikan tugasnya si mata-mata itu kembali ke barak pasukan Romawi menemui panglima
Cobcolar.

“Apa yang kamu dapatkan dari mereka ?” tanya Panglima Cobcolar.

Si mata-mata itu menjawab. “ Mereka itu ahli ibadah di malam hari dan ahli perang di siang hari,
seandainya anak pemimpin mereka mencuri pasti dipotong tangannya dan seandainya berzina pasti
dirajam.”

“Seandainya apa yang kamu katakan benar, maka lebih baik aku dikubur hidup-hidup daripada harus
berperang menghadapi mereka,” kata Cobcolar.

Ternyata apa yang ditakutkan oleh Panglima Cobcolar itu menjadi kenyataan, pasukan Romawi yang
jumlahnya seratus dua puluh ribu prajurit akhirnya kalah dan kabur meninggalkan medan perang,
padahal jumlah pasukan kaum muslimin hanya dua puluh empat ribu prajurit saja. (Mahmud Syakir, At-
Taarikh al- Islami ; III/153-154)

Begitulah tipe generasi terbaik yang pernah ada di atas muka bumi ini, generasi yang kuat aqidah dan
imannya, taat ibadahnya dan baik akhlaqnya, sungguh luar biasa keberaniannya, sehingga bala tentara
dari negara adidaya dengan prajurit yang banyak dan senjata yang lengkappun tidak mampu
menghadapinya.

Sejarah di atas memberikan pelajaran kepada kita, bahwa kekuatan yang dimiliki oleh generasi shahabat
yang sangat menakutkan orang-orang kafir itu tercermin pada tiga hal:

1. Iman yang tinggi yang diwujudkan dengan selalu memanfaatkan waktu malam untuk beribadah. Ini
juga menunjukkan betapa kuatnya hubungan mereka dengan Allah I. Hal ini yang membuat mereka
gagah berani dan tidak takut menghadapi siapapun selain Allah I.
2. Keahlian di bidang yang digeluti. Para shahabat yang menjadi anggota pasukan muslimin adalah para
ahli perang dan dipimpin oleh panglima perang yang handal yang sangat menguasai strategi
peperangan.

3. Ketaatan kepada hukum Allah I. Ini dibuktikan dengan dilaksanakannya hukuman terhadap semua
pelanggar hukum, tanpa kecuali dan tanpa perbedaan apa dia anak pemimpin atau bukan, apakah dia
seorang terhormat ataupun seorang hamba sahaya.

Ketiga faktor ini bila telah dimiliki oleh suatu bangsa terutama para pengelola negara dan pemimpinnya
niscaya melahirkan sebuah bangsa yang kuat yang ditakuti dan disegani oleh bangsa-bangsa yang
lainnya.

Bagaimana tidak ?

Coba bayangkan! Seandainya ada bangsa yang kuat imannya dan taat ibadahnya, kemudian mereka
menempatkan orang-orang yang ahli di bidangnya untuk memimpin dan mengurusi seluruh urusan
bangsa dan negara, yang mana orang-orang pilihan itu pun adalah orang-orang yang kuat imannya dan
taat ibadahnya, lalu para pemimpin dan rakyatnya mematuhi segala peraturan dan hukum dengan
menindak tegas para pelanggarnya tanpa pandang bulu siapapun orangnya baik pemimpin ataupun
rakyat, anak pejabat ataupun anak rakyat jelata, tidak diragukan lagi bahwa bangsa itu akan menjadi
bangsa yang kuat dan disegani, bangsa yang aman, damai, sejahtera dan sentosa.

Sebaliknya kesalahan atau kerusakan pada sebagian atau seluruh faktor di atas tadi akan menimbulkan
ketimpangan dan kerusakan dalam tatanan kehidupan masyarakat.

Ketika masyarakat memilih wakil-wakil mereka atau pemimpin yang tidak kuat imannya tidak pula taat
ibadahnya, maka akan terciptalah satu kehidupan seperti kehidupan di hutan rimba, di mana yang kuat
memperdaya yang lemah, kekuasaan bukan untuk mengayomi rakyat tapi justru dipergunakan untuk
memangsa rakyat, memanfaatkan rakyat untuk memenuhi keinginan dan kepentingan diri para
penguasa.

Lihatlah! Semakin ketatnya pengawasan terhadap penyelewengan dan penyalahgunaan jabatan dan
harta negara, semakin pintar pula orang melakukan korupsi, manipulasi dan sebangsanya, dari tingkat
teratas sampai ke tingkat terbawah.

Kita semua juga mungkin melihat dan menyadari betapa hancurnya tatanan kehidupan bangsa ini akibat
tidak dilaksanakannya hukum secara adil dan merata, padahal Rasulullah e telah memperingatkan
umatnya akan bahayanya ketidakadilan dalam pelaksanaan hukum, sebagaimana sabdanya:

« ‫ َلْو َأَّن َف اِط َم َة اْب َن َة‬، ‫ َو اْي ُم ِهَّللا‬، ‫ َو ِإَذ ا َس َر َق ِفيِه ُم الَّضِعيُف َأَق اُموا َع َلْيِه اْلَح َّد‬، ‫ِإَّنَم ا َأْه َلَك اَّلِذيَن َق ْب َلُك ْم َأَّن ُهْم َك اُنوا ِإَذ ا َس َر َق ِفيِه ُم الَّش ِر يُف َت َر ُك وُه‬
‫»ُم َح َّمٍد َس َر َقْت َلَقَط ْع ُت َي َد َه ا‬

“Sesungguhnya yang menyebabkan hancurnya orang-orang sebelum kalian adalah: apabila


ada orang kuat(terhormat) di antara mereka yang mencuri maka mereka biarkan saja, namun
apabila orang lemah di antara mereka mencuri maka mereka menghukumnya. Demi Allah Yang
jiwa Muhammad ada dalam genggamanNya seandainya Fatimah anak Muhammad mencuri
maka akan aku potong tangannya. (H.R. Bukhari Muslim)

Ketidakadilan dalam penerapan hukum akan dimanfaatkan oleh orang-orang jahat untuk
melanggengkan kejahatan mereka, dengan cara menyuap atau “menyetor” kepada orang kuat
sebagian hasil kejahatan mereka, dengan jaminan mereka mendapat keleluasaan dalam
bergerak dan lolos dari jerat hukum, ataupun kalau terpaksa dihukum, hukumannya tidak terlalu
berat, atau seandainya pun dikenai hukuman berat, maka ia bisa menghilang dengan aman.

Ketentraman dan ketenangan menjadi barang yang sangat mahal dan sulit didapatkan, para
penjahat dengan enak dan tenangnya mencuri, merampok, atau membunuh sekalian bila orang
yang dirampok melawan.

Di sisi lain keadaan seperti ini melahirkan ketidakpercayaan masyarakat kepada hukum dan
aparatnya, kita sering mendengar dan melihat betapa seorang pencuri ayam atau sepeda motor
yang tertangkap lalu dibakar hidup-hidup, karena masyarakat beranggapan seandainya
diserahkan kepada yang berwajib pasti urusan itu tidak akan jelas ujungnya.

Alhasil, untuk menciptakan satu bangsa yang kuat tidak ada jalan yang paling baik kecuali
dengan menciptakan pribadi-pribadi yang kuat imannya, taat ibadahnya dan baik akhlaqnya,
untuk membentuk masyarakat yang baik dan bersih, kemudian dari mereka dipilih orang-orang
yang ahli di bidangnya untuk mengurus masyarakat, orang-orang yang akan menjalankan
hukum dan menindak tegas para pelanggarnya tanpa pandang bulu.

Tentunya ini adalah pekerjaan yang sangat berat dan membutuhkan waktu yang panjang, di
samping menuntut kerja keras dari semua komponen bangsa. Marilah kita mulai dengan
memperbaiki diri kita masing-masing, keluarga kita, masyarakat sekeliling kita dan seterusnya…
Memang akan terasa lama dan melelahkan sementara hasilnya mungkin tidak akan kita
rasakan sekarang, namun perlu kita ingat bahwa kerja keras untuk mencapai keberhasilan
adalah sebuah keberhasilan.

Selamat bekerja ! Semoga Allah I membimbing kita semua. Amin.

Anda mungkin juga menyukai