12 - Diva Aurelia R - Naila Choirunisa J - 5008211003 - 5008211004 - Laporan Resmi Analisa Kation Anion
12 - Diva Aurelia R - Naila Choirunisa J - 5008211003 - 5008211004 - Laporan Resmi Analisa Kation Anion
MODUL 3
ANALISA ANION DAN KATION
ASISTEN
Sella Ramadhani Alya Sasono
NRP : 6008211014
2. TINJAUAN PUSTAKA
Kimia analisa atau kimia analitik dapat diklasifikasikan ke dalam bidang-bidang yang
disebut analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif sendiri berkaitan dengan
identifikasi zat-zat kimia di mana kita akan mengenali unsur atau senyawa apa yang
terkandung dalam suatu sampel. Sementara, analisis kuantitatif berkaitan dengan penetapan
berapa banyak suatu zat tertentu yang terkandung dalam suatu sampel. Zat yang ditetapkan
tersebut, yang seringkali disebut dengan konstituen atau analit. Konstituen atau analit ialah zat
yang menyusun entah sebagian kecil atau sebagian besar sampel yang dianalisis (Underwood,
2002). Pada praktikum kali ini, kita difokuskan pada prosedur analisis kualitatif di mana akan
dilakukan pengujian anion dan kation dalam suatu larutan sampel.
Kation merupakan ion-ion yang memiliki muatan positif. Dalam analisis kualitatif, kation
akan dibedakan menjadi lima golongan yang didasarkan pada perbedaan sifatnya. Reagen
yang paling umum digunakan dalam klasifikasi kation ialah asam klorida, hidrogen sulfida,
amonium sulfida, dan amonium karbonat. Klasifikasi ini didasarkan pada ada tidaknya
endapan yang terbentuk ketika suatu kation bereaksi dengan reagen (Chang, 2005). Kelima
golongan tersebut, antara lain
1) Kation golongan I adalah kation-kation yang akan mengendap apabila ditambahkan
asam klorida (HCl) ke dalamnya. Contoh dari kation golongan I ialah Ag+, Pb2+, dan
Hg2+ yang mana akan mengendap menjadi AgCl, PbCl, dan HgCl. Pengendapan ion
golongan I harus berada di temperatur kamar atau lebih rendah karena mereka akan
lebih mudah larut pada air panas. Selain itu, jumlah HCl juga harus dijaga agar tidak
terlalu banyak ditambahkan (Keenan, 1984)
2) Kation golongan II adalah kation yang tidak bereaksi dengan asam klorida (HCl),
tetapi akan membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam. Contoh
kation dari golongan II ialah merkurium (II), tembaga, bismut, kadnium, arsenik (II),
arsenik (V), stibium (III), stibium (V), timah (II), timah (III), dan timah (IV). Empat
ion pertama merupakan ion dari sub golongan 2A. Sementara, enak ion terakhir
merupakan ion dari sub golongan 2B
3) Kation golongan III merupakan kation yang membentuk endapan dengan amonium
sulfida dalam suasana netral atau amoniak. Contoh kation dari golongan III ialah cobalt
(II), nikel (II), besi (II), besi (III), aluminium, zink, dan mangan (II)
4) Kation golongan IV adalah kation yang tidak bereaksi dengan reagen golongan I, II,
dan III. Kation yang termasuk dalam golongan ini akan membentuk endapan dengan
amonium karbonat dengan adanya amonium klorida dalam suasana netral atau sedikit
asam. Contoh dari kation golongan IV ialah kalsium, stronsium, dan barium (Vogel,
1985)
5) Kation golongan V adalah kation-kation yang umumnya tidak bereaksi dengan reagen
pada golongan sebelumnya. Contoh dari kation golongan V ialah ion magnesium,
kalium, amonium, litium, dan hidrogen (Vogel, 1985)
Kemudian, anion dapat didefinisikan sebagai ion atau gugus yang memiliki muatan negatif.
Reaksi dalam anion digunakan untuk memudahkan reaksi asam-asam organik tertentu serta
pengelompokannya (HAM, 2005). Anion lantas dapat dibagi menjadi 3 golongan, yakni
1) Golongan sulfat, contohnya SO42-, SO32-, PO43-, CrO42-, CO32-, dan seterusnya
2) Golongan halida, contohnya Cl-, Br-, I-, S2-, dan seterusnya
3) Golongan nitrat, contohnya NO3-, NO2-, dan seterusnya
Analisis anion sejatinya tidak jauh berbeda dengan analisis kation. Hanya saja, pada analisis
anion tidak terdapat metode analisis standar yang sistematis seperti pada analisis kation.
Pengujian anion juga biasanya didasarkan pada sifat fisika, seperti warna, bau, terbentuknya
gas, dan kelarutannya (Widiarto, 2011).
3. METODOLOGI
3. 1 Prosedur Praktikum
3.1.1 Percobaan Anion
1
a. Pengujian ion SO42- dari Na2SO4
Mulai
Masukkan HCl
Masukkan HCl Masukkan HCl
encer dan HCl
encer pekat
pekat
2
b. Pengujian ion Cl- dari NaCl
Mulai
3
c. Pengujian ion Br- dari KBr
Mulai
Masukkan AgNO3
Masukkan AgNO3 Masukkan NH4OH
dan NH4OH
Tetap bening
Putih pekat Putih keruh
dan ada
dan ada dan ada
bitnik-bintik
endapan endapan
di sekitar
(endapan)
4
d. Pengujian ion CNS- dari NH4CNS
Mulai
Masukkan larutan
NH4CNS kira-kira 1
cm
Masukkan AgNO3
Tetap
berwarna
bening dan
ada endapan
Selesai
5
e. Pengujian ion CrO4- dari K2CrO4
Mulai
Masukkan larutan
K2CrO4 kira-kira 1 cm
Kuning Putih
terang dan kekuning-
Keruh dan
sedikit kuningan
ada endapan
keruh, serta dan ada
ada endapan endapan
6
Mulai
7
b. Pengujian ion Ca2+ dari CaCl2
Mulai
Berubah Berubah
menjadi putih Berubah menjadi menjadi kuning
pekat dan putih keruh dan agak terang dan
terdapat terdapat sedikit terdapat
endapan endapan endapan
8
c. Pengujian ion Ag+ dari AgNO3
Mulai
Berubah
Berubah Berubah
menjadi
menjadi putih menjadi merah
kuning dan
keruh dan pekat dan
terdapat
terdapat terdapat
gumpalan
endapan endapan
putih
9
d. Pengujian ion Ni2+ dari NiSO4
Mulai
3. 2 Rangkaian Alat
10
Gambar 1. Rangkaian Alat Praktikum Pengujian Anion Kation
Keterangan:
1. Pipet tetes
2. Rak tabung reaksi
3. Tabung reaksi
11
Berdasarkan reaksi tersebut endapan yang terbentuk adalah BaCl2 dan membuktikan bahwa
terdapat anion Cl- (golongan halida). Untuk tabung keempat, semua reagen, BaCl2, HCl
encer, dan HCl pekat, dicampurkan dan terbentuk endapan menurut reaksi akhir berikut
BaCl2(s) + 2HCl pekat(aq) → BaCl2(s) + 2HCl(aq)
Hasil akhir yang didapat dari mencampurkan ketiga reagen tersebut adalah terbentuk
endapan yang diprediksi merupakan endapan barium klorida (BaCl2) di larutan tersebut.
Selanjutnya, percobaan kedua adalah menguji Cl - menggunakan larutan tugas yang kedua
yaitu natrium klorida (NaCl) berwarna bening, disiapkan tabung reaksi sebanyak 3 dan
dimasukkan NaCl di setiap tabung tersebut. Pada tabung pertama ditetesi AgNO3 sehingga
larutan berubah menjadi keruh dan terdapat endapan menurut reaksi
NaCl(aq) + AgNO3(aq) → AgCl(s) + NaNO3(aq)
Endapan yang terbentuk yaitu perak klorida karena ion Ag+ akan bereaksi terlebih dahulu
dengan ion Cl- membentuk AgCl sehingga menunjukkan terdapat anion Cl- (golongan halida)
dalam larutan tersebut. Pada tabung kedua, NaCl ditetesi dengan amonia encer (NH4OH)
menurut reaksi berikut
NaCl(aq) + NH4OH (aq) → NH4Cl(s) + NaOH(aq)
Berdasarkan pengamatan di tabung kedua ini, larutan tetap berwarna bening dan tidak
terjadi endapan. Namun, hal ini berbeda dengan teori yang ada karena bisa dari kesalahan
dalam penambahan reagen yang terlalu sedikit ataupun kurangnya waktu yang dibutuhkan
dalam reaksi kedua senyawa tersebut. Seharusnya terdapat endapan yang terbentuk yaitu
NH4Cl, yang mana nantinya akan menunjukkan adanya anion Cl - di dalam larutan tersebut.
Kemudian, untuk tabung ketiga, ditetesi dua reagen (AgNO3 dan NH4OH) ke dalam satu
tabung dan terjadi perubahan warna menjadi putih keruh dan terdapat endapan menurut reaksi
berikut
AgCl(aq) + NH4OH(aq) → Ag(NH3)2Cl(aq) + H2O(aq)
Namun, AgCl adalah senyawa yang tidak larut dalam air. Tetapi, dengan adanya NH 3
dalam reaksi, kelarutannya akan meningkat sehingga seharusnya reaksi ini tidak menghasilkan
endapan. Perbedaan dengan teori ini dikarenakan kurangnya waktu yang dibutuhkan dalam
keduanya bereaksi sehingga endapan masih bisa terlihat. Selanjutnya, percobaan ketiga
menggunakan larutan tugas kalium bromida (KBr). Disiapkan tabung reaksi sebanyak 3 buah
dan masing-masing diberi KBr kira-kira setinggi 1 cm. Pada tabung pertama, ditetesi AgNO3
dan larutan berubah warna menjadi putih pekat serta ada sedikit endapan menurut reaksi
berikut
KBr(aq) + AgNO3(aq) → AgBr(s) + KNO3(aq)
Endapan yang terbentuk yaitu AgBr sehingga membuktikan adanya anion Br- (golongan
halida) dalam larutan tersebut. Selanjutnya adalah menambahkan amonia encer pada tabung
kedua dan terjadi reaksi berikut
KBr(aq) + NH4OH(aq) → NH4Br(aq) + KOH(aq)
Pada reaksi ini tidak terjadi perubahan, dimana larutan tetap berwarna bening, namun terdapat
bintik-bintik di sekitar. Hal ini sudah sesuai dengan teori yang ada, dimana KBr akan mudah
larut jika direaksikan dengan amonia encer sehingga endapan tidak terbentuk. Lalu pada
tabung ketiga, AgNO3 dan NH4OH ditambahkan secara bergantian dan terjadi perubahan
menjadi putih keruh serta terbentuknya endapan putih menurut reaksi
AgBr(s) + NH4OH(aq) → Ag(NH3)2Br(aq) + 2H2O(aq)
Berdasarkan teori yang ada, seharusnya tidak terjadi endapan karena ion Br- mudah larut
dalam amonia encer sehingga kelarutan AgBr akan meningkat dengan pembentukan kompleks
Ag(NH3)+. Hal ini dikarenakan waktu yang terlalu sebentar yang digunakan untuk larutan
tersebut bereaksi sehingga endapan belum sepenuhnya larut.
Larutan tugas berikutnya yang diuji adalah amonium tiosianat (NH4CNS) untuk membuktikan
adanya anion CNS-. Langkah pertama yaitu memasukkan NH4CNS ke tabung reaksi lalu
ditambahkan AgNO3 dan terjadi reaksi sebagai berikut
NH4CNS(aq) + AgNO3(aq) → AgCNS(s) + NH4NO3(aq)
Perubahan yang terjadi yaitu warna tetap bening namun sedikit keruh dan terdapat pula sedikit
endapan. Endapan yang terbentuk adalah AgCNS dan membuktikan adanya anion CNS - di
dalam larutan tersebut.
Larutan tugas terakhir yang diuji dalam penentuan anion ini adalah kalium kromat (K2CrO4)
dan warna larutan ini adalah kuning jernih. K2CrO4 dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi,
12
kemudian pada tabung pertama ditambahkan BaCl2 dan terjadi perubahan menjadi keruh serta
ada sedikit endapan menurut reaksi berikut
K2CrO4(aq) + BaCl2(aq) → 2KCl(aq) + BaCrO4(s)
Endapan yang terbentuk yaitu BaCrO4 dan menunjukkan adanya anion CrO42- (golongan
sulfat) karena penambahan BaCl2 mengakibatkan BaCrO4 tidak larut. Tabung reaksi kedua
ditambahkan Pb(CH3COO)2 dan terjadi perubahan warna menjadi kuning terang dan keruh,
serta terdapat sedikit endapan kuning menurut reaksi
K2CrO4(aq) + Pb(CH3COO)2(aq) → PbCrO4(s) + 2CH3COOK(aq)
Berdasarkan reaksi di atas, endapan yang terbentuk adalah PbCrO4 dan hal ini menunjukkan
adanya anion CrO42- di dalam larutan tersebut yang tidak larut. Langkah terakhir dari
keseluruhan percobaan analisa anion ini adanya mencampurkan K2CrO4 dengan BaCl2 dan
Pb(CH3COO)2 di tabung ketiga menurut reaksi berikut
BaCrO4(s) + Pb(CH3COO)2(aq) → Ba(CH3COO)2(aq) + PbCrO4(s)
Perubahan yang terjadi adalah menjadi putih kekuning-kuningan serta adanya endapan
PbCrO4 yang tidak bisa dilarutkan dan menunjukkan adanya anion CrO42- di dalam larutan.
KATION
Selain pengujian anion, praktikan juga melakukan percobaan atau pengujian kation dalam
sejumlah larutan sampel. Alat yang dipakai masih sama dengan pengujian anion dan
perbedaannya hanya terletak pada larutan tugas serta reagen yang digunakan. Pada prosedur
pertama, larutan tugas yang digunakan ialah timbal asetat (Pb(CH3COO)2) atau menguji
adanya ion Pb2+ dari timbal asetat. Pb(CH3COO)2 yang memiliki warna awal bening
dimasukkan ke dalam 4 tabung reaksi dengan masing-masingnya sebanyak 1 cm (kurang
lebih). Kemudian, KBr 0,1 N ditambahkan ke dalam tabung reaksi pertama hingga larutan
tersebut menunjukkan reaksi yang diwujudkan melalui perubahan. Perubahan yang terlihat
ialah perubahan warna dari bening menjadi putih keruh dengan adanya endapan. Endapan
yang terbentuk merupakan endapan PbBr2 melalui reaksi
Pb(CH3COO)2(aq) + 2KBr(aq) → PbBr2(s) + 2CH3COOK(aq)
Pada reaksi tersebut, tampak endapan PbBr2 yang mana hal ini menunjukkan adanya kation
Pb2+ atau kation dari golongan I. Langkah selanjutnya ialah menambahkan K2CrO4 4% ke
dalam tabung reaksi kedua sehingga terjadi reaksi
Pb(CH3COO)2(aq) + K2CrO4(aq) → PbCrO4(s) + 2CH3COOK(aq)
Perubahan yang didapat dari reaksi tersebut, yakni perubahan warna dari bening menjadi
kuning keruh disertai dengan terbentuknya endapan PbCrO4. Terciptanya endapan PbCrO4
menunjukkan adanya kation Pb2+ atau kation dari golongan I. Lalu, pada tabung reaksi ketiga
ditambahkan HCl 0,1 N sehingga tercipta persamaan reaksi
Pb(CH3COO)2(aq) + 2HCl(aq) → PbCl2(s) + 2CH3COOH(aq)
Perubahan warna tidak ditemukan pada reaksi ini karena larutan tetap berwarna bening setelah
ditambahkan HCl. Perubahan yang terjadi ialah terbentuknya endapan PbCl 2. Terbentuknya
endapan PbCl2 menunjukkan adanya kation Pb2+ atau kation dari golongan I. Setelah menguji
dengan reagen satu persatu, percobaan dilanjutkan dengan menambahkan seluruh reagen (Kbr,
K2CrO4, dan HCl) ke dalam tabung reaksi keempat yang mana akan terjadi reaksi
PbCrO4(s) + 2HCl(aq) → PbCl2 (s) + H2CrO4(aq)
Perubahan yang didapat antara lain perubahan warna dari bening menjadi kuning agak terang
serta adanya endapan PbCl2 yang menunjukkan kandungan Pb2+ atau kation dari golongan I.
Lalu, prosedur berikutnya ialah menggunakan larutan tugas kalsium klorida (CaCl 2)
dengan tujuan menguji adanya ion Ca 2+ dari CaCl2. CaCl2yang memiliki warna awal bening
dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi dengan masing-masingnya sebanyak 1 cm (kurang
lebih). Kemudian, H2SO4 1M ditambahkan ke dalam tabung reaksi pertama (maksimal 1 tetes)
hingga terjadi persamaan reaksi
CaCl2(aq) + H2SO4(aq) → CaSO4(s) + 2HCl(aq)
Perubahan yang didapat dari reaksi tersebut, yakni perubahan warna dari bening menjadi putih
pekat disertai dengan terbentuknya endapan CaSO4. Terciptanya endapan CaSO4menunjukkan
adana kation Ca2+ atau kation dari golongan IV. Lalu, pada tabung reaksi kedua ditambahkan
Na2CO3 0,5 M sehingga tercipta persamaan reaksi
CaCl2(aq) + Na2CO3(aq) → CaCO3(s) + 2NaCl(aq)
13
Perubahan yang terjadi pada reaksi reaksi tersebut ialah perubahan warna dari bening menjadi
putih keruh disertai dengan terbentuknya endapan CaCO3. Terciptanya endapan CaCO3
menunjukkan adanya kation Ca2+ atau kation dari golongan IV. Setelah menguji dengan
reagen satu persatu, percobaan dilanjutkan dengan menambahkan seluruh reagen (H2SO4 dan
Na2CO3) ke dalam tabung reaksi ketiga yang mana akan terjadi reaksi
CaSO4(s) + Na2CO3(aq) → CaCO3(s) + Na2SO4(aq)
Perubahan yang didapat antara lain perubahan warna dari bening menjadi putih keruh serta
adanya endapan CaCO3 yang menunjukkan kandungan Ca2+ atau kation dari golongan IV.
Lalu, prosedur berikutnya ialah menggunakan larutan tugas perak nitrat (AgNO3) dengan
tujuan menguji adanya ion Ag+ dari AgNO3. AgNO3 yang memiliki warna awal bening
dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi dengan masing-masingnya sebanyak 1 cm (kurang
lebih). Kemudian, HCL 1:1 ditambahkan ke dalam tabung reaksi pertama hingga terjadi
persamaan reaksi
AgNO3(aq) + HCl(aq) → AgCl(s) + HNO3(aq)
Perubahan yang didapat dari reaksi tersebut, yakni perubahan warna dari bening menjadi putih
keruh disertai dengan terbentuknya endapan AgCl. Terciptanya endapan AgCl menunjukkan
adanya kation Ag+ atau kation dari golongan I. Lalu, pada tabung reaksi kedua ditambahkan
K2CrO4 4% sehingga tercipta persamaan reaksi
AgNO3(aq) + K2CrO4(aq) → AgCrO4(s) + 2KNO3(aq)
Perubahan yang terjadi pada reaksi reaksi tersebut ialah perubahan warna dari bening menjadi
merah pekat disertai dengan terbentuknya endapan AgCrO4. Terciptanya endapan AgCrO4
menunjukkan adanya kation Ag+ atau kation dari golongan I. Setelah menguji dengan reagen
satu persatu, percobaan dilanjutkan dengan menambahkan seluruh reagen (HCl dan K2CrO4)
ke dalam tabung reaksi ketiga yang mana akan terjadi reaksi
2AgCl(s) + K2CrO4(aq) → AgCrO4(s) + 2KCl(aq)
Perubahan yang didapat antara lain perubahan warna dari bening menjadi kuning serta adanya
gumpalan putih dari AgCrO4 yang menunjukkan kandungan Ag+ atau kation dari golongan I.
Lalu, prosedur berikutnya ialah menggunakan larutan tugas nikel sulfat (NiSO4) dengan
tujuan menguji adanya ion Ni2+ dari NiSO4. NiSO4yang memiliki warna awal hijau bening
serta terang dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi dengan masing-masingnya sebanyak 1 cm
(kurang lebih). Kemudian, NaOH 0,1 N ditambahkan ke dalam tabung reaksi pertama hingga
terjadi persamaan reaksi
NiSO4(aq) + 2NaOH(aq) → Na2SO4(s) + Ni(OH)2(aq)
Perubahan yang didapat dari reaksi tersebut, yakni perubahan warna dari hijau bening terang
menjadi hijau sedikit keruh disertai dengan terbentuknya endapan Na2SO4. Terciptanya
endapan Na2SO4 menunjukkan adanya kation Ni2+ atau kation dari golongan III. Lalu, pada
tabung reaksi kedua ditambahkan NH4OH 2 N sehingga tercipta persamaan reaksi
NiSO4(aq) + 2NH4OH(aq) → (NH4)2SO4(s) + Ni(OH)2(aq)
Perubahan yang terjadi pada reaksi reaksi tersebut ialah perubahan warna dari hijau bening
terang menjadi hijau susu disertai dengan terbentuknya endapan (NH4)2SO4. Terciptanya
endapan (NH4)2SO4 menunjukkan adanya kation Ni2+ atau kation dari golongan III. Setelah
menguji dengan reagen satu persatu, percobaan dilanjutkan dengan menambahkan seluruh
reagen (NaOH dan NH4OH) ke dalam tabung reaksi ketiga yang mana akan terjadi reaksi
Ni(OH)2(aq) + NH4OH(aq) → Ni(OH)2(s) + NH4OH(aq)
Perubahan yang didapat antara lain perubahan warna dari hijau bening terang menjadi hijau
keruh serta adanya endapan Ni(OH)2 yang menunjukkan kandungan Ni2+ atau kation dari
golongan III.
5. KESIMPULAN
Dari percobaan analisa kation dan anion, dapat ditarik kesimpulan bahwa
1) Kation merupakan ion-ion yang memiliki muatan positif. Sementara anion dapat
didefinisikan sebagai ion atau gugus yang memiliki muatan negatif.
2) Pada percobaan ini, suatu larutan sampel dikatakan memiliki kation dan anion jika terbentuk
endapan saat larutan sampel direaksikan dengan reagen. Reagen tidak dapat melarutkan
larutan sampel sehingga terbentuk endapan yang menandakan adanya kation ataupun anion
3) Terdapat beberapa hasil percobaan yang tidak sesuai dengan teori di mana ketidaksesuaian
ini diakibatkan oleh kurang telitinya praktikan dalam melakukan percobaan
14
DAFTAR PUSTAKA
15
APPENDIKS
B. Laporan Sementara
16
17
C. Dokumentasi
18
19
’
20
21
MSDS
KELOMPOK 12
Diva Aurelia R.
NRP : 5008211003
Naila Choirunisa J. S
NRP : 5008211004
22
Pertolongan pertama
jika terhirup:
Segera cari tempat yang
memiliki udara segar.
Pastikan korban
menghirup udara segar
sebanyak mungkin. Jika
napas terhenti, beri napas
buatan. Berikan masker
oksigen jika mungkin.
Segera hubungi dokter.
Pertolongan pertama
jika tertelan:
Jika tertelan, beri korban
atau air (paling banyak
dua gelas). Segera
hubungi dokter untuk
konsultasi.
Pertolongan pertama
jika terkena mata:
Segera bilas mata secara
hati-hati dengan air yang
23
banyak. Buka kelopak
mata ketika mata
dibasuh. Jangan lupa
untuk melepas lensa
kontak jika memang
sedang memakai. Segera
hubungi dokter untuk
konsultasi.
Pertolongan pertama
jika terhirup:
Segera cari tempat yang
memiliki udara segar.
Pastikan korban
menghirup udara segar
sebanyak mungkin. Jika
napas terhenti, beri napas
buatan. Berikan masker
oksigen jika mungkin.
Segera hubungi dokter.
Pertolongan pertama
jika tertelan:
Jika tertelan, beri korban
atau air (paling banyak
dua gelas). Segera cari
anjuran pengobatan.
Dalam kasus khusus, jika
pertolongan tidak tersedia
dalam satu jam, rangsang
korban untuk muntah
(hanya jika korban tidak
sadarkan diri). Telan
karbon aktif dan segera
hubungi dokter.
24
3. Bereaksi hebat
dengan asam, Pertolongan pertama
oksidator, dan jika kontak langsung
senyawa dengan kulit:
halogen Bila terjadi kontak
langsung dengan kulit,
maka segera basuh kulit
dengan air yang banyak.
Segera hubungi dokter
untuk konsultasi.
Pertolongan pertama
jika terkena mata:
Segera bilas mata secara
hati-hati dengan air yang
banyak. Buka kelopak
mata ketika mata
dibasuh. Jangan lupa
untuk melepas lensa
kontak jika memang
sedang memakai. Segera
hubungi dokter untuk
konsultasi.
Pertolongan pertama
jika terhirup:
Segera cari tempat yang
memiliki udara segar.
Pastikan korban
menghirup udara segar
sebanyak mungkin. Jika
napas terhenti, beri napas
buatan. Berikan masker
oksigen jika mungkin.
Segera hubungi dokter.
Pertolongan pertama
jika tertelan:
Jika tertelan, beri korban
atau air (paling banyak
dua gelas). Segera cari
anjuran pengobatan.
Dalam kasus khusus, jika
pertolongan tidak tersedia
dalam satu jam, rangsang
korban untuk muntah
(hanya jika korban tidak
sadarkan diri). Telan
karbon aktif dan segera
hubungi dokter.
25
76,12 g/mol b. Membahayaka dan sarung tangan.
5. Titik lebur 152 - n makhluk Segera
154°C dalam air cuci tangan dengan
6. Densitas 1,300 dengan bersih setelah menangani.
g/cm3 dampak jangka Hindari pengisapan debu.
panjang Hindari kontak langsung
Sifat Kimia: c. Mengeluarkan dengan bahan serta
1. pH 4,0 - 5,5 gas sangat pastikan ventilasi
pada 76,1 g/L beracun jika ruangan memadai.
(25°C) terkena asam
2. Mengeluarkan d. Dapat Saat disimpan:
gas sangat menyebabkan Pastikan wadah tertutup
beracun jika diare, mual, sangat rapat. Simpan
kena asam dan muntah wadah tersebut di tempat
3. Menghasilkan e. Dapat juga yang kering dan
gas atau uap menyebabkan terlindung dari cahaya
yang berbahaya gejala iritasi secara langsung. Suhu
jika terjadi lokal, penyimpanan sekitar 5°C
kontak dengan penurunan - 30°C
asam tekanan darah,
pingsan, Pertolongan pertama
gangguan jika kontak langsung
CNS, sesak, dengan kulit:
kondisi Bila terjadi kontak
narkosis, langsung dengan kulit,
paralisis maka segera basuh kulit
pernapasan, dengan air yang banyak.
dan hemolisa Lepaskan pakaian yang
f. Dapat terkontaminasi. Segera
menghambat hubungi dokter untuk
saluran konsultasi.
pernapasan,
gangguan Pertolongan pertama
kardiovaskular, jika terkena mata:
hingga tidak Segera bilas mata secara
sadarkan diri hati-hati dengan air yang
banyak. Buka kelopak
mata ketika mata
dibasuh. Jangan lupa
untuk melepas lensa
kontak jika memang
sedang memakai. Segera
hubungi dokter untuk
konsultasi.
Pertolongan pertama
jika terhirup:
Segera cari tempat yang
memiliki udara segar.
Pastikan korban
menghirup udara segar
sebanyak mungkin. Jika
napas terhenti, beri napas
buatan. Berikan masker
oksigen jika mungkin.
Segera hubungi dokter.
26
Pertolongan pertama
jika tertelan:
Jika tertelan, beri korban
atau air (paling banyak
dua gelas). Segera
hubungi dokter.
Pertolongan pertama
jika terhirup:
27
Segera cari tempat yang
memiliki udara segar.
Pastikan korban
menghirup udara segar
sebanyak mungkin. Jika
napas terhenti, beri napas
buatan. Berikan masker
oksigen jika mungkin.
Segera hubungi dokter.
Pertolongan pertama
jika tertelan:
Jika tertelan, beri korban
atau air (paling banyak
dua gelas). Segera cari
anjuran pengobatan.
Dalam kasus khusus, jika
pertolongan tidak tersedia
dalam satu jam, rangsang
korban untuk muntah
(hanya jika korban tidak
sadarkan diri). Telan
karbon aktif dan segera
hubungi dokter.
28
3. Merupakan batuk, luka bahan lain yang sifatnya
oksidator kuat bakar pada bertentangan dengan
4. Merupakan zat hidung, HCl.
beracun tenggorokan,
(karsinogen) dan saluran Pertolongan pertama
5. Memiliki pH 1,2 pernapasan jika kontak langsung
pada suhu 20°C bagian atas. dengan kulit:
d. Jika tertelan, Bila terjadi kontak
dapat langsung dengan kulit,
menyebabkan maka segera basuh kulit
sakit denga dengan sabun dan air
efek membakar mengalir setidaknya
mulut, selama 15 menit. Setelah
tenggorokan, itu, hubungi dokter untuk
saluran konsultasi.
pencernaan
atas, dan Pertolongan pertama
lambung. jika terkena mata:
Mungkin juga Segera bilas mata secara
menyebabkan hati-hati dengan air
mual dan diare, selama beberapa menit.
e. Jika terkena Buka kelopak mata
kulit, dapat ketika mata dibasuh.
menyebabkan Jangan lupa untuk
kemerahan melepas lensa kontak jika
pada kulit, memang sedang
perih, dan luka memakai. Kemudian,
bakar. Larutan dapat menguhubungi
pekatnya dapat dokter untuk
menyebabkan dikonsultasikan apalagi
luka dalam dan jika keadaan cukup
kulit menjadi serius.
tidak berwarna
f. Uap HCl juga Pertolongan pertama
bisa jika terhirup:
mengiritasi dan Segera cari tempat yang
menyebabkan memiliki udara segar.
kerusakan Pastikan korban
mata. Selain menghirup udara segar
itu, uap sebanyak mungkin. Jika
tersebut dapat korban tidak bernapas,
membakar dan berikan napas buatan.
memberikan Jika kesulitan, minta
kerusakan pertolongan dokter
permanen pada secepat mungkin
mata.
g. Pada jangka Pertolongan pertama
panjang, uap jika tertelan:
HCl yang Jika tertelan, beri korban
pekat dapat susu atau air (paling
menyebabkan banyak dua gelas).
pengeroposan Korban di situ akan
gigi mengalami muntah,
tetapi jangan dipaksakan.
Hal penting lain yang
harus diingat ialah jangan
29
memasukkan apapun ke
dalam mulut orang yang
tidak sadarkan diri.
Pertolongan pertama
jika terkena mata:
Segera bilas mata secara
hati-hati dengan air
selama beberapa menit.
Buka kelopak mata
ketika mata dibasuh.
Jangan lupa untuk
melepas lensa kontak jika
memang sedang
memakai. Segera
hubungi dokter untuk
konsultasi
Pertolongan pertama
jika terhirup:
Segera cari tempat yang
memiliki udara segar.
Pastikan korban
menghirup udara segar
30
sebanyak mungkin. Cari
pertolongan dokter
secepat mungkin
Pertolongan pertama
jika tertelan:
Jika tertelan, beri korban
susu atau air (paling
banyak dua gelas). Cegah
korban agar tidak mudah
karena beresiko perforasi.
Segera panggil dokter
dan jangan mencoba
untuk menetralisir.
31
Buka kelopak mata
ketika mata dibasuh.
Jangan lupa untuk
melepas lensa kontak jika
memang sedang
memakai. Segera
hubungi dokter untuk
konsultasi
Pertolongan pertama
jika terhirup:
Segera cari tempat yang
memiliki udara segar.
Pastikan korban
menghirup udara segar
sebanyak mungkin. Cari
pertolongan dokter
secepat mungkin
Pertolongan pertama
jika tertelan:
Jika tertelan, beri korban
susu atau air (paling
banyak dua gelas). Cegah
korban agar tidak mudah
karena beresiko perforasi.
Segera panggil dokter
dan jangan mencoba
untuk menetralisir.
32
mengalami Suhu penyimpanan
kolaps, serta sekitar 5°-30°C
otot kaku
d. Memiliki efek Pertolongan pertama
iritan dan jika kontak langsung
menyebabkan dengan kulit:
konjungtivitas, Bila terjadi kontak
batuk, paralisa langsung dengan kulit,
pernapasan, maka segera basuh kulit
napas dengan air yang banyak.
tersengal, Tanggalkan semua
dermatitis, pakaian yang
pertahanan terkontaminasi. Segera
jantung, hingga hubungi dokter untuk
kematian konsultasi.
Pertolongan pertama
jika terkena mata:
Segera bilas mata secara
hati-hati dengan air
selama beberapa menit.
Buka kelopak mata
ketika mata dibasuh.
Jangan lupa untuk
melepas lensa kontak jika
memang sedang
memakai. Segera
hubungi dokter untuk
konsultasi
Pertolongan pertama
jika terhirup:
Segera cari tempat yang
memiliki udara segar.
Pastikan korban
menghirup udara segar
sebanyak mungkin. Jika
napas terhenti, berikan
napas buatan dan masker
oksigen jika
memungkinkan. Cari
pertolongan dokter
secepat mungkin
Pertolongan pertama
jika tertelan:
Jika tertelan, beri korban
susu atau air (paling
banyak dua gelas). Dalam
kasus khusus, jika
pertolongan tidak tersedia
dalam satu jam, rangsang
korban untuk muntah
(hanya jika korban tidak
sadarkan diri). Telan
karbon aktif dan segera
33
hubungi dokter.
Pertolongan pertama
jika terhirup:
Segera cari tempat yang
34
memiliki udara segar.
Pastikan korban
menghirup udara segar
sebanyak mungkin. Jika
napas terhenti, berikan
napas buatan dan masker
oksigen jika
memungkinkan. Cari
pertolongan dokter
secepat mungkin
Pertolongan pertama
jika tertelan:
Jika tertelan, beri korban
susu atau air (paling
banyak dua gelas). Dalam
kasus khusus, jika
pertolongan tidak tersedia
dalam satu jam, rangsang
korban untuk muntah
(hanya jika korban tidak
sadarkan diri). Telan
karbon aktif dan segera
hubungi dokter.
35
dan gas klor konsultasi.
Pertolongan pertama
jika terkena mata:
Segera bilas mata secara
hati-hati dengan air
selama beberapa menit.
Buka kelopak mata
ketika mata dibasuh.
Jangan lupa untuk
melepas lensa kontak jika
memang sedang
memakai. Segera
hubungi dokter untuk
konsultasi
Pertolongan pertama
jika terhirup:
Segera cari tempat yang
memiliki udara segar.
Pastikan korban
menghirup udara segar
sebanyak mungkin. Jika
napas berhenti, beri napas
buatan dan masker
oksigen jika mungkin.
Cari pertolongan dokter
secepat mungkin
Pertolongan pertama
jika tertelan:
Jika tertelan, beri korban
susu atau air (paling
banyak dua gelas). Dalam
kasus khusus, jika
pertolongan tidak tersedia
dalam satu jam, rangsang
korban untuk muntah
(hanya jika korban tidak
sadarkan diri). Telan
karbon aktif dan segera
hubungi dokter.
36
air 65 g/100 ml atau terhirup pastikan ventilasi
(20°C) d. Diduga dapat memadai.
menyebabkan
Sifat Kimia: kerusakan Saat disimpan:
1. Tidak larut genetik serta Simpan di wadah tertutup
dalam etanol, dapat rapat. Taruh wadah di
eter dan aseton menyebabkan tempat yang berventilasi
2. Pengendapan kerusakan baik. Simpan di tempat
dalam suasana organ-organ terkunci atau ruangan
etanol e. Bersifat sangat yang hanya bisa dimasuki
menghasilkan toksik pada oleh orang-orang
kristal nikel kehidupan berwenang.
sulfat berbentuk perairan
jarum dengan efek Pertolongan pertama
jangka panjang jika kontak langsung
dengan kulit:
Bila terjadi kontak
langsung dengan kulit,
maka segera basuh kulit
dengan air yang banyak.
Segera hubungi dokter
untuk konsultasi.
Pertolongan pertama
jika terkena mata:
Segera bilas mata secara
hati-hati dengan air
selama beberapa menit.
Buka kelopak mata
ketika mata dibasuh.
Jangan lupa untuk
melepas lensa kontak jika
memang sedang
memakai. Segera
hubungi dokter untuk
konsultasi
Pertolongan pertama
jika terhirup:
Segera cari tempat yang
memiliki udara segar.
Pastikan korban
menghirup udara segar
sebanyak mungkin. Jika
napas berhenti, berikan
napas buatan dan masker
oksigen jika mungkin.
Cari pertolongan dokter
secepat mungkin
Pertolongan pertama
jika tertelan:
Jika tertelan, beri korban
susu atau air (paling
banyak dua gelas). Dalam
kasus khusus, jika
37
pertolongan tidak tersedia
dalam satu jam, rangsang
korban untuk muntah
(hanya jika korban tidak
sadarkan diri). Telan
karbon aktif dan segera
hubungi dokter.
Pertolongan pertama
jika terkena mata:
Segera bilas mata secara
hati-hati dengan air
selama beberapa menit.
Buka kelopak mata
ketika mata dibasuh.
Jangan lupa untuk
melepas lensa kontak jika
memang sedang
memakai. Segera
hubungi dokter untuk
konsultasi
38
Pertolongan pertama
jika terhirup:
Segera cari tempat yang
memiliki udara segar.
Pastikan korban
menghirup udara segar
sebanyak mungkin. Cari
pertolongan dokter
secepat mungkin
Pertolongan pertama
jika tertelan:
Jika tertelan, beri korban
susu atau air (paling
banyak dua gelas). Cegah
korban agar tidak muntah
karena beresiko perforasi.
Segera hubungi dokter.
39
kerusakan sekurang-kurangnya 15
mata berat menit. Dapatkan bantuan
bahkan medis segera dan cuci
kebutaan bersih pakaian yang
d. Bila terhirup, terkontaminasi sebelum
dapat digunakan kembali
menyebabkan
pneumonitis Pertolongan pertama
kimia dan jika tertelan:
edema paru, Jangan mencoba untuk
serta iritasi dimuntahkan dan jangan
parah saluran memasukkan sesuatu
pernapasan melalui mulut korban
dengan gejala yang tidak sadar. Segera
batuk, luka dapatkan bantuan medis
bakar,
kesulitan Pertolongan pertama
bernapas, jika terhirup:
bahkan koma Bawa ke tempat udara
segar dan longgarkan
pakaian yang ketat. Jika
kesulitan bernapas,
berikan oksigen. Jika
tidak bernapas, berikan
pernapasan buatan.
Dapatkan bantuan medis
segera
40
3. Larut dalam dengan kulit:
gliserol Bila terjadi kontak
4. pH 12 pada 106 langsung dengan kulit,
g/L (25°C) maka segera basuh kulit
dengan air yang banyak.
Tanggalkan pakaian yang
terkontaminasi. Segera
hubungi dokter untuk
konsultasi.
Pertolongan pertama
jika terkena mata:
Segera bilas mata secara
hati-hati dengan air
selama beberapa menit.
Buka kelopak mata
ketika mata dibasuh.
Jangan lupa untuk
melepas lensa kontak jika
memang sedang
memakai. Segera
hubungi dokter untuk
konsultasi
Pertolongan pertama
jika terhirup:
Segera cari tempat yang
memiliki udara segar.
Pastikan korban
menghirup udara segar
sebanyak mungkin. Jika
napas berhenti, beri napas
buatan dan masker
oksigen jika mungkin.
Cari pertolongan dokter
secepat mungkin
Pertolongan pertama
jika tertelan:
Jika tertelan, beri korban
susu atau air (paling
banyak dua gelas). Dalam
kasus khusus, jika
pertolongan tidak tersedia
dalam satu jam, rangsang
korban untuk muntah
(hanya jika korban tidak
sadarkan diri). Telan
karbon aktif dan segera
hubungi dokter.
41