Anda di halaman 1dari 20

Laporan

“KASUS KORUPSI E-KTP”

DISUSUN OLEH

WAHYU KARTIKA NINGSIH

8215164274

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2016

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. karena dengan rahmat,

karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah

Pendidikan Kewarganegaraan ini dengan baik meskipun banyak kekurangan

didalamnya. Dan juga saya berterima kasih pada Bapak Zulkifli Lubis selaku Dosen

mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang telah memberikan tugas ini kepada

saya.

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah

wawasan serta pengetahuan kita. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam

makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya

berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah

dibuat, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang

membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis

sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya mohon maaf apabila

terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan

saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Jakarta, 4 Juli 2018

Penulis

Wahyu Kartikaningsih

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................... i

KATA PENGANTAR ......................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................ iii

BAB I: PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................. 1


1.2 Tujuan dan Manfaat .......................................................... 1
1.3 Ruang Lingkup Materi ...................................................... 2

BAB II : PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Korupsi .............................................................. 3

2.1 Kondisi yang Mendukung Munculnya Korupsi ............. 4

2.3 Dampak Negatif ................................................................... 4

2.4 Peran Serta Masyarakat dalam Pemberantasan Korupsi .. 6

2.5 Cara Pencegahan dan Strategi Pemberantasan Korupsi ... 7

BAB III: CONTOH KASUS ...................................................................... 9

BAB IV: ANALISIS .................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 16

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemajuan suatu negara sangat ditentukan oleh kemampuan dan
keberhasilannya dalam melaksanakan pembangunan. Pembangunan
sebagaisuatu proses perubahan yang direncanakan mencakup semua aspek
kehidupan masyarakat. Efektifitas dan keberhasilan pembangunan terutama
ditentukan oleh dua faktor, yaitu sumber daya manusia, yakni (orang-orang
yang terlihat sejak dari perencanaan sampai pada pelaksanaan) dan pembiayaan.
Diantara dua faktor tersebut yang paling dominan adalah faktor
manusianya.Indonesia merupakan salah satu negara terkaya di Asia dilihat
dari keanekaragaman kekayaan sumber daya alamnya. Tetapi ironisnya,
negara tercinta ini dibandingkan dengan negara lain di kawasan Asia
bukanlah merupakan sebuah negara yang kaya malahan termasuk negara
yang miskin.Mengapa demikian? Salah satu penyebabnya adalah rendahnya
kualitas sumber daya manusianya. Kualitas tersebut bukan hanya dari segi
pengetahuan atau intelektualnya tetapi juga menyangkut kualitas moral dan
kepribadiannya.

Rapuhnya moral dan rendahnya tingkat kejujuran dari aparat penyelenggara


negara menyebabkan terjadinya korupsi.Korupsi di Indonesia dewasa ini
sudah merupakan patologi social (penyakit social) yang sangat berbahaya
yang mengancam semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Korupsi telah mengakibatkan kerugian materiil keuangan negara
yang sangat besar. Namun yang lebih memprihatinkan lagi adalah terjadinya
perampasan dan pengurasan keuangan negara yang dilakukan secara kolektif
oleh kalangan anggota legislatif dengan dalih studi banding, THR, uang
pesangon dan lain sebagainya di luar batas kewajaran.

Bentuk perampasan dan pengurasan keuangan negara demikian terjadi


hampir di seluruh wilayah tanah air. Hal itu merupakan cerminan rendahnya
moralitas dan rasa malu, sehingga yang menonjol adalah sikap kerakusan
dan aji mumpung. Persoalannya adalah dapatkah korupsi diberantas? Tidak
ada jawaban lain kalau kita ingin maju, adalah korupsi harus diberantas. Jika
kita tidak berhasil memberantas korupsi,atau paling tidak mengurangi

1
sampai pada titik nadir yang paling rendahmaka jangan harap Negara ini
akan mampu mengejar ketertinggalannya dibandingkan negara lain untuk
menjadi sebuah negara yang maju. Karena korupsi membawa dampak negatif
yang cukup luas dan dapat membawa negara ke jurang kehancuran.

1.2 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian korupsi
2. Untuk mengetahui dampak dari korupsi
3. Memberikan wawasan tentang korupsi itu dilarang

1.3 Rumusan Masalah


1. Apa itu korupsi?
2. Apa dampak yang ditimbulkan dari korupsi
3. Solusi memberantas korupsi

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Korupsi


Korupsi (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna
busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) atau rasuah adalah
tindakan pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak
lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal
menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka
untuk mendapatkan keuntungan sepihak.
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar
memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:
 perbuatan melawan hukum
 penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana
 memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi, dan
 merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Jenis tindak pidana korupsi di antaranya, namun bukan semuanya, adalah

 memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan)


 penggelapan dalam jabatan
 pemerasan dalam jabatan
 ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara
negara), dan
 menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).

Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan
jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah|
pemerintahan rentan korupsi dalam prakteknya. Beratnya korupsi berbeda-
beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan
dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai dengan korupsi
berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi,
yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para pencuri, dimana pura-pura
bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.

Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk sepele
atau berat, terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering memudahkan
kegiatan kriminal seperti penjualan narkotika, pencucian uang, dan prostitusi,

3
korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini saja. Untuk mempelajari
masalah ini dan membuat solusinya, sangat penting untuk membedakan antara
korupsi dan kriminalitas|kejahatan.

Tergantung dari negaranya atau wilayah hukumnya, ada perbedaan antara


yang dianggap korupsi atau tidak. Sebagai contoh, pendanaan partai politik
ada yang legal di satu tempat namun ada juga yang tidak legal di tempat lain.

2.2 Kondisi yang Mendukung Munculnya Korupsi

 Konsentrasi kekuasan di pengambil keputusan yang tidak bertanggung jawab


langsung kepada rakyat, seperti yang sering terlihat di rezim-rezim yang
bukan demokratik.
 Kurangnya transparansi di pengambilan keputusan pemerintah
 Kampanye-kampanye politik yang mahal, dengan pengeluaran lebih besar
dari pendanaan politik yang normal.
 Proyek yang melibatkan uang rakyat dalam jumlah besar.
 Lingkungan tertutup yang mementingkan diri sendiri dan jaringan “teman
lama”.
 Lemahnya ketertiban hukum.
 Lemahnya profesi hukum.
 Kurangnya kebebasan berpendapat atau kebebasan media massa.
 Gaji pegawai pemerintah yang sangat kecil.

Mengenai kurangnya gaji atau pendapatan pegawai negeri dibanding dengan


kebutuhan hidup yang makin hari makin meningkat pernah di kupas oleh B
Soedarsono yang menyatakan antara lain ” pada umumnya orang
menghubung-hubungkan tumbuh suburnya korupsi sebab yang paling
gampang dihubungkan adalah kurangnya gaji pejabat-pejabat…..” namun B
Soedarsono juga sadar bahwa hal tersebut tidaklah mutlak karena banyaknya
faktor yang bekerja dan saling memengaruhi satu sama lain. Kurangnya gaji
bukanlah faktor yang paling menentukan, orang-orang yang berkecukupan
banyak yang melakukan korupsi. Namun demikian kurangnya gaji dan
pendapatan pegawai negeri memang faktor yang paling menonjol dalam arti
merata dan meluasnya korupsi di Indonesia, hal ini dikemukakan oleh Guy J
Parker dalam tulisannya berjudul “Indonesia 1979: The Record of three
decades (Asia Survey Vol. XX No. 2, 1980 : 123). Begitu pula J.W Schoorl
mengatakan bahwa ” di Indonesia di bagian pertama tahun 1960 situasi

4
begitu merosot sehingga untuk sebagian besar golongan dari pegawai, gaji
sebulan hanya sekadar cukup untuk makan selama dua minggu. Dapat
dipahami bahwa dalam situasi demikian memaksa para pegawai mencari
tambahan dan banyak diantaranya mereka mendapatkan dengan meminta
uang ekstra untuk pelayanan yang diberikan”. ( Sumber buku
“Pemberantasan Korupsi karya Andi Hamzah, 2007)

 Rakyat yang cuek, tidak tertarik, atau mudah dibohongi yang gagal
memberikan perhatian yang cukup ke pemilihan umum.
 Ketidakadaannya kontrol yang cukup untuk mencegah penyuapan atau
“sumbangan kampanye”.

2.3 Dampak Negatif


1. Demokrasi
Korupsi menunjukan tantangan serius terhadap pembangunan. Di dalam
dunia politik, korupsi mempersulit demokrasi dan tata pemerintahan yang
baik (good governance) dengan cara menghancurkan proses formal. Korupsi
di pemilihan umum dan di badan legislatif mengurangi akuntabilitas dan
perwakilan di pembentukan kebijaksanaan; korupsi di sistem pengadilan
menghentikan ketertiban hukum; dan korupsi di pemerintahan publik
menghasilkan ketidak-seimbangan dalam pelayanan masyarakat. Secara
umum, korupsi mengkikis kemampuan institusi dari pemerintah, karena
pengabaian prosedur, penyedotan sumber daya, dan pejabat diangkat atau
dinaikan jabatan bukan karena prestasi. Pada saat yang bersamaan, korupsi
mempersulit legitimasi pemerintahan dan nilai demokrasi seperti
kepercayaan dan toleransi.

2. Ekonomi
Korupsi juga mempersulit pembangunanekonomi dan mengurangi kualitas
pelayanan pemerintahan.Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi
dengan membuat distorsi dan ketidak efisienan yang tinggi. Dalam sektor
private, korupsi meningkatkan ongkos niaga karena kerugian dari
pembayaran ilegal, ongkos manajemen dalam negosiasi dengan pejabat
korup, dan risiko pembatalan perjanjian atau karena penyelidikan. Walaupun
ada yang menyatakan bahwa korupsi mengurangi ongkos (niaga) dengan
mempermudah birokrasi, konsensus yang baru muncul berkesimpulan
bahwa ketersediaan sogokan menyebabkan pejabat untuk membuat aturan-
aturan baru dan hambatan baru. Dimana korupsi menyebabkan inflasi
ongkos niaga, korupsi juga mengacaukan “lapangan perniagaan”.

5
Perusahaan yang memiliki koneksi dilindungi dari persaingan dan sebagai
hasilnya mempertahankan perusahaan-perusahaan yang tidak efisien.
Korupsi menimbulkan distorsi (kekacauan) di dalam sektor publik dengan
mengalihkan investasi publik ke proyek-proyek masyarakat yang mana
sogokan dan upah tersedia lebih banyak. Pejabat mungkin menambah
kompleksitas proyek masyarakat untuk menyembunyikan praktek korupsi,
yang akhirnya menghasilkan lebih banyak kekacauan. Korupsi juga
mengurangi pemenuhan syarat-syarat keamanan bangunan, lingkungan
hidup, atau aturan-aturan lain. Korupsi juga mengurangi kualitas pelayanan
pemerintahan dan infrastruktur; dan menambahkan tekanan-tekanan
terhadap anggaran pemerintah.
Para pakar ekonomi memberikan pendapat bahwa salah satu faktor
keterbelakangan pembangunan ekonomi di Afrika dan Asia, terutama di
Afrika, adalah korupsi yang berbentuk penagihan sewa yang menyebabkan
perpindahan penanaman modal (capital investment) ke luar negeri,
bukannya diinvestasikan ke dalam negeri (maka adanya ejekan yang sering
benar bahwa ada diktator Afrika yang memiliki rekening bank di Swiss).
Berbeda sekali dengan diktator Asia, seperti Soehartoyang sering mengambil
satu potongan dari semuanya (meminta sogok), namun lebih memberikan
kondisi untuk pembangunan, melalui investasi infrastruktur, ketertiban
hukum, dan lain-lain. Pakar dari Universitas Massachussetts memperkirakan
dari tahun 1970 sampai 1996, pelarian modal dari 30 negara sub-Sahara
berjumlah US $187 triliun, melebihi dari jumlah utang luar negeri mereka
sendiri. (Hasilnya, dalam artian pembangunan (atau kurangnya
pembangunan) telah dibuatkan modelnya dalam satu teori oleh ekonomis
Mancur Olson). Dalam kasus Afrika, salah satu faktornya adalah ketidak-
stabilan politik, dan juga kenyataan bahwa pemerintahan baru sering
menyegel aset-aset pemerintah lama yang sering didapat dari korupsi. Ini
memberi dorongan bagi para pejabat untuk menumpuk kekayaan mereka di
luar negeri, di luar jangkauan dari ekspropriasi di masa depan.

3. Kesejahteraan Umum Negara


Korupsi politis ada di banyak negara, dan memberikan ancaman besar bagi
warga negaranya. Korupsi politis berarti kebijaksanaan pemerintah sering
menguntungkan pemberi sogok, bukannya rakyat luas. Satu contoh lagi
adalah bagaimana politikus membuat peraturan yang melindungi
perusahaan besar, namun merugikan perusahaan-perusahaan kecil (SME).
Politikus-politikus “pro-bisnis” ini hanya mengembalikan pertolongan
kepada perusahaan besar yang memberikan sumbangan besar kepada
kampanye pemilu mereka.

6
2.4 Peran Serta Masyarakat dalam Pemberantasan Korupsi
Bentuk-bentuk peran serta masyarakat dalam pemberantasan tindak pidana
korupsi menurut UU No. 31 Tahun 1999 antara lain sebagai berikut:
1. Hak mencari, memperoleh, dan memberikan informasi adanya dugaan
tindak pidana korupsi
2. Hak untuk memperoleh layanan dalam mencari, memperoleh, dan
memberikan informasi adanya dugaan telah terjadi tindak pidana
korupsi kepada penegak hukum
3. Hak menyampaikan saran dan pendapat secara
bertanggungjawabkepada penegak hukum yang menangani perkara
tindak pidana korupsi.
4. Hak memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporannya yang
diberikan kepada penegak hukum dalam waktu paling lama 30 hari.
5. Hak untuk memperoleh perlindungan hukum
6. Penghargaan dari pemerintah kepada masyarakat apabila ada
masyarakat yang mengungkap adanya tindak pidana korupsi.

2.5 Cara Pencegahan dan Strategi Pemberantasan Korupsi


Menurut Baharuddin Lopa, mencegah korupsi tidaklah begitu sulit kalau kita secara
sadar untuk menempatkan kepentingan umum (kepentingan rakyat banyak) di atas
kepentingan pribadi atau golongan. Ini perlu ditekankan sebab betapa pun
sempurnanya peraturan, kalau ada niat untuk melakukan korupsi tetap ada di hati
para pihak yang ingin korup, korupsi tetap akan terjadi karena faktor mental itulah
yang sangat menentukan.
Dalam melakukan analisis atas perbuatan korupsi dapat didasarkan pada 3 (tiga)
pendekatan berdasarkan alur proses korupsi yaitu :

1. Pendekatan pada posisi sebelum perbuatan korupsi terjadi,


2. Pendekatan pada posisi perbuatan korupsi terjadi,
3. Pendekatan pada posisi setelah perbuatan korupsi terjadi.

Dari tiga pendekatan ini dapat diklasifikasikan tiga strategi untuk mencegah dan
memberantas korupsi yang tepat yaitu :

1) Strategi Preventif.
Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan dengan diarahkan pada hal-hal yang
menjadi penyebab timbulnya korupsi. Setiap penyebab yang terindikasi harus dibuat
upaya preventifnya, sehingga dapat meminimalkan penyebab korupsi. Disamping
itu perlu dibuat upaya yang dapat meminimalkan peluang untuk melakukan

7
korupsi dan upaya ini melibatkan banyak pihak dalam pelaksanaanya agar dapat
berhasil dan mampu mencegah adanya korupsi.
2) Strategi Deduktif.
Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan diarahkan agar apabila
suatu perbuatan korupsi terlanjur terjadi, maka perbuatan tersebut akan dapat
diketahui dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dan seakurat-akuratnya, sehingga
dapat ditindaklanjuti dengan tepat. Dengan dasar pemikiran ini banyak sistem yang
harus dibenahi, sehingga sistem-sistem tersebut akan dapat berfungsi sebagai aturan
yang cukup tepat memberikan sinyal apabila terjadi suatu perbuatan korupsi. Hal ini
sangat membutuhkan adanya berbagai disiplin ilmu baik itu ilmu hukum, ekonomi
maupun ilmu politik dan sosial.

8
BAB III

KASUS KORUPSI E-KTP SETYA NOVANTO

Mantan ketua DPR, Setya Novanto, melalui perjalanan Panjang pada tahun 2017 hingga
akhirnya disidang sebagai terdakwa kaskus dugaan korupsi proyek e-KTP. Pada awalnya
mantan Direktur pengelola Informasi Administrasi Kependudukan Direktorat jendral
Kependudukan dan Pencatatam Sipil Kemendagri, Sugiaharto dan mantan Direktur Jendral
Kependudukan dan Pencacatan Sipil, Irmal menjadi terdawa.

Dalam dakwaan yang di bacakan jaksa KPK di Pengadilan Tipikor, pada tanggal 9/3/2017,
Setya Novanto disebut memiliki peran dalam mengatur besaran anggaran e-KTP yang
mencapai nilai yang cukup besar yaitu Rp 5,9 triliun.

Dan pada akhirnya Setya Novanto menjalani sidang perdananya sebagai terdakwa dalam
kasus korupsi e-KTP pada 13 Desember 2017.

Pada tanggal 9 Maret 2017 pengadilan Tipikor membacakan dakwaan Irman dan Sugiharto
yang menyebut keterlibatan Setnov dalam korupsi e-KTP, pada awalnya Setnov ditemui
sejumlah pejabar Kementrian Dalam Negeri untuk minta dukuangan terkait proyek e-KTP
pada gebruari 2010 di Hotel Gran Melia, Jakarta, saat itu yang menemui Novanto adalah
dua terdakwa yang juga pejabat Kemendagri, Irman dan Sugiharto, Sekjen Kemendagri
Diah Anggraini, dan pengusaha Andi Agustinus, Setnov menyatakan dukungan.

Saat ditanya bentuk dukungan, Setnov menjawab akan mengoordinasikan dengan


pimpinan fraksi yang lain, kemudia sekitar Juli-Agustus 2010, proyek e-KTP dibahas dalam
pembahasan Rancangan APBN anggaran 2011, dalam dakwaan Andi Agustinus diketahui
beberapa kali melakukan pertemuan dengan Setnov dan hingga akhirnya Setnov Bersama
Andi, Anas dan Nazaruddin disebut telah menyepakati anggaran proyek e-KTP sebesar Rp
5,9 triluin.

Dari anggaran itu, rencananya 51 persen atau Rp 2,662 triliun akan digunakan untuk belanja
modal pembiayaan proyek e-KTP, sementara 49 persen atau sebesar Rp 2,558 triliun, akan
dibagi-bagikan kesejumlah pihak terkait dan Setnov, Andi, Anas dan Nazarrudin disebut
mengatur pembagian anggaran dari 49 persen yang rencananya akan dibagi-nagi tersebut.

Penjelasan penbagian sebagai berikut :

 7 persen (Rp 365,4 miliar) untuk pejabat Kementan.


 5 persen (Rp 261 miliar) untuk anggota Komisi II DPR.
 15 persen (Rp 783 miliar) untuk rekanan/pelaksana pekerjaan.
 11 persen (Rp 574,2 miliar) direncanakan untuk Setnov dan Andi.
 11 persen (Rp 574,2 miliar) direncanakan untuk Anas dan Nazaruddin.

Novanto membantah keterlibatan dirinya dalam kasus dugaan korupsi pengadaan e-KTP
ini. Setnov mengaku tidak mengetahui apa pun terkait pembagian uang kepada sejumlah

9
anggota DPR dan membantah tidak menerima sejumlah uang dari proyek tersebug senilai
11 persen.

KPK mengumumkan Setya Novanto sebagai tersangka pada tanggal 17 Juli 2017 ia diduga
megatur agar anggaran proyek e-KTP senilai Rp 5,9 triliun disetujui anggota DPR. Selain itu
Setnov juga diduga telah mengondisikan pemenang lelang dalam proyek e-KTP, Bersama
Andi Agustinus, Setnov diduga ikut menyebabkan kerugian negara Rp 2,3 tirilun.

Pada tanggal 4 september 2017 Setnov melakukan praperadilan setelah satu bulan berstatus
tersangka Setnov lakukan praperadila terhadap KPK ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
Gugatan terdaftar dalam nomor 97/pid.Prap/2017PN Jak.Sel dalan praperadilan ini Setnov
meminta penetapan statusnya sebagai tersangka dibatalkan KPK. Lalu pada tanggal 11
September 2017 Setnov dipanggil oleh KPK sebagai tersangka namun tidak dapat hadir
dengan alasan sakit, Menurut Idrus, Novanto saat itu masih menjalani perawatan di RS
Siloam, Semanggim Jakarta. Hasil pemeriksaan medis, gula darah Novanto naik setelah
melakukan olahraga.

Kasus dimana Novanto kecelakaan adalah salah satu kasus yang sangat membingungkan
banyak orang, karena kejadian karena tercium bau bau dramatisir kejadian, atau dalam kata
lain adalah suatu kecelakaan yang dibuat buat, pada tanggal 16 November 2017 dikabarkan
mengalami kecelakaan mobil lalu dilarikan ke Rumah Sakit Medika Permata Hijau, Jakarta
Selatan. Pengacara Novanto, Fredirch Yunadi kecelakaan tersebut tidak jauh dari rumah
sakit tersebut, Setya Novanto menjalani sidang perdana sebagai terdakwa pada tanggal 13
Desember 2017 pada saat sidang Novanto sering mengelak saat diberi pertanyaan,

18 September KPK kembali memanggil Setya Novanto untuk diperiksa sebagai tersangka.
Namun lagi-lagi Novanto tidak hadir karena sakit. Bahkan kali ini kondisi kesehatannya
memburuk. Novanto harus menjalani kateterisasi jantung di Rumah Sakit Premier
Jatinegara, Jakarta Timur.

22 September Hakim Cepi menolak eksepsi yang diajukan KPK dalam praperadilan Setya
Novanto. KPK menganggap keberatan Novanto soal status penyelidik dan penyidik KPK
adalah keliru. Kepala Biro Hukum KPK Setiadi menilai, pengacara Novanto sebaiknya
mempermasalahkan status penyelidik dan penyidik melalui Pengadilan Tata Usaha Negara,
bukan praperadilan. Namun, Hakim Cepi tak sependapat dengan Setiadi. Menurut dia,
status penyidik dan penyelidik KPK yang dipersoalkan pihak Novanto bukan merupakan
sengketa kepegawaian tata usaha negara.

25 September Partai Golkar menggelar rapat pleno yang menghasilkan keputusan agar
Setya Novanto non-aktif dari posisi Ketum. Internal Partai Golkar mulai bergejolak dengan
kondisi Novanto yang berstatus tersangka KPK dan tengah sakit. Hasil kajian tim internal,
elektabilitas Golkar terus merosot tajam. Golkar ingin segera ada pelaksana tugas ketua
umum untuk menggantikan peran Novanto memimpin partai. Rapat pleno lanjutan terkait
penonaktifan Setya Novanto rencananya digelar pada 27 September. Namun, atas
permintaan Novanto, rapat pleno itu ditunda. Sampai putusan praperadilan Novanto
diketok, rapat pleno belum juga terlaksana.

10
26 September DPR memperpanjang masa kerja panitia khusus hak angket terhadap KPK.
Berdasarkan Undang-undang, Pansus melaporkan masa kerjanya ke rapat paripurna 60 hari
setelah terbentuk. Namun dalam rapat paripurna, pansus justru meminta persetujuan agar
masa kerjanya diperpanjang. Pengesahan perpanjangan masa kerja pansus ini diwarnai aksi
walkout dari Fraksi Gerindra, PKS dan PAN karena interupsi mereka tak digubris. Di hari
yang sama, sidang praperadilan Novanto kembali berjalan. Pihak Novanto mengajukan
bukti tambahan berupa laporan hasil pemeriksaan (LHP) dari BPK terhadap KPK pada
tahun 2016. LHP itu terkait pengangkatan penyidik di KPK. Namun KPK keberatan dengan
bukti itu karena didapatkan dari Pansus Angket terhadap KPK di DPR.

27 September Hakim Cepi menolak permintaan KPK untuk memutar rekaman di


persidangan. Padahal, KPK yakin rekaman tersebut bisa menunjukkan bukti kuat mengenai
keterlibatan Novanto dalam proyek E-KTP. Di hari yang sama, Foto Setya Novanto tengah
terbaring di rumah sakit viral di jagad maya. Dalam foto tersebut, Setya Novanto tengah
tertidur dengan bantuan alat pernapasan serta infus. Ia tengah dijenguk oleh Endang
Srikarti Handayani, anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar. Kemunculan foto Novanto
tersebut tak membuat kebanyakan netizen memperlihatkan empati. Para netizen justru
menjadikan foto itu sebagai guyonan

29 September. Setelah menjalani serangkaian sidang, Hakim tunggal Cepi Iskandar


mengabulkan sebagian permohonan Novanto. Penetapan Novanto sebagai tersangka oleh
KPK dianggap tidak sah alias batal. Hakim juga meminta KPK untuk menghentikan
penyidikan terhadap Novanto. Hakim Cepi beralasan, penetapan tersangka Setya Novanto
tidak sah karena dilakukan di awal penyidikan, bukan di akhir penyidikan. Hakim juga
mempermasalahkan alat bukti yang digunakan KPK untuk menjerat Novanto. Sebab, alat
bukti itu sudah digunakan dalam penyidikan terhadap Irman dan Sugiharto, dua pejabat
Kementerian Dalam Negeri yang sudah divonis di pengadilan.

Ketua Harian Partai Golkar Nurdin Halid mengatakan, putusan praperadilan tidak
berkaitan dengan dinamika politik di internal partai. Apapun hasil praperadilan atas
penetapan tersangka Setya Novanto, Golkar akan tetap melakukan evaluasi terhadap
kinerjanya selama memimpin partai. Hal ini menyusul hasil Tim Kajian Elektabilitas Partai
Golkar yang menyatakan bahwa partai berlambang pohon beringin itu mengalami
penurunan elektabilitas karena status tersangka Setya Novanto dalam kasus korupsi E-KTP.

Meskipun Novanto memenangi praperadilan, Golkar tetap harus mencari terobosan


memperbaiki citra dan elektabilitasnya menjelang Pemilihan Umum 2019.

11
BAB IV

ANALISI KASUS

Masalah korupsi E-KTP belum juga terselesaikan sampai sekarang. Sangat banyak
orang yang terlibat dalam kasus korupsi E-KTP ini. Salah satu yang ikut terjerat
adalah Ketua DPR RI Setya Novanto. Setya Novanto sendiri telah ditetapkan sebagai
tersangka kasus korupsi E-KTP setelah sebelumnya penetapan yang pertama
dibatalkan oleh Hakim Tunggal Cepi Iskandar.

Setya Novanto sendiri telah diminta untuk hadir dalam sidang tetapi ia kerap tidak
dapat hadir sehingga akhirnya KPK pun mengeluarkan surat penangkapan yang
ditujukan kepada Setya Novanto pada hari Rabu, 15 November 2017. KPK
mendatangi rumah Setya Novanto di Jalan Wijaya XIII, Kebayoran Baru, Jakarta
Selatan untuk dijemput secara paksa namun ternyata Setya Novanto tidak ditemui
dilokasi. Berbagai argument pun bermunculan. Ada yang mengatakan bahwa ia
selalu mencari alasan agar tidak hadir dalam sidang,ada yang mengatakan bahwa
dirinya melarikan diri, dan ada juga beberapa pihak yang mengatakan Setya
Novanto mendapat tugas di luar kota. Lalu jika memang benar Setya Novanto
melarikan diri, apa yang akan terjadi ?

Jika Setya Novanto memang melarikan diri langkah pertama yang bisa diambil oleh
KPK adalah dengan menetapkannya kedalam Daftar Pencarian Orang sebagaimana
yang tercantum dalam Undang Undang No 8 Tahun 1981. Sesuai dengan prosedur
Daftar Pencarian Orang yang tercantum dalam Perkap 14 Tahun 2012 dan Perkaba
No 3 Tahun 2004, Langkah-langkah Penerbitan Daftar Pencarian Orang adalah
sebagai berikut :

Bahwa orang yang dicari benar-benar diyakini terlibat sebagai tersangka Tindak
Pidana

Telah dilakukan pemanggilan dan penangkapan dan penggeledahan sesuai undang-


undang yang berlaku tetapi tersangka tidak berhasil ditemukan

Berdasarkan prosedur diatas KPK berhak menetapkan Setya Novanto kedalam


Daftar Pencarian Orang sehingga setelahnya pihak kepolisian pun akan ikut turun
tangan dalam mencari Setya Novanto.

12
Selain itu jika memang terbukti Setya Novanto melarikan diri, ia bisa saja terkena
pelangaran hukum terkait menghalangi penyidikan sesuai dengan yang tercantum
pada Pasal 216 ayat (1): “Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau
permintaan yang dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya
mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat yang diberi kuasa untuk mengusut atau
memeriksa tindak pidana, demikian pula barang siapa dengan sengaja mencegha,
mengalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan
undang-undang yang dilakukan oleh salah seorang pejabat tersebut, diancam
dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu.”

Selain itu jika Setya Novanto memang melarikan diri hal ini bisa menjadi faktor
yang akan memberatkan dirinya di penuntutan sesuai dengan yang telah dikatakan
oleh Mahfud ” Melarikan diri bisa jadi tindak pidana sendiri menghalangi
penyidikan, tapi bisa menjadi faktor memberatkan di penuntutan.”

Kasus korupsi e-KTP yang sampai saat ini masih berjalan merupakan salah satu
kasuskorupsi terbesar di Indonesia. Negara menanggung kerugian 2,3 triliyun
rupiah akibat adanyakorupsi berjamaah yang dilakukan oleh oknum-oknum pejabat
yang tidak bertanggungjawab.Sebelumnya KPK telah menetapkan Irman dan
Sugiharto sebagai tersangka.

Seperti ditayangkan Liputan6 Pagi SCTV Minggu (23/7/2017), Setnov dan sejumlah
anggota DPR periode 2009-2014 dianggap menyalahgunakan wewenang,
memainkan pengaruhnya, sehingga proyek E-KTPmenjadi berantakan. Dananya
menguap ke mana-mana.Setyo Novanto disangka melanggar Pasal 3 atau Pasal 2
ayat 1 Undang-Undang Nomor31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dalam UU
Nomor 20 Tahun 2001 tentang PemberantasanTindak Pidana Korupsi Pasal 55 ayat 1
ke-1 KUHP.

Pasal 3 :

Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau
suatukorporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada
padanya,karena jabatan atau karena kedudukan yang dapat merugikan keuangan ne
-gara atau perekonomian negara dipidana seumur hidup, atau pidana penjara paling
singkat 1 tahun dan paling lama 20tahun dan atau denda paling sedikit 50 juta
rupiah dan maksimal 1 miliar.

Pasal 2 ayat 1:

13
Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiriatau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomiannegara dipidana dengan pidana penjara minimal 4 tahun dan maksimal 20
tahun dan denda palingsedikit 200 juta rupiah dan paling banyak 1 miliar rupiah.

Pasal 3 memiliki ancaman maksimal penjara seumur hidup dan denda paling
banyak Rp 1miliar. Sedangkan Pasal 2 ayat 1 ancaman maksimal 20 tahun penjara
dan denda paling banyak Rp 1 miliar.

Selain itu perbuatan korupsi yang dilakukan setya novanto telah melanggar
demokrasi pancasila yang dipegang teguh bangsa Indonesia.

Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang berdasarkan pada pancasila, terutama dalam
sila keempat, "Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan, dalam
permusyawaratan/perwakilan." Maksud demokrasi Pancasila ialah setiap masalah maka akan
diselesaikan lewat musyawarah dengan cara mufakat.

PILAR-PILAR DEMOKRASI PANCASILA

 Demokrasi yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa


Para pemeran politik dan pemimpin harus mempertanggungjawabkan semua
perlakuan dan tindakannya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Demokrasi ini
dilaksanakan tanpa melanggar nilai-nilai Agama.
 Demokrasi yang Menjunjung Hak Asasi Manusia
Demokrasi dengan mengakui Hak Asasi Manusia, serta menjalankan tujuannya
untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Menjunjung tinggi derajat
manusia. Hak Asasi Manusia tidak boleh dilanggar atau diselewengkan.
 .Demokrasi yang mengutamakan Kedaulatan Rakyat
Kedaulatan berada di tangan rakyat, artinya rakyatlah pemegang kekuasaan
tertinggi pada suatu negara. Untuk melaksanakan kedaulatan ini maka dilakukan
dengan sistem perwakilan. Wakil-wakil rakyat tersebut akan dipilih secara langsung
oleh rakyat melalui pemilu.
 .Demokrasi yang didukung Kecerdasan
Kecerdasan yang dimiliki, terutama kecerdasan dalam bidang politik merupakan
syarat untuk mewujudkan demokrasi. Maka pendidikan, terutama pada pendidikan
kewarganegaraan sangatlah penting untuk menjadi bekal dalam melaksanakan
demokrasi.
 .Demokrasi yang Menetapkan Pembagian Kekuasaan
Pemisahaan kekuasaan sangat lah penting, karena agar tidak terjadi kekuasaan yang
absolut. Maka dibutuhkan lembaga pertimbangan dan pengawasan dalam
demokrasi agar sesuai dengan cita-cita bersama.

14
.

 Demokrasi yang Menerapkan Konsep Negara Hukum (Rule of Law)


Hukum adalah sesuatu yang wajib dimiliki oleh setiap negara. Tanpa adanya hukum
akan membuat ketidaknyamanan dalam berdemokrasi dan cenderung anarkis.
Untuk mewujudkan demokrasi hukum, maka tidak terlepas dari perlindungan
konstitusional, badan peradilan, kebebasan berpendapat, berserikat, dan kesadaran
kewarganegaraan.
 Demokrasi yang Menjamin Otonomi Daerah
Sebagai wujud prinsip demokrasi kekuasaan negara tidak dipusatkan pada
pemerintah pusat saja, melainkan sebagian diserahkan pada pemerintah daerah. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa demokrasi tersebut berkembang.
 Demokrasi yang Berkeadilan Sosial
Demokrasi sosial artinya adalah demokrasi yang mengenai tentang hubungan antar
warganegara atau antar masyarakat. Penyamarataan perlu dilakukan agar semua
warganegara merasakan kemerdekaan yang sama.
 Demokrasi dengan Kesejahteraan Rakyat
Demokrasi kesejahteraan rakyat adalah demokrasi mengenai perekonomian.
Perekonomian adalah hal utama dalam menyejahterakan rakyat, maka
perekonomian harus dijaga. Negara memiliki peran yang sangat vital dalam hal ini,
karena kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh negara sangat berpengaruh dalam
perekonomian dan juga kesejahteraan rakyat.
 Demokrasi dengan Peradilan yang Merdeka
Dalam demokrasi peradilan merdeka memiliki makna bahwa kata merdeka yang
dimaksud adalah tidak adanya perbedaan di mata hukum maupun hakim. Artinya
hakim tidak boleh memihak kepada si kaya maupun si miskin. Di mata hukum
semuanya adalah sama.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu

http://rujakemas.blogspot.com/2017/03/10-pilar-demokrasi-pancasila-dan-

contoh.html

16

Anda mungkin juga menyukai