PBL Inves Wabah DBD Puskes Sosial 2023-2024
PBL Inves Wabah DBD Puskes Sosial 2023-2024
Laporan ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas Praktik
Belajar Lapangan MK Investigasi Wabah di Puskesmas Sosial Palembang
Disusun Oleh :
Laporan Kelompok Praktik Belajar Lapangan Investigasi Wabah ini telah disetujui oleh
Pembimbing Institusi dan Pembimbing Lapangan PBL Program Studi Pengawasan
Epidemiologi Program Diploma Tiga Politeknik Kesehatan Palembang.
Hari : Jum’at
i
DAFTAR ISI
ii
3.3 Perumusan Defenisi Kasus ........................................................................................ 17
4.2. Pembahasan................................................................................................................... 29
LAMPIRAN............................................................................................................................ 40
iii
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 3.1 Trend Penyakit DBD di Puskesmas Sosial Tahun 2022 - 2023 .......................... 18
Diagram 3.2 Trend Penyakit DBD di Puskesmas Sosial Tahun 2022 - 2023 .......................... 21
Diagram 4.1 Pie Chart kasus DBD Pada Tahun 2022 - 2023 ................................................. 28
Diagram 4.3 Grafik kasus DBD Berdasarkan Kelurahan Pada Tahun 2023.......................... 30
Diagram 4.4 Pie Chart DBD Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Tahun 2023......................... 31
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Akumulasi Seluruh Penyakit Potensial KLB di Puskesmas Sosial Tahun 2023 ..... 24
Tabel 3.2. Prevalensi Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Periode Okt-Des Tahun 2023 di
Puskesmas Sosial. .................................................................................................................... 25
Tabel 4.1. Prevalensi Kasus DBD Periode Jan-Des Tahun 2022 ............................................ 27
Tabel 4.2 Prevalensi Kasus DBD Periode Jan-Des Tahun 2023 ............................................. 28
Tabel 4.3 Prevalensi Kasus DBD Periode Jan-Des Tahun 2023 ............................................. 29
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas Rahmat dan Inayah-Nya
laporan kegiatan Praktik Belajar Lapangan Investigasi Wabah di Puskesmas Sosial dapat
selesai tepat waktu. Laporan ini berisi hasil kegiatan harian dan laporan Investigasi Wabah.
Terima kasih kepada Kepala Puskesmas Sosial, Dosen Pembimbing dan Pembimbing
Lapangan yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan laporan akhir kegiatan ini.
Semoga laporan akhir kegiatan PBL ini dapat bermanfaat bagi pembaca dalam menambah
khasanah ilmu pengetahuan.
Pembuat Laporan
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara umum, Praktek belajar Lapangan (PBL) merupakan suatu bentuk penyelenggaraan
pendidikan, yang memadukan program antara pendidikan dan praktik di lapangan. PBL
dilaksanakan salah satunya untuk memenuhi kebutuhan calon epidemiolog kesehatan dalam
mencari pengalaman dibidangnya. Melalui Praktek Belajar Lapangan diharapkan dapat
menghasilkan calon tenaga kerja yang professional, dimana mahasiswa yang melaksanakan
kegiatan tersebut dapat mempelajari, menerapkan dan menambah pengalaman secara langsung
dalam dunia kerja. Praktek Belajar Lapangan bermanfaat bagi mahasiswa sehingga dapat
mengetahui situasi dan kondisi secara langsung dunia kerja. Tidak hanya mahasiswa, akan
tetapi lembaga juga dapat mengetahui bagaimana ciri calon tenaga kerja professional, oleh
karena itu Praktek Belajar Lapangan haruslah dilaksanakan untuk menguntungkan semua pihak
yang terlibat dalam melaksanakanya.
Praktek Belajar Lapangan merupakan salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh
mahasiswa untuk memenuhi target capaian pembelajaran (learning outcome) dan kompetensi
yang ditetapkan. Capaian pembelajaran tersebut didapatkan melalui pengalaman riil di
masyarakat sehingga diharapkan mahasiswa mendapatkan kemampuan umum berupa life skills
(kecakapan hidup) seperti kemampuan berpikir dan bernalar secara analitik, empirik dan,
realistik, agar dapat merancang dan melaksanakan program, membantu mengatasi
permasalahan yang ada, bekerja sama dengan orang lain, mengatur diri sendiri, dan melatih
keterampilan dalam bekerja.
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang berbahaya dalam
kehidupan masyarakat. Penyakit DBD masih menjadi masalah pokok kesehatan ditemukan
hampir di seluruh belahan dunia terutama di negara-negara tropik dan subtropik, baik sebagai
penyakit endemik maupun epidemik (Kementerian Kesehatan RI, 2019). Kejadian Luar Biasa
(KLB) DBD biasanya terjadi di daerah endemik dan berkaitan dengan terjadinya peningkatan
vektor dengue pada musim hujan yang dapat menyebabkan terjadi penularan penyakit DBD
pada manusia melalui vektor Aedes.
DBD dapat muncul sepanjang tahun yang menyerang semua kelompok umur terutama
pada anak usia sekolah. Anak usia sekolah menurut defenisi WHO (World Health
Organization) yaitu golongan anak yang berusia antara 7-15 tahun, sedangkan di Indonesia
1
lazimnya anak yang berusia 6-12 tahun atau anak usia sekolah sekolah sudah memperkenalkan
dunia kesehatan pada anak-anak di sekolah. Umumnya setiap sekolah sudah memiliki Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS). UKS adalah usaha untuk membina dan mengembangkan kebiasaan
seta prilaku hidup sehat pada peserta didik usia sekolah yang dilakukan secara menyeluruh dan
terpadu. Anak usia sekolah kerap menghabiskan waktu pagi sampai sore di ruangan, itulah
tempat yang memiliki resiko paling 2 tinggi karena ruangan rentan sebagai tempat lembab dan
juga cenderung gelap. Selain itu, kondisinya yang kotor juga akan memperparah bersarangnya
nyamuk (Kemenkes RI, 2019).
Salah satu daerah endemis yang memiliki kasus penyakit Demam Berdarah Dengue
(DBD) terbanyak adalah Sumatera Selatan, Daerah ini dominan memiliki iklim yang panas,
dan banyak memiliki rawa, maka dari itu pemerintah harus lebih kompeten dalam hal
pemberantasan dan pengendalian kasus DBD di Sumatera Selatan. Salah satu daerah endemis
yang memiliki kasus DBD adalah Kelurahan Sukabangun dan Sukajaya Data yang terdapat
dalam hasil laporan ini adalah data sekunder yang di dapatkan pada saat PBL dan data yang
digunakan adalah data pada tahun 2022 dan 2023.
2
BAB II
GAMBARAN SITUASI
2.1 Gambaran Umum Lokasi
2.1.1 Pengertian Puskesmas
Puskesmas adalah kependekan dari Pusat Kesehatan Masyarakat. Puskesmas
merupakan fasilitas pelayanan kesehatan primer yang ada di tingkat pemerintah kabupaten/kota
di Indonesia. Puskesmas bertanggung jawab untuk menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat di wilayahnya, dengan fokus pada pencegahan, pengobatan, dan pemulihan
kesehatan. Puskesmas menyediakan pelayanan Kesehatan dasar yang meliputi pemeriksaan
kesehatan, pengobatan, imunisasi, pelayanan ibu dan anak, serta promosi kesehatan dan
penyuluhan kepada masyarakat.
Puskesmas biasanya dipimpin oleh seorang kepala puskesmas yang merupakan dokter
atau tenaga kesehatan yang berkualifikasi. Selain itu, Puskesmas juga melibatkan tim medis
dan tenaga kesehatan lainnya seperti perawat, bidan, apoteker, dan tenaga-tenaga kesehatan
lainnya.
Lokasi praktikum Manajemen Pelayanan Kesehatan yang dipilih adalah pada program-
program pokok puskesmas di wilayah kerja puskesmas Sosial di tahun 2023.
2. Lingkup Materi
Materi yang akan dibahas pada laporan ini yaitu tentang organisasi dan manajemen yang
dihadapkan dengan kenyataan yang ada serta analisa persamaannya sehingga diperoleh
pemecahan masalah pada program pokok puskesmas di wilayah kerja puskesmas Sosial
Palembang
3. Lingkup Waktu
Praktikum Manajemen Pelayanan kesehatan pada program pokok puskesmas sosial Palembang
dilaksanakan selama 35 hari terhitung dari tanggal 18 Desember sampai 22 Januari hari senin-
sabtu per-pekan.
3
2.1.3 Manfaat
Beberapa manfaat dari praktek belajar lapangan untuk puskesmas :
Puskesmas Sosial berdiri sejak tahun 1980an, pertama kali Puskesmas Sosial berdiri di Jalan
Sosial Komplek PSBD, bangunannya berdiri di atas tanah hak guna pakai dari Kementerian
Sosial, Kemudian Puskesmas Sosial pindah lokasi ke bangunan baru pada tahun 2014 ke Jl. H.
Sanusi Lr. Mekar 1 Kelurahan Sukabangun Kecamatan Sukarami.
Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kota Palembang Nomor: 331 Tahun
2016, Bulan Januari tahun 2016 tentang Penetapan Puskesmas Koordinator dan Puskesmas
Satelit Kota Palembang, menetapkan Puskesmas Sosial sebagai Puskesmas Satelite dengan
Puskesmas Koordinator yakni Puskesmas Sukarami.
4
• Menyediakan Sarana Pelayanan Kesehatan yang terjangkau aman dan nyaman
• Memelihara dan meningkatkat kosehatan Perorangan, Keluarga, Serta Masyarakat
c. Motto
• Bersama kami Mayarakat Sehat
d. Tata Nilai
• S: Senyum, Sapa, Salam, Sopan, dan Santun (Pelayanan dengan mengutamakan 5 S)
• I: Organisasi (saling berkolaborasi dan berkoordinasi dalam pelayanan)
• S: Selalu professional dalam pelayanan (Bekerja Berdasarkan Tugas Pokok & Fungsi)
• I: Inisiatif (Memiliki Ide Yang Cerdas)
• A: Aman (Memperhatikan Keamanan / Keselamatan Petugas dan Pasien)
• L: Loyalitas (Kepatuhan Kepada Atasan dan Bertanggung Jawab)
e. Kebijakan Mutu
Puskesmas Sosial bertekad meningkatkan pelayanan yang bermutu dan adil demi
Kesehatan dan keselamatan masyarakat.
5
setiap hari Kamis oleh bidan terlatih. Ruangan ini dalam pelaksanaannya dilayani oleh bidan
terlatih.
6
Disamping pengobatan, juga melakukan pemantauan terhadap tumbuh kembang anak usia
0-60 bulan melalui upaya Stimulasi, Intervensi dan Deteksi Dini Tumbuh Kembang
(SDIDTK). Pada kegiatan ini, dilakukan deteksi dini, stimulasi terhadap kasus dengan
gangguan tumbuh kembang. Kemudian juga dilakukan intervensi pada kasus gangguan tumbuh
kembang serta dilakukan rujukan kasus dengan gangguan tumbuh kembang tersebut apabila
memerlukan perawatan lebih lanjut.
b. Penyuluh Kesehatan
Dilakukan pada perorangan ataupun perkelompok, baik dilaksanakan di Puskesmas,
sekolah ataupun di tempat lain yang membutuhkan. Pelayanan ini akan dilaksanakan
oleh tenaga-tenaga penyuluh yang menguasai materi yang dibahas. Kegiatan
penyuluhan meliputi kegiatan di dalam gedung dan kegiatan luar gedung.
c. Konsultasi Kesehatan Lingkungan (Sanitasi)
Memberikan konsultasi mengenai kesehatan dan kebersihan lingkungan Rumah Sehat,
Jamban Sehat, Sarana Air Bersih, Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Dilaksanakan
oleh Sanitarian, setiap hari, baik di dalam maupun di luar gedung.
7. Laboratorium
Melayani pemeriksaan laboratorium sederhana seperti test kehamilan, Hb, golongan
darah, Kimia darah, dan BTA sputum. Pelayanan dilakukan setiap hari bagi pasien yang
membutuhkan.
7
60 tahun. Pelayanan kesehatan yang dilakukan terhadap pasien lansia adalah screening lansia
yang meliputi pemeriksaan antropometri (BB, TB, Lingkar pinggang), tekanan darah, Hb, gula
darah, reduksi protein, pemeriksaan intelegensia dan kelainan Vaskuler, disamping
pemeriksaan terhadap keluhannya (penyakit). Disamping itu, juga selalu dilakukan penyuluhan
terhadap permasalahan kesehatan lansia maupun penyakitnya.
Pada pelaksanaannya, pelayanan kesehatan lansia ini dilakukan oleh perawat terampil
yang telah mendapat pelatihan khusus kesehatan lansia. Namun, apabila terdapat kasus yang
tidak dapat ditangani, maka pasien tersebut akan dikonsulkan dengan dokter.
Definisi Operasional :
1) Etiologi: DBD disebabkan oleh virus Dengue, yang ada dalam empat serotipe (DENV-
1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4).
2) Vektor Penularan: Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti yang
terinfeksi virus Dengue.
3) Tanda Perdarahan: DBD sering disertai dengan tanda perdarahan di kulit seperti
petechie, purpura, dan echymosis, serta perdarahan lainnya seperti epistaksis,
perdarahan gusi, hematemesis, dan melena.
4) Manifestasi Lainnya: Hepatomegali (pembesaran hati) dan trombositopeni (penurunan
jumlah trombosit dalam darah) juga sering terjadi pada pasien DBD. Dalam kasus yang
parah, pasien dapat mengalami penurunan kesadaran atau renjatan, yang merupakan
tanda dari sindrom syok Dengue.
8
5) Diagnosis: Diagnosis DBD biasanya ditegakkan melalui pemeriksaan laboratorium
untuk mendeteksi keberadaan virus Dengue atau antibodi terhadap virus tersebut dalam
darah pasien.
9
BAB III
ANALISIS MASALAH
3.1 Identifikasi Masalah
3.1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD)
Wabah penyakit merupakan fenomena kesehatan masyarakat yang penting dan sering
kali memerlukan tindakan cepat dan efektif untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.
Menurut Benenson (1985), wabah didefinisikan sebagai keberadaan penderita suatu
penyakit tertentu pada penduduk suatu daerah yang jauh melebihi jumlah yang biasa.
Investigasi wabah adalah proses sistematis untuk mengidentifikasi penyebab,
sumber, dan cara penyebaran penyakit dalam suatu wabah. Tujuan utama investigasi
wabah adalah untuk mencegah penyebaran penyakit dan melindungi masyarakat.
Investigasi ini melibatkan serangkaian langkah yang dirancang untuk mengumpulkan
informasi tentang wabah, menentukan penyebabnya, dan mengimplementasikan tindakan
kontrol.
Investigasi wabah dapat dilihat dari dua perspektif utama, yaitu kesehatan
masyarakat dan penelitian epidemiologi. Dari perspektif kesehatan masyarakat,
investigasi wabah dilakukan untuk melindungi masyarakat dari penyebaran penyakit. Ini
melibatkan identifikasi sumber penyakit, penentuan cara penularan, dan implementasi
tindakan kontrol untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.
Dari perspektif penelitian epidemiologi, investigasi wabah memberikan kesempatan
untuk mempelajari lebih lanjut tentang penyakit dan faktor-faktor yang berkontribusi
terhadap penyebarannya. Ini dapat membantu dalam pengembangan strategi pencegahan
dan kontrol penyakit yang lebih efektif di masa depan. Dengan demikian, investigasi
wabah adalah bagian penting dari upaya kesehatan masyarakat untuk mengendalikan dan
mencegah penyebaran penyakit. Melalui investigasi wabah, kita dapat memahami lebih
baik tentang dinamika penyebaran penyakit dan mengembangkan strategi yang efektif
untuk melindungi masyarakat. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah salah satu
penyakit yang memiliki dampak signifikan terhadap kesehatan masyarakat di Indonesia.
Dengue atau Demam Berdarah merupakan penyakit infeksi virus yang ditularkan
melalui nyamuk dan menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia (World Health
Organization [WHO], 2021). Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi
virus akut yang disebabkan oleh virus dengue yang ditandai demam 2 – 7 hari disertai
dengan manifestasi perdarahan, penurunan trombosit (trombositopenia), adanya
hemokonsentrasi yang ditandai kebocoran plasma (peningkatan hematokrit, asites, efusi
10
pleura, hipoalbuminemia). Dapat disertai gejala-gejala tidak khas seperti nyeri kepala,
nyeri otot & tulang, ruam kulit atau nyeri belakang bola mata.
Tidak semua yang terinfeksi virus dengue akan menunjukkan manifestasi DBD
berat. Ada yang hanya bermanifestasi demam ringan yang akan sembuh dengan
sendirinya atau bahkan ada yang sama sekali tanpa gejala sakit (asimtomatik). Sebagian
lagi akan menderita demam dengue saja yang tidak menimbulkan kebocoran plasma dan
mengakibatkan kematian.
Masa inkubasi virus dengue dalam manusia (inkubasi intrinsik) berkisar antara 3
- 14 hari sebelum gejala muncul, gejala klinis rata-rata muncul pada hari keempat sampai
hari ketujuh, sedangkan masa inkubasi ekstrinsik (di dalam tubuh nyamuk) berlangsung
sekitar 8-10 hari (Kemenkes, 2015). Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebar luasan
DBD antara lain adalah :
a) Perilaku masyarakat
b) Perubahan iklim (climate change) global
c) Pertumbuhan ekonomi
d) Ketersediaan air bersih
3.1.2 Patofisiologi Penyakit
Manifestasi klinis DBD timbul akibat reaksi tubuh terhadap masuknya virus yang
berkembang di dalam peredaran darah dan ditangkap oleh makrofag. Sebelum timbul
gejala akan terjadi viremia yang berlangsung selama 2 hari dan berakhir setelah lima hari
timbul gejala panas. Makrofag akan menjadi antigen presenting cell (APC) dan
mengaktifasi sel T-Helper dan menarik makrofag lain untuk memfagosit lebih banyak
virus. T-helper mengaktifasi sel T-sitotoksik yang bertugas untulk melisiskan makrofag
yang sudah memfagosit virus serta mengaktifkan sel B yang akan melepas antibodi.
Proses tersebut akan menyebabkan terlepasnya mediator-mediator yang merangsang
terjadinya gejala sistemik seperti demam, nyeri sendi, otot, malaise dan gejala lainnya.
Virus yang masuk ke dalam tubuh manusia akan berkembang biak dalam sel yang
selanjutnya diikuti dengan viremia yang berlangsung selama 5-7 hari. Infeksi tersebut
akan menyebabkan munculnya respon tubuh berupa humoral maupun selular, yaitu
11
antibodi netralisasi, antibodi hemaglutinin dan antibodi komplemen. Antibodi yang
muncul pada umumnya adalah immunoglobulin G (IgG) dan immunoglobulin M (IgM),
pada infeksi primer antibodi tersebut mulai terbentuk sedangkan pada infeksi sekunder
antibodi yang telah ada akan meningkat.
Antibodi terhadap virus dengue dapat ditemukan dalam darah sekitar demam hari
ke-5, meningkat pada minggu pertama sampai ketiga dan menghilang setelah 60-90 hari.
Infeksi primer IgG meningkat sekitar demam hari ke-14 sedangkan pada infeksi sekunder
IgG meningkat pada hari kedua. Oleh karena itu, diagnosa dini infeksi primer hanya dapat
ditegakkan setelah mendeteksi IgM setelah hari ke-5, diagnosis dini infeksi sekunder
dapat ditegakan dengan peningkatan IgM dan IgG yang cepat (Gambar 1).
Gambar 1. Respon Primer dan Sekunder Infeksi Virus Dengue Dikutip dari Patogenesa
dan Perubahan Patofisiologi Infeksi Virus Dengue.
1) Demam tinggi : Demam yang terjadi secara mendadak dan dapat mencapai suhu
tinggi, bahkan hingga 40 derajat Celsius
12
2) Nyeri otot, tulang, dan sendi : Penderita DBD dapat mengalami nyeri pada otot,
tulang, dan sendi
3) Sakit kepala : Gejala sakit kepala yang parah dapat muncul pada penderita DBD
4) Mual dan muntah : Penderita DBD juga dapat mengalami mual dan muntah
5) Nyeri di belakang mata : Gejala nyeri di belakang mata sering terjadi pada
penderita DBD
6) Ruam kulit : Munculnya ruam merah yang khas pada wajah, dada, tangan, dan
kaki merupakan gejala DBD yang sering terjadi
7) Lemas dan hilang nafsu makan : Penderita DBD dapat merasa lemas dan
mengalami penurunan nafsu makan
8) Penurunan kesadaran : Pada kasus DBD yang berat, penderita dapat mengalam
penurunan kesadaran.
Jika sejumlah gejala yang telah disebutkan muncul, langkah diagnosis dilakukan
dengan pemeriksaan fisik dan wawancara medis, yang diikuti dengan pemeriksaan
penunjang. Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan memeriksa sampel darah di
laboratorium.
Berikut ini adalah beberapa langkah pencegahan sederhana yang dapat dilakukan
agar terhindar dari penyakit Demam Berdarah Dengue :
13
d) Memperoleh vaksin dengue setelah berkonsultasi dengan dokter.
(Vaksin QDENGA merupakan vaksin demam berdarah tetravalen 4-strain yang aman dan
efektif untuk mencegah 4 tipe virus penyebab demam berdarah.)
14
c) Peningkatan Profesionalisme Petugas Kesehatan pengelola DBD, analisis,
perawat, dokter) dalam penerapan tatalaksana upaya pencegahan, pengendalian
dan pengobatan kasus DBD
Perbedaan patofisiologik utama antara DBD dan penyakit lain adalah adanya
peningkatan permeabilitas kapiler yang menyebabkan perembesan plasma dan gangguan
hemostatis. Prognosis DBD terletak pada pengenalan awal terjadinya perembesan
plasma, yang dapat diketahui dari peningkatan kadar hematokrit. Fase kritis pada
umumnya mulai terjadi pada hari ketiga sakit. Penurunan jumlah trombosit sampai
≤100.000/μl atau kurang dari 1-2 trombosit/Ipb (rata-rata dihitung pada 10 Ipb) terjadi
sebelum peningkatan hematokrit dan sebelum terjadi penurunan suhu. Peningkatan
hematokrit ≥20% mencerminkan perembesan plasma dan merupakan indikasi untuk
pemberian cairan. Larutan garam isotonik atau kristaloid sebagai cairan awal pengganti
13 volume plasma dapat diberikan sesuai dengan berat ringan penyakit.(Kemenkes RI,
2017)
15
segera berikan cairan kristaloid sebanyak 20 ml/kg BB selama 30 menit, bila syok teratasi
turunkan menjadi 10 ml/kgBB/jam. Tatalaksana DBD dengan Syok meliputi :
16
3) Cold Box dan Ice Pack: Cold box dan ice pack digunakan untuk menyimpan dan
mengangkut sampel dalam kondisi dingin, menjaga integritas sampel selama
transportasi.
4) Media Specimen: Media ini digunakan untuk pengumpulan dan penyimpanan
sampel selama investigasi.
5) Alat Pelindung Diri (APD): APD digunakan untuk melindungi petugas kesehatan
dari paparan langsung ke penyakit yang sedang diselidiki.
B. PELAKSANA
1. Petugas Surveilans Puskesmas Sosial
2. Petugas Program DBD Puskesmas Sosial
C. TEMPAT PELAKSANAAN
JL. SKB I PERUM GRAND MENSION, BLOK F N0.06, RT 28
D. TUJUAN PELAKSANAAN
- Mengidentifikasi faktor risiko
- Mengidentifikasi kasus tambahan
- Mengidentifikasi kontak erat
- Memberikan rekomendasi upaya pencegahan dan penanggulangan
E. IDENTITAS
1. Identifikasi Kasus
Nama : Indah Yulita
17
Alamat Domisili : Jl. Skb I Perum Grand Mension Blok F No. 06, Rt 28
Tanggal Lahir/Umur : 16-07-1983 / 40 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Kriteria : Demam Berdarah Dengue (DBD) Terkonfirmasi
2. Informasi Klinis :
Tanggal 25 Desember 2023, pasien mengeluh demam, menggigil, batuk, pilek,
dan nyeri tulang.
29
2
78
0 10 20 30 40 50 60 70 80
18
3) Pasien telah mendatangi puskesmas sosial untuk melakukan pemeriksaan demam
dan pengecekan laboratorium untuk menentukan apakah ini termasuk suspek
DBD .
4) Persentase kontak erat keluarga pasien tidak ada yang tertular.
5) Tidak di temukan jentik di sekitar pekarangan rumah dan BAK mandi, dan
Lingkungan
H. SARAN
1. Melakukan Surveilans ketat untuk pemantauan kasus tambahan atau kasus yang
belum terlaporkan.
2. Koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kota Palembang mengenai data
perkembangan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).
3. Koordinasi dengan Dinas setempat untuk tatalaksana kasus Demam Berdarah
Dengue (DBD).
4. Melibatkan pengambil keputusan dan tokoh masyarakat untuk menyampaikan
informasi apa yang harus bisa dilakukan bila terjadi penemuan kasus Demam
Berdarah Dengue (DBD).
5. Komunikasi risiko tentang kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) pada
masyarakat
19
Sumber : Data Puskesmas Sosial
B. PELAKSANA
a) Petugas Surveilans Puskesmas Sosial
b) Petugas Program DBD Puskesmas Sosial
C. TEMPAT PELAKSANAAN
JL. SKB II, PERUM SKB II RT 48/ RW 63
20
D. TUJUAN PELAKSANAAN
- Mengidentifikasi faktor risiko
- Mengidentifikasi kasus tambahan
- Mengidentifikasi kontak erat
- Memberikan rekomendasi upaya pencegahan dan penanggulangan
E. IDENTITAS
1. Identifikasi Kasus
Nama : M. Alvaro
Alamat Domisili : Jl. Skb II, Perum Skb II Rt 48/ Rw 63
Tanggal Lahir/Umur : 18-04-2012 / 11 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : Pelajar
Kriteria : Demam Berdarah Dengue (DBD) Terkonfirmasi
2. Informasi Klinis
Tanggal 01 Januari 2024, pasien mengeluh demam, lemas, manggil, muntah
Diagram 3.2 Trend Penyakit DBD di Puskesmas Sosial Tahun 2022 - 2023
29
2
78
0 10 20 30 40 50 60 70 80
21
rumah pasien dan rumah tetangga sekitar, pemberian abate, edukasi pencegahan DBD dan
komunikasi risiko.
G. KESIMPULAN
1. Melakukan Surveilans ketat untuk pemantauan kasus tambahan atau kasus yang
belum terlaporkan.
2. Koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kota Palembang mengenai data
perkembangan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).
3. Koordinasi dengan Dinas setempat untuk tatalaksana kasus Demam Berdarah
Dengue (DBD).
4. Melibatkan pengambil keputusan dan tokoh masyarakat untuk menyampaikan
informasi apa yang harus bisa dilakukan bila terjadi penemuan kasus Demam
Berdarah Dengue (DBD).
5. Komunikasi risiko tentang kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) pada
masyarakat
22
Sumber : Data Puskesmas Sosial
23
3.5 Pengolahan dan Analisis Data Deskriptif
Data yang disajikan merupakan data sekunder yang telah diolah sesuai kebutuhan
untuk memenuhi laporan. Data tersebut merupakan hasil dari berbagai upaya kerja
Puskesmas Sosial yang telah dikumpulkan sebelumnya. Data sekunder ini digunakan
untuk mendukung analisis yang kami sajikan.
TOTAL
KODE SMS PENYAKIT
PENYAKIT
A Diare Akut 173
B Malaria Konfirmasi 0
C Tersangka Demam Dengue 0
D Pneumonia 5
E Diare Berdarah ATAU Disentri 0
F Tersangka Demam Tifoid 32
G Sindrom Jaundis Akut 0
H Tersangka Chikungunya 0
J Tersangka Flu Burung pada Manusia 0
K Tersangka Campak 8
L Tersangka Difteri 0
M Tersangka Pertussis 0
N AFP (Lumpuh Layuh Mendadak) 0
P Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies 8
Q Tersangka Antraks 0
R Tersangka Leptospirosis 0
S Tersangka Kolera 0
T Klaster Penyakit yang tidak lazim 0
U Tersangka Meningitis/Ensefalitis 0
V Tersangka Tetanus Neonatorum 0
W Tersangka Tetanus 0
Y ILI (Influenza Like Illness) 0
24
Z Tersangka HFMD 0
AC Tersangka Covid-19 0
X TOTAL (JUMLAH KUNJUNGAN) 221
Sumber : Data Puskesmas Sosial
Berdasarkan Tabel 4.1, di Puskesmas Sosial pada tahun 2023 mencatat sejumlah
kasus penyakit potensial KLB. Diare Akut menjadi penyakit dengan jumlah kasus
terbanyak, yaitu 173 kasus. Selain itu, terdapat 32 kasus Tersangka Demam Tifoid, 8
kasus Tersangka Campak, 8 kasus Gigitan Hewan Penularan Rabies, dan 5 kasus
Pneumonia. Sementara itu, tidak ada kasus yang tercatat untuk penyakit lainnya seperti
Malaria Konfirmasi, Diare Berdarah atau Disentri, Tersangka Pertusiss, ILI(Infuenza
Like Illness) dan Tersangka Covid-19, di antara lainnya. Total kunjungan ke Puskesmas
Sosial pada tahun 2023 tersebut adalah 221 kunjungan. Dengan demikian, sebagian besar
kunjungan tidak berkaitan dengan penyakit potensial KLB yang tercatat.
Bulan Jumlah
Oktober 0
November 2
Desember 2
Total 4
Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 4.2, menunjukkan penurunan dari bulan
Oktober namun pada bulan November sampai dengan Desember Mulai muncul kasus.
Pada bulan Oktober terdapat 0 kasus, sedangkan pada bulan November dan Desember
terdapat Kenaikan kasus sebanyak 4 kasus. Secara keseluruhan, terdapat 4 DBD selama
periode tersebut. terdapat fluktuasi dalam jumlah kasus DBD sepanjang tahun 2023,
dengan peningkatan dan penurunan jumlah kasus pada beberapa bulan. Fluktuasi ini
25
mungkin dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti perubahan musim, peningkatan
aktivitas nyamuk, atau perubahan dalam upaya pencegahan dan pengendalian DBD.
Rumus:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑎𝑠𝑢𝑠
Period Prevalence Rate (%) = x 100
𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
Dalam hal ini, jumlah kasus baru dan yang sudah ada selama periode waktu yang
sama adalah 4 (Oktober sampai Desember), dan ukuran populasi selama periode waktu
yang sama adalah 72.022 Maka, perhitungannya
4
Period Prevalence Rate = x 100 = 0,055
72.022
Jadi, period prevalence rate kasus DBD di Puskesmas Sosial selama periode
Oktober sampai Desember 2023 adalah sekitar 0.055%.
Rumus:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑎𝑠𝑢𝑠
Attack Rate (%) = x 100
𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜
Perhitungan:
2
Attack Rate (%) = x 100 = 0,027
72.022
Hasil perhitungannya adalah sekitar 0,027%. Ini berarti bahwa sekitar 0,055% dari
populasi yang berisiko mengalami DBD selama periode waktu tersebut.
26
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Analisis Data
Data yang disajikan merupakan data sekunder yang telah diolah sesuai kebutuhan untuk
memenuhi laporan. Data tersebut merupakan hasil dari berbagai upaya kerja Puskesmas Sosial
yang telah dikumpulkan sebelumnya. Data sekunder ini digunakan untuk mendukung analisis
yang kami sajikan.
27
Tabel 4.2 Prevalensi Kasus DBD Periode Jan-Des Tahun 2023
Data Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD)
Di Puskesmas Sosial Tahun 2023
Diagram 4.1 Pie Chart kasus DBD Pada Tahun 2022 - 2023
DBD 2023
29%
78%
28
Berdasarkan Data Tabel 4.1, Tabel 4.2, dan Diagram 4.1 di atas pada tahun 2022 - 2023,
Dapat dilihat Prevalensi Kasus DBD pada kurun waktu 2 tahun bahwa penyakit DBD di
kelurahan SukaJaya dan SukaBangun sudah dapat diatasi, dapat dilihat pada tahun 2022 jumlah
kasus yaitu 78 Kasus DBD, Kemudian Pada tahun 2023 dengan julah Kasus yaitu 29 Kasus
DBD. Dengan demikian, Kasus DBD di Puskesmas Sosial telah di kendalikan dengan khusus
oleh Petugas Puskesmas, dengan pemberian Edukasi, Fogging, Pemberian Obat ABATE, dan
Pelaporan yang cepat kepada dinas Kesehatan agar kasus DBD pada Kelurahan SukaJaya dan
SukaBangun dapat di kendalikan dan dan dapat menurunkan angka kesakitan (Incidence Rate)
pada wilayah puskes sosial.
4.2. Pembahasan
Tabel 4.3 Prevalensi Kasus DBD Periode Jan-Des Tahun 2023
Prevalensi Kasus DBD
Jumlah
Bulan
Keseluruhan
Januari 12
Februari 3
Maret 3
April 0
Mei 0
Juni 2
Juli 2
Agustus 2
September 1
Oktober 0
November 2
Desember 2
Total 29
Sumber : Data Puskesmas Sosial
29
Diagram 4.2 Grafik kasus DBD Pada Tahun 2023
Berdasarkan Diagram Grafik 4.2, Dapat dilihat bahwa jumlah keseluruhan kasus DBD
pada bulan januari – desember memiliki pola kasus yang bervariasi, yaitu dengan jumlah total
keseluruhan 29 kasus. Selain itu kasus tertinggi pada kasus DBD terdapat pada bulan januari
dengan jumlah 12 kasus, pada bulan februari – maret memiliki 3 kasus, bulan juni- Agustus
memiliki 2 kasus, pada bulan september ditemukan 1 kasus, dan bulan November - Desember
memiliki masing-masing 2 kasus DBD. Hal ini menunjukkan bahwa insiden Demam Berdarah
Dengue (DBD) di wilayah kerja puskesmas sosial di pengaruhi oleh berbagai faktor, seperti
perubahan musim, peningkatan aktivitas nyamuk.
Diagram 4.3 Grafik kasus DBD Berdasarkan Kelurahan Pada Tahun 2023
20
10 Kelurahan SKB
Kelurahan SKJ
0
Total
Kelurahan SKJ 13
Kelurahan SKB 16
30
Dengue (DBD) sebanyak 16 orang, sedangkan Kelurahan SukaJaya memiliki jumlah penderita
sebanyak 13 orang. Hal ini menunjukkan bahwa insiden Demam Berdarah Dengue (DBD)
lebih tinggi di Kelurahan SukaBangun dibandingkan dengan Kelurahan SukaJaya.
Diagram 4.4 Pie Chart DBD Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Tahun 2023
PR
41%
LK LK
59% PR
Berdasarkan Diagram Pie Chart 4.4, bahwa pada kasus DBD di puskesmas Sosial pada
tahun 2023 yang memiliki prevalensi tertinggi adalah Laki-Laki dengan presentase 59% dan
Perempuan 41%, maka dapat di katakan bahwa kasus DBD di Puskesmas Sosial dominan
terjadi pada Laki- Laki dari pada Perempuan.
Data ini penting untuk memahami distribusi kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di
wilayah tersebut dan dapat digunakan sebagai dasar untuk merencanakan intervensi kesehatan
masyarakat yang tepat. Selanjutnya, penelitian lebih lanjut mungkin diperlukan untuk
menentukan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap perbedaan insiden DBD antara dua
kelurahan tersebut.
31
4) Menerapkan PHBS di lingkungan sekitar
5) Sigap dalam melaporkan kasus DBD kepada pihak kesehatan agar segera dilakukan
fogging bulanan.
6) Pemberian ABATE setiap bulan kepada masyarakat di wilayah kerja puskesmas
32
Kegiatan penyuluhan pencegahan DBD ini lebih efektif dan efisien di bandingkan cara yang
lain seperti fogging misalnya, karena lebih menghemat biaya dari pada fogging.
a. Dasar hukum
B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Dengan dilakukan kegiatan penyuluhan DBD ini di harapkan penyakit DBD di wilayah
kerja Puskesmas Sosial dapat dikendalikan.
b. Tujuan Khusus
Untuk mencapai tidak terjadi kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas Sosial dilakukan
penyuluhan dengan target 100 % di wilayah kerja puskesmas khususnya di 2 kelurahan yaitu
kelurahan SukaJaya dan kelurahan SukaBangun dilakukan secara berkesinambungan.
C. SASARAN
Yang menjadi sasaran dalam kegiatan penyuluhan DBD ini adalah kader, dan
masyarakat umum.
33
D. PROSES
1) INPUT
a) DANA
Kegiatan Penyuluhan pencegahan penyakit DBD ini dengan menggunakan dana BOK
2023 Puskesmas Sosial - Dinas Kesehatan Kota Palembang.
b) SDM
SDM yang terlibat dalam kegiatan ini adalah bersama-sama dengan pemegang program
P2M, Promkes, Kesling dan dokter Puskesmas Sosial, Kepala Puskesmas Sosial yang
di bantu oleh Kepala desa dan Kader Kesehatan.
c) OUTPUT
Terlaksananya program penyuluhan pencegahan penyakit DBD di wilayah puskesmas
Sosial terjadi penurunan kasus DBD/tidak terjadi kasus DBD
d) OUT CAME (DAMPAK)
Dengan dilakukannya program pelayanan pencegahan penyakit DBD diwilayah
puskesmas Sosial terjadi penurunan kasus DBD/ tidak terjadi kasus DBD, manfaatnya
dapat dirasakan oleh masyarakat, sehingga masyarakat dapat berperan aktif dalam.
Penggerakan program pencegahan kasus DBD.
1) Strategi
34
c) Cara Penyebaran, sumber penularan dan cara penuluran penyakit DBD
e) Tata laksana pencegahan peristiwa DBD dan tata laksana pasien, kontak dan lingkungan
3) Persipan lapangan
Dengan membuat undangan, izin tempat dan koordinasi
35
G. Lampiran
36
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Demam berdarah atau demam berdarah dengue adalah penyakit febril akut yang
ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan malaria. Demam
berdarah disebarkan kepada manusia oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini ditunjukkan
melalui munculnya demam secara tiba-tiba, disertai sakit kepala berat, sakit pada sendi dan
ruam. Karena seringnya terjadi perdarahan dan syok maka pada penyakit ini angka
kematiannya cukup tinggi, oleh karena itu setiap Penderita yang diduga menderita Penyakit
Demam Berdarah dalam tingkat yang manapun harus segera dibawa ke dokter atau Rumah
Sakit, mengingat sewaktu-waktu dapat mengalami syok / kematian.
Dari analisis data mengenai masalah demam berdarah dengue (DBD) yang terjadi
sumatera selatan tepatnya di puskesmas sosial, terlihat bahwa DBD masih menjadi
permasalahan kesehatan yang signifikan di puskesmas sosial, tidak mengenal usia siapa saja
bisa terjangkit DBD, Prevalensi DBD yang tinggi dapat menyebabkan Kejadian Luar Biasa
(KLB) dengan dampak serius pada kesehatan masyarakat.
Dengan demikian, upaya pencegahan DBD perlu difokuskan pada peningkatan kesadaran,
edukasi, dan perbaikan lingkungan. Seperti Program-program yang telah di lakukan oleh pihak
puskes antara lain pemberian obat ABATE, Fogging, Pemberian Edukasi dan Tentunya
Pelaporan Kasus yang cepat menjadikan kasus DBD di wilayah puskes dapat di kendalikan
dengan cepat agar tingkat prvalensi kasus DBD di wilayah kerja puskes sosial dapat menurun
setiap tahunnya.
5.2 Saran
1) Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pencegahan DBD sehingga
diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk dapat menghindari atau
mencegah faktor–faktor yang berisiko untuk terjadinya penyakit DBD bagi individu,
keluarga dan masyarakat.
2) Meningkatkan upaya kerjasama dengan pihak terkait dalam upaya pencegahan demam
berdarah dengue
3) Pengembangan Ilmu Pengetahuan,sehingga perlu di lakukan penelitian lanjutan tentang
demam berdarah dengue dengan informasi yang lebih mendalam dengan menambahkan
variabel bebas yang dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca.
37
4) Selalu mewaspadai gigitan nyamuk dan meninggalkan kebiasaan buruk yang dapat
mengundang nyamuk ke dalam rumah, menerapkan pola hidup bersih dan
membiasakan anak memakai pakaian panjang guna menghindari gigitan nyamuk Aedes
aegypti, menerapkan kebiasaan memakai obat anti nyamuk, meningkatkan praktik PSN
serta meningkatkan peran serta aktif dalam pencegahan DBD di lingkungan sekitar
tempat tinggal.
38
DAFTAR PUSTAKA
(No date a) Keputusan menteri Kesehatan republik Indonesia pedoman ... - kemkes.go.id.
Available at:
https://yankes.kemkes.go.id/unduhan/fileunduhan_1610413358_685089.pdf (Accessed:
09 January 2024).
Admin, J., 01 Februari 2019 (2019) Buku Pedoman pencegahan Dan Pengendalian demam
berdarah dengue di Indonesia, KESEHATAN LINGKUNGAN. Available at:
https://www.kesehatanlingkungan.com/2019/02/buku-pedoman-pencegahan-dan.html
(Accessed: 09 January 2024).
Imuni, M. (2023) Demam Berdarah Sekarang Sudah Ada Vaksinnya !, imuni. Available at:
https://imuni.id/vaksin-demam-berdarah-dbd-qdenga/ (Accessed: 09 January 2024).
Kementrian Kesehatan RI. (2019). Laporan Tahunan Kesehatan Indonesia 2018. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI.
39
LAMPIRAN
40
2. Setelah bertemu kepala RT setempat kemudian Surveilans PE dan Mahasiswa PBL
mendatangi tempat terjadinya Kasus DBD (pasien).
41
3. Surveilas PE dan Mahasiswa PBL melakukan pemeriksaan sanitasi lingkungan yang ada di
pekarangan rumah dan di dalam rumah Pasie (BAK Mandi/ Genangan air yang di tampung)
42
43
Salah satu jentik yang ditemukan di dalam BAK Pekarangan rumah Pasien
44
4. Setelah Melakukan Pengecekan, Wawancara, dan Pengambilan data, Surveilans PE dan
Mahasiswa PBL memberikan Edukasi kepada Keluarga Pasien tentang DBD, Cara
penanggulangan dan memberikan obat ABATE untuk menghindari DBD.
45
STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS SOSIAL
46
FORMAT PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI
47