Anda di halaman 1dari 8

PENDIPA Journal of Science Education, 2024: 8 (1), 27-34 ISSN 2088-9364

Diplomasi Iklim: Upaya menyelamatkan bumi


dari krisis iklim?
Adi Subiyanto*
Program Studi Manajemen Bencana, Fakultas Keamanan Nasional, Universitas Pertahanan
*Email: adisbyt@gmail.com

DOI: https://doi.org/10.33369/pendipa.8.1.27-34

ABSTRACT
[Climate Diplomacy: Efforts to save the earth from the climate crisis?]. Various human activities have
caused the concentration of greenhouse gases (GHG) such as CO2, CH4, and N2O in the earth's atmosphere
to increase, which has an impact on increasing global temperatures and has led to the climate crisis. To
reduce GHG emissions, countries that ratified the Paris Agreement set targets to be achieved as Nationally
Determined Contributions (NDC). The Paris Agreement must be integrated into diplomatic practice as
climate diplomacy. The method used in this research was qualitative-descriptive analysis. The data used
were reports from the Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) and Indonesia's contribution to
the NDC document. The research results showed that 1) Global warming had caused a climate crisis so that
it has become a threat to the survival of life; 2) Indonesia's contribution in reducing the rate of global
warming through NDC had not been able to reach the target of 29% with its own efforts or 41% with
assistance and cooperation; and 3) Climate diplomacy, which is expected as an effort to reduce the climate
crisis, was not easy to carry out. The obstacle to implementing climate diplomacy is that each country has its
own interests. Developed countries are expected to take the lead and provide funding and technological
assistance to developing countries so that all countries can participate in efforts to reduce the impact of the
climate crisis.

Keywords: global warming, climate crisis, Indonesia's contribution, climate diplomacy.

ABSTRAK
Berbagai aktivitas manusia telah menyebabkan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) seperti CO 2, CH4, dan
N2O di atmosfer bumi semakin meningkat yang berdampak terhadap peningkatan suhu secara global dan
telah mengarah kepada krisis iklim. Untuk menekan emisi GRK maka negara-negara yang meratifikasi
Persetujuan Paris menetapkan target yang ingin dicapai sebagai Nationally Determined Contribution (NDC).
Persetujuan Paris tersebut harus diintegrasikan ke dalam praktik diplomasi sebagai diplomasi iklim. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif. Data yang digunakan adalah laporan
dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) dan kontribusi Indonesia dalam dokumen NDC.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Pemanasan global telah menyebabkan krisis iklim sehingga menjadi
ancaman bagi kelangsungan kehidupan; 2) Kontribusi Indonesia dalam menekan laju pemanasan global
melalui NDC belum mampu mencapai target 29% dengan upaya sendiri (unconditional) atau 41% dengan
bantuan dan kerja sama (conditional); dan 3) Diplomasi iklim yang diharapkan sebagai upaya untuk
mengurangi krisis iklim tidak mudah untuk dilakukan. Kendala dalam melaksanakan diplomasi iklim karena
setiap negara memiliki kepentingan masing-masing. Negara maju diharapkan dapat memimpin dan
memberikan bantuan pendanaan maupun teknologi kepada negara berkembang sehingga semua negara dapat
berperan serta dalam upaya mengurangi dampak dari krisis iklim.

Kata Kunci: pemanasan global, krisis iklim, kontribusi Indonesia, diplomasi iklim.

PENDAHULUAN manusia (antropogenik), khususnya yang


Perubahan iklim adalah berubahnya iklim memanfaatkan bahan bakar fosil dan alih fungsi
yang diakibatkan, langsung atau tidak langsung, lahan/hutan adalah faktor utama penyebab
oleh aktivitas manusia yang menyebabkan perubahan iklim (IPCC, 2007). Fenomena
perubahan komposisi atmosfer secara global serta perubahan iklim global disebabkan oleh
perubahan variabilitas iklim alamiah yang teramati terganggunya keseimbangan energi antara bumi dan
pada kurun waktu yang dapat dibandingkan (UU atmosfer (Aldrian et al, 2011). Gangguan
No. 31/2009 tentang BMKG). Berbagai aktivitas keseimbangan tersebut dipengaruhi oleh

https://ejournal.unib.ac.id/index.php/pendipa 27
PENDIPA Journal of Science Education, 2024: 8 (1), 27-34 ISSN 2088-9364

peningkatan emisi karbon dioksida (CO2), metana aksi dan kolaborasi untuk mengatasinya (common
(CH4) dan nitrous oksida (N2O) yang dikenal action and collaboration). Ditinjau dari sifat
sebagai gas rumah kaca (GRK). GRK masalahnya maka penanganan terhadap krisis iklim
menyebabkan terjadinya pemanasan global, memaksa kerja sama jangka panjang oleh
berakibat kepada perubahan siklus air di atmosfer komunitas internasional. Disinilah pentingnya
bumi yang dalam jangka panjang, di atas 30 tahun, penggunaan saluran dan strategi diplomatik untuk
menyebabkan kondisi iklim yang berubah. mengatasi perubahan iklim global dan dampaknya
Indonesia memiliki peran penting dalam yang dikenal sebagai diplomasi iklim (climate
upaya menyelamatkan bumi dari dampak diplomacy). Indonesia diharapkan dapat
perubahan iklim. Pada tahun 2007, Indonesia berkontribusi secara aktif dalam menghadapi krisis
menjadi penyelenggara sidang PBB yang iklim melalui diplomasi iklim.
dilaksanakan di Bali dan menghasilkan Bali Strategi diplomatik untuk mengatasi
Roadmap atau Peta Jalan Bali. Sidang PBB perubahan iklim global mengacu pada penggunaan
tersebut menyepakati empat agenda, yaitu: aksi alat diplomasi untuk mendukung pencapaian tujuan
untuk melakukan kegiatan adaptasi terhadap iklim internasional dan memitigasi dampak negatif
dampak negatif perubahan iklim, cara mengurangi perubahan iklim terhadap perdamaian, stabilitas dan
emisi GRK, cara mengembangkan dan kesejahteraan. Diplomasi iklim berarti
memanfaatkan teknologi yang bersahabat dengan memprioritaskan aksi iklim dalam hubungan
iklim, serta pendanaan untuk mitigasi dan adaptasi dengan mitra di seluruh dunia, membentuk agenda
perubahan iklim. Indonesia juga telah kebijakan luar negeri, dan membangun kemitraan
menetapkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun yang secara bersamaan menangani tujuan iklim dan
2016 tentang Pengesahan Paris Agreement to the kebijakan luar negeri lainnya seperti membangun
United Nations Framework Convention on Climate perdamaian atau memperkuat multilateralisme
Change (Persetujuan Paris atas Konvensi Kerangka (Augustyn et al, 2022). Diplomasi iklim dilakukan
Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai dengan memperhatikan penilaian risiko dan strategi
Perubahan Iklim). Kontribusi Indonesia dalam pengelolaan risiko yang tepat pada tingkat global.
menangani laju pemanasan global, tidak terlepas Diplomasi iklim juga berarti memprioritaskan aksi
dari kontribusi yang telah ditetapkan secara iklim dengan mitra di seluruh dunia dalam dialog
nasional (Nationally Determined diplomatik, diplomasi publik, dan instrumen
Contribution/NDC) untuk mengurangi emisi gas kebijakan eksternal. Cakupan diplomasi iklim untuk
rumah kaca dan potensinya dalam penyerapan emisi menjangkau negara-negara mitra secara bilateral
gas CO2 karena memiliki luas hutan 125,8 juta dan mendorong aksi iklim yang lebih ambisius.
hektare (KLHK, 2023). Sampai saat ini, telah ada kesadaran umum
Namun demikian, perubahan iklim bersifat akan pentingnya memahami permasalahan terkait
global sehingga penanganannya juga harus krisis iklim dan perlunya tindakan segera. Terlebih
dilakukan oleh komunitas global (Ki-Moon, 2011). lagi, tren perubahan iklim adalah “point of no
Ban Ki-Moon (Sekretaris Jenderal PBB ke-8 tahun return (PNR)”, dimana suhu global telah meningkat
2007-2016) menyatakan bahwa “Climate change 1,1 oC, tidak mungkin lagi untuk dikembalikan ke
does not respect borders; it does not respect who kondisi awal (1850-an) sehingga perlu upaya
you are – rich and poor, small and big. Therefore, menekannya guna mengurangi dampak yang lebih
this is what we call ‘global challenges’, which buruk. Untuk itu, tujuan dari penelitian ini untuk
require global solidarity” (Perubahan iklim tidak memahami pemanasan global yang telah
mengenal batas negara; tidak peduli siapa Anda – menyebabkan krisis iklim sehingga menjadi
kaya dan miskin, kecil dan besar. Oleh karena itu, ancaman bagi kelangsungan kehidupan, kontribusi
inilah yang kami sebut sebagai ‘tantangan global’ Indonesia dalam menekan laju pemanasan global,
yang memerlukan solidaritas global). Kondisi iklim dan upaya menyelamatkan bumi dari berbagai krisis
yang berubah tersebut menyebabkan berbagai melalui diplomasi iklim.
dampak sehingga dunia saat ini telah, sedang, dan
akan menghadapi berbagai krisis iklim. Krisis iklim METODE PENELITIAN
yang dipicu oleh kegagalan dalam adaptasi dan Metodologi yang digunakan dalam penelitian
mitigasi perubahan iklim merupakan risiko global ini adalah analisis deskriptif kualitatif. Penelitian
jangka panjang dan menjadi salah satu tantangan deskriptif adalah penelitian yang menggunakan data
terbesar di abad ke-21 (WEF, 2020). untuk memecahkan suatu masalah (Narbuko &
Oleh karena itu, krisis iklim perlu dipandang Ahmadi, 2015) sedangkan penelitian kualitatif
sebagai musuh bersama (common enemy) dan perlu mengacu pada jenis penelitian yang instrumen
disadari oleh komunitas internasional sebagai utamanya adalah peneliti (Sugiyono, 2010). Peneliti
bentuk krisis nyata (common sense of cricis) mengumpulkan data dan pustaka dari berbagai
sehingga mendorong semua pihak untuk melakukan sumber untuk menganalisis permasalahan yang

https://ejournal.unib.ac.id/index.php/pendipa 28
PENDIPA Journal of Science Education, 2024: 8 (1), 27-34 ISSN 2088-9364

terkait dengan pemanasan global yang dan laut), gangguan pada siklus nitrogen dan fosfor,
menyebabkan krisis iklim sehingga menjadi penipisan ozon stratosfer, pengasaman laut,
ancaman bagi kelangsungan kehidupan, kontribusi penggunaan air tawar global, perubahan
Indonesia dalam menekan laju pemanasan global, penggunaan lahan, polusi kimia, dan pemuatan
dan diplomasi iklim dalam menyelamatkan aerosol di atmosfer (Gambar 1). Perubahan iklim
berbagai krisis. merupakan salah satu fenomena yang telah
Data yang digunakan adalah laporan dari melewati ambang batas dari sistem pendukung
IPCC tentang tren pemanasan global dan kehidupan dan ketahanan sistem bumi. Dampaknya
dampaknya terhadap keberlangsungan kehidupan di diperkirakan akan semakin parah sehingga
bumi. Selain itu, digunakan data luas hutan dan menyebabkan krisis iklim yang dapat mengancam
kontribusi Indonesia dalam menurunkan laju emisi kelangsungan kehidupan manusia di bumi. Di sisi
CO2 yang tertuang dalam dokumen NDC. lain, penanganan terhadap perubahan iklim tidak
Selanjutnya, studi pustaka tentang batasan yang dapat dilakukan oleh satu negara saja. Perubahan
aman bagi kehidupan umat manusia (a safe iklim bersifat global sehingga penanganannya
operating space for humanity) yang dikemukakan membutuhkan kerja sama di tingkat global. Oleh
oleh Röckström et al. (2009), laporan tentang tren karena itu melalui diplomasi iklim diharapkan dapat
pemanasan global dari IPCC (2022), dan proyeksi membantu menyelamatkan bumi dari berbagai
risiko global jangka panjang dari World Economic krisis.
Forum (WEF, 2020), digunakan sebagai landasan
utama dalam melakukan analisis dalam Pemanasan Global, Krisis Iklim, dan
pembahasan. Kelangsungan Kehidupan
Berbagai kajian akademis telah memiliki
HASIL DAN PEMBAHASAN kesepakatan bahwa penyebab utama pemanasan
Batasan Planet (Planetary Boundaries) global adalah berbagai aktivitas yang dilakukan
ditetapkan untuk sembilan sistem dan proses oleh manusia. Era dimana berbagai aktivitas
biofisik yang mengatur fungsi sistem pendukung manusia yang menyebabkan pemanasan global
kehidupan dan ketahanan sistem bumi. Kesembilan disebut sebagai antroposen. Secara etimologis, kata
sistem tersebut diteliti secara ilmiah, pertama kali antroposen berasal dari bahasa Yunani “anthropos”
diperkenalkan oleh Röckström et al. (2009) yang yang berarti manusia. Crutzen dan Stoermer (2000)
menyebutnya sebagai “A safe operating space for menyatakan “Bagi kami adalah hal yang tepat
humanity” (Batasan yang aman bagi kehidupan untuk menekankan peran sentral manusia dalam
umat manusia). Pengelolaan berkelanjutan, dalam geologi dan ekologi dengan mengajukan
batas-batas yang ditentukan secara ilmiah, penggunaan term ‘antroposen’ sebagai epos geologi
memberikan peluang besar bagi manusia untuk terkini.” Antroposen mengisyaratkan peralihan dari
menjaga sistem bumi dalam keadaan yang Holosen yang merupakan kondisi interglasial,
kondusif. Untuk setiap sistem/proses, batasan dimana peralihan ini dipengaruhi besar oleh
kuantitatif ditetapkan untuk variabel kontrol aktivitas manusia. Steffen et al (2007) menyatakan
penting yang terbukti menjadi indikator yang baik bahwa aktivitas-aktivitas manusia telah menjadi
untuk fungsi setiap proses. Melampaui tingkat batas sangat banyak dan sangat intensif hingga melebihi
aman untuk variabel kontrol akan menempatkan daya dukung alam.
kondisi yang memungkinkan pembangunan dan Konsentrasi GRK di atmosfer menyebabkan
kesejahteraan manusia dalam risiko. kenaikan suhu bumi secara bertahap. Peningkatan
konsentrasi gas karbon dioksida (CO2) yang berasal
dari aktivitas manusia seperti pembakaran bahan
bakar fosil, deforestasi, industri, dan sebagainya
telah menyebabkan kondisi iklim mengalami
perubahan (UNFCC, 2022). Intergovernmental
Panel on Climate Change (IPCC) pada tahun 2022
telah menyimpulkan bahwa aktivitas manusia
adalah penyebab utama perubahan iklim saat ini.
IPCC melaporkan bahwa suhu permukaan bumi
telah meningkat sebesar 1,1° Celcius (2°
Gambar 1. A safe operating space for humanity Fahrenheit) sejak abad ke-19 (IPCC, 2022). Para
(Röckström et al, 2009) ilmuwan memprediksi suhu di bumi akan melewati
ambang batas 1,5 derajat Celcius untuk pertama
Kesembilan sistem dan proses biofisik dalam kalinya dalam sejarah. Dijelaskan pula terdapat
Planetary Boundaries meliputi: perubahan iklim, kemungkinan sebesar 66% ambang batas 1,5 oC itu
tingkat hilangnya keanekaragaman hayati (darat akan terlewati sebelum tahun 2050 (Gambar 2).

https://ejournal.unib.ac.id/index.php/pendipa 29
PENDIPA Journal of Science Education, 2024: 8 (1), 27-34 ISSN 2088-9364

Gambar 2. Tren Pemanasan Global Tahun 1850 – 1900 (oC)


Sumber: IPCC (2018)

Pemanasan global yang disebabkan oleh Fenomena pemanasan global yang memicu
emisi gas rumah kaca (CO2, CH4, dan N2O) yang terjadinya krisis iklim merupakan bagian dari isu
ditimbulkan oleh berbagai aktivitas manusia lingkungan. Berdasarkan laporan dari World
(antropogenik) telah menyebabkan kondisi iklim di Economic Forum pada 2020 (WEF, 2020)
bumi berubah. Perubahan iklim tersebut memicu disebutkan bahwa terdapat setidaknya tiga isu
terjadinya krisis iklim seperti kekeringan panjang, lingkungan yang menjadi risiko global dalam
gelombang panas, dan cuaca ekstrem. Krisis iklim jangka panjang. Risiko global tersebut meliputi:
adalah istilah yang menggambarkan pemanasan cuaca ekstrem (extreme weather), bencana alam
global dan perubahan iklim, serta dampaknya. (natural disasters), dan kegagalan dalam
Krisis iklim telah digunakan untuk menggambarkan adaptasi/mitigasi perubahan iklim (climate action
ancaman pemanasan global terhadap umat manusia failure). Ketiganya dikategorikan sebagai risiko
dan planet bumi sehingga aksi mitigasi perubahan terbesar karena dari sisi peluang terjadinya
iklim sudah saatnya dilakukan secara agresif. (likelihood) dan dampaknya (impact) memiliki
Kesemuanya itu dimaksudkan untuk menjaga angka/nilai yang tinggi yang dalam gambar dalam
keberlangsungan kehidupan umat manusia agar posisi kanan-atas (Gambar 3).
tetap kondusif.

Gambar 3. Proyeksi Risiko Global Jangka Panjang


(WEF, 2020)

Bila mengacu pada Persetujuan Paris pada Kontribusi Indonesia Dalam Menekan Laju
2015 yang lalu, negara-negara di dunia telah Pemanasan Global
bersepakat untuk mengurangi emisi CO2 yang, baik Penanganan terhadap laju pemanasan global
secara langsung maupun tidak langsung, menjadi oleh komunitas internasional menjadi sangat
penyebab ketiga risiko global jangka panjang penting berdasarkan aturan bersama atau
tersebut. Sampai saat ini berbagai aktivitas manusia persetujuan gobal dengan multilateralisme sebagai
telah menyumbang konsentrasi GRK yang semakin prinsip utamanya dan PBB sebagai intinya.
meningkat di atmosfer bumi. Apabila kondisi Persetujuan global dalam menekan laju pemanasan
tersebut tidak dilakukan upaya serentak oleh semua adalah Persetujuan Paris (Paris Agreement) yaitu
negara maka dampak pemanasan global akan menekan laju peningkatan suhu global tidak lebih
semakin parah sehingga menyebabkan krisis iklim dari 1,5 oC pada 2050. Persetujuan Paris bersifat
yang dapat mengancam kelangsungan kehidupan mengikat secara hukum dan diterapkan semua
manusia di bumi. negara (legally binding and applicable to all)
dengan prinsip tanggung jawab bersama yang
dibedakan dan berdasarkan kemampuan masing-

https://ejournal.unib.ac.id/index.php/pendipa 30
PENDIPA Journal of Science Education, 2024: 8 (1), 27-34 ISSN 2088-9364

masing (common but differentiated responsibilities Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa


and respective capabilities), dan memberikan mengenai Perubahan Iklim).
tanggung jawab kepada negara-negara maju untuk Dalam rangka melaksanakan Persetujuan
menyediakan dana, peningkatan kapasitas, dan alih Paris, kontribusi yang ditetapkan secara nasional
teknologi kepada negara berkembang. (NDC) Indonesia mencakup aspek mitigasi dan
Pengembangan kerja sama sukarela antarnegara adaptasi. Indonesia berkomitmen untuk
dalam rangka penurunan emisi termasuk melalui menurunkan emisi GRK tahun 2030 sebesar 29%
mekanisme pasar dan nonpasar. Kewajiban negara dengan upaya sendiri (unconditional) atau 41%
maju menyediakan sumber pendanaan untuk dengan bantuan dan kerja sama (conditional).
membantu negara berkembang dalam Namun, komitmen tersebut bertentangan dengan
melaksanakan mitigasi dan adaptasi perubahan program pemerintah untuk meningkatkan kapasitas
iklim. listrik sebesar 35.000 MW yang sebagian besar
Proses panjang telah ditempuh dalam mengandalkan batu bara, sedangkan target
melaksanakan adaptasi perubahan iklim. Dimulai peningkatan porsi energi baru dan terbarukan
sejak tahun 2010 dengan disusunnya Indonesia sebesar 23% pada tahun 2025 masih tertahan di
Climate Change Sectoral Roadmap (ICCSR) yang angka 9% karena memerlukan investasi yang sangat
diterjemahkan menjadi Rencana Aksi Nasional besar. Tidak mengherankan jika Climate Action
Adaptasi Perubahan Iklim (RAN API) 2014. Tracker (CAT) menyatakan bahwa kebijakan
Berdasarkan proses evaluasi dan perkembangan perubahan iklim di Indonesia sangat tidak memadai
kondisi nasional maka disusun dan diterbitkan (Djalal, 2021). Berdasarkan data pada Tabel 1
dokumen Pembangunan Berketahanan Iklim (PBI) tersebut, Indonesia masih menghadapi
2020-2045. Indonesia juga telah mengesahkan permasalahan dalam mencapai target dalam
Paris Agreement melalui Undang-Undang Nomor dokumen NDC yang telah disampaikan ke
16 tahun 2016 tentang Pengesahan Paris Agreement Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
to The United Nations Framework Convention on tentang Kerangka Kerja Perubahan Iklim (United
Climate Change (Persetujuan Paris Atas Konvensi Nations Framework Convention on Climate
Change/UNFCCC).

Tabel 1. NDC Indonesia yang telah disampaikan ke UNFCCC


Tanggal
Jenis Komitmen Target Penurunan Emisi
dikeluarkan
Intended Nationally Determined 29% unconditional & 41%
2015
Contribution conditional
29% unconditional & 41%
First Nationally Determined Contribution November 2016
conditional
Updated Nationally Determined 29% unconditional & 41%
April 2021
Contribution conditional
Enhanced Nationally Determined 31.89% unconditional & 43.20%
September 2022
Contribution conditional
Sumber: Imelda & Soejachmoen (2023)
Emisi GRK paling banyak dihasilkan oleh 25,18 miliar ton. Sementara dari sisi lahan gambut,
pembangkit listrik, disusul oleh transportasi dan Indonesia memiliki cakupan lahan terluas di dunia
industri (Gambar 4). Dekarbonisasi di bidang dengan luas 7,5 juta hektar yang mampu menyerap
industri berdasarkan sektor dapat dikurangi dengan emisi karbon sekitar 55 miliar ton. Dengan
beralih dari pembangkit listrik dari batu bara dan menggabungkan ketiga faktor tersebut, Indonesia
solar ke pembangkit listrik dari gas dan energi baru dapat menyerap setidaknya 113 Gigaton emisi
dan terbarukan (Kemenperin, 2024). Di sisi lain, karbon global (Kemenkopolhukam, 2022). Fakta ini
berdasarkan data yang disampaikan oleh menjadi faktor penting dan pencegah dalam
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, membentuk upaya diplomasi iklim di Indonesia.
dan Keamanan, hutan tropis Indonesia menempati Indonesia meningkatkan kesadaran secara global
peringkat ketiga terbesar di dunia, seluas 125,9 juta mengenai perannya yang berdampak.
hektar, mampu menyerap emisi karbon sebesar

https://ejournal.unib.ac.id/index.php/pendipa 31
PENDIPA Journal of Science Education, 2024: 8 (1), 27-34 ISSN 2088-9364

Gambar 4. Emisi GRK di Indonesia berdasarkan sektor


(Kemenperin, 2024)

Indonesia telah beberapa kali lingkungannya akan berdampak besar pada


memperbaharui NDC-nya, mulai dari Intended kelangsungan hidup umat manusia dalam jangka
Nationally Determined Contributions (INDC) panjang (Pereira, 2015). Salah satu isu lingkungan
hingga Enhanced Nationally Determined hidup yang terus hangat diperbincangkan adalah
Contributions (ENDC) yang disampaikan pada perubahan iklim. Perubahan iklim yang
pertemuan United Nations Framework Convention mengakibatkan perubahan kuantitas dan kualitas
on Climate Change (UNFCCC) bulan September sumber daya dan komponen bumi membawa
2022. Indonesia telah memasukkan komponen dampak yang nyata, konkrit, dan merusak.
adaptasi semenjak masih dalam format INDC, Penanganan perubahan iklim melalui
selain komponen penurunan emisi GRK atau Persetujuan Paris (Paris Agreement), dimana
mitigasinya. Salah satu hal yang termasuk di dalam negara-negara telah berkomitmen untuk menekan
ENDC dan belum ada di NDC Indonesia laju peningkatan suhu global tidak lebih dari 1,5 oC
sebelumnya adalah penyampaian upaya Indonesia pada 2050. Perlunya keterlibatan semua negara
dalam memanfaatkan hutan dan penggunaan lahan dalam menekan laju pemanasan global. Kondisi
(Forest and Other Land Uses /FOLU) untuk inilah yang mendasari pentingnya diplomasi iklim.
menurunkan emisi GRK (FOLU Net Sink) di tahun Persetujuan Paris juga telah berhasil mengubah
2030. Melalui ENDC, Indonesia juga sedapat paradigma diplomasi iklim. Setiap negara harus
mungkin berupaya untuk menyelaraskan dengan menetapkan secara nasional kontribusi yang
Long-Term Strategy on Low Carbon and Climate ditentukan (nationally determined
Resilience (LTS-LCCR) Indonesia. Upaya-upaya contribution/NDC), diimbangi dengan pelaporan
yang akan dilakukan oleh Indonesia untuk dan peninjauan. Persetujuan Paris mengubah pola
mencapai kondisi FOLU Net Sink di tahun 2030 diferensiasi, menerapkan cara-cara diferensiasi
akan diupayakan melalui pengurangan emisi dari yang lebih fleksibel untuk mulai membangun
deforestasi dan degradasi hutan, meningkatkan lingkungan bebas karbon di masa depan.
kapasitas serapan karbon dari hutan alami, Persetujuan Paris telah berkontribusi pada
meningkatkan serapan karbon dari sistem lahan, perubahan sikap terhadap perubahan iklim.
dan mengurangi emisi yang berasal dari Pekerjaan masih harus dilakukan, namun
dekomposisi gambut serta kebakaran gambut. Persetujuan Paris telah menciptakan fondasi yang
Kondisi tersebut juga diharapkan dapat dicapai kuat. Menindaklanjuti persetujuan yang sukses di
melalui penegakan hukum. Paris, ketentuan tersebut harus diintegrasikan ke
dalam praktik diplomasi di seluruh dunia.
Diplomasi Iklim Untuk Menyelamatkan Berbagai
Dampak perubahan iklim secara global telah
Krisis
menjadi perhatian seluruh negara, termasuk
Kepedulian terhadap lingkungan hidup
Indonesia. Sebagai negara kepulauan yang memiliki
menjadi sangat penting di masa sekarang karena
berbagai sumber daya alam dan keanekaragaman
berpotensi memicu konflik dan memerlukan
hayati yang tinggi, Indonesia memiliki potensi yang
kolaborasi internasional. Laporan dari World
besar untuk terkena dampak negatif perubahan
Economic Forum tahun 2020 (WEF, 2020) telah
iklim dan sekaligus juga memiliki potensi yang
mempertegas bahwa proyeksi risiko global jangka
besar untuk turut andil dalam melakukan mitigasi
panjang sangat terkait dengan isu lingkungan.
perubahan iklim. Pada kenyataannya, perubahan
Dengan kata lain, abad ke-21 telah menghadapi isu-
iklim merupakan masalah tanpa batas yang
isu lingkungan hidup dan telah menjadi masalah
berdampak pada negara-negara secara global
serius dalam bidang Hubungan Internasional,
sehingga diperlukan kerja sama global untuk
karena isu-isu tersebut dapat mengubah arah
memitigasi masalah tersebut. Salah satu dari
globalisasi dan dinamika sistem global secara
signifikan. Akibatnya, cara dunia mengelola

https://ejournal.unib.ac.id/index.php/pendipa 32
PENDIPA Journal of Science Education, 2024: 8 (1), 27-34 ISSN 2088-9364

banyak praktik yang dapat dilakukan melalui sebagai prioritas utama dalam proses kebijakan luar
diplomasi iklim. negeri yang lebih luas. Selain kebutuhan untuk
Langkah-langkah diplomasi dalam mengatasi meningkatkan kapasitas yang ada, banyak negara
perubahan iklim sangat penting untuk memasukkan dapat belajar dari praktik terbaik diplomasi di
permasalahan iklim ke dalam proses pengambilan bidang lain untuk membangun kapasitas
keputusan dan membentuk kembali kepentingan pemanfaatan publik yang lebih efektif di bidang
inti nasional di dalam negeri, serta mempengaruhi perubahan iklim.
diskusi di negara lain. Diplomasi iklim harus Diplomasi iklim akan berhasil jika negara-
selaras dengan prioritas diplomasi negara lain dan negara dalam bernegosiasi mengedepankan
menggunakan segala cara yang ada untuk argumen persuasif mengenai manfaat ekonomi dari
menjembatani kesenjangan yang dibuat antara aksi iklim untuk mengubah preferensi terhadap
kepentingan nasional dan internasional. Hal ini komitmen kebijakan di tingkat nasional dan
harus secara efektif menerjemahkan tindakan- internasional (Dimitrov, 2016). Selain itu, dalam
tindakan nasional menjadi kemajuan politik yang implementasi diplomasi iklim maka aktivitas
nyata di panggung internasional. Pada saat yang seluruh negara terlepas dari tingkat kerjasamanya
sama juga memanfaatkan momentum menjadi bagian integral dengan menggunakan
perkembangan diplomasi internasional untuk konsep soft power sebagai bagian dari politik
mendorong ambisi dalam negeri (Mabey, 2013). lingkungan global (Turchyn & Ivasechko, 2019).
Permasalahan terkait diplomasi iklim tidak Dalam melakukan diplomasi iklim maka Indonesia
dapat dilepaskan dari target yang dicanangkan oleh tidak dapat melepaskan diri dari prinsip “bebas-
UNFCCC di Pasal 2 “The ultimate objective of The aktif” yang telah menjadi “spirit” dari diplomasi
UNFCCC. is to achieve stabilization of greenhouse dengan negara manapun. Prinsip tersebut sekaligus
gas concentration in the atmosphere at a level that menjadi landasan dan pembenaran bahwa posisi
would prevent dangerous anthropogenic Indonesia di dunia bukanlah netral dan imparsial,
interference with the climate system (UNFCCC, melainkan bebas untuk terlibat aktif dalam
1992)”. Tujuan akhir dari UNFCCC adalah untuk diplomasi iklim yang mempengaruhi masa depan
mencapai stabilisasi konsentrasi gas rumah kaca di global yang adil dan berkelanjutan.
atmosfer pada tingkat yang dapat mencegah
gangguan antropogenik yang berbahaya terhadap KESIMPULAN
sistem iklim. Stabilisasi konsentrasi gas rumah kaca Pemanasan global telah menyebabkan krisis
(GRK) berarti emisi GRK harus dihentikan atau iklim sehingga menjadi ancaman bagi
tanpa emisi (zero emission). Terkait dengan “tanpa kelangsungan kehidupan. Indonesia berkontribusi
emisi” dan “diplomasi iklim” Barrett (2022) dalam menurunkan emisi GRK melalui komitmen
mengingatkan beberapa hal, yaitu: tidak ada NDC-nya di tahun 2030 sebesar 29% dengan upaya
pemerintahan tunggal yang dapat mengatur semua sendiri (unconditional) atau 41% dengan bantuan
negara, setiap negara dapat bertindak secara dan kerja sama (conditional) namun belum dapat
sepihak, dan setiap negara dapat membuat terwujud sesuai target. Salah satu kendalanya,
kesepakatan atau target sendiri dalam menurunkan terkait dengan program pemerintah untuk
emisi GRK. Seandainya ada kesepakatan oleh meningkatkan kapasitas listrik sebesar 35.000 MW
semua negara maka masing-masing harus yang sebagian besar mengandalkan batu bara. Di
memaksakan dirinya untuk berpartisipasi dan patuh sisi lain, diplomasi iklim yang diharapkan sebagai
secara penuh serta diiringi dengan tindakan nyata. upaya untuk mengurangi krisis iklim tidak mudah
Kenyataannya, meskipun telah dilakukan upaya untuk dilakukan. Setiap negara memiliki
diplomasi selama tiga puluh tahun, aksi kolektif kepentingan masing-masing dan dapat bertindak
global terhadap perubahan iklim tidak mudah untuk secara sepihak dalam membuat kesepakatan atau
diwujudkan. target sendiri dalam menurunkan emisi GRK.
Diplomasi iklim harus mengelola trade-off Untuk itu, negara maju diharapkan dapat
politik dan kepentingan nasional (national interest) memimpin dan memberikan bantuan pendanaan
tiap-tiap negara, dimana kesepakatan antar negara maupun teknologi kepada negara berkembang
diperlukan untuk menyeimbangkan konflik sehingga semua negara dapat berperan serta dalam
kepentingan ekonomi, energi, dan perubahan iklim, upaya mengurangi dampak dari krisis iklim.
serta tujuan diplomatik yang relevan (Mabey,
2013). Diplomasi iklim yang paling efektif DAFTAR PUSTAKA
memerlukan keterlibatan seluruh negara, namun hal Aldrian E, Karmini M, Budiman B.
ini belum sepenuhnya tercapai. Banyak inovasi (2011). Adaptasi Dan Mitigasi Perubahan
yang jarang diterapkan di banyak negara. Iklim di Indonesia. Pusat Perubahan Iklim dan
Mengingat pentingnya mengurangi risiko iklim, Kualitas Udara, Kedeputian Bidang
diplomasi iklim masih relatif kekurangan sumber Klimatologi, Badan Meteorologi, Klimatologi,
daya di beberapa negara, dan belum diintegrasikan dan Geofisika.

https://ejournal.unib.ac.id/index.php/pendipa 33
PENDIPA Journal of Science Education, 2024: 8 (1), 27-34 ISSN 2088-9364

Augustyn AM, Sarno GS, Ciparisse ME. (2022). [KLHK] Kementerian Lingkungan Hidup dan
Boosting international subnational climate Kehutanan. (2023). Menteri LHK: Tata Batas
diplomacy ahead of COP27 and COP28. Kawasan Hutan Selesai Tahun Ini!. Available
European Union and the Committee of the at: https://ppid.menlhk.go.id/berita/siaran-
Regions. http://www.europa.eu pers/7017/menteri-lhk-tata-batas-kawasan-
Barrett, Scott. (2022). Climate Change Diplomacy: hutan-selesai-tahun-ini (Accessed: 19 January
a most dangerous game. UK: London School 2024)
of Economics and Political Science (Online). Mabey, N. (2013). Understanding Climate
Available at: Diplomacy: Building diplomatic capacity and
https://www.lse.ac.uk/Events/2022/05/2022051 systems to avoid dangerous climate change.
71830SZT/climate (Accessed: 29 December London: E3G.
2024) Narbuko, C & Ahmadi, A. (2015). Metode
Crutzen P & Stoermer E. (2000). The Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal.
Anthropocene. Global Change Newsletter, 41, Jakarta: Bumi Aksara.
hlm. 17 Pereira, D. (2015). Environmental security: An
Dimitrov, R. (2016). The Paris Agreement on Introduction. London: Routledge.
Climate Change: Behind Closed Doors. Global Rockström J, Kevin JN, Persson A, Chapin FS.
Environmental Politics, 16, 1- (2009). A safe operating space for humanity.
11. https://doi.org/10.1162/GLEP_a_00361. Nature Vol 461 (24), pp: 472-475
Djalal, DP. (2021). Diplomasi Perubahan Iklim Steffen W, Crutzen PJ, Mcneill J. (2007). The
Indonesia. Available at: Anthropocene: Are Humans Now
https://www.kompas.id/baca/opini/2021/01/25/ Overwhelming the Great Forces of Nature?.
diplomasi-perubahan- AMBIO: A Journal of the Human
iklim_indonesia?status=sukses_login&status_l Environment, 36 (8), hlm. 614
ogin=login (Accessed: 14 December 2022) Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan:
Haas, P. (2008). Climate Change Governance After Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bali. Global Environmental Politics, 8, 1-7. Bandung: Alfabeta.
https://doi.org/10.1162/glep.2008.8.3.1 Turchyn, Y & Ivasechko, O. (2019). Climate
Imelda H & Soejachmoen MH. (2023). Mengenal diplomacy as a complex of “soft power” of
Nationally Determined Contribution modern states: international experience and
(NDC). Jakarta: Indonesia Research Ukrainian prospects. Humanitarian vision.
Institute for Decarbonization (IRID). Available https://doi.org/10.23939/SHV2018.02.020.
at: https://irid.or.id/wp- Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang
content/uploads/2023/06/NDC_29JUN- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
FINAL.pdf (Accessed: 19 January 2024) Geofisika
[IPCC] Intergovernmental Panel on Climate Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2016 tentang
Change. (2007). Climate Change:The Scientific Pengesahan Paris Agreement to The United
Basis. Cambridge: Cambridge University Press Nations Framework Convention on Climate
[IPCC] Intergovernmental Panel on Climate Change (Persetujuan Paris Atas Konvensi
Change. (2018). Summary for Policymakers. Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa
Cambridge University Press: Cambridge mengenai Perubahan Iklim).
[IPCC] Intergovernmental Panel on Climate [UNFCCC] United Nations Framework Convention
Change. (2022). Climate Change:The Scientific on Climate Change. (1992). Article 2 –
Basis. Cambridge: Cambridge University Objective. Available at:
Press. https://unfccc.int/resource/ccsites/zimbab/conv
[Kemenkopolhukam] Kementerian Koordinator en/text/art02.htm (Accessed: 19 January 2024)
Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. [WEF] World Economic Forum. (2020). The
(2022). Pesan Mangrove Indonesia di G20: Global Risks Report 2020 - 15th Edition. In
Atasi Krisis Iklim (Online). Available at: partnership with Marsh & McLennan and
https://polkam.go.id/pesan-mangrove- Zurich Insurance Group. Available at:
indonesia-di-g20-atasi-krisis-iklim/ (Accessed: https://www.weforum.org/publications/the-
20 January 2024) global-risks-report-2020/ (Accessed: 20
Ki-Moon, Ban. (2011). Remarks at "Momentum for January 2024).
Change" Initiative. New York: Secretary-
General, United Nation.

https://ejournal.unib.ac.id/index.php/pendipa 34

Anda mungkin juga menyukai