Modul Kebijakan BMN 1
Modul Kebijakan BMN 1
MODUL E-LEARNING
A. Pengantar
Modul “Pengelolaan Barang Milik Negara (BMN)” ini disajikan sebagai salah
satu referensi bagi peserta diklat e-learning yang didalamnya akan disajikan hal-hal
sebagai berikut:
1. Pengertian dan kegiatan pengelolaan BMN
2. Pejabat yang berwenang melakukan pengelolaan BMN
3. Ruang Lingkup Pengelolaan BMN
Untuk lebih memberikan gambaran tentang intisari peraturan terkait barang
milik negara maka secara umum dalam modul ini akan membahas menjelaskan
ketentuan-ketentuan terkait pengelolaan BMN mulai dari latar belakang hingga
diterbitkannya ketentuan yang mengatur pengelolaan BMN. Adapun pengaturan di
bidang pengelolaan BMN ini merupakan landasan hukum guna mewujudkan
pengelolaan BMN lebih tertib baik secara administrasi, hukum dan tertib fisik.
Peserta diklat disarankan membaca dan mendiskusikan dengan teman di
lingkungan kerja dan teman sesama peserta diklat.
1
Modul 1
Kegiatan Belajar 1
Konsepsi Pengelolaan BMN
Pada kegiatan belajar ini akan dibahas latar belakang, pengertian dan konsepsi,
wewenang dan tanggung jawab dalam pengelolaan BMN serta lingkup kegiatan
yang berkaitan dengan pengelolaan BMN.
A. Latar Belakang
Reformasi dibidang pengelolaan keuangan Negara ditandai dengan diterbitkan
beberapa produk peraturan perundang-undangan yaitu :
1. Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
2. Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendahaan Negara
3. Undang Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan
Sebagai pelaksanaan dari ketentuan Pasal 48 ayat (2) dan Pasal 49 ayat (6)
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan untuk
menjamin terlaksananya tertib administrasi dan tertib pengelolaan BMN/Daerah,
maka telah diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang
Pengelolaan BMN/Daerah.
Di dalam perkembangan pelaksanaannya PP Nomor 6 tahun 2006 telah diubah
dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan BMN/Daerah. Perubahan tersebut dilatarbelakangi antara lain :
1. Adanya dinamika dalam pengelolaan BMN/D, antara lain terkait periodesasi
pemanfaatan BMN berupa sewa, kerjasama pemanfaatan, pengelolaan BMN di
luar negeri
2. Adanya multi interpretasi terhadap aturan dalam PP 6/2006 terkait : Badan
Layanan Umum (BLU), penerimaan negara yang dihasilkan dari pengelolaan BMN,
permasalahan BMN baik dari kasus-kasus pengelolaan BMN maupun temuan
pemeriksaan BPK
Sesuai penjelasan PP 6 tahun 2006 dalam PP 27 tahun 2014 ditegaskan kembali
bahwa Pengelolaan BMN dilaksanakan berdasarkan asas-asas :
1. asas fungsional, yaitu pengambilan keputusan dan pemecahan masalah-
masalah di bidang pengelolaan barang milik negara yang dilaksanakan oleh
kuasa pengguna barang, pengguna barang dan pengelola barang sesuai fungsi,
wewenang, dan tanggungjawab masing-masing;
2. azas kepastian hukum, yaitu pengelolaan barang milik negara harus
dilaksankan berdasarkan hokum dan peraturan perundang-undangan;
3. asas transparansi, yaitu penyelenggaraan pengelolaan barang milik
negara harus transparan terhadap hak masyarakat dalam memperoleh
informasi yang benar;
4. asas efisiensi, yaitu pengelolaan barang milik negara diarahkan agar barang
milik Negara/daerah digunakan sesuai batasan-batasan standar kebutuhan
yang diperlukan dalam rangka menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan
fungsi pemerintah secara optimal;
5. asas akuntabilitas, yaitu setiap kegiatan pengelolaan barang milik negara
harus dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat;
6. asas kepastian nilai, yaitu pengelolaan barang milik negara / daerah serta
penyusunan Neraca Pemerintah.
2
Modul 1
3
Modul 1
4
Modul 1
5
Modul 1
Agar pengelolaan BMN yang diatur dalam PP Nomor 27 Tahun 2014 dapat
dilaksanakan secara operasional, maka diterbitkan Peraturan Menteri Keuangan
(PMK) yang mengatur keseluruhan dari apa yang diamanatkan oleh PP Nomor 27
Tahun 2014 sesuai dengan asas-asas pengelolaan BMN.
6
Modul 1
2. Pengadaan
Dalam pasal 12 PP nomor 27 tahun 2014 disebutkan bahwa pengadaan BMN
dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip efisien, efektif, transparan dan terbuka,
bersaing, adil/tidak diskriminatif dan akuntabel. Pengaturan mengenai pengadaan
tanah dilaksanakan sesuai dengan peraturan perudang-undangan. Sedangkan
ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman pelaksanaan pengadaan BMN selain
tanah diatur dengan Peraturan Presiden.
Perlu diketahui bahwa sesuai perencanaannya maka pengadaan BMN
dilaksanakan dengan mempertimbangkan mekanisme memperoleh BMN yang
direncanakan baik melalui pembelian, Pinjam Pakai, Sewa, sewa beli (leasing),
atau mekanisme lainnya yang lebih efektif dan efisien sesuai kebutuhan
penyelenggaraan pemerintahan negara.
3. Penggunaan
Penggunaan BMN diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
87/PMK.06/2016 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan Barang Milik
Negara. Penggunaan pada dasarnya adalah untuk menjalankan tugas dan fungsi
kementerian negara/lembaga dan dilakukan berdasarkan penetapan status
penggunaan.
Secara normatif penekanan penggunaan BMN meliputi alih status
penggunaan, penggunaan sementara dan BMN idle. Dalam hal ini Pengelola dapat
mendelegasikan sebagian kewenangannya kepada Pengguna dan dalam kondisi
tertentu, Pengelola dapat menetapkan status Penggunaan BMN pada Pengguna
tanpa didahului usulan Pengguna
Penetapan status penggunaan dikecualikan untuk:
Barang persediaan,
Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP),
Barang yang dari awal pengadaannya direncanakan untuk dihibahkan,
BMN yang berasal dari Dekonsentrasi/Tugas Perbantuan (penunjang) yang
direncanakan untuk diserahkan,
Dalam pengembangan manajemen asset, penetapan status penggunaan
BMN dikelompokkan ke dalam 5 bagian yaitu :
a. penetapan status penggunaan untuk BMN berupa tanah dan bangunan,
b. untuk BMN selain tanah dan/atau bangunan,
c. untuk BMN yang dioperasikan oleh pihak lain dalam rangka menjalankan
pelayanan umum sesuai tugas pokok dan fungsi kemenerian negara/lembaga,
d. untuk BMN berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak dipergunakan untuk
penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi Pengguna Barang/Kuasa Pengguna
Barang, dan
e. untuk BMN antar Pengguna Barang.
4. Pemanfaatan
Dalam pengembangan manajemen aset negara ruang lingkup pemanfaatan
BMN mencakup :
a. pendayagunaan BMN yg tidak digunakan untuk penyelenggaraan tugas dan
fungsi
b. optimalisasi BMN
7
Modul 1
c. Jangka waktu, besaran dan cara pembayaran sewa untuk infrastruktur (bisa >
5 tahun)
d. Diversifikasi Kerja Sama Pemanfaatan (KSP) Konstribusi dan pembagian
keuntungan dapat berupa aset (maks. 10%)
e. Jangka waktu KSP Infrastruktur (KSPI) s.d. 50 tahun
f. Jangka waktu pinjam pakai (5 tahun)
g. Mekanisme tender KSP dan Bangun Guna Serah (BGS) /Bangun Serah Guna
(BSG)
h. Harmonisasi pengaturan dan penyederhanaan birokrasi
1) Pelaksana pemanfaatan BMN
2) Pengelola untuk BMN pada Pengelola
3) Pengguna untuk BMN pada Pengguna
4) Jumlah peserta tender sekurangnya 3 peserta
5) Mitra KSP penugasan
Pemanfaatan BMN terdiri dari sewa, pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan,
dan bangunan guna serah/bangun serah guna.
a. Sewa, yaitu pemanfaatan BMN oleh pihak lain dalam jangka waktu
tertentu dan menerima imbalan uang tunai. Pertimbangan sewa adalah
untuk mengoptimalkan pemanfaatan BMN yang belum/tidak
dipergunakan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggaraan
pemerintahan, menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi atau
mencegah penggunaan BMN oleh pihak lain secara tidak sah.
Objek yang dapat disewakan adalah meliputi tanah dan/atau
bangunan, baik yang ada pada Pengelola Barang maupun yang status
penggunaannya ada pada Pengguna Barang, dan BMN selain tanah
dan/atau bangunan.
Subjek pelaksana sewa dapat dibedakan antara pihak yang dapat
menyewakan dan pihak yang dapat menyewa BMN.
Pihak yang dapat menyewakan BMN adalah pengelola barang, untuk
tanah dan/atau bangunan yang berada pada Pengelola Barang,
dan pengguna parang dengan persetujuan pengelola arang, untuk
sebagian tanah dan/atau bangunan yang status
penggunaannya ada pada Pengguna Barang, dan BMN selain
tanah dan/atau bangunan.
Pihak yang dapat menyewa BMN meliputi : Badan Usaha Milik Negara,
Badan Usaha Milik Daerah, Badan Hukum lainnya, dan perorangan.
b. Pinjam pakai BMN, yaitu penyerahan penggunaan BMN antara
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dalam jangka waktu
tertentu tanpa menerima imbalan dan setelah jangka waktu berakhir
BMN tersebut diserahkan kembali kepada pemerintah pusat.
Pertimbangan pinjam pakai BMN dimaksud adalah untuk
mengoptimalkan penggunaan BMN yang belum/tidak dipergunakan
untuk pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan pusat dan untuk
menunjang pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Objek yang dapat dipinjam-pakaikan adalah tanah dan/atau
bangunan, baik yang ada pada Pengelola Barang maupun yang status
penggunaannya ada pada Pengguna Barang, serta BMN selain tanah
dan/atau bangunan.
8
Modul 1
9
Modul 1
10
Modul 1
11
Modul 1
12
Modul 1
2)
Adapun persyaratan dan bersaran nilai serta tata cara pelaksanaan hibah
dibahan dalam modul tentang pemindahtanganan BMN.
d. Penyertaan modal pemerintah pusat (PMPP), yaitu pengalihan
kepemilikan BMN yang semula merupakan kekayaan negara yang tidak
dipisahkan menjadi kekayaan negara yang dipisahkan untuk
diperhitungkan sebagai modal/saham negara pada BUMN, BUMD atau
Badan Hukum lainnya yang dimiliki Negara/Daerah.
BMN dijadikan PMPP dalam rangka pendirian, pengembangan, dan
peningkatan kinerja BUMN/D atau Badan Hukum lainnya yang dimiliki
Negara/Daerah.
Adapun pertimbangan dilakukannya PMPP agar pengelolaan BMN
tersebut akan lebih optimal apabila dikelola oleh BUMN/D atau Badan
Hukum lainnya yang dimiliki Negara/Daerah, baik yang sudah ada
maupun yang akan dibentuk.
Jenis BMN yang dapat dilakukan PMPP adalah meliputi
1) tanah dan/atau bangunan yang berada pada Pengelola Barang,
2) tanah dan/atau bangunan yang dari awal pengadaannya
direncanakan untuk disertakan sebagai modal pemerintah pusat
sesuai yang tercantum dalam dokumen penganggarannya; serta
3) selain tanah dan/atau bangunan.
Subjek Pelaksana PMPP adalah Pengelola Barang yaitu untuk tanah
dan/atau bangunan yang berada pada Pengelola Barang, dan Pengguna
Barang, dengan persetujuan Pengelola Barang yaitu untuk BMN berupa
tanah dan/at au bangunan yang dari awal pengadaannya
direncanakan untuk disertakan sebagai modal pemerintah pusat sesuai
yang tercantum dalam dokumen penganggaran, dan BMN selain t anah
dan/atau bangunan.
Pihak-pihak yang dapat menerima PMPP meliputi BUMN, BUMD, dan
Badan Hukum lainnya yang dimiliki Negara/Daerah.
Ketentuan dalam pelaksanaan PMPP akan dibahas dalam modul
pemindahtanganan BMN.
9. Penatausahaan
Seluruh BMN merupakan objek penatausahaan, yakni semua yang berada
dalam penguasaan Kuasa Pengguna Barang/Pengguna Barang dan berada dalam
pengelolaan Pengelola Barang.
Penatausahaan BMN meliputi pembukuan, inventarisasi dan pelaporan BMN.
Dalam penatausahaan BMN ini termasuk didalamnya melaksanakan tugas dan
fungsi akuntansi BMN. Penatausahaan BMN dilaksanakan untuk :
a. dalam rangka mewujudkan tertib administrasi termasuk menyusun Laporan
BMN yang akan digunakan sebagai bahan penyusunan neraca pemerintah
pusat.
13
Modul 1
14
Modul 1
15