Anda di halaman 1dari 6

INTERNALISASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN

KARAKTER DI MADRASAH

Muhammad Isnaini
Dosen Fakultas Tarbiyah, Ketua Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Islam (BP3i)
Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Fatah Palembang
Email: isnain_m@yahoo.co.id

Abstract: Character education is a positive offer in the eradication of moral crises which particularly emerged in
our students. Therefore, the internalization of values of character education in the educational institution is a
must. As an Islamic education institution in Indonesia, the existence of Boarding school is considered to be able
to develop values of character education which may be done through formal or non-formal curriculum. This is
so because since its early existence, Boarding school has delineated its distinctive feature which is different from
the other common types of education. Here, the implementation of character values have been integrated (within
large portion) in the religious subjects.

Key words: boarding school, values, character education

Abstrak: Pendidikan karakter merupakan tawaran yang positif dalam mengatasi krisis moral yang tengah
melanda generasi muda khususnya kalangan pelajar. Oleh karena itu, internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter
di lembaga pendidikan merupakan suatu keharusan. Madrasah sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam di
Indonesia merupakan salah satu solusi cerdas dalam mengembangkan nilai-nilai pendidikan karakter baik
melalui kurikulum formal maupun non formal, karena sejak awal berdirinya Madrasah sudah menunjukkan ciri
khasnya yang berbeda dari lembaga pendidikan pada umumnya, dimana penanaman nilai karakter sudah
terintegrasi dalam mata pelajaran agama yang memiliki porsi cukup besar.

Kata Kunci: Madrasah, Nilai-nilai pendidikan karakter

PENDAHULUAN mandiri dan menjadi warga negara yang


demokratis serta bertanggung jawab.
Krisis moral yang saat ini melanda Berbagai fenomena yang mengkha-
generasi muda, acapkali menjadi apologi bagi watirkan saat ini banyak bermunculan di media
sebagian orang untuk memberikan kritik masa baik televisi, Koran, dan lain-lain.
pedasnya terhadap institusi pendidikan. Hal Fenomena tersebut diantaranya bisa kita simak
tersebut teramat wajar karena pendidikan dari berita yang dipublikasikan berbagai media
sesungguhnya memiliki misi yang amat seringkali membuat kita miris mendengarnya,
mendasar yakni membentuk manusia seutuhnya perkelahian antar pelajar, pergaulan bebas,
dengan akhlak mulia sebagai salah satu kasus narkoba di kalangan pelajar, remaja usia
indikator utama, generasi bangsa dengan sekolah yang melakukan perbuatan amoral,
karatekter akhlak mulia merupakan salah satu kebut-kebutan di jalanan yang dilakukan remaja
profil yang diharapkan dari praktek pendidikan usia sekolah, menjamurnya geng motor yang
nasional. UU No. 20 tahun 2003 bab II pasal beranggotakan remaja usia sekolah, siswa ber-
3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional main di pusat perbelanjaan pada saat jam
bahwa pendidikan nasional berfungsi mengem- pelajaran, hingga siswa Sekolah Dasar (SD)
bangkan kemampuan dan membentuk watak yang merayakan kelulusan dengan pesta minu-
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam man keras.
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa ber- Krisis yang melanda pelajar (juga elite
tujuan untuk berkembangnya potensi peserta politik) mengindikasikan bahwa pendidikan
didik agar menjadi manusia yang beriman dan agama dan moral yang didapat di bangku
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sekolah, tidak berdampak terhadap perubahan
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

445
Isnaini, Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan… | 446

perilaku manusia Indonesia. Bahkan yang bagaimana individu tersebut akan bersikap
terlihat adalah begitu banyak manusia Indonesia untuk kondisi-kondisi tertentu.
yang tidak koheren antara ucapan dan Dalam kamus besar Bahasa Indonesia,
tindakannya. Kondisi demikian, diduga berawal karakter diartikan sebagai sifat-sifat, kejiwaan,
dari apa yang dihasilkan oleh dunia pendidikan. akhlak atau budi pekerti yang menjadi cirri khas
(Zubaidi, 2011: 2).
seseorang. (M. Zulfajri dan Ratu Aprilia Senja,
Indikator lain yang menunjukkan 2003: 422). Raymond mengartikan karakter
adanya gejala rusaknya karakter generasi bangsa dalam istilah psikologi dengan: “Character as
bisa dilihat dari praktek sopan santun siswa the habitual mode a bringing into harmony the
yang kini sudah mulai memudar, diantaranya tasks presented by internal demand and by the
dapat dilihat dari cara berbicara sesama mereka, external word, it is nessecarily a fungtion of the
prilakunya terhadap guru dan orangtua, baik di constant, organized and integrating part of the
sekolah maupun di lingkungan masyarakat, personality wich is called ago”. (Raymond J
kata-kata kotor yang tidak sepantasnya diucap- Corsiny, 1994: 212). Adapun Hernowo
kan oleh anak seusianya seringkali terlontar. mengartikan karakter sebagai watak, sifat atau
Sikap ramah terhadap guru ketika bertemu dan hal-hal yang sangat mendasar pada diri
penuh hormat terhadap orangtua pun tampaknya seseorang. Karakter juga bisa diartikan sebagai
sudah menjadi sesuatu yang sulit ditemukan di watak, tabiat atau akhlak yang membedakan
kalangan anak usia sekolah dewasa ini. Anak- seseorang denan orang lain. (Hernowo, 2004:
anak usia sekolah seringkali menggunakan bahasa 175).
yang jauh dari tatanan nilai budaya masyarakat. Pengertian karakter diatas sama dengan
Bahasa yang kerap digunakan tidak lagi menjadi pengertian akhlak dalam pandangan Islam.
ciri dari sebuah bangsa yang menjunjung tinggi Akhlak adalah sifat yang muncul dari jiwa
etika dan kelemahlembutan. seseorang untuk melakukan perbuatan secara
Melihat fenomena yang terjadi diatas, tidak sadar dan tanpa peertimbangan terlebih
maka lembaga Pendidikan memiliki peran yang dahulu. Beberapa tokoh yang memberikan
sangat besar dalam membentuk karakter anak. pengertian akhlak antara lain adalah Imam
Salah satu lembaga pendidikan yang memberikan Ghazali yang memaknai akhlak sebagai sifat
perhatian besar dalam membentuk karakter anak yang tertanam dalam jiwa yang melahirkan
adalah Madrasah, karena Madrasah memiliki cirri berbagai macam perbuatan dengan mudah tanpa
khusus yang berbeda dari lembaga pendidikan memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
umum, dimana muatan-muatan nilai agama (Imam Ghazali, tt: 56). Menurut Anis Matta
memiliki porsi yang cukup banyak dalam akhlak adalah nlai yang telah menjadi sikap
membentuk dan mengembangkan karakter anak. mental yang mengakar dalam jiwa, lalu tampak
dalam bentuk tindakan dan perilaku yang
PENDIDIKAN KARAKTER DALAM bersifat tetap, natural dan reflek. (M. Anis Matta,
ISLAM 2006: 14). Perbuatan seseorang akan menjadi
Pengertian karakter adalah watak, tabiat, karakter atau akhlak jika dilakukan berulang-
pembawaan, kebiasaan. Karakter adalah cara ulang dan menjadi kebiasaan dalam perilaku
berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas kehidupannya sehari-hari.
individu untuk hidup dan bekerjasama, baik Pendidikan karakter adalah pendidikan
dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek
Negara. Menurut bahasa, karakter adalah tabiat pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan
atau kebiasaan. Sedangkan menurut ahli tindakan (action). Menurut Thomas Lickona,
psikologi, karakter adalah sebuah system tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan
keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan karakter tidak akan efektif. Dengan pendidikan
tindakan seorang individu. Karena itu, jika karakter yang diterapkan secara sistematis dan
pengetahuan mengenai karakter seseorang itu berkelanjutan, seorang anak akan menjadi
dapat diketahui, maka dapat diketahui pula cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini adalah
bekal penting dalam mempersiapkan anak
447 | Jurnal Al-Ta’lim, Jilid 1, Nomor 6 November 2013, hlm. 445-450

menyongsong masa depan, karena seseorang 5. Dermawan, suka menolong dan Gotong
akan lebih mudah dan berhasil menghadapi Royong (love, compassion, caring, empathy,
segala macam tantangan kehidupan, termasuk generousity, moderation, cooperation)
tantangan untuk berhasil secara akademis. 6. Percaya Diri, Kreatif, dan Pekerja keras
(Thomas Lickona, E Shapes dan C. Lewis, 2003: (confidence, assertiveness, creativity,
2) determination, and enthusiasm)
Pendidikan karakter dapat dimaknai 7. Kepemimpinan dan Keadilan (justice,
sebagai proses penanaman nilai-nilai esensial fairness, mercy, leadership)
pada diri anak melalui serangkaian kegiatan 8. Baik dan Rendah Hati (kindness,
pembelajaran dan pendampingan sehingga para friendliness, humality, modesty)
siswa sebagai individu mampu memahami, 9. Toleransi dan Kedamaian dan kesatuan
mengalami, dan mengintegrasikan nilai-nilai (tolerance, flexibility, peacefulness)
yang menjadi core values dalam pendidikan
yang dijalaninya kedalam kepribadiannya. Dalam konteks Pendidikan Islam, karakter
Dengan menempatkan pendidikan karakter atau akhlak yang ditanamkan pada anak harus
dalam kerangka dinamika dan dialektika proses berlandaskan pada dua dimensi kehidupan
pembentukan individu, para insan pendidik manusia yaitu dimensi ke-Tuhanan dan dimensi
diha-rapkan emakin dapat menyadari penting- kemanusiaan. (Nurcholis Majid, 2000: 96).
nya pendidikan karakter sebagai sarana pemben- Kedua dimensi ini perlu ditanamkan ke dalam
tuk pedoman perilaku, pembentukan akhlak, dan diri seorang anak agar anak memiliki rasa
pengayaan nilai individu dengan cara menyedia- ketakwaan kepada Allah swt dan rasa kemanu-
kan ruang bagi figur keteladanan dan mencipta- siaan terhadap sesama manusia, sehingga
kan sebuah lingkungan yang kondusif bagi hablumminallah dan hablumminannas nya
proses pertumbuhan, berupa kenyamanan dan terpelihara dan terjaga.
keamanan yang membantu suasana pengem-
bangan diri satu sama lain dalam keseluruhan Dimensi Ketuhanan atau yang dikenal
dimensinya (teknis, intelektual, psikologis, dengan istilah nilai Robbaniyah akan
moral, sosial, estetis, dan religius). melahirkan nilai-nilai kegamaan yang mendasar
Pendidikan karakter dapat dimaknai bagi kehidupan manusia yang amat penting
sebagai sebuah usaha untuk mendidik anak-anak ditanamkan pada anak. Nilai tersebut antara lain,
agar dapat mengambil keputusan dengan bijak iman, ikhsan, takwa, tawakkal, syukur, ikhlas
dan memperaktekannya dalam kehidupan dan sabar. (Nurcholis Majid, 2000: 88),
sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan Sedangkan dimensi kemanusiaan melahirkan
kontribusi yang positif kepada lingkungannya. nilai-nilai luhur (akhlakul akrimah) yang
Adapun nilai yang layak diajarkan kepada anak- diwujudkan secara nyata dalam kehidupan
anak, dirangkum Indonesia Heritage Fondation sehari-hari. Nilai tersebut antara lain silatur-
(IHF) yang digagas oleh Ratna Megawangi rahmi, persamaan, keadilan, baik sangka, jujur
menjadi sembilan pilar karakter (Arismantono, dan lain-lain. (Nurcholis Majid, 2000: 101).
2008: 29) yaitu;
1. Cinta tuhan dan Segenap Ciptaan-Nya (love
Allah, trust, reverence, loyalty) MADRASAH SEBUAH SOLUSI BAGI
2. Kemandirian dan Tanggug Jawab PENDIDIKAN KARAKTER
(responsibility, excellence, self reliance,
Madrasah adalah salah satu lembaga
Discipline, orderliness)
pendidikan Islam yang penting di Indonesia
3. Kejujuran dan Amanah, Bijaksana
selain pesantren. Keberadaannya begitu penting
(trustworthiness, reliability, honesty)
dalam menciptakan kader-kader bangsa yang
4. Hormat dan Santun (respect, courtesy,
berwawasan keislaman dan berjiwa nasiona-
obedience)
lisme yang tinggi. Salah satu kelebihan yang
dimiliki madrasah adalah adanya integrasi ilmu
Isnaini, Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan… | 448

umum dan ilmu agama. Madrasah merupakan Untuk menumbuh kembangkan Pendi-
lembaga pendidikan yang dikelola secara dikan Islam atau Ilmu pendidikan Islam perlu
terstruktur dengan melibatkan komponen-kom- telaah lebih jauh lagi, mengintegrasikan
ponen pendidikan seperti manajemen, biaya,
pengembangan Ilmu dengan wahyu (Chabib
sarana dan prasarana, kruikulum, peserta didik,
dan pendidik. Madrasah dibangun sebagai Thoha, dkk. 1996: 193). Pijakan awal berkenaan
wahana pendidikan formal dalam rangka dengan pendidikan Islam adalah faktor yang
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap secara eksplisit membedakan Ilmu Pendidikan
dan nilai peserta didik. Sebagai suatu sistem Islam dengan ilmu-ilmu lainya ialah faktor nilai.
sosial, madrasah dapat dipandang sebagai (ChabibThoha, dkk. 1996: 289).
organisasi yang interaktif dan dinamis, sebab di
dalamnya terdapat sejumlah orang yang Pendidikan yang berlandaskan ilmu-ilmu
memiliki kepentingan yang sama (kepentingan ke-Islam-an yang mampu mensinerjikan ber-
penyelenggaraan pendidikan), tetapi kemam- bagai disiplin ilmu yang menghasilkan kema-
puan setiap individu pada komunitas itu juan baik dibidang ilmu pengetahuan itu sendiri,
memiliki potensi dan latar belakang yang sosial, budaya, politik dan masih banyak lagi
berbeda. kemajuan yang ditimbulkan. dan pendidikan
Madrasah merupakan salah satu bentuk yang demikian bisa didapatkan dalam lingkup
lembaga Pendidikan Islam yang berfungsi madrasah.
merealisasikan cita-cita umat Islam yang
mengharapkan anak-anaknya menjadi manusia INTERNALISASI NILAI-NILAI PENDI-
yang berimtak dan beriptek. Sebagai institusi DIKAN KARAKTER DI MADRASAH
pendidikan formal, Madrasah berperan dalam Fenomena semakin menurunnya karakter
mempersiapkan siswa untuk dapat memecahkan bangsa juga menjadi tantangan tersendiri
masalah kehidupan masa kini dan masa datang bagi madrasah. Terlebih madrasah mengusung
dengan memaksimalkan potensi-potensi yang model pendidikan dengan kelebihan subjek
ada pada dirinya. Atas dasar tersebut, maka metter agama sebagai identitas. Minimnya jam
madrasah wajib menyelenggarakan proses belajar agama di sekolah umum yang seringkali
pembelajaran dengan baik dengan memperhati- disinyalir sebagai salah satu penyebab rusaknya
kan berbagai faktor penunjangnya. moral anak bangsa, bagi madrasah terbantahkan.
Dalam perkembangannya, madrasah yang Di madrasah setidaknya memiliki 8 jam
tadinya hanya dipandang sebelah mata, secara pelajaran agama (4 mata pelajaran pendidikan
perlahan-lahan telah berhasil mendapat agama Islam) yakni Aqidah Akhlak, Al Qur’an
perhatian dari masyarakat. Apresiasi ini menjadi Hadits, Fiqih, dan Sejarah Kebudayaan Islam.
modal besar bagi madrasah untuk memberikan
Madrasah merupakan lembaga pendidikan
yang terbaik bagi bangsa. Dalam konteks
yang dikelola secara terstruktur dengan melibat-
kekinian, sekarang ini banyak sekali madrasah-
kan komponen-komponen pendidikan seperti
madrasah yang menawarkan konsep pendidikan
manajemen, biaya, sarana dan prasarana,
modern. Konsep ini tidak hanya menawarkan
kurikulum, peserta didik, dan pendidik. Madra-
dan memberikan pelajaran atau pendidikan
sah dibangun sebagai wahana pendidikan formal
agama. Akan tetapi mengadaptasi mata
dalam rangka meningkatkan pengetahuan,
pelajaran umum yang diterapkan di berbagai
keterampilan, sikap dan nilai peserta didik.
sekolah umum. Kemajuan madrasah tidak hanya
Sebagai suatu sistem sosial, madrasah dapat
terletak pada sdm-nya saja, namun juga desain
dipandang sebagai organisasi yang interaktif
kurikulum yang lebih canggih, dan sistem
dan dinamis, sebab di dalamnya terdapat
manajerial yang modern. Selain itu, perkem-
sejumlah orang yang memiliki kepentingan
bangan kemajuan madrasah juga didukung
yang sama (kepentingan penyelenggaraan
dengan sarana infrastruktur dan fasilitas yang
pendidikan), tetapi kemampuan setiap individu
memadai sesuai dengan kebutuhan kegiatan
belajar-mengajar di madrasah.
449 | Jurnal Al-Ta’lim, Jilid 1, Nomor 6 November 2013, hlm. 445-450

pada komunitas itu memiliki potensi dan latar Akhlak, Fikih, dan Sejarah Kebudayaan Islam.
belakang yang berbeda. Masing-masing mata pelajaran tersebut pada
Para ahli pendidikan karakter melihat dasarnya saling terkait, isi mengisi dan
proses internalisasi nilai dalam pembelajaran, melengkapi. Al-Qur'an-hadis merupakan sum-
termasuk internalisasi pendidikan karakter di ber utama ajaran Islam, dalam arti ia merupakan
Madrasah pada dua pendekatan. Pertama, sumber akidah-akhlak, syari’ah/fikih (ibadah,
Madrasah secara terstruktur mengembangkan muamalah), sehingga kajiannya berada di setiap
pendidikan karakter melalui kurikulum formal. unsur tersebut. (Permenag No 2 tahun 2008).
Kedua, pendidikan karakter berlangsung secara Kurikulum formal yang baku tersebut masih
alamiah dan sukarela melalui jalinan hubungan ditambah lagi dengan beberapa materi agama
interpersonal antar warga madrasah, meski hal yang menunjang kurikulum formal, yakni
ini tidak diatur secara langsung dalam kuri- muatan lokal seperti ibadah kemasyarakatan,
kulum formal. tahfiz al-Qur’an dan lain-lain.
Kurikulum merupakan rencana tertulis Pada beberapa madrasah yang meman-
yang berisi tentang ide-ide dan gagasan-gagasan faatkan peluang-peluang belajar di luar kelas
yang dirumuskan oleh pengembang kurikulum. sebagai wahana pengembangan pendidikan,
Kurikulum dapat diartikan sebagai sebuah kegiatan ektrakurikuler juga muncul sebagai
dokumen perencanaan yang berisi tujuan yang keunggulan tersendiri yang pada giliranya
harus dicapai, isi materi dan pengalaman belajar melahirkan kredibilitas tersendiri bagi lembaga.
yang harus dilakukan peserta didik, strategi dan Tidak jarang kita dengar alasan-alasan orang tua
cara yang dapat dikembangkan, evaluasi yang dalam memilih sekolah sebagai tempat belajar
dirancang untuk mengumpulkan informasi anaknya atas dasar pertimbangan mereka
tentang pencapaian tujuan, serta implementasi terhadap sejumlah kegiatan di luar kegiatan
dari dokumen yang dirancang dalam kehidupan tatap muka di kelas. Dengan demikian, kegiatan
nyata. Komponen-komponen kurikulum saling ektrakurikuler dapat dikembangkan dalam
berkaitan dan saling mempengaruhi, terdiri dari beragam cara sebagai media pendidikan
tujuan yang menjadi arah pendidikan, kompo- karakter. Penyelenggaraan kegiatan yang
nen pengalaman belajar, komponen strategi memberikan kesempatan luas kepada pihak
pencapaian tujuan, dan komponen evaluasi. madrasah, pada giliranya menuntut kepala
(
Sanjaya, 2010: 16). Kurikulum berfungsi madrasah, guru, siswa dan pihak-pihak yang
sebagai pedoman yang memberikan arah dan terkait untuk secara efektif merancang sejumlah
tujuan pendidikan. kegiatan sebagai muatan kegiatan ektrakurikuler
Desain kurikulum pendidikan karakter berbasis pendidikan karakter.
bukan sebagai teks bahan ajar yang diajarkan Adapun terkait dengan pendekatan yang
secara akademik, tetapi lebih merupakan proses kedua, dimana pendidikan karakter tidak
pembiasaan perilaku bermoral. Nilai moral secara langsung dimasukkan ke dalam
dapat diajarkan secara tersendiri maupun kurikulum formal, melainkan berlangsung
diintegrasikan dengan seluruh mata pelajaran alamiah dan sukarela, maka tugas madrasah
dengan mengangkat moral pendidikan atau menciptakan kondisi yang kondusif untuk
moral kehidupan, sehingga seluruh proses teaktualisasinya nilai-nilai akhlak mulia dalam
pendidikan merupakan proses moralisasi interaksi kehidupan di madrasah. Untuk hal ini
perilaku peserta didik. Bukan proses pemberian maka komponen perangkat madrasah dalam hal
pengetahuan moral, tetapi suatu proses pengin- ini Kepala Madrasah, Guru, Tata Usaha dan
tegrasian moral pengetahuan. Majelis Madrasah memegang peranan yang
Penerapan pendidikan karakter pada strategis.
kurikulum dapat dilihat pada porsi pelajaran
agama yang menurut penulis cukup banyak SIMPULAN
dibandingkan sekolah umum. Pendidikan Pendidikan karakter dapat dimaknai
Agama Islam di Madrasah terdiri atas empat sebagai pendidikan yang menekankan pada
mata pelajaran, yaitu: Al-Qur'an-Hadis, Akidah-
Isnaini, Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan… | 450

pembentukan (internalisasi) nilai-nilai positif


(akhlak karimah) pada setiap anak. Pendidikan
karakter merupakan wahana menanamkan nilai-
nilai kebaikan kepada anak baik dari aspek
kognitif, afektif maupun psikomotor. Salah satu M. Anis Matta, 2006. Membentuk Karakter
lembaga pendidikan yang memberikan Cinta Islam, Jakarta: al-I’tishom Cahaya
perhatian besar terhadap penanaman nilai Umat.
karakter anak adalah Madrasah yang memiliki M. Zulfajri dan Ratu Aprilia Senja, 2003.
ciri khusus yang membedakan dari sekolah Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,
umum yang lain. Penanaman nilai karakter di Jakarta: Dhifa Publisher.
Madrasah dapat dilihat dari porsi kurikulum Permenag No 2 tahun 2008.
agama yang cukup besar baik dalam kurikulum Nurcholis Majid, 2000. Masyarakat Religius;
formal maupun kurikulum non formal. Oleh Membumikan Nilai-Nilai Islam Dalam
karena itu Madrasah bisa menjadi alternative Kehidupan Masyarakat, Jakarta:
solusi yang sangat tepat dalam mewujudkan Paramadina.
pendidikan karakter sesuai dengan yang Raymond J Corsiny, 1994. Encyclopedia of
diprogrmkan oleh pemerintah dewasa ini. Psichology, United State of Amerika:
Intercience Publication.
Sanjaya, 2010. Kurikulum dan Pembelajaran,
DAFTAR RUJUKAN
Jakarta: Kencana Prenda Media Group.
Arismantono, 2008. Tinjauan Berbagai Aspek Thomas Lickona, E Shapes dan C. Lewis, 2003.
Charakter Building: Bagaimana Men- CEP’s Eleventh Principals of Effective
didik Anak Berkarakter, Yogyakarta: Character Education, Washington,
Tiara Wacana. Character Eduaction Patnership.
Chabib Thoha, dkk. 1996. Refolmulasi Filsafat UU No. 20 tahun 2003
Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Zubaidi, 2011. Desain Pendidikan Karakter,
Pelajar. Jakarta: Prenada Media Group.
Hernowo, 2004. Self Digesting; Alat Menjelajah
dan Mengurai Diri, Bandung: Mizan
Media Utama.
Imam Ghazali, tt. Ihya Ulumuddin Jilid III,
Beirut: Dar al-Fikir.

Anda mungkin juga menyukai