Anda di halaman 1dari 17
Batu Nisan Hamzah Fansuri Claude Guillot dan Ludvik Kalus Scanned with CamScanner lal berjudul : La stle fnéraire de Hamzah Fansuri Ati dit dalam majalah Archipel, 60, 2000, hm, 3-24 Jaga erjemahan : Baru Nisan Hamzah Fansuri Hak penerbitanterjemahan Indonesia pada © Ecole francaise d’Extréme-Orient pa dilindungi undang-undang Allrights reserved Diterbitkan pertama kali dalam bahasa Indonesia oleh Ecole frangaise d’Extréme-Orient bekerja sama dengan Forum Jakarta-Paris serta Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Jakarta, Maret 2007 Penerjemah : Rita Parasman Cetouvrage, publié dans le cadre du programme d'aide la publication, bendicte du soutien du Ministre francats des Affaires rangires travers le Service de Coopération et d'Action Cultwelle ‘del'Ambastade de France en Indonésie tle Cenre Culturel Francais de Jakarta ‘Bula ini diterbihanatas dukungan Departemen Luar Negeri Prancis slam rangla program bantuanpenerbitan yang dikella oleh Kedutan ‘Besar Prancis di Indonesia, Bagian Keyjasama dan Kebudayaan, sera Psat Kebudayaan Prancis di Jakarta 1s i ua tanggungjawab Percetakan Grafika Mardi Yuana, Bogor alam jilidiid yang dipersembahkan oleh majalah Archipel kepada Denys Lombard ini, secara Kebetulan terdapat penulis yang dua kali berusaha, seperti banyak penulis Iain sebelummnya, untuk ‘menembus kegelapan yang meliputikehidupan sang penyait dan sufi besar Melayu, Hamzah Fansuri'. Dalam artikel. yang_pertama, ‘Vladimir I. Braginsky* menulis dalam pengantamya, “Demikianlah segala sesuatu yang diketahui tentang Hamzah hanya merupakan sejumlah hipotesis yang beralasan kuat atau lemah, atau dengan kata Jain, sebuah rekonstruksi. Dan kalau tidak timbul bahan baru secara tak terduge, maka Kecillah harapan keadaan ini akan berubah secara mendasar di masa depan.” Artikel Kedua, yaitu artikel ini justra bertyjuan memperkenalkan sebuah behan bara yang ditemukan baru- baru ini secara “tak terduga”. Inskripsi Nisan di Mekah Pada bulan Oktober 1999, dalam rangka penelitian arkeologi yang dilakukan oleh satu tim Indonesia-Prancis di situs Barus, diusabakan ‘membaca inskripsi-inskripsi berbahasa Arab (dan satu berbahasa Parsi) yang terdapat pada sekitar empat puluh nisan yang berhasil menembus zaman sampai kin’. Pada salah satu nisannya terdapat nama FansOr "Dalam pembahasaninskrpsi Arb i bawah ni kami akan mempergunakn stim trasiteasi sedthana Khas Enolopéde de slam, sedangan nam-ama Melayu asal Arab akan deja menurt kebiasnan Indonesia, Pian in Derakibat rmalang Karena nama yang sama akan tertls "Hamza" dalam kontks inskipi ‘Arab dan *Hamzah” dalam penguraian identia fokob tersebutsebogat orang Melayu, Namun pembaca pas dak akan terganggu oleh penyimpangan kei i > Towards. the. biography of Hamaah Fanturl Archpel, 57, L'orizon nowsatarien, Manges en hommage & Denys Lombard ji, 1998, kn. 135- 15, > Perbahasan inhrps nisan-isan erscbut tlh erbit sebagai stu atk ole L Kalu, "Les soureesigraphiques masulmanes d= Bars, dalam C. Guilt dk, Scanned with CamScanner ‘ang anchaya ditulis FanstrT padahal Katanya bukan suatu nisbah* sa bia Fort), Nana teat Fens sebagai ‘enuk Arab dari kata Melayu Pancur atau kata Batak Pantsur (“mata ar” atau “pancuran”), pada zaman silam dipergunakan oleh para pedagang dari Timur Tengah untuk menamakan bandar Barus, yang 2SeFerkaena tanger sta apr bry Sepulangnya ke Paris kami ingin mengetahui apakah nama tempat tersebut dipakai juga dalam inskripsi yang berasal dari daerah fain di dunia Islam, maka kami memeriksa sebuah pangkalan data berjudul Thesaurus d'épigraphie islamique (Tesaurus Epigrafi slam). Ptr 18 00 eke Ae, Pasi dn Tuk Sly aan 1000 Hijrah yang terekam dalam pangkalan data itu pada saat ini, tye sj mend na fst FasGe—~ Ariel yang dine Hen, in. 163 ® Denys Lonbar, Le sultant dA on temps dskandor Mu, Pais, CFE, 196%, him Tel, eat. CTeemahan indoesa, D. Lombard, Kegan dech Zaman Isandat Muda (1607-1836, kara, Kepsakan Populer Grane, 2006) a hm, 151-102. Scanned with CamScanner 18 .Guillot dan L. Kats Usaha Penanggalan baru TTelah dikemukakan di atas bahwa argumentasi Drewes mengenaj arya Hamzah yang otentik cukup meyakinkan schingga syair Thar. ‘katan Timu al-Nisd semestinya disingkirkan dan perkiraan tahun oleh al-Attas ditolak juga. Usaha-usaha penanggatan oleh Bragisnky qi. ‘kuinya sendiri sebagai hipotesi belaka. ‘Maka kepastan yang tersisa amat sedikit, yaitu bahwa Hamzah, telah meninggal Ketika Syamsuddin (yang meninggal tahun 1630) rmembahas syair-syaimya, lantaran nama Hamzah ditambahi ung *rahimat Allah “alayh. Hameah hidup sebelum tahun 1590 sepen diperitatkan olch Drewes. Syamsuddin jelas tampak sebagai seoran pengagum Hamzah dan penganut faltam-fahamnya, namun—sebaga ‘mana telah ditulis oleh Van Nicuwenhuijze—tidak satu pun data mendukung perkiraan bahwa Syamsuddin pernah bertemu Hamzah astaupun menjadi muridnya, Maka tidak ada alasan juga untuk menolak tatu nisan Mekah sebagai nisan Hamzah. Bahkan beberapa alasan kkiranya mendukung kemungkinan in. Nama-Nama Tempat yang Disebut Hamzah Boleh dikatakan, semua pakar”” secara tersurat atau tersirat meng- ‘nggap baka Hamzah hidup di Aceh, sekalipun tidak selalu jlas apakah maksudnya kota atau kerajaannya. Orang Melayu pun ber- nggapan demikian, schingga seorang penyalin naskah, lama sesudah Hamzah, tidak sepan menus, “Kemudian dikarang pula oleh Hamzah Fansuri i dalam negeri Aceh suatu kitab yang bemama Syarab al- “asyikin™™, Anggapan ini dicapai orang, sekali lagi, sebagai hasil suatu pergeseran faham. Perdebatan dogmatis yang sera antara alin tasawuf al-Raniri dan aliran Hamzah-Syamsuddin betul trjadi di ‘Aceh, Pun al-Raniri dan Syamsuddin hidup di jstana Aceh, malah dilindungi oleh beberapa sultan berturut-turu. Akan tetpi kta tidak ‘mempunyai bukti apa pun bahwa Hamzah berkaitan dengan kerajaan tersebut Maka heranlah beberapa pakar ketika mengamati bahwa syekh sufi yang sangat tersohor itu (Vihat di bawah) satu kali pun tidak # Kecvali Snouck Hurgronje yang dengan hati-hat tidak menyebut nama Hamaah ‘waktymembhssyeh-syekh Aceh dalam bukunya The Acehnese * Lin. Doorenbos, ln. 222, et. 1. 1 Nisan Hamzah ansur awl disebut namanya dalam kronik-kronk kerajaan Aceh yang ditlis pada abad ke-17 seperti Hikayr Malem Dagan Hiovt seek, dan Bs alsSolatin. Al-Atas (him, 25) menjelaskan al itu sebagai berikut “Bahwva nama Hamza tidak disebu-sebut dalam kronik-kronik resi, sekalipun semasa hidupnya, harus dijlaskan, bukan karen dia tidak ada di negeri itu (disebabkan sering bepergian), melainkan karena permusuhan ketiga kelompok tersebut [maksudnya aliran-alivan Islam ‘yang lain) schingga Hamzah tidak harum namenya di kalengan peme- rintahan. Hamzah didiambkan, Hikayat Aceh (yang merekam persiva peristiva semasa) pun tidak menyebut namanya, seolah-olah dia tidak pemah hidup. Dia bara terkenal setelah meningeal, ketika pengaruh- sya—alau pengaruh yang disangka berasal dari diasemakin teas.” Penjlasan ini sebenarnya cukup ganjl oleh karenaHikyot Aceh dan Bustan al-Salrin tidak enggan menyebut nama Syamsuadin,padshal sufi itu sama-sama ditentang oleh al-Ranir (pengarang Busan) seperti gununya itu. Bila mengamati bahwa Aceh tidak mengenal Hamzah, pntas kiony dislidik apakah Hanaah sebalikny mengena Ach Name, nama tempat yang disebut dalam karya Hamzah, bik prosa maupun puisi, alah Fansur, Barus, Paoi, Shar-i Naw, Cina, Selan, Mekah, Bagdad, Bukit Tursina, dan Kudus, Nama train ini telah enim butkan perdebatan antara para pakar yang mengarikannya sebagai kota di Jawa dan orang lain yang berangeapan ila bentuk Melayu sama al-Quds (Yerusaler). ‘Tampaklah nama Aceh tidak disebut, pun tidak dinjuk seara tersrat kalau kita menolak persamaan antara Dar al-Slam dan Aceh yang terasa terlalu dicar-cari, Nama-nama tempat di Sumatera yang disebut slain Barus-Fansur hanyalah Pasai—searakebetuan dalam teks al-Muniaki, mengenai sebuah ungkapan (yang gelap artinya) yang konon dipakai orang Pasai™ Xerajaan Aceh diirikan oleh Ali Mughayat Syah bertakta KL 1514-1528) yang memperluas daerah Kekuasaannya dengan merebut- nya dari kekuasaan Pedir™. Pada masa sebelumnya, kerjaan yang AlAs, im. $09 dan 469 (ks Melayu dan Inga) ih jog Drewes, him, 268 (ks awa al-Aua, Lihat Hoesein Diajaininrat, “Critsch overaicit van in de maeische ween vervate gegevens over de geschedens van bet slanast van Ah, BK 191, Im, 135-265, Scanned with CamScanner 2» Guill dan L, Katay terbesar di bagian utara Sumatera ialah Samudra-Pasai yang ditakluk. kan oleh Aceh tahun 1523, Kalau diakui bahwa Hamzah meninggal tahun 1527- maka perihal Aech tidak mengenal Hamzah dan sebaliknya, sangat mudah dimengerti sebab pada masa hidup Hamzah Aceh belum berdiri atau lebih tepat hanya merupakan kota yang tidak berari, Sedangkan Hamzah menyebut Pasai yang pada waktu itu merupakan kerajaan yang terpenting di daerah itu, sampai diakui kekuasaannya oleh Barus, ‘tempat bermukimnya sang penyair itu’, Patut diingat pula bahwa pengikut Hamzah yang paling tersohor, yakni Syamsuddin, justru berasal dari Passi, berarti karya Hamzah rupanya diketahu di Pasi ata kronologi di atas dengan mudah pula menjelaskan bahwa rama Syamsuddin disebut dalam kronik-kronik Aceh, pun dalam ‘zonik yang paling bertentangan dengan faham sufinya, Syamsuddin bidup pads masa yang lain dari Hamzah, sedangkan di anara kedua zaman itu siuasi politk di kawasan utara Sumatera telah berubah secara mutlak: Kerajaan Pasai telah musnah dan Aceh menguasal seluruh kawasan itt. Syamsuddin sangat_memahami_ perubehan tersebut; meskipun berasal dari Pasai, dia tidak melanjutkan karimya 4 kotaKelahirannya itu melainkan di pusat poitik yang baru, yakni oi ‘Aceh, Pemulis-Penuls yang Disebut Hamzah Dapat saa orang menyangka bahwa penulis Sumatera, Karena begita jauh, hanya dapat mengetahui hasil-hasi tulisan dunia Islam pusat dengan terlambat, Kenyataannya Iain: hubungan Sumatera dengan pusat itu begitu erat schingga Kitab serta gagasan yang baru tentang agama Islam ikut tertukar, antara lain melalui syekh-syekh yang berlayar dari satu yung ke ujung lain Samudra India, Keadaan Pasai pada pertengahan abad ke-14 sebagaimana dilukiskan oleh Iba Battuta™ mengungkapkan betapa penting peranan para syekh-musafit itu dalam menyampaikan ilmu agama. Ibn Battuta, seorang abi fkih ‘sal Tangier, ditanya-anya tentang beberapa soalfikih oleh Raja Pasi Di istana raja itu Ibn Battuta berjumpa lagi dengan seseorang dari Tus >" Tentang kekuasaan Pasi tas Baus lit Russell Jones (ed), Mika Roja Pasa, Petaling ay, 1987, hm. 12 Liat erjmahan Pranis, “Voyages et pipes” dalam P. Charles-Dominige (ed Linat C. Gullo (ed), Histoire de Barus. Leste de Lobu Tua. Vol {Etudes et documents, aris, 1998, Teemshan Indonesia Lob Toa Serth Ave Bors, Sakata, Yayasan Obor indonesia, 2002. Lihat juga jilid kedua pubikasi ii ait C. Gulloe die, Histoire de Barus. Le ste de Lobu Twa Vol Hl, Erde archéologique ef Documents, Paris, 2003. Catatan penerjemah) Ludvic Kaus, La plus ancienne inscription islamique de 'Arehipel?”, Arehipel, 58,2000, > Linat ¥. Subbaraayu, “The Tamil merchant-guild insription at Barus. A rediscovery” in C. Gullo (ed), 199 paw ison Hamza Farsur os yna, Malik al-Saleh, meninggal tahun 1297. Pada abad ke-14 yma Islam jelas terbukti adanya di Barus. Kini masih terdapat ‘gjumiah Kubur Islam lama lengksp dengan tulisan, yang tersebar di {aterapa pekuburan yang tidak berjauhan, Kebanyakan Kubur itu dari abad ke-14 dan awal ke-15; sebogian juga barangkali dai Shad ke-16. Beberapa inskripsinya berkenaan dengan sejumlah syckh, Sshuth nisan yang konon berasal dari kompleks Mabligai dan kini tesimpan di Museum Medan, bertlisan nama scorang syekh abad ke- Hf Di Kompleks Tuan Ambar, sebuah nisan lain yang menurut ayanya dapat ditentukan berasal dari awal abad ke-1S, bertulisan fama seorang syekh lain, Makam yang kini paling dikeramatkan, terleak i Papan Tinggi, di atas sebuah bukit yang kira-kra 300 meter tingpinya,didirikan pada awal abad ke-15 untuk memperingati—lama Vinnya setclah dia meninggal—seorang syekh bemama Mahmud. sebuah makam lain lagi di Mabligai adalah makam scorang murid dai storang syekh bernama Syamsuddin; atas dasar gayanya makam iw diperkirakan lebih muda, mungkin dari abad ke-16". Singkatnya boleh dikatakan bahwa setidaknya mulai abad ke-14, Barus bukan saja, sebuah bandar kosmopolitan seperti halnya sebelumnya tetapi juga salah satu pusat agama Islam di Nusantara, berkat para syckh (asing rnpanya) yang bermukim dan mengajar di situ seperti tecermin dalam insksipsi berbagai batu nisan. Menariklah bahwa kebanyakan inskripsi ai atas berbahasa Arab, tetapi beberapa di antaranya (jumlahnya kee) berbahasa Parsi, atau Arab yang terpengaruh oleh Parsi Dengan demikian seseorang Hamzah Fansuri, kalau tinggal di Barus, dapat dengan mudah memperoleh pendidikan di bidang bahasa (dengan belajar bahasa Arab dan Parsi dalam komunitas Timur Tengah) dan di bidang agama (dengan mengikuti pengajaran para syekh yang menetap di situ), Sebelum Hamzah lahir pun Barus sudah nempunyai seorang wali sufi terkenal yang makamnya terletak di tas ‘undar. Selanjuinya Barus terus merupakan sebuah pusat pelajaran Islam sampai abad ke-17. Di situlah Hamzah bermokim—Kalau kita ‘mempercayai inskripsi Mekah—pada bagian kedua abad ke-15 dan aval abad Ke-16. Telah kita lihat bahwa salah scorang muridaya, Syekh al-fagir Hasan Fansuri menjadi seorang syekh sufi terkenal di Barus juga, kiranya pada abad ke-16. Dalam kitab Sirral-‘arifin yang “Inskripsinisan-nisan tersebut telah dibahas oleh L: Kalus dalam suat artikel "shun 2003; lin eatatan 4 atas. (Catatan Peneremsh,) Scanned with CamScanner a 65 C. Guilt dan L, Kalas iranyadikarang oleh Syamsuddn' kta menemukan scorang “Sy amy Se eng Das pals a abo KE ay sedikit kemudian, Dapat kita tambah lagi nama Abdurrauf al-Singkilj, arena orang peranskan Arab ini (ang hidup kemacian, pada bagian eedun ahad he-I7) kiranya berasal dari Singkil, sebuah pelabuhan sekitar 30 km di sebelah utara Barus. Lebih mudah dibayangkan ‘Abdurauf mengenyam pendidikan dasarnya di Barus daripada gj Singkl yang sangat Keil, dan patut diamati bahwa Abduraut ‘eberapa kal menamah ungkapan “yang berbangsa Hamza Fansusi* dibelakang namanya". Kesimputan ‘ARhirlkalam, pada emat Kami sudsh pasti sang penyair suf Melayulah yang dikubur di Mekah. Tidak ada alasan nyata apa pun Untuk memperkirakan bahwa Hamzah hidup pada bagian kedua abad {e-16 sebagaimana umam diterima. Sukar kiranya dianggap sebagai ebetulan semata bahwa dapat hidup pada masa yang hampir sama dua orang syekh soft yang sangat tersohor (kedudukan Hamzah di ‘slam Melayu sudah diketahui, sedangkan syekh Mekah dikemukakan dalam inskrpsi sebagai seorang tokoh yang sangat dihormatl) yang ‘edua-duanya bernama Hamzah dan berasal dari Baru. Slain itu beberapa dala, seperti nama tempat dan nama orang yang dinjuk oleh Hamzab, masa hidup pengikut-pengikutnya, sera suasana Keagamaan di Barus pada abad ke-1S, merupakan sebuah frugusan pentunjuk-—Kendatipun bukan bukti mutlak—yang menurut ami dengan jelas mendukung gagasan tahwa Hamzah hidup lebih ‘oval, yaitu pada masa yang sesuai dengan batu nisan Mekah. “Van Niewvenhujs, im, 335,25, Pengarag tesebut menyebut scorang lama temama"Syekh Muhammad, anak Syeth Fansur, ucu sudaranya Syekh Abu' Khai, ahaa "ih “alai", Menurat Hidapar Aceh, Syekh Abu [Khair bin Syekh Tho Hsjar itu tang ke Acch dari Mekah pada tahun 990 H (1S81 M); ialh pengarang Saf o-Ka(Teaku Iskandar, De Hikajat Aye, ht. . 'Keempat kata tenes telah menimbulkan berbagaltaftiran, ih. Oman Fahurahnan, Tanbih abn Menyoal Wahdarl Wajud. Karus Abdorranf Single! di Aceh abod 17, Bandung, Mizan-EFEO, 1999, hm. 26; menurt SnoUck usprone dan Voorhoeve ungkapontesebut hanya erat bahwa Hamzah dan [Nblaaufberasal dri daeah yang sama karena Barus dan Singkel berdekatah sedagkan All Hasiy dan Azyumardi Azra mengangen bahwa kedua tokoh it berkerabat. gon Nisan Hamza Fas = ‘Avhimya, bahwa Hamzah—sebagai “pencinta Allah” yang pemah feat ke Mekah sebelumnya—meninggal di kota trscbut tidak pails mengherankan, Daya tari daerah pusat Islam terhadap para Frusim pingeiranterlibat juga dalam perjalanan seorang Ibn al Arab {gua Hamzah beberapa generasi sebelumnya) dari tempat lahimya di (Galas sampai ke Timur Tengah, ‘Akibat data baru ini sejumlah data Iain akan petlu dipertim- tangkan lagi. Kota Barus, yang terlau lama diremehkan, dihitung di antara pusat-pusat agama dan budaya alam Melayu selama periode schelum abad ke-I7 seria di antara pusat produksi Kest- fasiraan Melayu lama di samping Pasai dan Melaka, yar sebagai genre sasira harus dikorekst petiode muneulnya. Dalam riwayathidup Hanwah, perdebatan tentang perjalanannya ke Jawa sudah tertutup: Iokalisasi "Kudus” kini sudah jelas, yaitu past al-Quds (Yerusalem), tempat teradinya Mir'aj Nabi Muhammad—sepet telah diterka oleh Drewes—oleh katena kota Kudus di Jawa bara didirikan oleh ora yang Kemudian dikenal sebagai Sunan Kixlis pada tahun 1540-n*™ gaitusetelah Hamzah meninggal Dalam sebuah buku terkenal“ C. Snouck Hurgronje menulis bab terakir berjudul “The Jawal” tentang komunitas para mahasiswa dan seth Melayu di Mekah. Sayangnya kita tidak mengetahui kapan ‘omuntastersebut mulai berada, Batu nisan kita menunjulkan bahwa sda saat wafatnya, Hamzah mempunyai sckelompok pengikut di Mekah yang begitu menghormatinya sampai sanggup menulis sebuah spitaf yang berisi puj-pujian... dan sanggup membayar pengukiran- nya. Kila tidak mengetahui siapa yang dipengaruhinya dalam kota nan juh it; dapat diandaikan mereka adalah sekelompok orang Javal Yang bermiakim di Mekah. Periode awal perkembangan agama Islam 4i alam Melayu itu hanya samar-samar dikenal (karena kekurangan suber tertulis) namun dapat diperkrakan babwa menjelang saat amzah meninggalsejumlah orang Melayu lain tinggl di Mckah. Th Pigeaud & H. de Gran, Islami States in va, 1500-17004 summary bitigraphy and index, Te Hogue, 1976, hin. 10. (Lihat juga artikel oleh Kalus & C. Guill, “La Jéusaem javanase et sa mosque al-Ags, Texte de fondaion dela mosquée de Kudus daté 986/154, Archit, 63, 2002, yang iejemahan di tawal ii. Catatanpenejemah) ‘Mstha inthe Later Part ofthe 19th Cemtury, Leen, 1970 (cetakan wang di ssa, 1931. Scanned with CamScanner E .Guillot dn Kay ‘Maka sangat mungkinlah Hamzah berkenalan dengan Nurul orang moda dari Pasi yang jauh kemudian, sesudah wafat, menjad, fersohor dengan nara Sunan Gunung Jat, yaitu mubalig Jawa Bary yang. agung dan “pends” kerajaan Islam Banten, yang menuny, Barros meninggalkan Pasai pada waktu Kedatangan orang Portugs {shun 1521, lalu mempelajari agama Islam di Mekah selama tahun, Post Seriptum Ariel di atas ditanggapi oleh Prof. V.l. Braginshy dengan menolak ‘cara mula identfitasi.tokoh dalam inskripsi Metah dersongtutan dengan Hamzah Fansuri. Bagi Braginshy insbipt tersebut dapat ditafsrkan secara lain, dan lebih penting lagi tidak perl diirautan Karena merupakan salinan lama eg tidak mugkin Uiperiksaatas dokumen aslinya. Tangeapan Braginsky berjudid "On the copy of Hamzah Fansur''s epitaph published by C. Guillot & L Kalus” itu dimuat dalam Archipel, 62, 2001, him. 21-33. Dalam romor Archipel yang sama pula kami telah menjawab argunen Broginsky satu per satu. Packs kesempatan itu kami mengemukakan ‘sebuah keterangan tambahan yang mendukung identifikasi tokoh dalam insripsi Mekah tahun 1527 sebagai Hamzah Fansuri sebagat erik. etka menyusun artikel kami sebelumnya, luputlah dai pethatian kami suatu dtil yang kiranya pantas dikemukakan di sini sebagai dll tambahan tentang identfikasi tokoh Mekah sebagai sang sufi Melayu. Dalam rubrik majalah Bijdragen “Korte Mededelingen" (yang digemarinya) P. Voorhoeve pemah mengumumkan beberapa ulasn singkat tentang naskab-naskah dari alam Melayw—yang biasanya semakin ringkas semakin berbobot. Dalam nomor 108 “ Petemuan it, kalau betul-betl trad, dapat menjelaskan Kenapa bak Hamzah Sendii mavpun alan Wjudiyah menjadi begitu populer di Banten. Kit Imengtsuitahwa kta karangannya el-Muna?perah menjadi bahan sebosh perdebtan Besar di Basten pada awal abd ke-17, dan sejumlah karyany® Pe ‘ierjemahian ke dalam bahasa Jawa di Bante juga. se gor Nin Hamrah Fansui esi alah tersebut" dijelaskannya bahwa salah satu teks yang diedi Sieh Van Newwenhujze dalam tesisnya mengenal Syamseddn ase (yak naskah K, him. 385-386) mengandung kutipan tiga bait yang onon satunya dikarang oleh “Tuan di Mekah” dan satu lagi oleh amaah Fansuri, sedangkan tidak dikatakan apa-apa tentang yang yetige. Tambahan pula, kata Voothoeve, teks yang ditemukan’ Van ‘Nieuwenhuijze dalam naskah K itu tedapat juga dalam sebuah naskah yang tersimpan di Perpustakaan Nasional di Paris (mal-pol 235, f {Se2lr) meskipun kedua naskah tersebut mempunyai banyak jan Kecil. Di antara perbedaan itu teks yang dalam naskah K fatanya dikarang oleh “Tuan di Mekah”, dalam naskah Paris dikarang clch “Syekh Hamzah”. Secara logis saja Voorhoeve menyimpulkan tahwa“Hamzah disebut juga sebagai Tuan di Mekah”. i bagian utara Sumatera, khususnya di Aceh, ungkapan jenis, ini, yakni gelar Tuam atau Teungka disusul nama tempat, kadang- adang ditambah preposisi di (menurut C. Snouck Hurgronje pemakaian preposisi ini menambah nilai Kehormatannya), uum digurakan untuk menunjukkan seorang tokoh yang tethormat menurut rama tempat tinggal atau tempat Iahimya®. Umum dikenal misalnya Teungku Tiro (atau di Tiro) yang disebut “Cik” (yang sepuh) untuk rmembedakannya dengan alim-ulama terkenal lain yang juga berasal dari desa Tito atau yang tinggal di situ, Nama tempat di sini berfungsi sebagai sejenis nisbah. Scbagaimana disimak oleh Voorhoeve, bait dua tadi yang dalam naskah K dikatakan dikarang oleh Hamzah Fansur,temyata dalam naskah Paris dikarang olch “Tuan i campur", yang menurut Voothoeve adalah kekeliruan penyalin untuk “Tuan di Pancur (Fansur)”. Dengan demikian ungkapan Arab “Shaikh al- Fansisi” berpadanan dengan ungkapan Melayu “Tuan di Fansue™. _Namun lebih menarik lagi buat kita, ungkapan itu juga igunakan untuk membentuk nama seorang terhorme, terutama Wali, yang sudah wafat, Dalam hal itu, nama tempat sering, malah hampir Selalu, meryjuk, bukan pada tempat asal atau tempat tinggal tokoh Yang bersangkutan, melainkan pada tempat dikuburkannya, seolah- Olah suatu nisbah. Di antara ketiga wali yang paling disanjung di Banda Aceh, Snouck Hurgronje menyebut Tuan (atau Teungk) di $281 1082, 1982, him 207 The cheese ik kh. 28, a. 3. me il, hi, 28, at. 3 Scanned with CamScanner ee eS 30 €.Guilot dan LKsag (atau Tuan) di Kuala”, Yang pertama, menurut Pay Setempat, adalah scorang asal Syria atau Turki yang datang ke ‘Regn pada awal aad ke-16 sebagai tukang meriam, dan makamnya ‘eatetak di gompong Bitay: yang Kedua tidak Iain dari ulama tersohor Shad kecl?: AbGurrauf alSingkli (yakni berasal dari Singkil), yang makamnya mash berada di Kuala Sungai Acc; dia kini lebih dikenal dengan nama Syah Kuala. Maka kedua nama di atas berarti “Syekh yang dkubur di Bitay” dan “Syekh yang dikubur di kuala”. Kalau menyimak daflar panjang wali-wali Acch yang diberikan Snouck Hurgronje", dapat dilhat bahwa nama mereka setelah wafat Smumaya sesuai dengan strktur yang sama, yaitu: Tuan / Teungky; di (Qidakselaludipakai); nama tempat makamnya. ‘Voothoeve dalam artikelnya tidak menjelaskan sebutan “Tuan gj Mekah di atas, mungkin karena Kekurangan dasar untuk itu. Di hanya mengetahui bahwa Hamzah pemah ke Mekah, sebagaimana tertulis dalam karyanya sendiri, nanvun lawatan itu tidak eukup untuk tnenjelaskan sebutan yang merujuk pada tempat tinggal atau tempat ‘asa it. Penemuan makam Mekah Kini menerangkan ciri yang Sebelumaya tidak dapat dimengert itu, Sebutan itu jelas adalah nama Hamzah setelah wafat dan berarti “sang syekh yang dikuburkan ¢i Mekah”. Tambahan pula pemakaian ungkapan tersebut menunjulkkan bahwa para pengikut Hamzah di Aceh, mulai dengan Syamsuddin, ‘umum mengetahui bahwa syekh mereka meninggal dan dimakamkan i Tanah Sui. Bitay dan Teungku ‘Menurut Snouck Hurgronj, pilihan antare kedua kata yang sear ini, Twan (Melayu) dan Teungh (Aceh), mempunyai makna, karena yang pertama rupany

Anda mungkin juga menyukai