Anda di halaman 1dari 62

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Birokrasi

2.1.1.1 Pengertian Birokrasi

Birokrasi merupakan instrumen penting dalam masyarakat modern yang

kehadirannya tak mungkin terelakkan. Eksistensi birokrasi ini sebagai

konsekuensi logis dari tugas utama negara (pemerintahan) untuk

menyelenggarakan kesejahteraan masyarakat (social welfare). Konsep birokrasi

sebagaimana yang dicetuskan oleh Max Weber menunjuk pada pengaturan

pekerjaan secara hierarkis, impersonal, rasional, yurisdiktif-legalistik dan

meritokrasi (1995). Dapat pula dikatakan bahwa birokrasi adalah merupakan

bentuk organisasi yang paling rasional. Dimana karekteristik birokrasi yang ideal

itu menurut Weber dapat disimpulkan dengan ciri-ciri :

1. a hierarchical system of authority (sistem kewenangan yang hirarkis),


2. a systematic division of labour (pembagian kerja yang sistematis),
3. a clear specification of duties for anyone working in it (spesifikasi tugas
yang jelas),
4. clear and systematic diciplinary codes and procedures (kode etik disiplin
dan prosedur yang jelas dan sistematis),
5. the control of operations through a consistent system of abstract rules
(kontrol operasi melalui sistem aturan yang berlaku secara konsisten),
6. a consistent aPeraturan Pemerintahlication of general rules to specific
cases (aplikasi kaidah-kaidah umum ke hal-hal spesifik dengan konsisten),
7. the selection of employees on the basis of objectively determined
qualification (seleksi pegawai yang didasarkan pada kualifikasi standar
yang obyektif),
8. a system of promotion on the basis of seniority or merit, or both (sistem
promosi berdasarkan senioritas atau jasa, atau keduanya).

7
8

Walaupun birokrasi yang diungkapkan Weber di atas tidak memberikan

batasan yang jelas antara birokrasi publik dengan birokrasi swasta, namun Weber

lebih sering menggunakannya sebagai birokrasi publik. Adapun Lance Castle

mengartikan lebih spesifik birokrasi sebagai orang-orang bergaji yang

menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan. Weber dalam Harbani Pasolong,

menyusun karakteristik birokrasi menjadi 7 (tujuh), sebagai berikut:

1. Spesialisasi pekerjaan, yaitu semua pekerjaan dilakukan dalam


kesederhanaan, rutinitas ,dan mendefinisikan tugas dengan baik.
2. Hierarki kewenangan yang jelas, yaitu sebuah struktur multi tingkat yang
formal, dengan posisi hierarki atau jabatan, yang memastikan bahwa setiap
jabatan yang lebih rendah berada dibawah supervise dan control dari yang
lebih tinggi.
3. Formalisasi yang tinggi, yaitu semua anggota organisasi diseleksi dalam
basis kualifikasi yang didimonstrasikan dengan pelatiah, pendidikan, atau
latihan formal.
4. Pengambilan keputusan mengenai penempatan pegawai yang didasrkan atas
kemampuan, yaitu pengambilan keputusan tentang seleksi dan promosi
didasarkan atas kualifikasi teknik, kemampuan dan prestasi para calon.
5. Bersifat tidak pribadi (impersonalitas), yaitu sanksi–sanksi diterapak secara
seragam dan tanpa perasaan pribadi untuk menghindari keterlibatan denga
kepribadian individual dan preferensi pribadi para anggota.
6. Jejak karier bagi para pegawai, yaitu para pegawai diharapkan mengejar
karier dalam organisasi. Sebagai imbalan atas komitmen terhadap karier
tersebut, para pegawai mempunyai masa jabatan, artinya mereka akan
dipertahankan meskipun mereka kehabisan tenaga atau jika kepandaiannya
tidak terpakai lagi.
7. Kehidupan organisasi yang dipisahkan dengan jelas dari kehidupan pribadi,
yaitu pejabat tidak bebas menggunakan jabatan nya untuk keperluan
pribadinya termasuk keluarganya.

Birokrasi dalam perspektif Weber meletakkan efisiensi sebagai norma

birokrasi, karena itu untuk meningkatkan efisiensi sistem pembagian kerja dalam

birokrasi dikembangkan melalui spesialisasi kerja yang jelas. Pengembang

birokrasi dilakukan baik secara vertikal (hirarkis) ataupun secara horizontal dalam

organisasi. Birokrasi juga harus memiliki aturan yang jelas yang mengatur
9

hubungan kerja secara impersonal. Jabatan-jabatan di birokrasi diisi oleh orang-

orang yang secara teknis berkompeten atau profesional dibidangnya. Pola

rekruitmen dan promosi pegawai dalam birokrasi didasarkan pada aturan formal.

Para pegawai (birokrat) memandang tugas sebagai karier seumur hidup dan

mendapatkan kompensasi (gaji) dari tugas yang dilaksanakan. Sumber legitimasi

dari birokrasi berasal dari aturan yang berlaku (legalitas formal).

Konsep birokrasi sebagaimana yang dicetuskan oleh Weber tersebut dalam

perkembangnya mendapat begitu banyak kritik maupun dukungan, sehingga

pengertian birokrasi mempunyai beberapa variasi. Sampai saat ini setidaknya

konsep modern mengenai birokrasi ada tujuh macam, yaitu birokrasi sebagai

organisasi rasional, Birokrasi sebagai Inefisiensi Organisasional, Birokrasi

sebagai Kekuasaan yang dijalankan oleh Pejabat, Birokrasi sebagai administrasi

negara (Publik), Birokrasi sebagai Administrasi yang dijalankan oleh Pejabat,

Birokrasi sebagai sebuah Organisasi dan Birokrasi sebagai Masyarakat Modern.

Deskripsi mengenai konsepsi birokrasi modern tersebut apabila

dikelompokkan setidaknya akan menjadi tiga ketegori yaitu; Pertama, birokrasi

dalam pengertian yang baik atau rasional (Bureau-Rationality) seperti yang

terkandung dalam Hegelian Bureaucracy dan Weberian Bureaucracy, kedua

birokrasi dalam pengertian sebagai suatu penyakit (Bureau-Pathology) seperti

diungkap oleh Karl Marx, Laski dalam Santoso dan sebagainya , dan ketiga

birokrasi dalam pengertian netral (Value-Free) Pengertian yang pertama, Bureau

Rationality, Hegelian Bureaucracy melekat birokrasi sehingga institusi yang

menjembatani antara Negara yang menamanifestasikan kepentingan umum dan


10

Civil Society yang memanifestasikan kepentingan khusus dalam masyarakat

(Tjokrowinoto, 1990). Sementara itu Weberian Bureaucracy memandang

birokrasi sebagai aparat administratif dari suatu organisasi yang dibangun atas

dasar hubungan otoritas dan dominasi yangLegal-Rational yakni organisasi yang

sumber legitimasinya bersandar pada pola-pola legal dan peraturan-peraturan

resmi. Dalam konsep Weber ini birokrasi sebagai aparat administratif mempunyai

peran yang menentukan tumbuh dan berkembangnya organisasi tersebut, sehingga

perhatian Weberian ini lebih kepada struktur (birokrasi) yang telah diatur secara

normatif dan mekanisme untuk mempertahankan struktur tersebut untuk

menjamin tercapainya tujuan organisasi.

Pandangan yang kedua, Bureau-Pathology, merupakan reaksi terhadap

pandangan pertama karena menurut pandangan kedua ini, konsep-konsep

Hegelian dan Weberian tidak pernah terwujud dalam kenyataan empiris. Dalam

pandangan Bureau-Pathologi, birokrasi dipandang sebagai suatu yang negatif,

buruk dan kontra produktif.

Pandangan ketiga, Value-Free diungkapkan oleh Almond and Powell

dalam Santoso bahwa birokrasi tidak dipandang sebagai suatu yang baik ataupun

buruk melainkan netral, yakni dipandang sebagai birokrasi pemerintah

(Governmental Bureaucracy), yakni sekumpulan tugas dan jabatan yang

terorganisasi secara formal. Nawawi juga menambahkan bahwa Birokrasi

dipandang sebagai sistem pelaksanaan kerja yang berpegang pada hirarki dan

jabatan yang berisi wewenang dan tanggung jawab yang berpengaruh dan saling

menentukan pelaksanaan pekerjaan setiap unit/satuan kerja.


11

Pada perspektif ini birokrasi dapat dikatakan merupakan suatu yang sangat

dibutuhkan dan urgen dalam satu organisasi untuk mewujudkan pembagian kerja

dengan memberikan wewenang dan tanggung jawab tertentu. Dengan kata lain

bahwa birokrasi adalah pengorganisasian untuk menciptakan keteraturan dan

ketertiban dalam mewujudkan kerja sama sejumlah orang yang bermaksud

mencapai tujuannya.

Pada penelitian ini, birokrasi yang dimaksudkan adalah birokrasi yang

masuk dalam perspektif ketiga (Value-Free), yaitu organisasi birokrasi pemerintah

yang merupakan sekumpulan tugas dan jabatan yang terorganisasi secara formal,

dimana sistem pelaksanaan kerjanya berpegang pada hirarki dan jabatan yang

berisi wewenang dan tanggung jawab, serta setiap unit/satuan kerja saling

berpengaruh dan menentukan dalam pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai

tujuan organisasi.

Martin Albrow dalam Miftah Thoha (1995:87-92) membagi 7 (tujuh) cara

pandang mengenai birokrasi. Ketujuh cara pandang ini dipergunakan sebagai

pisau analisa guna menganalisis fenomena birokrasi yang banyak dipraktekkan di

era modern. Ketujuh konsepsi birokrasi Albrow adalah :

1. Birokrasi sebagai Organisasi Rasional


Birokrasi dapat dikatakan sebagai organisasi yang memaksimumkan
efisiensi dalam administrasi tujuan utamanya menjaga stabilitas dan
efisiensi dalam organisasi-organisasi yang besar dan kompleks. Birokrasi
juga mengacu pada susunan kegiatan yang rasional yang diarahkan untuk
pencapaian tujuan-tujuan organisasi. Albrow memaksudkan birokrasi
sebagai “organisasi yang di dalamnya manusia menerapkan kriteria
rasionalitas terhadap tindakan mereka.”
2. Birokrasi sebagai Inefesiensi Organisasi
Birokrasi terlalu percaya kepada preseden (aturan yang dibuat sebelumnya),
kurang inisiatif, penundaan (lamban dalam berbagai urusan),
berkembangbiaknya formulir (terlalu banyak formalitas), duplikasi usaha,
12

dan departementalisme. Birokrasi juga merupakan organisasi yang tidak


dapat memperbaiki perilakunya dengan cara belajar dari kesalahannya.
Aturan-aturan di dalam birokrasi cenderung dipakai para anggotanya untuk
kepentingan diri sendiri.
3. Birokrasi sebagai kekuasaan yang dijalankan oleh pejabat.
Birokrasi merupakan pelaksanaan kekuasaan oleh para administrator yang
profesional. Atau, birokrasi merupakan pemerintahan oleh para pejabat.
Dalam pengertian ini, pejabat memiliki kekuasaan untuk mengatur dan
melakukan sesuatu. Juga, seringkali dikatakan birokrasi adalah kekuasaan
para elit pejabat.
4. Birokrasi sebagai administrasi negara (publik)
Birokrasi merupakan komponen sistem politik, baik administrasi
pemerintahan sipil ataupun publik. Ia mencakup semua pegawai pemerintah.
Birokrasi merupakan sistem administrasi, yaitu struktur yang
mengalokasikan barang dan jasa dalam suatu pemerintahan. Lewat
birokrasi, kebijakan-kebijakan negara diimplementasikan.
5. Birokrasi sebagai administrasi yang dijalankan pejabat.
Birokrasi dianggap sebagai sebuah struktur (badan). Di struktur itu, staf-staf
administrasi yang menjalankan otoritas keseharian menjadi bagian penting.
Staf-staf itu terdiri dari orang-orang yang diangkat. Mereka inilah yang
disebut birokrasai-birokrasi. Fungsi dari orang- orang itu disebut sebagai
administrasi.
6. Birokrasi sebagai suatu organisasi
Birokrasi merupakan suatu bentuk organisasi berskala besar, formal, dan
modern. Suatu organisasi dapat disebut birokrasi atau bukan mengikut pada
ciri-ciri yang sudah disebut.
7. Birokrasi sebagai masyarakat modern
Birokrasi sebagai masyarakat modern, mengacu pada suatu kondisi di mana
masyarakat tunduk kepada aturan-aturan yang diselenggarakan oleh
birokrasi. Untuk itu, tidak dibedakan antara birokrasi perusahaan swasta
besar ataupun birokrasi negara. Selama masyarakat tunduk kepada aturan-
aturan yang ada di dua tipe birokrasi tersebut, maka dikatakan bahwa
masyarakat tersebut dikatakan modern.

Menurut Pryudi Atmosudirdjo dalam Harbani Pasolong (2007:72)

mengemukakan bahwa birokrasi mempunyai tiga arti yaitu (1) birokrasi sebagai

suatu tipe organisasi tertentu, (2) birokrasi sebagai system, (3) birokrasi sebagai

jiwa kerja. Beberapa aspek hubungan antar negara dalam kehidupan sosial politik,

sosial ekonomi, dan bahkan kebudayaan, berkembang saling terkait dan bahkan

semakin terintegrasi satu sama lain . Hubungan saling tergantung dan proses
13

integrasi yang paling menyolok terjadi di bidang perekonomian yang tanpa

disadari telah membentuk realitasnya sendiri di luar mekanisme yang lazim di

masa lalu. Karena itu, sistem kekuasaan di setiap negara cenderung berubah dan

terbagi ke dalam tiga ranah negara, masyarakat, dan pasar yang masing-masing

mempunyai perannya sendiri-sendiri dalam perubahan dalam kehidupan bersama

di tiap-tiap negara. Inilah realitas yang harus dijadikan paradigma dalam cara

pandang baru para penyelenggara negara dalam merancang berbagai kebijakan-

kebijakan kenegaraan, pemerintahan, dan pembangunan.

Menurut Jimly Ashiddiqie (2011:1) dalam pembaruan birokrasi di

Indonesia harus menjunjung nilia-nilai Pancasila. Selain beretika dan berorientasi

kepada upaya pembersihan dan pembebahan sistemik, birokrasi yang Pancasilais

harus benar-benar terkait dengan kelima sila Pancasila yakni;

Pertama, perlu dipahami bahwa setiap warga masyarakat kita dimana saja,

boleh bebas dan merdeka untuk beragama atau tidak beragama, untuk percaya

kepada Tuhan atau ateis sama sekali. Begitulah pengertian ideal yang seharusnya

kita pahami dari jaminan konstitusional Pasal 29 ayat (1) UUD 1945 tentang

kemerdekaaan beragama (freedom of belief or freedom of religion). Tidak boleh

ada orang yang dipaksa memeluk sesuatu agama atau aliran keagamaan yang ia

tidak percayai. Akan tetapi, birokrasi dan para birokrat yang bekerja di dalamnya

tidak boleh ateis. Semua pejabat dan pegawai harus percaya kepada adanya Tuhan

Yang Maha Esa, apapun agama yang dianut dan dipercayainya. Karena itu, semua

pejabat dan pegawai negara dan negeri selalu dipersyaratkan oleh undang-undang

agar beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.


14

Kedua, birokrasi kita haruslah berperikemanusiaan yang adil dan beradab.

Ada kaitan antara sikap berketuhanan, dengan berperikemanusiaan. Percaya

kepada Tuhan sebagai satu-satunya yang mutlak, semua orang sebagai makhluk

Tuhan haruslah dipandang menurut prinsip persamaan kemanusiaan dan

egalitarianisme. Birokrasi Pancasilais harus memperlakukan manusia sebagai

manusia, bukan sebagai objek tetapi sama-sama sebagai subjek pembangunan.

Semangat persamaan itulah keadilan dapat tegak, dan dalam keyakinan akan

prinsip Ketuhanan yang disertai Kemanusiaan yang berkeadilan itulah peradaban

bangsa dapat tumbuh dan berkembangan secara seimbang. Karena itu, sering

dikatakan bahwa ketaqwaan itu dekat dengan keadilan, dan keadilan juga dekat

dengan ciri taqwa, sehingga melahirkan sikap egaliter, saling hormat menghormati

perbedaan satu dengan yang lain, dan merekat persatuan bangsa di tengah

kemajemukan. Karena itu, dalam birokrasi kita harus tumbuh budaya egaliter,

mengikis feodalisme, tidak memandang satu sama lain dengan kacamata atasan-

bawahan. Kultur birokrasi kita harus berkembang menurut prinsip ‘meritokrasi’,

bukan Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN) berdasarkan hubungan darah, atau

sistem koneksi yang bertentangan dengan prinsip tata kelola yang baik (good

governance).

Proses pengambilan keputusan, birokrasi yang Pancasilais harus bersifat

kerakyatan, partisipatoris, menerapkan prinsip musyawarah untuk mencapai

mufakat berdasarkan aturan hukum dan etika (the rule of law and the rule of

ethics) yang diakui dan/atau disepakati bersama. Karena itu, birokrasi kita tidak

perlu terlalu hirarkis, apalagi dengan hirarki yang sangat berjarak antara struktur
15

teratas dengan struktur terbawah. Di samping itu, birokrasi kita juga tidak boleh

berjarak dengan rakyat yang harus dilayani, karena tujuan dibentuknya birokrasi

pemerintahan tidak lain ialah untuk melayani kepentingan rakyat. Karena itu,

sistem pengambilan keputusan dalam birokrasi Pancasila haruslah berorientasi

kepada upaya untuk dari waktu ke waktu memperdekat jarak antara struktur atau

strata jabatan tertinggi dengan terendah, baik jarak eksternal antara birokrasi

dengan rakyat maupun jarak internal antara pegawai dan pejabat di lingkungan

birokrasi.

Oleh karena itu, birokrasi Pancasilais Republik Indonesia di masa depan

haruslah dikembangkan menjadi birokrasi yang benar-benar berketuhanan,

berperikemanusiaan yang adil dan beradab, bersatu, merakyat dalam dirinya

sendiri, dan merakyat pula sikapnya dalam melayani kepentingan umum, serta

terus menerus berorientasi keadilan sosial dengan cara dari waktu ke waktu

memperdekat jarak kesejahteraan antara pegawai terendah dengan pejabat

tertinggi, serta menjalan tugas-tugas pelayanan kepada masyarakat yang juga

mendorong berkembangnya struktur sosial yang berkeadilan.

2.1.1.2 Perilaku Birokrasi

Perilaku hakikatnya mendasarkan pada ilmu perilaku itu sendiri yang

dikembangkan dengan fokus utamanya pada tingkah laku manusia dalam suatu

organisasi. Seperti yang diungkapkan oleh Notoatmodjo (2003:8) bahwa perilaku

adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan

dapat dipelajari. Selanjutnya setiap individu tersebut akan membawa dirinya ke


16

dalam suatu kelompok atau organisasi dengan berbagai kemampuan, kepercayaan

pribadi, pengharapan kebutuhan, dan pengalaman masa lalunya.

Ketika karakteristik individu berinteraksi dengan karakteristik organisasi

maka terwujudlah perilaku dalam organisasi baik publik maupun privat. Seperti

yang diungkapkan oleh Miftah Thoha (2005:34) dalam bukunya tentang Perilaku

organisasi mengenai konsep dasar dan aplikasinya bahwa perilaku merupakan

suatu fungsi dari interaksi antara seorang individu dengan lingkungannya.

Argyris and Schon, 1996 dalam Michael Beer (1994: 2) menyatakan

bahwa:

“Organizational behavior is resistant to change due to human cognitive


processes and defensive routines. People make sense of past behavior by
forming beliefs that rationalize them and by escalating commitment to
them. They also avoid embarrassment and threat to self and others. These
human characteristics prevent managers from learning that their actual
behavior - their theory in action -is inconsistent with their stated
aspiration - their espoused theory. These human characteristics cause
organizational policies and practices to persist in the face of new realities
unless skills and norms of inquiry are developed”.

Menurutnya perilaku organisasi tahan terhadap perubahan karena proses

kognitif manusia dan rutinitas defensif. Orang memahami perilaku masa lalu

dengan membentuk keyakinan bahwamerasionalisasi mereka dan dengan

meningkatnya komitmen untuk mereka. Mereka juga menghindarimalu dan

ancaman terhadap diri dan orang lain.

Selanjutnya Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge (2008:11)

menyatakan bahwa perilaku organisasi (organizational behaviour) adalah

“sebuah bidang studi yang menyelidiki pengaruh yang dimiliki oleh


individu, kelompok, dan struktur terhadap perilaku dalam organisasi, yang
17

bertujuan menerapkan ilmu pengetahuan semacam ini guna meningkatkan


keefektifan suatu organisasi".

Robbins juga menjelaskan bahwa perilaku organisasi adalah studi yang

mengambil pandangan secara mikro dan memberi tekanan pada individu-individu

dan kelompok-kelompok kecil. Perilaku organisasi memfokuskan diri kepada

perilaku di dalam organisasi dan seperangkat prestasi dan variabel mengenai sikap

yang sempit dari para pegawai, dan kepuasan kerja adalah yang banyak

diperhatikan”. Perilaku birokrasi dalam pelayanan kepada masyarakat

mengandung sejumlah nilai tertentu yang membrikan ciri pekerjaan aparat

pemerintah dalam melaksanakan tugasnya.

Lebih lanjut Ndraha (2003:35) berpendapat bahwa birokrasi pemerintahan

didefinisikan sebagai “Struktur pemerintahan yang berfungsi memproduksi jasa

publik ataulayanan civil tertentu berdasarkan kebijakan yang diterapkan dengan

mempertimbangkam berbagai pilihan dari lingkungan. Perilaku birokrasi juga

dapat digambarkan Ndraha Ndraha (2003:522) seperti pada model berikut ini:

Gambar 2.1 Model Perilaku Birokrasi Ndraha (2003:522)


18

Gambar di atas menunjukkan bahwa perilaku birokrasi merupakan hasil

interakasi yang bersifat kausalitas antara struktur birokrasi dengan individu

pejabat birokrasi seperti dengan pejabat Pemerintah Daerah. Perilaku birokrasi

terbentuk dari interaksi antara dua variabel, yaitu karakteristik birokrasi dan

karakteristik manusia atau lebih spesifik lagi, struktur dan aktor. Setiap

karakteristik menimbulkan perilaku tertentu. Karakteristik dengan perilaku

terdapat hubungan yang sedikit banyak bersifat kausal. Misalnya ada variable

organisasi, hierarki menimbulkan sifat taat bawahan terhadap atasan. Pada

variabel manusia, kepentingan atau kebutuhan hidup menuntut imbalan yang

memadai dari organisasi. Tetapi kadar (tingkat) ketaatan itu variabel, bergantung

pada sejumlah mana imbalan yang diharapkan dipenuhi oleh organisasi. Seperti

diketahui, informasi tentang karakteristik manusia terdapat dalam psikologi,

psikologi industri, perilaku keorganisasian, budaya perusahaan, dan ilmu perilaku

lainnya. Variabilitas perilaku aktor bergantung pada lingkungan atau struktur

internal. Walaupun ia bisa dipengaruhi oleh struktur eksternal (masyarakat/pelaku

usaha), variabel internal itulah yang dominan karena mengandung kekuasaan dan

kesempatan. Aktor yang mampu mengendalikan struktur, lebih-lebih dari aktor itu

yang membentuk struktur, biasanya sanggup bertahan lama. Sebaliknya bisa

terjadi, sekuat apapun aktor yang memasuki stuktur yang telah mapan, ia pasti

luluh dan tak berdaya atau terpental keluar. Perilaku birokrasi yang berkisar antara

soft (perilaku yang penuh amic dan ethic: ketaatan dan keikhlasan) dengan hard

(command, force, coercion, violence, pembangkangan, perlawanan, permusuhan)

merupakan resultant interaksi antara kedua variabel.


19

Sejalan dengan apa yang dipaparkan oleh Ndraha, Beer (1994) juga

menyatakan hal yang hampir serupa yaitu “Organizational behavior appears to

be a product of the confluence of several forces whose interaction and mutual

adaptation governs the evolution of the organization over time.” Bahwa perilaku

organisasi tampaknya menjadi produk dari pertemuan beberapa individu yang

interaksi dan saling adaptasi mengatur evolusi organisasi dari waktu ke waktu.

Lebih jauh menurut Ndraha (2003:56) bahwa untuk mengukur perilaku

birokrasi dalam jajaran organisasi pemerintah yaitu melalui karakteristik

1) ketaatan; 2) ketekunan kerja; 3) pertanggungjawaban; 4) kepuasan dan

5) kedisplinan. Karakteristik tersebut menurut pemikiran peneliti erat kaitannya

dengan aktivitas pegawai/aparatur pemerintah di dalam kaitannya dengan aktivitas

pegawai/aparatur pemerintah di dalam menjalankan tugasnya. Sejalan dengan hal

tersebut Ndraha mengatakan bahwa dalam lingkungan pemerintah perilaku

birokrasi yang diperani oleh aktor mendapat pengaruh lain, yaitu karakteristik

masyarakat konsumer produk-produk pemerintahan”.

Berdasarkan keseluruhan uraian teoritis tentang perilaku birokrasi maka

diperlukan penjabaran sub variabel dari variabel perilaku birokrasi. Sub variabel-

sub variabel pengukuran dari variabel perilaku birokrasi dalam penelitian ini

dirumuskan dengan mengacu pada teori dan konsep tentang pengukuran perilaku

birokrasi yang telah dipaparkan sebelumnya. Untuk itu sub variabel pengukuran

perilaku birorasi dalam penelitian ini terdiri dari :


20

1. Sub variabel Individu

Merujuk pada pendapat Stephen P. Robbins dan Timothy A.Judge

(2008:11) dalam disiplin ilmu perilaku individu dinilai beberapa hal berhubungan

dengan pribadi seorang aktor birokrasi seperti pengetahuan, motivasi,

kepribadian, keefektifan kepemimpinan, dan emosi. Stephen P. Robbins dan

Timothy A.Judge juga menjelaskan ada beberapa variabel dependen yang dapat

mempengaruhi perilaku individu dalam berorganisasi seperti produkstivitas dan

kehadiran. Kermudian Ndraha menjelaskan bahwa untuk mengukur perilaku

birokrasi dalam jajaran organisasi pemerintah yaitu melalui karakteristik

1) ketaatan; 2) ketekunan kerja; 3) pertanggungjawaban; 4) kepuasan dan 5)

kedisplinan. Karakteristik tersebut menurut pemikiran peneliti erat kaitannya

dengan aktivitas pegawai/aparatur pemerintah di dalam kaitannya dengan aktivitas

pegawai/aparatur pemerintah di dalam menjalankan tugasnya.

2. Sub variabel Kelompok

Mengenai perilaku birokrasi dalam kelompok dapat tercermin dari

beberapa faktor level kelompok yang dikemukakan oleh John Suprihanto

(1994:19) dalam konsep produktivitas sebagai salah satu faktor yang sangat

mempengaruhi perilaku kelompok dalam sebuah birokrasi. Hal-hal itu tercermin

dari komunikasi, konflik, tim kerja serta pembuatan keputusan secara bersama.

3. Sub variabel Struktur

Merujuk pada pendapat Ndraha (2009: 35) dan Stephen P. Robbins dan

Timothy A.Judge (2008: 11) bahwa struktur organisasi adalah salah satu ukuran

perilaku organisasi. Struktur pemerintahan memilki fungsi memproduksi jasa


21

publik atau layanan civil tertentu berdasarkan kebijakan yang diterapkan dengan

mempertimbangkan berbagai pilihan dari lingkungan. Fungsi dari setiap jabatan

dalam struktur organisasi menjadi salah satu tolak ukur yang dapat

memperngaruhi pelaku birokrasi dalam berprilaku.

2.1.2 Koperasi

2.1.2.1 Sejarah Perkembangan Koperasi

Koperasi mulai tumbuh dan berkembang di Inggris pada pertengahan abad

ke XIX yaitu sekitar tahun 1844 yang dipelopori oleh Charles Howard di

kampong Rochdale. Namun sebelum hal tersebut, sebenarnya inspirasi kopeasi

sudah mulai ada pada abad ke XVIII setelah terjadi Revolusi Industri dan

penerapan sistem kapitalis. Gerakan ini digunakan oleh masyarakat ekonomi

lemah, terutama buruh yang penghasilannya sangat kecil. Gerakan ini bertujuan

untuk memecahkan persoalan ekonomi akibat tekanan pemilik perusahaan yang

menyebabkan ekonominya melemah (Moonti, 2016: 1).

Setelah berkembang di Inggris, koperasi menyebar ke berbagai Negara

baik Eropa daratan, Amerika, dan Asia termasuk ke Indonesia. Koperasi masuk ke

Indonesia pada abad ke XIX sekitar tahun 1896 yang dipelopori oleh R.A

Wiradmaja. Namun secara resmi Gerakan koperasi Indonesia baru lahir pada

tanggal 12 Juli 1947 pada kongres I di Tasikmalaya.

Sistem keuangan merupakan suatu sarana penting dalam peradaban

masyarakat modern. Tugas utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat

dan menyalurkan dana tersebut kepada peminjam, kemudian digunakan untuk

dana tersebut kepada peminjam, kemudian digunakan untuk ditanamkan pada


22

sektor produksi atau investasi, di samping digunakan untuk aktivitas membeli

barang dan jasa-jasa sehingga aktifitas ekonomi dapat tumbuh dan berkembang

serta meningkatkan standar kehidupan. Oleh karena itu, sistem keuangan memiliki

peranan yang sangat mendasar dalam perekonomian dan kehidupan masyarakat.

Dalam perjalanannya koperasi yang sebenarnya sangat sesuai dengan jiwa

bangsa Indonesia justru pengembangannya tidak menggembirakan. Koperasi yang

dianggap sebagai anak kandung dan tulang punggung ekonomi kerakyatan justru

hidupnya timbul tenggelam, sekalipun pemerintah telah berjuang keras untuk

menghidupkan dan memperdayakan koperasi ditengah-tengah masyarakat. Begitu

banyak kemudahan yang diperoleh oleh badan hukum koperasi melalui berbagai

fasilitas, namun tidak banyak mengubah koperasi itu sendiri, memang tidak dapat

dipungkiri bahwa ada sebagian kecil koperasi yang masih tetap eksis di

masyarakat.

Koperasi merupakan suatu kumpulan dari orang-orang yang mempunyai

tujuan atau kepentingan bersama. Jadi koperasi merupakan bentukan dari suatu

kelompok yang memiliki tujuan bersama. Kelompok orang inilah yang akan

menjadi anggota koperasi yang didirikannya, pembentukan koperasi berdasarkan

asas kekeluargaan dan gotong royong khususnya untuk membantu para

anggotanya yang memerlukan bantuan baik berbentuk barang ataupun pinjaman

uang, dalam praktiknya terdapat jenis-jenis koperasi, pendirian koperasi tidak

lepas dari keinginan para anggota koperasi tersebut.


23

2.1.2.2 Pengertian Koperasi

Koperasi menurut undang undang No. 25 Tahun 1992 pasal 1 ayat 1

tentang perkoperasian menyatakan bahwa koperasi adalah: “Badan usaha yang

beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi, yang dalam

menjalankan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan

ekonomi rakyat yang berdasarkan atas azas kekeluargaan”.

Adapun pengertian koperasi yang lainnya yaitu Koperasi (cooperative)

bersumber dari kata cooperation yang artinya kerjasama. Ada juga yang

mengartikan koperasi dalam makna lain. Seperti yang dikutip dalam (Subandi,

2015: 18) menurut ILO (dikutip oleh Edilius & Sudarsono) mengakatakn bahwa

koperasi kumpulan orang yang memiliki ekonomi terbatas kemudian melalui

suatu organisasi yang diawasi secara demokratis, memberikan sumbangan

terhadap modal yang diperlukan dan menerima kesediaan menanggung resiko dan

menerima imbalan sesuai dengan usaha yang mereka berikan.

Sehingga dengan demikian koperasi sebagai badan usaha yang

beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan

kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi

rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Sehingga mewajibkan para

anggotanya untuk saling bekerja sama dan saling tolong-menolong.

Koperasi juga dapat diartikan sebagai kumpulan dari orang-orang yang

mempunyai tujuan atau kepentingan bersama. Jadi koperasi merupakan bentukan

dari sekelompok orang yang memiliki tujuan bersama. Kelompok orang inilah

yang akan menjadi anggota koperasi yang didirikannya. Pembentukan koperasi


24

berdasarkan asas kekeluargaan dan gotong royong khususnya untuk para anggota

yang membutuhkan bantuan baik berupa barang atau pinjaman uang (Kasmir,

2016: 252).

Koperasi adalah suatu perkumpulan yang didirikan oleh orang-orang yang

memiliki kemampuan ekonomi terbatas untuk memperjuangkan kesejahteraan

ekonomi anggota agar lebih baik (Moonti, 2016: 12).

Pengertian koperasi menurut Hatta yaitu koperasi merupakan usaha

bersama untuk memperbaiki kehidupan ekonomi dengan saling tolong menolong.

Tolong menolong inilah yang mendorong seseorang memiliki keinginan memberi

jasa kepada teman berdasarkan seorang untuk semua dan semua untuk seorang

(Sattar, 2017: 30).

Sehingga dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa koperasi adalah

bentuk usaha bersama yang terdiri dari orang perorangan yang memiliki tujuan

dan kepentingan bersama dengan dilandasi asas kekeluargaan untuk

mensejahterakan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya dengan

sifat gotong royong dan kerja sama antar anggota.

2.1.2.3 Landasan, Asas, dan Tujuan Koperasi

2.1.2.3.1 Landasan Koperasi

Landasan koperasi Indonesia merupakan pedoman dalam menentukan

tujuan, arah, kedudukan serta peran koperasi terhadap pelaku ekonomi yang lain

dalam system perekonomian Indonesia. Menurut UU No. 25 Tahun 1992 tentang

pokok-pokok perkoperasian, dalam kutipan (Subandi, 2015: 21) koperasi

Indonesia mempunyai landasan sebagai berikut:


25

a. Landasan idiil, sesuai dengan bab II UU No. 25 Tahun 1992, landasan idiil

koperasi Indonesia adalah Pancasila.

b. Landasan struktural ialah Undang Undang Dasar 1945.

2.1.2.3.2 Asas Koperasi

Berdasarkan pasal 2 UU No. 25 Tahun 1992, asas koperasi yang

ditetapkan adalah asas kekeluargaan.

2.1.2.3.3 Tujuan Koperasi

Tujuan didirikannya koperasi adalah sebagai upaya untuk meningkatkan

kesejahteraan anggota, khususnya, dan masyarakat luas, pada umumnya.

Kesejahteraan yang dimaksud bukan semata-mata ditujukan kepada kepentingan-

kepentingan ekonomi yang bermotif pencarian keuntungan. Kesejahteraan juga

ditujukan bagi komunitas masyarakat yang memiliki kemandirian, kreativitas,

sesuai dengan potensi yang dimiliki dengan berlandaskan kepada demokrasi dan

keadilan, dan kesetaraan yang lazim diterjemahkan sebagai masyarakat madani

atau civil society. (M. Azrul Tanjung: 2005)

Tujuan koperasi terdapat pada pasal 3 UU No. 25 Tahun 1992 yang

berbunyi “Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya

dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian

nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur

berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

2.1.2.4 Peran dan Fungsi Koperasi

Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 Pasal 4 menjelaskan bahwa

fungsi dan peran koperasi yaitu:


26

a. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemapuan ekonomi anggota

pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan

kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.

b. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan

manusia dan masyarakat.

c. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan

perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya.

d. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional,

yang merupakan usaha bersama atas asas kekeluargaan dan demokrasi

ekonomi.

Berkaitan dengan usaha meningkatkan kesejahteraan masyarakat koperasi

mempunyai fungsi dalam bidang ekonomi dan social. Dengan demikian bentuk

badan usaha koperasi perlu terus ditumbuhkembangkan. Karena makin banyak

kegiatan usaha masyrakat yang tergabung dalam wadah koperasi maka ekonomi

kerakyatan makin kuat, dan pertumbuhan ekonomi nasional makin stabil.

Fungsi dan peran koperasi menurut Undang-Undang Republik Indonesia

nomor 25 tahun 1992 tentang perkoperasian, yaitu sebagai berikut:

1) Membangun dan mengembangkan potesi dan kemampuan ekonomi anggota

pada khususnya dan pada masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan

kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.

2) Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan

manusia dan masyarakat.


27

3) Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan

perkonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya.

4) Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perkonomian nasional

yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan

demokrasi ekonomi.

2.1.2.5 Prinsip Koperasi

Menurut kutipan dari (Sattar, 2017: 46) mengatakan bahwa berdasarkan

UU No. 25 Tahun 1992 pasal 5 bab III prinsip koperasi meliputi:

a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka;

b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis;

c. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan

besarnya jasa usaha masing-masing anggota;

d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal;

e. Kemandirian;

Berikut penjelasan mengenai prinsip koperasi menurut UU No. 25 Tahun

1992:

a. Sifat Kesukarelaan Dalam Keanggotaan Koperasi

Dalam hal ini menyatakan bahwa keanggotaan koperasi tidak boleh

dipaksakan dari pihak manapun dan atas dasar kesukarelaan. Keanggotaan

koperasi juga bisa bisa mengundurkan diri sesuai dengan syarat yang

ditentukan dalam Anggaran Dasar Koperasi.

b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis


28

Dengan adanya prinsip, maka setiap pengelolaan yang dilakukan atas dasar

kesepakatan bersama. Prinsip demokrasi dilakukan berdasarkan kehendak

dari keputusan para anggota dalam mengelola koperasi. Sebagai pemegang

kekuasaan dan pelaksanaan tertinggi dipegang oleh anggota.

c. Pembagian SHU Dilakukan Secara Adil Dan Sebanding Dengan Besarnya

Jasa Usaha Yang Dilakukan Oleh Masing-Masing Anggota

Setiap anggota yang berperan aktif pada koperasi akan memperoleh sisa

hasil usaha yang lebih besar dibandingkan dengan anggota yang pasif.

Anggota yang menggunakan jasa koperasi akan membayar jasa tersebut dan

nilai dari jasa yang diperoleh anggota akan diperhitungkan pada saat

pembagian sisa hasil usaha. Transaksi ini disebut sebagai jasa usaha.

d. Pemberian Balas Jasa Yang Terbatas Terhadap Modal

Modal pada dasarnya digunakan untuk melayani anggota dan masyarakat

sekitar dengan mengutamakan pelayanan yang diberikan. Dengan demikian

diharapkan koperasi memperoleh nilai lebih dari selisih antara biaya

pelayanan dan modal. Balas jasa yang diberikan tidak berdasarkan besarnya

modal yang diberikan namun disesuaikan dengan kemampuan koperasi.

dalam hal ini modal beperan bukan sebagai untuk mencari keuntungan

semata namun digunakan untuk kemanfaatan anggota dan juga jasa yang

terbatas memiliki arti bahwa suku bunga yang diberikan atas modal tidak

boleh melebihi suku bunga yang berlaku di pasar.

e. Kemandirian
29

Kemandirian pada koperasi dimaksudkan bahwa koperasi harus memiliki

kemampuan untuk mengabil keputusan usaha dan organisasi. Mandiri juga

memberikan motivasi agar koperasi memiliki keyakinan akan kekuatan

sendiri dalam mencapai tujuan dan tanpa tergantung dengan pihak lain.

f. Pendidikan Perkoperasian

Tingkat keberhasilan suatu koperasi tidak pernah terlepas dari partisipasi

anggota yang aktif dalam mengembangkan koperasi. Partisipasi anggota

yang aktif harus dibekali dengan Pendidikan mengenai perkoperasian itu

sendiri. Dengan pendidikan anggota dapat mengetahui manfaat yang

didapat, tujuan organisasi dibentuk, dan cara organisasi untuk mencapai

tujuannya serta dapat menentukan keputusan untuk menjadi anggota dalam

koperasi. Selan itu agar anggota memiliki wawasan yang luas, memiliki

kemampuan dan memiliki kualitas sumber daya yang baik, maka pendidikan

menjadi hal yang sangat penting untuk hal tersebut. Melalui pendidikan

perkoperasian anggota dipersiapkan untuk menjadi anggota yang memahami

nilai-nilai dan prinsip-prinsip juga praktik-praktik dalam koperasi.

g. Kerja Sama antar Koperasi

Setiap koperasi memiliki berbagai bidang usaha yang dikelola atau bahkan

memiliki bidang usaha yang sama. Dengan tujuan untuk memajukan

kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan kerja sama untuk saling

melengkapi, yaitu saling memanfaatkan kelebihan dan menghilangkan

kelemahan masing-masing agar hasil yang dicapai dapat optimal.


30

2.1.3 Strategi Pengembangan

2.1.3.1 Pengertian Strategi

Istilah strategi pada dasarnya merupakan istilah yang sering digunakan

pada saat membicarakan upaya-upaya dalam pencapaian tujuan. Strategi dalam

kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah siasat perang. Srtategi dapat juga

dikatakan sebagai rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai

sasaran-sasaran khusus.

Menurut Grifin mendefinisikan strategi sebagai rencana komprehensif

untuk mencapai tujuan organisasi. (Saefullah, 2006) “Jadi strategi merupakan

suatu cara untuk bisa mencapai tujuan dari perusahaan ataupun instansi dan

supaya bisa menjadi pesaing yang unggul.

Strategi adalah aksi potensial yang membutuhkan keputusan manajemen

puncak dan sumber daya perusahaan/instansi dalam jumlah besar. Selain itu,

strategi mempengaruhi perkembangan jangka panjang perusahaan/instansi,

biasanya lima tahun ke depan dan karenanya berorientasi ke masa yang akan

dating.

Menurut herawati, “strategi adalah sasaran untuk mencapai tujuan akhir

atau sasaran akhir, bersifat rencana yang disatukan, mengikat semua pihak atau

sebagian perusahaan/instansi. Strategi juga bersifat menyeluruh meliputi semua

pihak aspek penting perusahaan/instansi dan sifat terpadu yaitu semua bagian

rencana serasi satu sama lain dan bersesuaian (Saputra, 2020).

Strategi adalah pola sasaran, maksud atau tujuan kebijakan, serta rencana-

rencana penting untuk mencapai tujuan itu, yang dinyatakan dengan cara seperti
31

menetapkan bisnis yang dianut oleh perusahaan atau menjadi jenis apa perusahaan

ini (Kenneth, 2014).

Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan atau sasaran perusahaan

jangka panjang, program tindak lanjut serta prioritas alokasi sumber daya (Diah,

2004).

Strategi adalah pola tindakan utama yang dipilih untuk mewujudkan visi

organisasi melalui misi. Strategi membentuk pola pengambilan keputusan dalam

setiap tindakan. Melalui tindakan berpola, perusahaan/instansi dapat menggerakan

dan mengarahkan seluruh sumber daya organisasi secara efektif.

Menurut Chander, strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan

perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut,

serta prioritas alokasi sumber daya.

2.1.3.2 Jenis, Fungsi, dan Tujuan Strategi

Strategi dapat dibedakan menjadi dua sebagai berikut:

a. Strategi Besar (Grand Strategy)

Strategi besar adalah rencana umum yang berupa tindakan-tindakan besar

yang digunakan perusahan/instansi untuk mencapai sasaran jangka panjang.

Strategi besar dibedakan dalam kategori yaitu pertumbuhan, stabilitas dan

pemangkasan.

b. Strategi Global

Ada tiga kategori dalam strategi global sebagai berikut:

1) Strategi globalisasi (globalization strategy) merupakan standarisasi

rancangan produk dan strategi periklanan di seluruh dunia.


32

2) Strategi multidomestik (multidomestic strategy) adalah modifikasi

desain produk dan strategi periklanan untuk mengakomodasikan

kebutuhan spesifik dari masing-masing Negara. Maksudnya adalah

perusahaan ,ulti nasionala dapat ada sejumlah Negara, namun periklanan

dan rancangan produknya disesuaikan dengan kebutuhan spesifik

masing-masing Negara.

3) Strategi transnasional (trannational strategy) yaitu strategi yang

mengombinasikan koordinasi global untuk meraih efisiensi dengan

fleksibilitas untuk memenuhi kebutuhan spesifik pada berbagai Negara.

(Amelia, 2015)

Fungsi dari strategi pada dasarnya adalah berupya agar strategi yang

disusun dapat diimplementasikan secara efektif.untuk itu,terdapat lima fungsi

yang harus dilakukan secara simultan, yaitu:

a) Mengkomunikasikan suatu maksud (visi) yang akan dicapai kepada orang

lain.

b) Menghubungkan atau mengaitkan kekuatan atau keunggulan organisasi

dengan peluang dari lingkungannya.

c) Memanfaatkan atau mengeksploitasi keberhasilan dan kesuksesan yang

didapat sekarang, sekaligus menyelidiki adanya peluang-peluamg baru.

d) Menghasilkan dan membangkitkan sumber-sumber daya yang lebih banyak

dari yang digunakan sekarang.

e) Menanggapi serta bereksi atas keadaan yang baru dihadapi sepanjang waktu.
33

Tujuan daru strategi ini adalah untuk menggapai suatu posisi unggul dalam

bersaing dalam bank-bank lain. Serta tujuan dari sebuah strategi yaitu

untuk mempertahankan keberlangsuangan kehidupan bank dalam jangka panjang.

(saefullah,2006)

2.1.3.3 Implementasi Strategi

Implementasi strategi dapat dilakukan dengan baik dengan cara

mengembangkan struktur organisasi yang mampu mendukung strategi dan

pengembangan perencanaan serta kebijakan yang tepat. Selain pengembangan

pada struktur orgnisasi, implementasi strategi lebih efektif apabila diupayakan

melalui penciptaan budaya perusahan, pola kepemimpinan dan pengelolalan

sumber daya manusia yang mendukung terhadap perencanaan strategi.

Pengendalian strategi kemudian dilakukan untuk mengetahui kinerja organisasi

atas strategi yang dipilih untuk kemudian mencari bentuk umpan balik bagi

pengembangan strategi dimasa datang.

Secara umum, sebuah strategi memiliki komponen-komponen strategi

yang senantiasa dipertimbangan dalan menentukan strategi yang akan

dilaksanakan. Komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut:

a) Kompetensi yang berbeda

Yang dimaksud dengan kompetensi yang berbeda adalah sesuatu yang

dimiliki oleh bank dimana bank itu melakukannya dengan baik

dibandingkan dengan bank lainnya.

b) Ruang lingkup
34

Yang dimaksud dengan ruang lingkup adalah lingkungan dimana organisasi

tersebut beraktivitas. Strategi yang akan dilakukan mencakup ruang lingkup

yang dihadapi organisasi.

c) Distribusi sumber daya

Yang dimaksud dengan distribusi sumber daya adalah vagaimana sebuah

organisasi memanfaatkan dan mendistribusikan sumber daya yang dimiliki

dalam menetapkan strategi organisasi.(Saefullah, 2006)

2.1.3.4 Pengertian Pengembangan

Pengembangan berasal dari kata “kembang” yang berarti menjadi besar,

proses, cara perbuatan mengembangkan. Bisa dikatakan bahwa pengembangan

merupakan upaya yang dilakukan oleh suatu perusahaan, pemerintah, dan

masyarakat untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha kecil agar

menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. Pada umumnya strategi pengembangan

yang dilakukan oleh koperasi tidak jauh berbeda dengan perusahaan pada

umumnya.

Berdasarkan kutipan dari (Latif, 2015) bahwa pengembangan menurut

Gibson adalah proses yang berusaha meningkatkan efektifitas organisasi dengan

mengintegrasikan kegiatan individu akan pertumbuhan dan perkembangan tujuan

organisasi di mana proses ini merupakan usaha untuk mengadakan perubahan

yang berkaitan dengan misi organisasi.

Sedangkan pengertian pengembangan menurut Siagian (2004) mengatakan

bahwa pengembangan terbagi menjadi pengembangan pasar dan pengembangan

produk. Pengembangan pasar merupakan upaya untuk mempertahankan


35

pelanggan lama agar menjadi pelanggan setia. Upaya yang bisa dilakukan untuk

mengembangkan pasar adalah menciptakan produk baru yang diharapkan dapaat

diminati dan disukai oleh konsumen. Pengembangan pasar dapat berarti penjualan

produk andalan suatu perusahaan/organisasi di pasar yang baru dimasukinya.

Sedangkan pengembangan produk yaitu meluncurkan produk baru pada pasar

yang telah dimasukinya. Strategi yang bisa dilakukan dalam mengembangkan

produk yaitu: mengembangkan dan meluncurkan produk baru, mengembangkan

variasi pada produk lama, dan menambah maupun mengembangkan model dan

bentuk dari produk lama (Latif, 2015).

Anoraga dan Widiyanti (2007) menyatakan bahwa ada dua upaya

terobosan yang perlu ditempuh untuk mempercepat pengembangan koperasi, yaitu

memberikan akses lebih besar kepada koperasi dalam mendapatkan modal usaha,

serta dilakukan penyesuaian terhadap peraturan dan perundangundangan yang

berlaku dalam dunia usaha. (Alifah, 2017).

Jadi dapat dikatakan bahwa pengembangan merupakan suatu cara yang

dilakukan untuk merubah hal kecil menjadi besar, jika dalam suatu usaha merubah

usaha kecil agar menjadi usaha yang mampu bersaing dengan usaha lain.

2.1.3.5 Strategi Pengembangan

Strategi pengembangan koperasi diharapkan dapat menjadi salah satu

solusi dan wadah perekonomian di kalangan aparatur sipil negara (ASN) di

Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah. Koperasi diharapkan dapat berkembang

sebagai badan usaha dengan gerakan ekonomi rakyat (Suhartono, 2011).


36

Menurut kutipan (Suhartono, 2011), ada beberapa upaya yang dapat

dilakukan untuk mendorong perkembangan koperasi yaitu:

a. Melalui kebijakan pemerintah, pengembangan koperasi dapat dilakukan

melalui program pembangunan secara keseluruhan khususnya dalam bidang

pembangunan ekonomi.

b. Alokasi sumber daya dari luar koperasi seperti modal dan sumber daya

manusia yang terampil.

c. Pengembangan yang dilakukan harus terencana, berkesinambungan dan meluas

dalam berbagai sektor.

d. Ketika koperasi dalam keadaan awal masih lemah, maka peran pemerintah

yaitu untuk melindungi koperasi dari kehancuran.

e. Pengembangan koperasi harus dilakukan secara murni dan konsekuen oleh

berbagai pihak termasuk pemerintah sebagai bentuk mandat dari konstitusi.

Dalam mengembangkan koperasi menurut kutipan dari (Wulandari dan

ENtri Sulistari, 2017) mengatakan, ada beberapa strategi pengembangan yang bias

dilakukan oleh koperasi seperti:

a. Meningkatkan promosi

b. Mengembangakan produk simpan pinjam

c. Meningkatkan pengawasan dari badan pengawas

d. Memberikan pelayanan, pendidikan, dan penyuluhan mengenai pentingnya

koperasi
37

2.1.4 Manajemen

2.1.4.1 Pengertian Manajemen

Manajemen secara pengertian dikemukakan oleh Mary Parker Follet

adalah seni dalam menyelesaikan sesuatu melalui orang lain. Segala sesuatu yang

perlu dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan tertentu. Diantara tujuan tersebut

adalah meraih profit. Kegiatan-kegiatan yang biasnya dilakukan oleh sebuah

organisasi bisnis diantaranya adalah kegiatan produksi, pemasaran, pengelolaan

sumber daya manusia, hingga pengelolaan keuangan yang mungkin dimiliki oleh

organisasi tersebut.

Sebuah organisasi bisnis, tahapan-tahapan manajemen terdiri dari

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, hingga pengawasan dan

pengendalian. Berdasarkan tahapan-tahapan ini, maka dikenal pula pengertian lain

dari manajemen yaitu sebagaimana dikemukakan oleh Nickels, Mchugh and

Mchugh adalah sebuah proses yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan

organisasi melallui rangkaiian kegiatan berupa perencana, pengorganisasian,

pengarahan dan pengendalian orang-orang serta sumber daya organisasi lainnya.

Menurut G. R Terry ada empat fungsi utama manajemen yang dalam dunia

manjemen dikenal POAC yaitu planning (perencanaan), organizing

(pengorganisasian), actuating (penggerakan/pengarahan), dan controlling

(pengawasan/pengamatan) dapat dijelaskan fungsi utama dari manjemen tersebut

sebagai berikut:

1) Planning (perencanaan)
38

Perencanaan merupakan bagian terpenting pada suatu perusahaan/instansi.

Konsep manajemen menjelaskan bahwa setiap manusia (bukan hanya

organisasi) untuk selalu melakukan perencanaan terhadap semua kegiatan

yang akan dilakukan di masa depan agar mendapat hasil yang optimal.

Semua kegiatan perencanaan pada dasarnya melalui empat tahap berikut ini:

a) Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan,

b) Merumuskan keadaan saat ini,

c) Mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan,

d) Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk mencapai

tujuan.

2) Organizing (pengorganisasian)

Organizing adalah proses dalam memastikan kebutuhan manusia dan fisik

setiap sumber daya tersedia untuk menjalankan rencana dan mencapai

tujuan yang berhubungan dengan organisasi. Organizing juga meliputi

penugasan setiap aktifitas, membagi pekerjaan ke dalam setiap tugas yang

spesifik, dan menentukan siapa yang memiliki hak untuk mengerjakan

beberapa tugas.

3) Actuating (pelaksanaan)

Actuating adalah peran dalam mengarahkan pekerjaan yang sesuai dengan

tujuan organisasi. Actuating menjadi bentuk implementasi dari rencana,

berbeda dari planning dan organizing. Actuating membuat urutan rencana

menjadi tindakan dalam dunia organisasi. Geroge R. Terry mengatakan

bahwa penggerakan adalah usaha menggerakkan anggota kelompok


39

sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai

sasaran organisasi dan sasaran angota-anggotanya tersebut.

Jadi penggerakan (actuating) dapat diartikan sebagai suatu tindakan untuk

mencapai sasaran yang sesuai dengan perencanaan dan usaha-usaha

organisasi, dalam hal ini sebagai upaya menggerakkan orang-orang agar

mau bekerja dengan sendirinya atau dengan kesadaran bersama-sama untuk

mencapai tujuan dikehendaki secara efektif. Peranan penggerakan

mempunyai posii yang menentukan dalam upaya pencapaian tujuan, apakh

keberhasilan dapat dicapai atau tidak. Menurut Koontz dan O’Donnel dalam

pelaksanaan terdapat pengarahan yang dimana terdapat hubungan antara

aspek individual yang ditimbulkan akibat peraturan untuk dapat dipahami

dan pembagian pekerjaan yang efektif untuk pencapaian tujuan

4) Controlling (pengawasan)

Controlling adalah kegiatan untuk mencocokkan apakah kegiatan

operasional dilapangan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dalam

mencapai tujuan.Dengan demikian yang menjadi objek dari kegiatan

pengawasan adalah mengenai kesalahan, penyimpangan, cacat dan hal-hal

yang bersifat negatif.(Ikhsani,2019)

Jadi, Controlling adalah memastikan bahwa kinerja sesuai dengan rencana.

Hal ini membandingkan antara kinerja aktual dengan standar yang telah

ditentukan. Jika terjadi perbedaan yang signifikan antara kinerja aktual dan

yang diharapkan, manajer harus mengambil tindakan yang sifatnya


40

mengoreksi. Misalnya meningkatkan periklanan untuk meningkatkan

penjualan, atau melakukan promosi kegiatan melalui .

2.1.4.2 Pentingnya Manajemen

Manajemen dibutuhkan oleh semua organisasi. Semua usaha akan sia-sia

dan pencapaian tujuan akan lebih sulit apabila tanpa manajemen. Ada 3 alasan

utama diperlukannnya manajemen sebagai berikut:

1) Manajemen dibutuhkan untukmencapai tujuan organisasi dan pribadi.

2) Untuk menjaga keseimbangan antara tujuan-tujuan, sasaran-sasaran dan

kegiatan-kegiatan yamg saling bertentangan dari pihak-pihak yang

berkepentingan dalam organisasi.

3) Untuk mencapai efisiensi dan efektifitas, suatu organisasi dapat diukur

dengan banyak cara yang berbeda salah satu cara yang umum adalah

efisiensi dan efektifitas.

2.1.4.3 Manajemen Strategi

Certo mendefinisikan manajemen strategi sebagai analisis, keputusan dan

aksi yang dilakukan perusahaan untuk menciptakan dan mempertahankan

keunggulan kompetitif. Defenisi ini menggambarkan dua elemen utama

manajemen strategis. Elemen pertama, manajemen strategis dalam perusahaan

berkaitan dengan proses yang berjalan (engoing precesses) : analisis, kepsutusan

dan tindakan. Elemen kedua, manjemen strategis adalah study tentang mengapa

sebua perusahaan mampu mengalahkan perusahaan lainnya. Manajer perlu

menetukan bagaimana perusahaan bisa menciptakan keunggulan kompetitif yang


41

tidak hanya unik dan berharga,tetapi juga sulit ditiru atau dicari substitusinya.

Sehingga mampu bertahan lama.

Menurut Wheelen dalam buku karangan Eddy Yunus, manajemen strategis

adalah serangkaian keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan manajerial yang

mengarah kepada penyususnan strategi-strategi efektif untuk mencapai tujuan

perusahaan yang dengan analisis S.W.O.T (Eddy,2016).

Dapat disimpulkan bahwa manajemen strategi ialah seni dan ilmu

penyusunan, penerapan, pengevaluasian keputusan-keputusan lintas, manajemen

strategis berfokus pada proses penerapan tujuan organisasi, pengembangan

kebijakan dan perencanaan untuk mencapai sasaran, serta mengalokasikan sumber

daya untuk menerepkan kebijakan dan merencanakan pencapaian tujuan

organisasi. Manejen strategis mengkombinasikan aktivitas-aktivitas dari berbagai

bagian fungsional suatu bisnis untuk mencapai tujuan organisasi.

Manajemen strategi terdiri dari sembilan tugas penting sebagai berikut:

1) Merumuskan misi perusahaan, termasuk pernyataan yang luas mengenai

maksud, filosofi, dan sasaran perusahaan.

2) Melakukan suatu analisis yang mencerminkan kondisi dan kapabilitas

internal perusahaan.

3) Menilai lingkungan eksternal perusahaan, termasuk faktor persaingan dan

faktor kontektul umum lainnya.

4) Menganalisis pilihan-pilihan yang dimilki oleh perusahaan dengan cara

meyesuaikan sumber dayanya dengan lingkungan eksternal.


42

5) Mengidentifikasi pilihan paling menguntungkan dengan cara mengevaluasi

setiap pilihan berdasarkan misi perusahaan.

6) Memilih satu set tujuan jangka panjang dan strategi utama yang akan

menghasilkan pilihan paling menguntungkan tersebut.

2.1.4.4 Manajemen Koperasi

Manajemen dalam koperasi memiliki oeranan penting untuk melakukan

pengelolaan terhadap setiap bidang-bidang usaha yang dimiliki oleh koperasi

tersebut dapat berjalan dengan tujuan agar usaha koperasi tersebut dapat berjalan

dengn baik dan dapat mensejah terakan anggotanya maupun masyarakat di

sekitarnya, selain itu manajemen didalam pengelolaan koperasi juga berperan

untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi oleh koperasi baik masalah yang

berasal dari dalam diri koperasi itu sendiri maupun masalah yang berasal dari luar

koperasi demi terwujudnya koperasi sebagai perekonomian di Indonesia.(Triana

sofiani,2014).

Menurut suharsono sagir, sistem manajemen di lembaga koperasi harus

mengarah kepada manajemen partisipasi yang di dalamnya terdapat kebersamaan,

keterbukaan, sehingga setiap anggota koperasi baik yang turut dalam pengelolaan

(kepengurusan usaha) ataupun yang di luar kepengurusan( anggota biasa), memili

rasa tanggu jawab bersama dalam organisasi koperasi.

2.1.5 Loyalitas

2.1.5.1 Pengertian Loyalitas

Defenisi loyalitas berarti setia atau loyalitas dapat di artikan sebagai suatu

kesetiaan. Kesetian ini timbul tanpa adanya keterpaksaan, tetapi timbul dari
43

kesadaran sendiri pada masalalu. Usaha yang dilakukan untuk menciptakan

kesetian anggota lebih cenderung mempengaruhi sikap anggota. Sedangkan

konsep loyalitas anggota lebih menekankan kepada perilaku pengadiannya.

Loyalitas adalah salah satu hal yang tidak dapat dibeli dengan uang.

Loyalitas hanya bisa didapat, namun tidak bisa dibeli. Mendapatkan loyalitas dari

seseorang bukanlah suatu pekerjaan yang mudah untuk lakukan. Berbanding

terbalik dengan kesulitan mendapatkannya, menghilangkan loyalitas seseorang

justru menjadi hal yang sangat mudah untuk dilakukan.

Loyalitas merupakan salah satu unsur yang digunakan dalam penilaian

karyawan yang mencakup kesetiaan terhadap pekerjaanya, jabatannya dan

organisasi. Kesetian ini di cerminkan oleh kesediaan karyawan menjaga dan

membela organisasi didalam maupun diluar pekerjaaan dari rongrongan orang

yang tidak bertanggungjawab.(Hasibuan,2011)

Loyalitas memilik peran yang sangat penting dalam suatu koperasi agar

tetap terus selalu bertahan pada kompetensi bisni yang saat ini sangat sengit.

Loyalitas tergambar melalui antusias anggota terhadapjasa atau produk koperasi.

Karena loyalitas ialah juga suatu komitmen maupun sebuahkeputusan yang

dipegang oleh pemanggu koperasi secara mendalam dengan mempergunakan

dalam mendukung ulang jasa atau produk untuk diinginkan dimasadepan,

walaupun terdapat pengaruh keadaan dan usaha pemasaran yang mempunyai

potensi penyebab anggota berpindah.

Loyalitas yaitu penggabungan yang terjadi diantara proses dan intelektual

dan emosional dimana loyalitas koperasi dan anggota terbentuk dari hak mutlak
44

koperasi yang mampu meningkatkan kualitas produk baik berupa jasa maupun

barang. Disisi lainloyalitas dapat diartikan sebagai suatu rupa kesetian seseorang

terdapat sebuah produk baik yang berbentuk jasa atau barang yang telah di

berikan oleh sebuah perusahaan.(Mantauv,2015)

Loyalitas merupakan satu kata yang menggambarkan kesetian atau

kepatuhan terhadap suatu organisasi. Dalam suatu perusahaan loyalitas

mengambarkan kesediaan pelanggan agar bersedia menggunakan produk

perusahaan dalam jangka panjang. Menurut Fandy tjiptono dan Gregorius Candra

menyatakan bahwa loyalitas merupakan komitmen konsumen terhadap suatu

merk, toko, atau pemasok yang tercemin dari sikap (attitude) yang sangat positif

dan wujud perilaku pembelian ulang yang dilakukan oleh konsumen secara

konsisten. Lebih lanjut Scoot Robinette dan Claire Brand mengartikan loyalitas

merupakan satu-satunya alasan yang sangat penting dalam meraih keuntungan.

Berdasarkan beberapa teori tersebut, loyalitas merupakan suatu komitmen

dari pelanggan atau nasabah yang sukarela berlangganan kepada suatu bank dalam

menikmati semua layanan yang telah diberikan dalam dalam jangka panjang tanpa

adanya paksaan dari pihak manapun. Tugas dan kewajiban perusahaan tidaklah

ringan, perusahaan di tuntut untuk tidak hanya membuat nasabah tertarik, namun

juga menjadikan konsumen sumber laba yang besar, tetapi masih harus setia

dengan perusahan atau bank.(Febriyanti,2002)

Jika diartikan secara bebas loyal didefinisikan sebagai tindakan memberi

atau menujukkan dukungan dan kepatuhan yang taguh dan konstan kepada

seseorang atau institusi.(Muhammad Said A-Qahthani, Al- Wala Wal-Bara)


45

Ada beberapa cara dalam mencapai kesadaran loyalitasyaitu sebagai

berikut:

a. Mencapai kesadaran loyalitas yang berhubungan dengan melaksanakan

tugas yang telah di berikan dan harus memberikan hasil yang maksimal.

b. Mencapai kesadaran loyalitas melalui kinerja kelompok anggota yang

berfungsi menyangkut pemberian saran, diskusi, tukar pemikiran dan

penyelesaian, formal maupun informal. Fungsi keduanya mencakup segala

sesuatu yang dapat membantu kesadaran loyalitas anggota.(Bernadine R

Wirjana,2006)

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi loyalitas anggota sebagai

berikut:

a. Faktor rasional naiknya loyalitas anggota mengacu pada hal-hal yang dapat

dijelaskan secara logis, faktor-faktor rasional yang menjadi penyebab

turunnya loyalitas anggota sesuai dengan pengertian loyalitas antara lain

kepopuleran, jenjang peran, fasilitas-fasilitas dan lain sebagainya yang

diberikan organisasi kepada amggotanya.

b. Faktor emosional naiknya loyalitas anggota mengacu pada hal-hal yang

menyangkut perasaan atau ekspresi diri. Faktor-faktor emosional yang

menjadi penyebab naiknya loyalitas anggota sesuai dengan pengertian

loyalitas yaitu pekerjaan yang dinilai baik, lingkungan organisasi yang

sangat kondusif, perasaan nyaman terhadap keberlangsungan hidup

organisasi, kecocokan anggota dengan pemimpin serta saling menghargai

prestasi anggota didalam organisasi.


46

c. Faktor kepribadian sebagai naiknya loyalitas anggota mengacu pada hal-hal

yang sifatnya pribadi anggota. Faktor-faktor kepribadian yang menjadi

penyebab naiknya loyalitas anggota sesuai dengan pengertian loyalitas

antara lain adalah sifat semangat, tidak mudah bosan, aktif berinteraksi,

setia dengan organisasi dan saling bekerjasama terhadap anggota yang lain

dan sangat menyukai budaya dan organisasinya.(Soekidjo

notoadmodjo,2003)

Aspek-aspek loyalitas yang terdapat pada individu dikemukakan oleh

siswanto, yang menitik beratkan pada pelaksanakan kerja yang dilakukan

karyawan antara lain:

d. Taat pada peraturan

Setiap kebijakan yang diterapkan dalam perusahaan untuk memperlancar

dan mengatur jalannya pelaksanaan tugas oleh manajemen perusahaan

ditaati dan dilaksanakan dengan baik. Keadaan ini akan menimbulkan

kedisplinan yang menguntungkan perusahaan agar dapat mencapai tujuan.

e. Tanggung jawab pada perusahaan

Karakteristik pekerjaan dan pelaksanaan tugasnya mempunyai konsekuensi

yang dibebankan karyawan. Kesanggupan karyawan untuk melaksanakan

tugas sebaik-baiknya dan kesadaran akan setiap resiko pelaksanaan akan

memberikan pengertian tentang keberanian dan kesadaran

bertanggungjawab terhadap resiko atas apa yang telah dilaksanakan.


47

f. Kemauan untuk bekerja sama

Bekerja sama dengan orang-orang dalam suatu kelompok akan

memungkinkan perusahaan dapat mencapai tujuan yang tidak mungkin

dicapai oleh orang-orang secara individual.

g. Rasa memiliki

Adanya rasa ikut memiliki karyawan terhadap perusahaan akan membuat

karyawan memiliki sikap untuk ikut menjaga dan bertanggung jawab

terhadap perusahaan sehinggapada akhirnya akan menimbulkan loyalitas

demi tercapainya tujuan perusahaan.

h. Kesukaan terhadap pekerjaan

Perusahaan harus dapat menghadapi kenyataan bahwa karyawan tiap hari

datang untuk bekerja sama sebagai manusia seutuhnya dalam hal melakukan

pekerjaan.(Siswanto,2010)

2.1.6 Partisipasi

Kata Partisipasi telah sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, baik

yang diucapkan para ahli maupun orang awam. Sampai saat ini belum ada

pengertian atau defenisi yang dapat diterima secara umum tentang partisipasi. Hal

ini disebabkan oleh adanya perbedaan sudut pandang yang dipakai dalam

memberikan pengertian atau defenisi.

“Partisipasi adalah keterlibatan seseorang dalam situasi baik secara mental,

pikiran atau emosi dan perasaan yang mendorongnya untuk memberikan

sumbangan dalam upaya untuk memberikan sumbangan dalam usaha mencapai


48

tujuan yang telah ditentukan dan ikut bertanggung jawab terhadap kegiatan

pencapaian tujuan tersebut” (Syamsuddin Adam dalam Prasetya, 2008:54).

Menurut Salusu (1998:104) :“Partisipasi secara garis besar dapat

dikatagorikan sebagai desakan kebutuhan psikologis yang mendasar pada setiap

individu”. Hal ini berarti bahwa manusia ingin berada dalam suatu kelompok

untuk terlibat dalam setiap kegiatan. Partisipasi merupakan suatu konsep yang

merujuk pada keikutsertaan seseorang dalam berbagai aktivitas pembangunan.

Keikutsertaan ini sudah barang tentu didasari oleh motif– motif dan keyakinan

akan nilai–nilai tertentu yang dihayati seseorang.

Partisipasi oleh banyak kalangan disamakan pengertiannya dengan keikut

sertaan, turut serta mengambil bagian. Hal ini menunjukkan adanya unsur

keterlibatan dari dalam suatu kegiatan. Secara Etimilogi kata partisipasi berasal

dari bahasa Inggris yaitu participation ialah kata benda orang ikut mengambil

bagian, peserta, TO Participate adalah kata kerja, ikut mengambil

bagian,“participation” adalah hal mengambil bagian.

Menurut Juliantara (2002:87) substansi dari partisipasi adalah bekerjanya

suatu sistem pemerintahan dimana tidak ada kebijakan yang diambil tanpa adanya

persetujuan dari rakyat, sedangkan arah dasar yang akan dikembangkan adalah

proses pemberdayaan. Lebih lanjut dikatakan bahwa tujuan pengembangan

partisipasi adalah:

Pertama, bahwa partisipasi akan memungkinkan rakyat secara mandiri


(otonom) mengorganisasi diri, dan dengan demikian akan memudahkan
masyarakat menghadapi situasi yang sulit, serta mampu menolak berbagai
kecenderungan yang merugikan. Kedua, suatu partisipasi tidak hanya menjadi
cermin konkrit peluang ekspresi aspirasi dan jalan memperjuangkannya, tetapi
yang lebih penting lagi bahwa partisipasi menjadi semacam garansi bagi tidak
49

diabaikannya kepentingan masyarakat. Ketiga, bahwa persoalanpersoalan dalam


dinamika pembangunan akan dapat diatasi dengan adanya partisipasi masyarakat.
(Juliantara, 2002: 89-90).

Literatur klasik selalu menunjukan bahwa partisipasi adalah keikutsertaan

masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, sampai evaluasi program

pembangunan, tetapi makna substantif yang terkandung dalam sekuen-sekuen

partisipasi adalah voice, akses dan control (Juliantara, 2002:90-91). Pengertian

dari masing-masing sekuen tersebut di atas adalah:

1. Voice, maksudnya adalah hak dan tindakan warga masyarakat dalam

menyampaikan aspirasi, gagasan, kebutuhan, kepentingan dan tuntutan

terhadap komunitas terdekatnya maupun kebijakan pemerintah.

2. Access, maksudnya adalah mempengaruhi dan menentukan kebijakan serta

terlibat aktif mengelola barang-barang publik, termasuk didalamnya akses

warga terhadap pelayanan publik.

3. Control, maksudnya adalah bagaimana masyarakat mau dan mampu terlibat

untuk mengawasi jalannya tugas-tugas pemerintah. Sehingga nantinya akan

terbentuk suatu pemerintahan yang transparan, akuntabel dan responsif

terhadap berbagai kebutuhan masyarakatnya.

Participation adalah hal ikut sertanya setiap orang suatu kegiatan

Merupakan aktivitas dalam organisasinya untuk mencapai tujuan yang mereka

inginkan. Bila kita hubungkan dengan pembangunan untuk mencapai tujuan

pembangunan nasional yakni meningkatkan taraf hidup masyarakat menuju

terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD

1945. Masyarakat dalam kedudukannya sebagai subyek pembangunan dituntut


50

dalam memberikan sumbangan terhadap apa yang dibutuhkan dalam

pembangunan. Kesediaan memberikan sumbangan ini bukan lahir begitu saja,

akan tetapi terdorong Oleh motivasi-motivasi tertentu yang dicapai. Disamping

juga adanya upaya-upaya yang kita lakukan oleh pemerintah dalam

membangkitkan kesadaran masyarakat dalam pembangunan adalah fungsi

pemerintah, sebagaimana dijelaskan oleh S.P Siagaan bahwa penggerakan adalah

merupakan keseluruhan dari proses pemberian motivasi bekerja kepada para

bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi

tercapainya tujuan organisasi dengan efisien seta ekonomis.

Terlepas dari peranan pemerintah dalam menggerakkan pertisipasi tersebut

juga terdorong oleh adanya motivasi tertentu. Motivasi-motivasi yang juga

dimaksudkan itu dapat kita lihat pada penjelasan Partisipasi masyarakat dalam

pembangunan banyak sekali ditentukan oleh:

1. Kebutuhannya,

2. Interst masyarakat,

3. Adat istiadat dan sifat komunial yang mengikat setiap anggota masyarakat

satu sama lain

Menyimak penjelasan tersebut maka jelas bahwa masyarakat berpartisipasi

dalam pembangunan karena itu merupakan kebutuhan di dalamnya memuat

berbagai kepentingan. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan juga sangat

dipengaruhi oleh tingkat interaksi antara masyarakat itu sendiri dengan

pemerintah. Interaksi yang dimaksud disini adalah adanya hubungan saling

pengertian dan saling mendukung antara pemerintah dan masyarakat. Tanpa ada
51

hal tersebut maka pembangunan yang merupakan kebijakan pemerintah sulit

diterima dan dilaksanakan oleh masyarakat.

Partisipasi masyarakat menurut Hetifah Sj. Soemarto (2003:78) adalah

“proses ketika warga sebagai individu maupun kelompok sosial dan organisasi,

mengambil peran serta ikut mempengaruhi proses perencanaan, pelaksanaan, dan

pemantauan kebijakan kebijakan yang langsung mempengaruhi kehiduapan

mereka”.

2.2 Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu yang relefan terhadap penelitian ini sebagai

berikut:

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu

Nama, Tahun dan Variabel


No Hasil Penelitian
Sumber Penelitian
1. Djufri Rays Strategi Strategi pengembangan

Pattilouw,“Strategi Pengembangan koperasi yang dilakukan

Pengembangan Koperasi Koperasi oleh koperasi di kabupaten

Di Kabupaten Buru buru selatan adalah

Selatan”, 2017, Jurnal Regenuinisasi (pemurnian

Ekonomi Vol. 11, No. 2 kembali) visi, misi dan

tujuan koperasi yang

berbasis kesejahteraan

anggota. Kemudian ada

Reorientasi fokus
52

Nama, Tahun dan Variabel


No Hasil Penelitian
Sumber Penelitian
pengembangan koperasi

agar lebih berbasis pada

optimalisasi potensi

ekonomi daerah. Dan

Revitalisasi program-

program pembinaan

koperasi oleh pemerintah.

2. Ardhuan Yuananda Strategi Strategi yang terbaik untuk

(2013) dalam Jurnal Pengembangan diterapkan adalah tumbuh

Ekonomi Pembangunan, Koperasi dan kembangkan (growth

Vol. 2, no. 3, 2013 dengan and build) dengan cara

judul “Strategi penetrasi pasar,

Pengembangan Koperasi pengembangan pasar, dan

Samitra Kecamatan pengembangan produk.

Semarang Selatan Kota

Semarang”

3. Desi Pratiwi (2019) Strategi Dalam mengembangkan

dengan judul, “Strategi Pengembangan koperasi dalam

Pengembangan Koperasi Koperasi dalam meningkatkan laba, KPRI

Dalam Meningkatkan Meningkatkan Guyub Rukun

Laba (Studi Kasus Laba Banjarmangu melakukan

Koperasi Pegawai beberapa strategi,


53

Nama, Tahun dan Variabel


No Hasil Penelitian
Sumber Penelitian
Republik Indonesia diantaranya yaitu:

(KPRI) Guyub Rukun mengembangkan dan

Kecamatan mencari peluang usaha

Banjarmangu, Kabupaten lain, meningkatkan

Banjarnegara)”. pelayanan, meningkatkan

kualitas sumber daya

manusia, menambah

jumlah simpanan,

melakukan efisiensi

pengeluaran koperasi,

menangani masalah yang

ada di dalam koperasi

dengan sigap, menambah

modal koperasi,

memberikan target

minimum bagi setiap unit

usaha, dan memberikan

motivasi kepada anggota.

4. Farid Rahmandinata, Analisis Potensi Potensi dalam

Zulfadil dan Rosyetti Dan Strategi mengembangkan usaha

(2020), dalam jurnal Pengembangan koperasi sekunder potensi

Tepak Manajemen Bisnis, Usaha Koperasi koperasi untuk maju dan


54

Nama, Tahun dan Variabel


No Hasil Penelitian
Sumber Penelitian
Vol. 12, No. 3, Edisi Juli mampu membantu

2020, dengan judul anggotanya dalam

“Analisis Potensi Dan meningkatkan

Strategi Pengembangan kesejahteraan melalui

Usaha Koperasi Sekunder upaya kolektif yang

Pegawai Republik produktif, efektif dan

Indonesia (KPRI) Di efisien serta berkelanjutan.

Provinsi Riau”. Sebagai organisasi sosial-

ekonomi, koperasi

memiliki karakteristik

yang sesuai untuk dapat

mengelola berbagai potensi

yang dimiliki secara lebih

optimal, baik keragaman

sumber daya alam hayati

maupun keragaman sosial-

budaya.

5. Imam Suhartono (2011), Strategi Dengan dimasukkannya

dalam Jurnal Among Pengembangan kerjasama sebagai salah

Makarti, Vol. 4, No. 7, Koperasi satu prinsip dasar koperasi

Edisi Juli 2011, dengan Berorientasi Indonesia, hal ini secara

judul:“Strategi Bisnis lengkap langsung akan


55

Nama, Tahun dan Variabel


No Hasil Penelitian
Sumber Penelitian
Pengembangan Koperasi meningkatkan koperasi

Berorientasi Bisnis”. untuk mengembangkan

jaringan usaha bukan saja

kerjasama sesama koperasi

melainkan bagian

kerjasama koperasi dan

badan usaha lain, baik

skala lokal, nasional,

regional maupun

internasional.

6. Adriano Dias de Carvalho Strategi dan Koperasi harus mendirikan

(2012), dalam Pengembangan sebuah filosofi organisasi

International Journal of Koperasi untuk menentukan masa

Accounting an Financial depan, kemudian langkah

Reporting, January 2012, yang diambil yaitu melalui

dengan judul The misi koperasi dan alasan

Cooperative Development keberadaan koperasi.

And Strategy. Organisasi koperasi akan

berjalan baik apabila misi

yang dimiliki dilakukan

oleh anggota dan

karyawan. Ketika terjadi


56

Nama, Tahun dan Variabel


No Hasil Penelitian
Sumber Penelitian
ketidaksepakatan maka

setiap anggota harus

mementingkan

kepentingan kelompok di

atas kepentingan pribadi.

7. oleh I Made Mahadi Strategi bahwa permasalahan

Dwipradnyana (2020), Pengembangan utama koperasi di Bali

dalam Majalah Ilmiah Koperasi menurut Dinas Koperasi

Untab, Vol. 17 No.2 dan UKM Provinsi Bali

September 2020, dengan ada 4 yaitu rendahnya

judul “Strategi kualitas SDM pengelola

Pengembangan Koperasi Koperasi, rendahnya

Di Era Digital Pada pertumbuhan koperasi,

Koperasi Yang Ada Di terbatasnya pemasaran

Provinsi Bali”. produk dan kemitraan

koperasi dan kurangnya

koperasi mendapatkan

akses permodalan. Strategi

yang dapat dikembangkan

adalah mengukur kinerja

non-finansial koperasi,

restrukturisasi koperasi,
57

Nama, Tahun dan Variabel


No Hasil Penelitian
Sumber Penelitian
daya saing koperasi,

rebranding koperasi dan

pengembangan dengan

system IT. Berdasarkan

hasil penelitian, maka

diajukan saran yaitu

strategi yang dapat

dikembangkan dalam

mengahadapi era digital

adalah mengukur kinerja

non-finansial koperasi,

restrukturisasi koperasi,

daya saing koperasi,

rebranding koperasi dan

pengembangan dengan

system IT.

8. Maria Erra Setianingrum Partisipasi Untuk meningkatkan

(2013) dengan judul, Anggota, keberhasilan usaha,

“Pengaruh Partisipasi Pelayanan anggota perlu turut andil

Anggota dan Pelayanan Kredit, dan dalam setiap kegiatan yang

Kredit Terhadap Keberhasilan diadakan KPRI Kopekoma

Keberhasilan Usaha Usaha terutama berkaitan dengan


58

Nama, Tahun dan Variabel


No Hasil Penelitian
Sumber Penelitian
Koperasi Pegawai kehadiran dalam rapat-

Republik Indonesia rapat, permodalan dan

(KPRI) KOPEKOMA pemanfaatan jasa yang

Kota Magelang”. diadakan koperasi. Dalam

pelayanan kredit perlu

ditingkatkan lagi

pelayanannya, sehingga

anggota semakin puas oleh

pelayanan kredit yang

diberikan oleh koperasi.

Untuk mempertahankan

keberhasilan usaha

koperasi yang sudah baik

seharusnya terus dipupuk

dengan mengajak

anggotanya agar mereka

benar-benar merasakan

untuk mempertahankan

dan meningkatkan

keberhasilan usaha

koperasi dengan membina

anggotanya untuk terus


59

Nama, Tahun dan Variabel


No Hasil Penelitian
Sumber Penelitian
berpartisipasi aktif.

9. Tonich S. Sapitri, Y.I. Upaya Pengurus Hasil penelitiannya yaitu

Nyalung (2019) dengan Koperasi ditemukan bahwa pertama

judul, “Upaya Pengurus Pegawai Negeri Koperasi Pegawai Negeri

Koperasi Pegawai Negeri Telaga Mangku (KPN) Telaga Mangku

Telaga Mangku Dalam Dalam meningkatkan kualitas

Mensejahterakan Anggota Mensejahterakan anggota dengan

di Desa Baun Bango Anggota mengadakan pelatihan.

Kecamatan Kamipang Kedua, upaya atau

Kabupaten Katingan”. kegiatan untuk

meningkatkan pendapatan

anggota yaitu dengan

memberikan pinjaman

kepada anggota.

10. Sri Watini (2021) dengan Strategi Hasil penenlitiannya yaitu,

judul, “Strategi Pengembangan strategi pengembangan

Pengembangan Koperasi Koperasi Dalam koperasi dalam

Dalam Meningkatkan Sisa Meningkatkan meningkatkan sisa hasil

Hasil Usaha (Studi Kasus Sisa Hasil Usaha usaha dapat dilakukan

Pada Koperasi Pegawai dengan cara meningkatkan

Republik Indonesia partisipasi anggota dan

Mempeng Kaligondang menambah jumlah


60

Nama, Tahun dan Variabel


No Hasil Penelitian
Sumber Penelitian
Purbalingga)”. anggota, rebranding

koperasi, mengembangkan

dan mencari peluang usaha

lain, memberikan reward

bagi anggota yang aktif,

menggunakan software

dalam transaksi,

menambah modal

koperasi, dan memberikan

target minimun belanja

bagi anggota.

Berdasarkan tabel 2.1 di atas maka dapat dideskripsikan sebagai berikut:

1. Penelitian dari Djufri Rays Pattilouw (2017) dalam Jurnal Ekonomi Vol. 11,

No. 2 dengan judul “Strategi Pengembangan Koperasi Di Kabupaten Buru

Selatan”. Hasil penelitian maka diperoleh hasil bahwa Strategi

pengembangan koperasi yang dilakukan oleh koperasi di kabupaten buru

selatan adalah Regenuinisasi (pemurnian kembali) visi, misi dan tujuan

koperasi yang berbasis kesejahteraan anggota. Kemudian ada Reorientasi

fokus pengembangan koperasi agar lebih berbasis pada optimalisasi potensi

ekonomi daerah. Dan Revitalisasi program-program pembinaan koperasi

oleh pemerintah. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh


61

peneliti yaitu sama-sama menganalisis strategi pengembangan koperasi.

Sedangkan perbedaannya yaitu lokus dan waktu penelitian, peneliti

melakukan penelitian di Kabupaten Bangka Tengah.

2. Penelitian dari Ardhuan Yuananda (2013) dalam Jurnal Ekonomi

Pembangunan, Vol. 2, no. 3, 2013 dengan judul “Strategi Pengembangan

Koperasi Samitra Kecamatan Semarang Selatan Kota Semarang”. Hasil

penelitiannya adalah strategi yang terbaik untuk diterapkan adalah tumbuh

dan kembangkan (growth and build) dengan cara penetrasi pasar,

pengembangan pasar, dan pengembangan produk. Persamaan dengan

peneltian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu terkait penentuan strategi

pada suatu objek. Perbedaannya yaitu, objek yang diobservasi adalah

pegawai/ASN Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah.

3. Penelitian dari Desi Pratiwi (2019) dengan judul, “Strategi Pengembangan

Koperasi Dalam Meningkatkan Laba (Studi Kasus Koperasi Pegawai

Republik Indonesia (KPRI) Guyub Rukun Kecamatan Banjarmangu,

Kabupaten Banjarnegara)”. Hasil penelitiannya adalah Dalam

mengembangkan koperasi dalam meningkatkan laba, KPRI Guyub Rukun

Banjarmangu melakukan beberapa strategi, diantaranya yaitu:

mengembangkan dan mencari peluang usaha lain, meningkatkan pelayanan,

meningkatkan kualitas sumber daya manusia, menambah jumlah simpanan,

melakukan efisiensi pengeluaran koperasi, menangani masalah yang ada di

dalam koperasi dengan sigap, menambah modal koperasi, memberikan

target minimum bagi setiap unit usaha, dan memberikan motivasi kepada
62

anggota. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti

yaitu sama-sama menganalisis strategi pengembangan koperasi. Sedangkan

perbedaannya yaitu terkait objek yang ditingkatkan, peneliti ingin

meningkatkan partisipasi ASN Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah

dalam keanggotaan koperasi.

4. Penelitian dari Farid Rahmandinata, Zulfadil dan Rosyetti (2020), dalam

jurnal Tepak Manajemen Bisnis, Vol. 12, No. 3, Edisi Juli 2020, dengan

judul “Analisis Potensi Dan Strategi Pengembangan Usaha Koperasi

Sekunder Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Di Provinsi Riau”. Hasil

penelitiannya adalah Potensi dalam mengembangkan usaha koperasi

sekunder potensi koperasi untuk maju dan mampu membantu anggotanya

dalam meningkatkan kesejahteraan melalui upaya kolektif yang produktif,

efektif dan efisien serta berkelanjutan. Sebagai organisasi sosial-ekonomi,

koperasi memiliki karakteristik yang sesuai untuk dapat mengelola berbagai

potensi yang dimiliki secara lebih optimal, baik keragaman sumber daya

alam hayati maupun keragaman sosial-budaya. Persamaan dengan penelitian

yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu sama-sama menganalisis strategi

pengembangan koperasi. Perbedaannya yaitu peneliti tidak menganalisis

potensi pada koperasi.

5. Penelitian dari Imam Suhartono (2011), dalam Jurnal Among Makarti, Vol.

4, No. 7, Edisi Juli 2011, dengan judul:“Strategi Pengembangan Koperasi

Berorientasi Bisnis”. Hasil penelitiannya adalah Dengan dimasukkannya

kerjasama sebagai salah satu prinsip dasar koperasi Indonesia, hal ini secara
63

lengkap langsung akan meningkatkan koperasi untuk mengembangkan

jaringan usaha bukan saja kerjasama sesama koperasi melainkan bagian

kerjasama koperasi dan badan usaha lain, baik skala lokal, nasional, regional

maupun internasional. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti

yaitu terkait strategi peningkatan koperasi. Sedangkan perbedaanya yaitu,

peneliti berkeinginan memasukkan partisipasi dalam keanggotaan sehingga

koperasi mengalami peningkatan dari sisi partisipasi anggota.

6. Penelitian yang dilakukan oleh Adriano Dias de Carvalho (2012), dalam

International Journal of Accounting an Financial Reporting, January 2012,

dengan judul The Cooperative Development And Strategy. Hasil

penelitiannya yaitu Koperasi harus mendirikan sebuah filosofi organisasi

untuk menentukan masa depan, kemudian langkah yang diambil yaitu

melalui misi koperasi dan alasan keberadaan koperasi. Organisasi koperasi

akan berjalan baik apabila misi yang dimiliki dilakukan oleh anggota dan

karyawan. Ketika terjadi ketidaksepakatan maka setiap anggota harus

mementingkan kepentingan kelompok di atas kepentingan pribadi.

Persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu dalam hal

strategi. Perbedaannya peneliti menyoroti hal terkait peningkatan sumber

daya manusia pada koperasi.

7. Penelitian lain juga dilakukan oleh I Made Mahadi Dwipradnyana (2020),

dalam Majalah Ilmiah Untab, Vol. 17 No.2 September 2020, dengan judul

“Strategi Pengembangan Koperasi Di Era Digital Pada Koperasi Yang Ada

Di Provinsi Bali”. Hasil penelitiannya yaitu bahwa permasalahan utama


64

koperasi di Bali menurut Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Bali ada 4

yaitu rendahnya kualitas SDM pengelola Koperasi, rendahnya pertumbuhan

koperasi, terbatasnya pemasaran produk dan kemitraan koperasi dan

kurangnya koperasi mendapatkan akses permodalan. Strategi yang dapat

dikembangkan adalah mengukur kinerja non-finansial koperasi,

restrukturisasi koperasi, daya saing koperasi, rebranding koperasi dan

pengembangan dengan system IT. Berdasarkan hasil penelitian, maka

diajukan saran yaitu strategi yang dapat dikembangkan dalam mengahadapi

era digital adalah mengukur kinerja non-finansial koperasi, restrukturisasi

koperasi, daya saing koperasi, rebranding koperasi dan pengembangan

dengan system IT. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti yaitu sama-sama melakukan penelitian terkait strategi koperasi.

Sedangkan perbedaannya adalah penelti hanya melakukan penelitian

bagaimana cara meningkatkan sumber daya manusia pada koperasi.

8. Penelitian dari Maria Erra Setianingrum (2013) dengan judul, “Pengaruh

Partisipasi Anggota dan Pelayanan Kredit Terhadap Keberhasilan Usaha

Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) KOPEKOMA Kota

Magelang”. Hasil penelitiannya yaitu Untuk meningkatkan keberhasilan

usaha, anggota perlu turut andil dalam setiap kegiatan yang diadakan KPRI

Kopekoma terutama berkaitan dengan kehadiran dalam rapat-rapat,

permodalan dan pemanfaatan jasa yang diadakan koperasi. Dalam

pelayanan kredit perlu ditingkatkan lagi pelayanannya, sehingga anggota

semakin puas oleh pelayanan kredit yang diberikan oleh koperasi. Untuk
65

mempertahankan keberhasilan usaha koperasi yang sudah baik seharusnya

terus dipupuk dengan mengajak anggotanya agar mereka benar-benar

merasakan untuk mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan usaha

koperasi dengan membina anggotanya untuk terus berpartisipasi aktif.

Persamaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti yaitu sama-sama

menyoroti partisipasi anggota koperasi. Perbedaannya yaitu, peneliti

menganalisis strategi peningkatannya.

9. Penelitian dari Tonich S. Sapitri, Y.I. Nyalung (2019) dengan judul, “Upaya

Pengurus Koperasi Pegawai Negeri Telaga Mangku Dalam

Mensejahterakan Anggota di Desa Baun Bango Kecamatan Kamipang

Kabupaten Katingan”. Hasil penelitiannya yaitu ditemukan bahwa pertama

Koperasi Pegawai Negeri (KPN) Telaga Mangku meningkatkan kualitas

anggota dengan mengadakan pelatihan. Kedua, upaya atau kegiatan untuk

meningkatkan pendapatan anggota yaitu dengan memberikan pinjaman

kepada anggota. Persamaannya dengan penelitian yang akan dilakukan oleh

peneliti yaitu sama-sama meningkatkan kualitas anggota. Perbedaannya

adalah peneliti melihat pada strategi guna meningkatkan kualitas anggota

koperasi.

10. Penelitian dari Sri Watini (2021) dengan judul, “Strategi Pengembangan

Koperasi Dalam Meningkatkan Sisa Hasil Usaha (Studi Kasus Pada

Koperasi Pegawai Republik Indonesia Mempeng Kaligondang

Purbalingga)”. Hasil penenlitiannya yaitu, strategi pengembangan koperasi

dalam meningkatkan sisa hasil usaha dapat dilakukan dengan cara


66

meningkatkan partisipasi anggota dan menambah jumlah anggota,

rebranding koperasi, mengembangkan dan mencari peluang usaha lain,

memberikan reward bagi anggota yang aktif, menggunakan software dalam

transaksi, menambah modal koperasi, dan memberikan target minimun

belanja bagi anggota. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan

oleh peneliti yaitu sama-sama meneliti terkait strategi koperasi.

Sedangankan perbedaannya yaitu, peneliti menekankan pada peningkatan

anggota dari sisi partisipasinya.

2.3 Kerangka Konseptual Penelitian

Kerangka berfikir menurut Sugiono (2010:60) merupakan model

konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang

telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Untuk mewujudkan hal-hal

yang telah menjadi tujuan penelitian, maka kerangka pikir penelitian ini memuat

teori- teori yang berhubungan dengan masalah penelitian yang dapat dijadikan

kerangka pikir untuk menjadi alur pedoman penelitian yang dilakukan.

Kerangka berpikir dalam penelitian ini dibuat agar memudahkan peneliti

untuk melakukan proses penelitian mengenai bagaimana alur pikir penelitian yang

dilakukan sampai dengan mendapatkan hasil penelitian yang diinginkan. Alur

penelitian ini dimulai dari bagaimana birokrasi yang ada di pemerintahan.

Kemudian peneliti menerangkan tentang koperasi, strategi, manajemen, loyalitas

dan partisipasi. Karena pada penelitian ini peneliti menganalisis tentang strategi

peningkatan keanggotaan koperasi.


67

Peneliti menggunakan teknik analisis SWOT, untuk menemukan suatu

model strategi peningkatan keanggotaan koperasi dengan menganalisis dan

mengidentifikasi berbagai factor secara sistematis untuk merumuskan strategi

dimaksud. Analisis ini didasarkan pada logika yang memaksimalkan kekuatan

(strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat

meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Hasil dari analisis

SWOT tersebut diharapkan menjadi role model strategi peningkatan keanggotaan

koperasi pegawai negeri (KPN) Kabupaten Bangka Tengah

Gambar 2.2
Kerangka Konseptual Penelitian

MANAJEMEN
68

Anda mungkin juga menyukai