Anda di halaman 1dari 11

Keracunan Obat

Pembimbing :
dr. Ferryal Basbeth

Oleh :
Dinny Arianty
Fitriawati
Mariana Mirazona L
Sri damayanti


KERACUNAN OBAT
Pendahuluan
Di beberapa negara, khususnya dengan perekonomian menegah keatas dan
pelayanan medis yang relatif canggih mencampur racun dengan obat-obatan adalah
hal biasa Di banyak negara, mencampur racun dengan obat untuk alasan
mengatasi kematian akibat jenis racun tipe lain, misalnya pada kasus bunuh diri dan
keracunan
ni terjadi karena mudahnya mendapatkan zat-zat tersebut, diperoleh dari
resep dokter atau atas permintaan dari apotik lain Dengan adanya pelayanan
kesehatan dari pemerintah memberikan harga yang murah kepada pembeli atau
gratis sehingga memberikan kesempatan untuk meracuni diri sendiri,merusak diri
sendiri, atau infeksi pencernaan yang bisa terjadi pada anak Persediaan obat-
obatan yang banyak memudahkan masyarakat untuk mendapatkannya
Meskipun hanya sedikit koban keracunan obat yang tidak dapat disembuhkan
tetapi jumlah kematian lumayan banyak, hal ini berdasarkan penelitian dan ahli
forensik Penyelidikan autopsi dari keracunan obat merupakan hal yang sulit karena
beberapa alasan :
sifat alami bahannya tidak diketahui/tidak dikenal
2 mungkin ada lebih dari satu bahan-bahan yang terlibat
3 mungkin ada keterlambatan antara proses pencernaan dan kematian yang menyebabkan
konsentrasi darah, urin, dan jaringan berkurang secara fatal , keracunan atau di level terapi
4 kesimpulan yang sulit dibuat karena keterbatasan fasilitas
5 informasi tentang tingkat bahayanya sulit didapatkan
kebanyakan keracunan obat tidak ditemukan tanda khas saat autopsi, sehingga diagnosis
tergantung dari penemuan laboratorium
7 perubahan setelah mati membuat kesimpulan menjadi sulit , tidak akurat dan mustahil
8 kematian yang tertunda setelah pengambilan zat, tidak mungkin dapat dipulihkan dari perut
(yang telah kosong) atau dari usus halus
9 bahan yang alami mungkin dimetabolisme dengan cepat menjadi satu atau lebih produksi
yang diuraikan, sehingga menambah sulit identifikasi dan kesimpulan
2 Hasil Autopsi
Tidak adanya tanda khas dari hasil autopsi seringkali membuat ahli forensik
bingung kecuali ada kecurigaan telah meminum obat atau racun yang bisa
diambil untuk penyelidikan
Jika tidak ditemukan kelainan morfologi dipertimbangkan untuk melakukan
pemeriksaan toksikologi, yang mana di beberapa pengadilan menjadi sulit atau
sangat mahal
Obat-obatan yang baik adalah mudah dicerna dan tidak mengiritasi jaringan
dan saluran pencernaan Kebanyakan dalam praktek forensik dipilih oral, dan
baik untuk efek farmakologis dari organ dan jaringan sasaran yang tidak
mengiritasi / merusak saluran pencernaan
Obat-obatan bisa menyebabkan kematian dengan cara yang paling sering
adalah gagal jantung, dan yang ke dua menekan SSP Cara kematian tersebut
hanya perubahan tidak spesifik yang ditemukan pada autopsi, biasanya bukan
alasan dasar untuk kematian Kegagalan jantung akut, edema paru, kadang-
kadang edem otak, patekie pada membran serosa tidak satupun hal diatas
digunakan oleh ahli forensik, yang lebih mempercayai hasil analisis toksikologi
untuk jawaban pasti
Ada beberapa jenis pengobatan yang meskipun bukan penyebab kelainan
dapat membantu hasil autopsi, seperti pecahnya membran echimosis yang
terlihat pada keracunan aspirin hal ini bagaimanapun tidak bisa diterima
sebagai penyebab kematian, kecuali ada bukti nyata dan ditemukan sisa-sisa
tablet yang tidak habis dicerna dalam perut

HASIL TES LABORATORIUM

Penelitian menunjukkan bahwa keracunan merupakan kolaborasi antara
patologis dan toksikologis Autopsi mengevaluasi ada tidaknya trauma atau penyakit
yang mendasari Laboratorium toksikologi menunjukkan hasil yang bersifat kualitatif
dan kuantitatif yang diartikan dengan menyediakan dosis terapetik toksik dan fatal
pada berbagai cairan tubuh dan jaringan sewaktu post-ingestion, metabolisme dan
lainnya Kemudian patologis menghubungkan informasi tersebut dengan temuan
sewaktu autopsi Masalah timbul ketikan informasi tentang obat (terutama bila kadar
toksiknya rendah) tidak lengkap dalam hal kadar toksik dalam darah dan jaringan
karena paruh waktu post-ingesti menyebabkan kadar letal sama dengan dosis
terapetik atau bahkan lebih rendah Makalah ini akan menjelaskan mengenai kadar
letal obat, yang dikumpulkan dari berbagai sumber Perkiraan range sering lebar dan
masalah berkisar antara dosis yang tidak pasti, kadar post-ingesti, dan variasi
biologis individu yang luas menyebabkan tidak mungkin untuk membentuk dosis
yang tepat antara terapi, toksik dan fatal
ila mungkin, analisis toksikologi diperlukan untuk setiap kasus, namun bila
tidak bisa, data san material yang selalu diperbaharui oleh forensik dan toksikologi
dapat membantu erikut beberapa obat yang sering dipakai dalam bunuh diri dan
keracunan


ANALGESIK
ASPRN ( ACETYL SALCYLC ) AND SALCYLATES

Aspirin merupakan obat yang mempunyai efek terapi yang luas seperti
meliputi analgesik, antipiretik dan anti inflamasi Dahulu aspirin dikenal sebagai agen
atau obat yang menimbulkan efek racun bagi dirinya dimana berbahaya bagi anak
dan berefek racun juga pada orang dewasa Di nggris, dua dekade belakang ini
penggunaan aspirin sebagai agen yang berefek racun bagi dirinya menurun secara
luar biasa, jadi sekarang penggunaannya jarang digunakan
Dosis Terapi aspirin yang biasa digunakan sebesar 325-975 mg yaitu sekitar
-3 tablet Pada orang yang alergi terhadap aspirin, jarang ditemui menimbulkan
efek sakit atau bahkan meninggal setelah pemakaian obat dengan dosis terapi
Jarang juga dijumpai menimbulkan urtikaria, edema angioneurotik, hipotensi,
gangguan vasomotor, edem laring dan edem glotis
Pasien dengan penggunaan salisilat jangka panjang untuk penyakit arthritis
atau rheumatic, yang biasa menggunakan obat ini sebanyak 3-5 g/hari, secara
perlahan dapat mencapai konsentrasi dalam darahnya, dimana pada batas tertentu
dapat mengakibatkan overdosis yang menimbulkan kematian Pada orang yang
mengkonsumsi salisilat 3g/hari, tingkat obat dalam darah bervariasi antara 44 dan
330 mg/l
Selain kematian yang disebabkan karena hipersensitivitas, kematian tidak
terjadi pada orang dewasa yang memakai aspirin kurang dari 50 tablet, yaitu sekitar
g Konsentrasi dalam darah ( diukur sebagai total salisilat ) dari dosis obat 975mg,
mempunyai jarak berkisar antara 30 00mg/l ( dengan rata-rata 77 ) 2 jam
setelah pemakaian Selanjutnya terjadi penurunan sekiar 25mg/l 8 jam kemudian
Pada saat autopsi, aspirin merupakan salah satu obat yang dapat
menimbulkan ketidaknormalan walau tidak terlihat secara spesifik Kelainan secara
fisik tidak ditemukan kecuali mual dominan menjadi efek akibat pemakaian aspirin
dan bila penggunaan lama dapat menimbulkan efek lambung tererosi
mengakibatkan lambung berdarah dan terkadang menimbulkan muntah yang
berwarna merah kehitaman Manifestasi perdarahan yang tampak di kulit berupa
petekiae jarang terjadi
Walau secara external tidak tampak gejala, namun secara internal, di dalam
perut masih tampak sisa dari tablet yang tidak terserap ni cenderung untuk
menghilang dan menyatu berwarna abu-abu / kumpulan masa putih yang kotor
terbentuk dari sisa tablet yang banyak Mukosa lambung teriritasi akibat asam yang
dihasilkan dan mengerosinya Lambung tererosi dan teriritasi meluas dan dapat
menyebar melewati fundus sampai kardia Lesi pada erosi akut berupa titik, namun
lama-lama dapat menyebabkan perdarahan dalam jumlah yang banyak Perubahan
darah menjadi hitam dapat terjadi didalam lambung dan mengalir melewati usus dan
bila bertahan lebih lama dapat menyebabkan terjadinya melena Petekiae mukosa
dan ekimosis di perut tanpa ada destruksi yang mengerosi lambung, secara aktual
merupakan bagian dari perdarahan akibat antikoagulan dari aspirin Petekiae dapat
menyebar ke membran serosa yang merupakan bagian dari pleura parietal dan
epicardium Walaupun tablet dengan dosis kecil atau tunggal, namun juga masih
dapat menyebabkan luka berupa ulkus kecil bila tablet tersebut melekat pada
lambung Ketika autopsi hal ini dapat terlihat, tapi bukan kasus keracunan, dan
terlihat adanya bagian tablet yang tersisa sebelum dia meninggal
Pemeriksaan Toksikologi setelah meninggal, mengambil contoh dari darah,
urine, isi lambung dan liver agian tablet dari aspirin dapat ditemukan dengan
adanya sisa tablet tersebut yang dimakan sebelum korban meninggal agian ini
merupakan bagian yang lambat diserap tulah sebabnya mengetahui apa yang
terdapat didalam lambung penting sehingga bila terjadi pada korban hidup, segera
mungkin sisa aspirin tersebut dikeluarkan dari lambung dengan segera sebelum
menimbulkan efek pada seluruh tubuhnya Dengan adanya aspirin yang dapat larut
atau preparat effervesent, menyebabkan tidak ada bagian atau sisa tablet lagi yang
tersisa di lambung Pada saat autopsi, bagian dari sisa tablet dipakai sebagai bukti
dan analisis Dilakukan dengan tes adakah bagian yang tertinggal baik di dalam/luar
yang cepat diambil Saat autopsi, untuk menyakinkan apakah sisa tablet itu
merupakan aspirin, maka dilakukan dengan bantuan bahan kimia berupa larutan
feri-chlorida yang dilarutkan dengan sedikit urine dari korban ila muncul warna
ungu kebiruan berarti itu benar aspirin Tes ini tidak spesifik tapi sensitif Jika negatif,
bukan tidak mungkin itu adalah aspirin Tes ini hanya sebagai skreening cepat dan
bukan berasal dari analisis laboratorium
atas racun dalam darah ( dihitung dari total salisilat yang ada ) berkisar
antara 300 500 mg/l ila kadar berada dibawah atau atas kadar yang ada maka
dapat menyebabkan kematian atau malah dapat bertahan hidup Konsentrasi dalam
darah yang beresiko sangat fatal berkisar antara 0 750mg/l, beberapa ahli
mengatakan batas rata-rata dengan level minimum sekitar 500 mg/l Konsentrasi
yang menyebabkan liver menjadi rusak berkisar dari 2,5 000mg/l , dimana
tingkat ini tergantung dari kemampuan bertahan hidupnya
Kadar salisilat dalam darah lambat diserap, sekitar sampai hari sampai
mencapai dosis yang sesuai
Racun aspirin sangat berbahaya dan berpotensi dalam menimbulkan
kematian jantung yang secara mendadak Hal ini menyebabkan pasien meninggal
ketika dibawa ke rumah sakit, karena timbulnya cepat dan tanpa gejala Walau tanpa
gejala, namun menyebabkan pembuluh darah menjadi kollaps, dan tanpa disadari ini
berlangsung terus-menerus sehingga jantung menjadi lemah dengan gambaran
aritmia, yang sewaktu-waktu dapat menyebabkan berhentinya kerja jantung
Mengingat akan terjadi hal ini maka pasien pengguna aspirin harus selalu di amati
sehingga hal tersebut tidak terjadi

PARASETAMOL

Parasetamol dikenal juga dengan nama asetaminofen, N-Asetil-P-aminofel,
atau 4-hidroxyasetanolid Obat ini bersifat sebagai analgesik dan antipiretik, namun
tidak memiliki sifat antiinflamasi aspirin, sehingga dipergunakan sebagai alternatif
oleh karena hanya menyebabkan iritasi lambung ringan
ila kombinasi dengan obat lainnya, seperti kodein dan dextropropoxifen,
parasetamol menjadi racun bagi tubuh Dosis terapetik parasetamol maksimal
adalah 500 mg, dosis tunggal 20gram atau lebih dapat berbahaya, namun dosis
lebih rendah dapat berbahaya biladikombinasikan dengan propoksifen Parasetamol
merupakan racun yang poten bagi hati karena dapat diliputi enzim hati P450
(mikrosomal mixed function oxidase) membentuk racun yang disebut N-asetil-p-
benzokuinon Normalnya, glutation dan sulfidril lainnya menetralkan substansi ini,
tetapi parasetamol overdosisi, substansi tersebut menjadi jenuh sehingga terbentuk
toksik yang menyebabkakn nekrosis hepatik sentrilobular Selain itu, alkoholisme
kronik dan penggunaan obat epilepsi seperti fenobarbiturat atau fenitoin
mengaktifkan enzim P450 dan memperburuk toksisitas hati
Tidak ada yang spesifik ditemukan sewaktu otopsi sistem gastrointestinal
Pada overdosis masif, sebagai besar kematian disebabkan gagal hati setelah 2-4
hari, hati dapat membesar, tetapi beratnya dibawah berat normal 500 gram
Sebagai kecil kematian disebabkan depresi terhadap sistem saraf pusat Hati dapat
berwarna kuning pucat atau coklat atau kerusakan hanya dapat dilihat secara
histologis, dimana terlihat nekrosis sentrilobular terkadang terlihat kerusakan serat
miokard
Menurut analisis, dosis terapetik 324 mg dalam kosentrasi plasma setelah
jam sekitar 2- mg/l namun sebagai menunjukkan peningkatan hingga 25mg/l
Waktu paruh plasma dipergunakan sebagai petunjuk proses hepatotoksis, sangat
bahaya bila paruh plasma 300mg/l setelah ingesti 4 jam Kadar dalam darah 00-
400mg/l dengan rata-rata 250mg/l setelah konsumsi 0-5 gram disebut overdosis
&rin dapat mengandung 50-800mg/l, tapi kadar tersebut tergantung dosis dan
waktu paruh
Kombinasi dengan obat lain , terutama dextropropoxifen dan alkohol mengurangi
kadar yang diperlukan untuk keadaan fatal

OBAT ANTI DEPRESAN

Antidepresan trisiklik biasanya dapat menimbulkan efek yang merugikan bagi
pasien yang menggunakannya karena memiliki efek racun terhadap dirinya sendiri
Amitriptilin, dothiepin, doxepin dan trimipramine selain sebagai antidepresan juga
memiliki efek sedasi sedangkan dengan kadar sedikit atau tidak terdapat efek sedasi
seperti protriptyline, nortriptyline, imipramine, domiprimine, iprindole, lofepramine
dan butriptiline
Antidepresan tetrasiklik termasuk maprotiline dan mianserin Tipe lain seperti
penghambat Monoamine Oxide yang diketahui memiliki hubungan yang bila
digunakan bersama-sama dengan obat lain dan makanan, terutama yang memiliki
efek simpatomimetik dan yang mengandung tyramine seperti kaya akan keju,
ekstrak ragi, anggur merah dan kacang Hipertensi yang berbahaya mungkin terjadi
dengan resiko perdarahan cerebrovaskular Obat yang digunakan termasuk
phenoxypropazine, tranylcypromine, isocarboxazid dan phenelzine

BENZODIAZEPIN

Secara luas dipakai sebagai obat-obatan untuk ketegangan dan efek
tranquilizer Dengan perbandingan :4 dan :5 benzodiazepin Tersedia dalam kerja
yang 'short acting', 'intermediate acting', dang 'long acting'
Yang termasuk benzodiazepin 'long acting' : flurazepam,
nitrazepam, diazepam, ketozalam, chlordiazepoksid, clobazam,chlorazepate,
medazepam dan alprazolam
Yang termasuk benzodiazepin 'intermediate acting' : loprazolam,
lormetazepam, temazepam, flunitrazepam, lorazepam, bromazepam dan oxazepam
enzodiazepin yang 'short acting' adalah triazolam


ENOTIAZID
Kelompok fenotiazid yang bersifat sebagai trangulizer diantaranya:
haloperidol (butirifenon), klormetiazole, klorpromazin, flufenazin,
difenilbutirilpiperidin, promazine, trifluoperazin dan proklorperazin
Pada autopsi adanya tanda-tanda keracunan obat ini tidak spesifik dan
toksikologi dapat membantu pemecahan masalah diagnosis bila kematian terjadi
tidak lama setelah konsumsi obat ini, bila tidak bisa, penelitian riwayat antemortem
dapat membantu pemecahan masalah

BARBITURAT
Masalah utama dari penentuan dosis terapetik pada negara maju selama 20
tahun ini, sehingga hanya dipergunakan bila merupakan indikasi
erikut tabel menunjukkan konsentrasi fatal dari tiga benzodiazepin (mg/l atau
mg/kg)
DARAH URIN HATI
Klordiazepoksid >20 8 0-50
Diazepam 5-8 ? >3
Nitrazepam 5-9 -0 0,7-4

erikut tabel menunjukkan konsentrasi fatal dari dua jenis fenotiazid (mg/l atau
mg/kg)
DARAH URIN HATI
Klormetiazol 8-70 5-4 42-90
Mean 50 43 94
Klorpromazin 0,8-27 ,2 84
Mean 5 - -

Penggunaannya sebagai obat tidur dan agen sedatif diselewengkan,
sehingga suatu waktu mejadi agen yang menyebabkan kecanduan Kemajuan
hipnotik non barbiturat seperti benzodiazepin membantu menyingkirkan kebutuhan
akan komposisi yang lebih berbahaya Sialnya, barbiturat masih tersedia secara luas
secara pasaran baik sendiri ataupun dikombinasi dengan substansi lainnya seperti
amfetamin
arbiturat terdapat dalam berbagai bentuk, klasifikasi terbaik (dimana
berhubungan dengan derajat toksisitas), diantaranya:
arbiturat kerja lama : barbiton, fenobarbiton dan fenitoin, dimana masih
dipergunakan untuk epilepsi
2 arbiturat kerja sedang : amilobarbiton, sodium amital, pentobarbiton,
alobarbiton, butobarbiton dan pentobarbiton
3 arbiturat kerja singkat : haksobarbiton, siklobarbiton, sekobarbital dan
tiopenton
Kadar dalam darah yang rendah ditemukan pada keracunan yang fatal pada
kelompok kerja singta dimana kematian terjadi cepat karena depresi pada pengatur
pernafasan di pusat Menurut penelitian, kematian terjadi 20 menit setelah overdosis
'seconal'
Pada autopsi, tanda kegagalan kardiorespiratrius, dimana menunjukkan
sianosis, tanda-tanda bendungan Walaupun tidak spesifik, kemungkinan paru-paru
yang kongestif pada keracunan barbiturat akut sangat fatal dibandingkan kondisi
lainnya Organ ini hampir semuanya berwarna hitam dan sistem vena keseluruhan
dipenuhi darah deoksigenasi yang berwarna hitam Dapat ditemukan bister
barbiturat pada daerah kulit yang tertekan terutama pantat, punggung dan lengan
bawah, lister ini dapat juga ditemukan pada pasien yang koma
Dapat ditemukan tanda-tanda setempat dari erosi oleh obat tersebut Mukosa
gaster dapat rusak oleh karena alkali dari obat seperti sodium amital dimana
merupakan garam sodium dari asam organik lemah yang mengalami hidrolisis di
dalam lambung Fundus dapat menipis, granular dan hemoragis Kardia dan
esofagus bagian bawah dapat terkena dikarenakan refluks dan bila mengalami
regurgitasi, darah yang berwarna hitam dapat muncul pada mulut dan hidung
arbiturat tertentu dapat menunjukkan tanda karakterisitik tertentu di mulut,
esofagus dan lambung Warnanya bervariasi pada setiap obat-obatan, tetapi warna
biru-tua dari kapul sodium amital dapat mewarnai lambung dan bahkan dapat terlihat
pada dinding usus saat abdomen dibuka Kapsul pigmentasi gelatin lainnya dapat
berwarna merah, kuning atau biru Seperti obat lainnya, konsumsi dengan alkohol
memperburuk tingat kefatalannya

KERACUNAN INSULIN

Kematian disebabkan penggunaan insulin secara parenteral tidak sering
terjadi Kasus everley Allitt di nggris beberapa tahun yang lalu menunjukkan
bahwa kematian disebabkan banyak hal, terutama bila staf medis menaruh
perhatian khusus, berikut juga pada orang dengan kemungkinan mengidap diabetes
dimana dapat berhubungan dengan penggunaan insulin
Keracunan insulin yang fatal dapat terjadi karena kecelakaan, bunuh diri atau
pembunuhan Kecelakaan disebabkan kesalahan medis, terutama sikarenakan
salah membaca label kotak atau ampul
erikut tabel menunjukkan konsentrasi fatal dari barbiturat (mg/l atau mg/kg)
DARAH URIN HATI
Fenobarbiton 4-20 38-38 -
Mean 20 - -
Amilobarbiton 9-7 20 300-400
Mean 25 - -
Sekobarbiton atau
quinal barbiton
5-50 - -
Mean 7 - -

unuh diri dengan insulin jarang terjadi nsulin tidak aktif bila diberikan
secara oral sehingga diberikan secara parenteral untuk berefek hipoglikemi Pada
autopsi, selain mencari tanda-tanda tusukan jarum, harus diabil sampel darah tepi,
dan kulit dan jaringan dimana dilakukan injeksi
Jarum yang digunakan pada pasien diabetes dapat tidak memperlihatan
tanda-tanda kecuali bila merusak pembuluh darah kecil
Pada pemeriksaan laboratorium, serum harus dipisahkan dari sel darah
merah dan diawetkan dalam pengiriman ke ahli analisis Sampel kulit dan jaringan
harus dibekukan atau disimpan di lemari es
nsulin dari hewan dapat dideteksi kecuali insulin yang dipakai berasal dari manusia
Pemeriksaannya dengan menggunakan mmunoassay, pengukuran C-peptid
membantu membedakan insulin yang berasal dari dalam atau luar tubuh
&ntuk menunjukkan adanya insulin yang menyebabkan hipoglikemi dengan
mengukur kadar gula darah pada post-mortem tidak pasti karena tidak pasti kapan
kematian terjadi
Kadar glukosa pada caran vitreus yang rendah kuat menunjukkan adanya
hipoglikemi, tetapi tidak absolut diterima

Anda mungkin juga menyukai