Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

MENGENAL STRUKTUR, MAJELIS DAN LEMBAGA


DALAM PERSYARIKATAN MUHAMMADIYAH

Dosen Pengampu: Drs. Noor Chozin Agham, M.A.

Disusun oleh :

Nama : Irsad Nurfiqri

Kelas : 3A Teknik Mesin

Nim : 15-21-201-037

Teknik Mesin

Universitas Muhammadiyah Tangerang

Semester 3 Tahun 2016/2017


i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Makalah ini disusun sedemikian rupa
agar dapat melengkapi tugas yang diberikan oleh Dosen Al Islam dan Kemuhammadiyahan
( AIKA 3 ).

Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Baginda Besar Muhammad SAW
karena beliau telah membawa kita dari zaman zahiliyah menuju kezaman yang modern ini.
Dalam pembuatan makalah ini penulis sadar bahwa masih ada kekurangan baik dalam kata
maupun cara penulisan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun kami terima dengan
terbuka karena merupakan anugerah untuk memperbaiki dan mengembangkan makalah ini di
masa depan. Tak lupa penulis mengajak para teman-teman untuk terus belajar, baik itu di dalam
kampus maupun di luar kampus.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER...................................................................................... I

KATA PENGANTAR.................................................................................... II

DAFTAR ISI................................................................................................... III

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................ 1

B. Rumusan Masalah................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan.................................................................... 2

BAB II : PEMBAHASAN

A. Struktur Organisasi Dalam Muhammadiyah...................... 3

B. Pengertian Majelis dan Lembaga ......................................... 3

C. Sejarah Majelis dan Lembaga............................................... 4

D. Macam-Macam Majelis dan Lembaga ................................ 12

E. Fungsi dan Tugas Majelis dan Lembaga ............................. 13

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai sebuah organisasi yang berasaskan Islam, tujuan
Muhammadiyah yang paling penting adalah untuk menyebarkan ajaran Islam,
baik melalui pendidikan maupun kegiatan sosial lainnya. Selain itu
meluruskan keyakinan yang menyimpang serta menghapuskan perbuatan
yang dianggap oleh Muhammadiyah sebagai bid`ah. Organisasi ini juga
memunculkan praktek-praktek ibadah yang hampir-hampir belum pernah
dikenal sebelumnya oleh masyarakat, seperti shalat hari raya di lapangan,
mengkoordinir pembagian zakat dan sebagainya.

Sejak didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan, Muhammadiyah mulai


menampakkan pengaruh yang cukup kuat di Indonesia. Sebagai sebuah
organisasi kemasyarakatan, Muhammadiyah tidak hanya menangani masalah-
masalah pendidikan saja, tetapi juga melayani berbagai usaha pelayanan
masyarakat seperti kesehatan, pemberian hukum (fatwa), panti asuhan,
penyuluhan dan lain-lain. Ini terbukti dengan berdirinya banyak sekolah,
rumah sakit, masjid, rumah yatim, rumah miskin, rumah jompo dan lain
sebagainya yang diprakarsai oleh Muhammadiyah. Selain itu, untuk
membantu mewujudkan cita-cita dan perserikatan Muhammadiyah,
dibentuklah Majelis dan Lembaga Muhammadiyah.

B. Rumusan masalah
1. Struktur Organisasi Dalam Muhammadiyah
2. Pengertian Majelis Dan Lembaga
3. Sejarah Majelis dan Lembaga
4. Macam-Macam Majelis Dan Lembaga
5. Fungsi dan Tugas Majelis dan Lembaga

1
C. Tujuan Penulisan
Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Al Islam
Dan Kemuhammadiyahan III dan menjawab pertanyaan yang ada pada
rumusan masalah.

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan


pengetahuan mahasiswa tentang Majelis Dan Lembaga Muhammadiyah , dan
untuk membuat kita lebih memahami Al Islam Dan Kemuhammadiyahan III.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Struktur Organisasi Dalam Muhammadiyah

B. Pengertian Majelis dan Lembaga

1. Majelis
Majelis adalah unsur pembantu pimpinan yang menjalankan
sebagian tugas pokok Muhammadiyah. Majelis sendiri dibentuk oleh
Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, dan Pimpinan
Cabang di tingkat masing-masing sesuai dengan kebutuhan. ini berarti
bahwa majelis dapat dibentuk pada tiap jenjang organisasi
Muhammadiyah (tingkat pusat sampai pada tingkat cabang).
3
2. Lembaga
Lembaga adalah unsur pembantu pimpinan yang menjalankan
tugas pendukung yang tidak operasional atau tidak langsung
berhubungan dengan pencapaian tujuan Muhammadiyah.

C. Sejarah Majelis dan Lembaga


Pada permulaan abad XX umat Islam Indonesia menyaksikan
munculnya gerakan pembaharuan pemahaman dan pemikiran Islam yang
pada esensinya dapat dipandang sebagai salah-satu mata rantai dari
serangkaian gerakan pembaharuan Islam yang telah dimulai sejak dari Ibnu
Taimiyah di Siria, diteruskan Muhammad Ibnu Abdul Wahab di Saudi Arabia
dan kemudian Jamaluddin al Afghani bersama muridnya Muhammad Abduh
di Mesir. Munculnya gerakan pembaharuan pemahaman agama itu
merupakan sebuah fenomena yang menandai proses Islamisasi yang terus
berlangsung. Dengan proses Islamisasi yang terus berlangsung -meminjam
konsep Nakamura- dimaksudkan suatu proses dimana sejumlah besar orang
Islam memandang keadaan agama yang ada, termasuk diri mereka sendiri,
sebagai belum memuaskan. Karenanya sebagai langkah perbaikan diusahakan
untuk memahami kembali Islam, dan selanjutnya berbuat sesuai dengan apa
yang mereka anggap sebagai standard Islam yang benar.
Peningkatan agama seperti itu tidak hanya merupakan pikiran-pikiran
abstrak tetapi diungkapkan secara nyata dan dalam bentuk organisasi-
organisasi yang bekerja secara terprogram. Salah satu organisasi itu di
Indonesia adalah Muhammadiyah yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan
pada tanggal 8 Dzulhijah 1330 H bertepatan dengan 18 Nopember 1912 M.
KH. Ahmad Dahlan yang semasa kecilnya bernama Muhammad Darwis
dilahirkan di Yogyakarta tahun 1968 atau 1969 dari ayah KH. Abu Bakar,
Imam dan Khatib Masjid Besar Kauman, dan Ibu yang bernama Siti Aminah
binti KH. Ibrahim penghulu besar di Yogyakarta. KH. Ahmad Dahlan
kemudian mewarisi pekerjaan ayahnya menjadi khatib masjid besar di
Kauman. Disinilah ia melihat praktek-praktek agama yang tidak memuaskan

4
di kalangan abdi dalem Kraton, sehingga membangkitkan sikap kristisnya
untuk memperbaiki keadaan.

Persyarikatan Muhammadiyah didirikan oleh Dahlan pada mulanya


bersifat lokal, tujuannya terbatas pada penyebaran agama di kalangan
penduduk Yogyakarta. Pasal dua Anggaran Dasarnya yang asli berbunyi
(dengan ejaan baru):

Maka perhimpunan itu maksudnya :

a. Menyebarkan pengajaran Agama Kanjeng Nabi Muhammad Sallallahu


‘Alaihi Wassalam kepada penduduk Bumiputra di dalam residentie
Yogyakarta.
b. Memajukan hal Agama Islam kepada anggota-anggotanya.
Berkat kepribadian dan kemampuan Dahlan memimpin organisasinya,
maka dalam waktu singkat organisasi itu mengalami perkembangan pesat
sehingga tidak lagi dibatasi pada residensi Yogyakarta, melainkan meluas ke
seluruh Jawa dan menjelang tahun 1930 telah masuk ke pulau-pulau di luar
Jawa.
Misi utama yang dibawa oleh Muhammadiyah adalah pembaharuan
(tajdid) pemahaman agama. Adapun yang dimaksudkan dengan pembaharuan
oleh Muhammadiyah ialah yang seperti yang dikemukakan M. Djindar
Tamimy: Maksud dari kata-kata “tajdid” (bahasa Arab) yang artinya
“pembaharuan” adalah mengenai dua segi, ialah dipandang dari pada/menurut
sasarannya :
Pertama : berarti pembaharuan dalam arti mengembalikan kepada
keasliannya/kemurniannya, ialah bila tajdid itu sasarannya mengenai soal-
soal prinsip perjuangan yang sifatnya tetap/tidak berubah-ubah.
Kedua : berarti pembaharuan dalam arti modernisasi, ialah bila tajdid
itu sasarannya mengenai masalah seperti: metode, sistem, teknik, strategi,
taktik perjuangan, dan lain-lain yang sebangsa itu, yang sifatnya berubah-
ubah, disesuaikan dengan situasi dan kondisi/ruang dan waktu.
Tajdid dalam kedua artinya, itu sesungguhnya merupakan watak
daripada ajaran Islam itu sendiri dalam perjuangannya. Dapat disimpulkan
5
bahwa pembaharuan itu tidaklah selamanya berarti memodernkan, akan tetapi
juga memurnikan, membersihkan yang bukan ajaran.

Muhammadiyah adalah gerakan keagamaan yang bertujuan


menegakkan agama Islam ditengah-tengah masyarakat, sehingga terwujud
masyarakat Islam sebenar-benarnya.

Islam sebagai agama terakhir, tidaklah memisahkan masalah rohani dan


persoalan dunia, tetapi mencakup kedua segi ini. Sehingga Islam yang
memancar ke dalam berbagai aspek kehidupan tetaplah merupakan satu
kesatuan suatu keutuhan. Pembaharuan Islam sebagai satu kesatuan inilah
yang ditampilkan Muhammadiyah itu sendiri. Sehingga dalam perkembangan
sekarang ini Muhammadiyah menampakkan diri sebagai pengembangan dari
pemikiran perluasan gerakan-gerakan yang dilahirkan oleh KH. Ahmad
Dahlan sebagai karya amal shaleh.

Usaha pembaharuan Muhammadiyah secara ringkas dapat dibagi ke


dalam tiga bidang garapan, yaitu : bidang keagamaan, pendidikan, dan
kemasyarakatan.

1. Bidang keagamaan
Pembaharuan dalam bidang keagamaan ialah penemuan kembali ajaran
atau prinsip dasar yang berlaku abadi, yang karena waktu, lingkungan situasi
dan kondisi, mungkin menyebabkan dasar-dasar tersebut kurang jelas tampak
dan tertutup oleh kebiasaan dan pemikiran tambahan lain.
Di atas telah disebutkan bahwa yang dimaksud pembaharuan dalam
bidang keagamaan adalah memurnikan kembali dan mengembalikan kepada
keasliannya. Oleh karena itu dalam pelaksanaan agama baik menyangkut
aqidah (keimanan) ataupun ritual (ibadah) haruslah sesuai dengan aslinya,
yaitu sebagaimana diperintahkan oleh Allah dalam Al-Quran dan dituntunkan
oleh Nabi Muhammad SAW, lewat sunah-sunahnya.
Dalam masalah aqidah Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya aqidah
Islam yang murni, bersih dari gejala-gejala kemusyrikan, bid’ah dan khufarat
tanpa mengabaikan prinsip-prinsip toleransi menurut ajaran Islam, sedang

6
dalam ibadah Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya ibadah tersebut
sebagaimana yang dituntunkan Rasulullah SAW tanpa tambahan dan
perubahan dari manusia.
Dengan kembali kepada ajaran dasar ini yang populernya disebut pada
Al-Qur’an dan Hadits, Muhammadiyah berusaha menghilangkan segala
macam tambahan yang datang kemudian dalam agama. Memang di Indonesia
keadaan ini terasa sekali, bahwa keadaan keagamaan yang nampak adalah
serapan dari berbagai unsur kebudayaan yang ada.
Di antara praktek-praktek dan kebiasaan yang bukan berasal dari agama
Islam antara lain : pemujaan arwah nenek moyang, benda-benda keramat,
berbagai macam upacara dan selamatan, seperti pada waktu-waktu tertentu
pada waktu hamil, pada waktu puput pusar, khitanan, pernikahan, dan
kematian. Upacara dan do’a yang diadakan pada hari ke-3, ke-5, ke-40, ke-
100, ke-1000 setelah meninggal. Peristiwa penting yang berssfat sosial yang
berhubungan dengan kepercayaan seperti kenduri/ slametan pada bulan
Sya’ban dan Ruwah. Berziarah ke makam orang-orang suci dan minta
dido’akan. Begitu pula orang sering kali meminta nasehat dan bantuannya
kepada petugas agama di desa (seperti modin, rois, kaum) dalam hal-hal yang
berhubungan dengan takhayul, misal untuk menolak pengaruh penyakit, yang
untuk itu biasanya mereka diberi/dibacakan do’a-do’a dalam bahasa Arab,
yang di antara do’a tersebut tidak jarang bagian-bagian yang berbau Agama
Hindu atau animisme dari zaman kuno, dan sebagainya.
Terhadap tradisi dan kepercayaan di atas banyak orang Islam yang
menganggap bahwa hal tersebut termasuk amalan-amalan keagamaan, atau
setidak-tidaknya hal tersebut tidak bertentangan.
Terhadap tradisi, adat kebiasaan dan berbagai macam kepercayaan di
atas banyak kaum muslimin yang melakukannya tanpa reserve, bahkan
mereka menganggap bahwa hal di atas termasuk keharusan menurut agama.
Untuk itu Muhammadiyah berusaha meluruskan kembali dengan
memberantas segala bentuk bid’ah dan khurafat sepeti bentuk di atas.
Usaha Muhammadiyah untuk memurnikan keyakinan umat Islam
Indonesia, ialah Muhammadiyah telah mengenalkan penelaahan kembali dan

7
pengubahan drastis, jika diperlukan, menuju penafsiran yang benar terhadap
Al-Qur’an dan Al-Hadits. Usaha pemurnian tersebut antara lain dapat
disebut :
1. Penentuan arah kiblat yang tepat dalam bersembahyang, sebagai
kebalikan dari kebiasaan sebelumnya, yang menghadap tepat ke arah
Barat.
2. Penggunaan perhitungan astronomi dalam menentukan permulaan dan
akhir bulan puasa (hisab), sebagai kebalikan dari pengamatan perjalanan
bulan oleh petugas agama.
3. Menyelenggarakan sembahyang bersama di lapangan terbuka pada hari
raya Islam, Idul Fitri dan Idul Adha, sebagai ganti dari sembahyang
serupa dalam jumlah jama’ah yang lebih kecil, yang diselengarakan di
Masjid.
4. Pengumpulan dan pembagian zakat fitrah dan korban pada hari raya
tersebut di atas, oleh panitia khusus, mewakili masyarakat Islam
setempat, yang dapat dibandingkan sebelumnya dengan memberikan hak
istimewa dalam persoalan ini pada pegawai atau petugas agama
(penghulu, naib, kaum. modin, dan sebagainya).
5. Penyampaian khutbah dalam bahasa daerah, sebagai ganti dari
penyampaian khutbah dalam bahasa Arab.
6. Penyederhanaan upacara dan ibadah dalam upacara kelahiran, khitanan,
perkawinan dan pemakaman, dengan menghilangkan hal-hal yang
bersifat politheistis darinya.
7. Penyerderhanaan makam, yang semula dihiasi secara berlebihan.
8. Menghilangkan kebiasaan berziarah ke makam orang-orang suci (wali).
9. Membersihkan anggapan adanya berkah yang bersifat ghaib, yang
dimiliki oleh para kyai/ulama tertentu, dan pengaruh ekstrim dari
pemujaan terhadap mereka.
10. Penggunaan kerudung untuk wanita, dan pemisahan laki-laki dengan
perempuan dalam pertemuan-pertemuan yang bersifat keagamaan.

Dalam rangka usaha tersebut, tidak sedikit rintangan yang dialami.


Beberapa tafsir Muhammadiyah tentang Al-Qur’an dan Al-Hadits
8
menimbulkan debat theologis di antara ulama.Tetapi kemudian, beberapa hal
yang dipelopori oleh Muhammadiyah menjadi umum di kalangan umat Islam
di Indonesia.

Untuk membahas, apakah adat istiadat/tradisi serta kepercayaan berlaku


di masyarakat itu sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits atau tidak, dalam
Muhammadiyah dibicarakan oleh suatu lembaga yang bernama “Lajnah
Tarjih”. Tarjih ini adalah merupakan realisasi dari prinsip, bahwa pintu ijtihad
tetap terbuka.

2. Bidang Pendidikan
Dalam kegiatan pendidikan dan kesejahteraan sosial, Muhammadiyah
mempelopori dan menyelenggarakan sejumlah pembaharuan dan inovasi
yang lebih nyata. Bagi Muhammadiyah, yang berusaha keras
menyebarluaskan Islam lebih luas dan lebih dalam, pendidikan mempunyai
arti penting, karena melalui inilah pemahaman tentang Islam dapat
diwariskan dan ditanamkan dari generasi ke generasi.

Pembaharuan pendidikan ini meliputi dua segi, yaitu segi cita-cita dan
segi teknik pengajaran. Dari segi cita-cita, yang dimaksud K.H. Ahmad
Dahlan ialah ingin membentuk manusia muslim yang baik budi, alim dalam
agama, luas dalam pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan, dan
bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya. Adapun teknik, adalah
lebih banyak berhubungan dengan cara-cara penyelenggaraan pengajaran.

Gagasan pendidikan Muhammadiyah adalah untuk mendidik sejumlah


banyak orang awam dan meningkatkan pengetahuan masyarakat. Dalam
usaha merealisasi gagasan tersebut, Muhammadiyah sejak masa
kepemimpinan Ahmad Dahlan, telah berusaha keras untuk mengawinkan
antara dua sistim pendidikan, pesantren (pendidikan agama pedesaan di
bawah tuntunan kyai/ulama) dan sekolah model barat, dengan menghilangkan
kelemahan dari keduanya. Menurut Muhammadiyah, pendidikan pesantren
tradisional membutuhkan waktu terlalu banyak bagi santri untuk
menyelesaikannya, juga kurang adanya sistim kelas atau penjenjangan.

9
Pesantren biasanya hanya terbatas pada sejumlah kecil mata pelajaran
tertentu, sehingga santri harus memasuki dan tinggal di beberapa pesantren
agar sempurna ilmunya. Pesantren tradisional tidak cukup membekali
santrinya dalam memecahkan masalah-masalah keduniawian, karena
lembaga-lembaga tersebut tidak mengajarkan pelajaran-pelajaran sekuler. Di
pihak lain, pendidikan model Barat hanya mengajarkan ketrampilan praktis,
pengetahuan dan ilmu umum, tetapi tidak mengajarkan ketrampilan akhlak,
budi pekerti, dengan bersandar kepada ajaran Islam. Muhammadiyah merasa
perlu menggabungkan keduanya : pendidikan untuk mencapai kebahagiaan di
dunia dan akherat. Atau dengan kata lain, bahwa dengan sistim
pendidikannya itu, Muhammadiyah ingin membentuk ulama intelek dan atau
intelek yang ulama.

Dengan mengambil unsur-unsurnya yang baik dari sistim pendidikan


Barat dan sistim pendidikan tradisional, Muhammadiyah berhasil
membangun sistim pendidikan sendiri, seperti sekolah model Barat, tetapi
dimasuki pelajaran agama di dalamnya, sekolah dengan menyertakan
pelajaran sekuler, bermacam-macam sekolah kejuruan dan lain-lain.

Sedang dalam cara penyelenggaraannya, proses belajar mengajar itu


tidak lagi dilaksanakan di masjid atau langgar, tetapi di gedung khusus, yang
di lengkapi dengan meja, kursi dan papan tulis, tidak lagi duduk di lantai.

Selain pembaharuan dalam lembaga pendidikan formal,


Muhammadiyah pun telah memperbaharui bentuk pendidikan tradisional non
formal, yaitu pengajian. Semula pengajian di lakukan di mana orang tua atau
guru privat mengajar anak-anak kecil membaca Al-Qur’an dan beribadah.
Oleh Muhammadiyah diperluas dan pengajian disistematiskan ke dalam
bentuk pendidikan agama non formal, di mana pesertanya lebih banyak juga
isi pengajian diserahkan pada masalah-masalah kehidupan sehari-hari umat
Islam.

Begitu pula Muhammadiyah dalam usaha pembaharuan ini telah


berhasil mewujudkan bidang bimbingan dan penyuluhan agama dalam

10
masalah-masalah yang diperlukan dan mungkin bersifat pribadi, seperti
Muhammadiyah telah memelopori mendirikan Badan Penyuluhan
Perkawinan di kota-kota besar. Dengan menyelenggarakan pengajian dan
nasihat yang bersifat pribadi tersebut, dapat ditunjukkan bahwa Islam
menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia.

3. Bidang Kemasyarakatan
Di bidang sosial dan kemasyarakatan, maka usaha yang dirintis oleh
Muhammadiyah adalah didirikannya rumah sakit poliklinik, rumah yatim
piatu, yang dikelola melalui lembaga-lembaga dan bukan secara individual
sebagaimana dilakukan orang pada umumnya di dalam memelihara anak
yatim piatu. Badan atau lembaga pendidikan sosial di dalam Muhammadiyah
juga ikut menangani masalah-masalah keagamaan yang ada kaitannya dengan
bidang sosial, seperti prosedur penerimaan dan pembagian zakat ditangani
sepenuhnya oleh P.K.U., yang sekaligus berwenang sebagai badan ‘amil.

Usaha pemaharuan dalam bidang sosial kemasyarakatan ditandai


dengan didirikannya Pertolongan Kesengsaraan Oemoem (PKO) pada tahun
1923. Ide di balik pembangunan dalam bidang ini karena banyak di antara
orang Islam yang mengalami kesengsaraan, dan hal ini merupakan
kesempatan bagi kaum muslimin untuk saling tolong-menolong.

Perhatian pada kesengsaraan umum dan kewajiban menolong sesama


muslim, tidak hanya sekedar karena rasa cinta kasih pada sesama, tetapi juga
ada tuntunan agama yang jelas untuk beramar ma’ruf. Sebagai perwujudan
sosial dari semangat beragama. Hal ini merupakan gerakan sosial dengan
ilham keagamaan. Contohnya ialah pengamalan firman Tuhan dalam Surat
Al-Ma’un (terjemahannya) :

“Tahukah engkau orang yang mendustakan agama? Itulah orang


yang menghardik anak yatim, dan tiada menganjurkan menyantuni orang
miskin. Celakalah orang-orang yang shalat, yaitu lalai dari shalatnya,
orang-orang yang riya’ dan tiada mau menolong dengan barang-barang
yang berguna.”

11
Ajaran ini direalisasikan oleh Muhammadiyah melalui pendirian rumah
yatim, klinik, rumah sakit dan juga melalui pembaharuan cara mengumpulkan
dan mendistribusikan zakat.

Dapatlah disimpulkan, bahwa pembaharuan sosial kemasyarakatan


yang dilakukan Muhammadiyah, merupakan salah satu wujud dari ketaatan
beragama, dalam dimensi sosialnya, atau dimaksudkan untuk mencapai
tujuan keagamaan.

D. Macam-Macam Majelis Dan Lembaga


1. Macam-Macam Majelis
a. Majelis Tarjih dan Tajdid
b. Majelis Tabligh
c. Majelis Pendidikan Tinggi
d. Majelis Pembina Kesehatan Umum
e. Majelis Pendidikan Kader
f. Majelis Pustaka dan Informasi
g. Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan
h. Majelis Lingkungan Hidup
i. Majelis Pemberdayaan Masyarakat
j. Majelis Pelayanan Sosial
k. Majelis Hukum dan Hak Asasi Manusia
l. Majelis Wakaf dan Kehartabendaan
m. Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah

2. Macam-Macam Lembaga
a. Lembaga Amal Zakat Infaq dan Shodaqqoh
b. Lembaga Hubungan dan Kerjasama International
c. Lembaga Pembina dan Pengawas Keuangan
d. Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting
e. Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik
f. Lembaga Penanggulangan Bencana
12
g. Lembaga Seni Budaya dan Olahraga
h. Lembaga Penelitian dan Pengembangan

E. Fungai dan Tugas Majelis dan Lembaga


a. Fungsi dan Tugas Majelis
1. Majelis Tarjih dan Tardid
Majelis Tarjih dan Tajdid memiliki rencana strategis untuk:
Menghidupkan trjih, tajdid, dan pemikiran Islam dalam
Muhammadiyah sebagai gerakan pembaharuan yang kritis-dinamis
dalam kehidupan masyarakat dan proaktif dalam menjalankan
problem dan tantangan perkembangan sosial budaya dan kehidupan
pada umumnya sehinggan Islam selalu menjadi sumber pemikiran,
moral, dan praksis sosial di tengah kehidupan masyarakat, bangsa dan
negara yang sangat kompleks.

Berdasarkan garis besar program, Majelis ini mempunyai tugas


pokok:

1. Mengembangkan dan menyegarkan pemahaman dan pengalaman


ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat yang multikultural dan
kompleks.
2. Mensistematisasi metodologi pemikiran dan pengalaman Islam
sebagai prinsip gerakan tajdid dalam gerakan Muhammadiyah.
3. Mengoptimalkan peran kelembagaan bidang tajdid, tarjih dan
pemikiran Islam untuk selalu proaktif dalam menjawab masalah
riil masyarakat yang sedang berkembang.
4. Mensosialisasikan produk-produk tajdid, tarjih dan pemikiran
keislaman Muhammadiyah ke seluruh lapisan masyarakat.
5. Membentuk dan mengembangkan pusat penelitian, kajian, dan
informasi bidang tajdid pemikiran Islam yang terpadu dengan
bidang lain.

13
2. Majelis Tabligh
a. Fungsi :
Majelis Tingkat Pusat sampai tingkat cabang berfungsi sebagai
pelaksana program bidang tabligh dan dakwah khusus sesuai
kebijakan Persyarikatan meliputi:
1. Pembinaan Ideologi Muhammadiyah
2. Perencanaan, pengorganisasian, pembimbingan,
pengkoordinasian dan pengawasan program dan kegiatan
3. Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga profesional
4. Penelitian dan pengembangan bidang tabligh dan dakwah
khusus
5. Penyampaian masukan kepada Pimpinan Persyarikatansebagai
bahan pertimbangan dalam penetapan kebijakan bidang tabligh
dan dakwah khusus
b. Tugas :
Majelis Tingkat Pusat sampai tingkat cabang bertugas
melaksanakan program bidang tabligh dan dakwah khusus sesuai
kebijakan Persyarikatan meliputi:
1. Pembinaan Ideologi Muhammadiyah
2. Perencanaan, pengorganisasian, pembimbingan,
pengkoordinasian dan pengawasan program dan kegiatan
3. Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga profesional
4. Penelitian dan pengembangan bidang tabligh dan dakwah
khusus
5. Penyampaian masukan kepada Pimpinan Persyarikatansebagai
bahan pertimbangan dalam penetapan kebijakan bidang tabligh
dan dakwah khusus.

3. Majelis Pendidikan Tinggi


Berdasarkan Peraturan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor
01/PRN/I.0/B/2012 tentang Majelis Pendidikan Tinggi, Majelis

14
sebagai penyelenggara amala usaha, program, dan kegiatan bidang
pendidikan tinggi sesuai kebijakan Persyarikatan bertugas:
a. Membina ideologi Muhammadiyah;
b. Mengembangkan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan;
c. Merencanakan, mengorganisasikan, mengkoordinasikan, membina,
dan mengawasi pengelolaan catur dharma perguruan tinggi;
d. Meningkatkan kualitas dan kuantitas perguruan tinggi;
e. Melakukan penelitian dan pengembangan bidang pendidikan
tinggi;
f. Menyampaikan masukan kepada Pimpinan Persyarikatan sebagai
bahan pertimbangan dalam penetapan kebijakan.
Majelis sebagai penyelenggara amal usaha, program, dan kegitan
bidang pendidikan tinggi sesuai kebijakan Persyarikatan berfungsi
dalam:
a. Pembinaan ideologi Muhammadiyah;
b. Pengembangan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan;
c. Perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pembinaan, dan
pengawasan atas pengelolaan catur dharma perguruan tinggi;
d. Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga profesional;
e. Pengembangan kualitas dan kuantitas perguruan tinggi;
f. Penelitian dan pengembangan bidang pendidikan tinggi;
g. Penyampaian masukan kepada Pimpinan Persyarikatan sebagai
bahan pertimbangan dalam penetapan kebijakan.

4. Majelis Pembina Kesehatan Umum


Fungsi dan tugas dari majelis pembina kesehatan umum adalah :
1. Penggerak terwujudnya infrastruktur kesehatan dan dinamika
kelompok sosial
2. Penggerak terwujudnya masyarakat sehat
3. Penggerak utama terwujudnya jejaring antar kelompok social yang
mendukung masyarakat sehat dan mandiri

15
4. Berperan aktif dalam mewujudkan masyarakat yang berperilaku
sehat dan memanfaatkan pelayanan kesehatan yang bermutu
5. Menggerakkan terwujudnya infrastruktur kesehatan yang
berkualitas serta dinamika kelompok sosial yang
berkesinambungan

5. Majelis Pendidikan Kader


Fungsi dan tugas dari majelis pendidikan kader adalah:
1. Meningkatkan kualitas perkaderan dalam segala aspek
2. Meningkatkan kompetensi kader
3. Melaksanakan transformasi kader secara terarah dan kontinyu
4. Melakukan pemberdayaan AMM
5. Melaksanakan penguatan sekolah-sekolah kader Muhammadiyah
6. Melaksanakan pemantapan dan peningkatan pembinaan dan
ideologi gerakan di kalangan kader, pimpinan, dan anggota
Persyarikatan

6. Majelis Pustaka dan Informasi


Tugas Pokok :
Membangun kemampuan dan keluasan jaringan kekuatan informasi
serta pustaka Muhammadiyah sebagai organisasi Islam modern di
tengah era kehidupan masyarakat informasi.
Fungsi :
1. Mengorganisasi dan memperluas kelengkapan perpustakaan dan
fungsi-fungsi pustaka sebagai sumber pengembangan pengetahuan
dan informasi bagi kemajuan Persyarikatan.
2. Meningkatkan kemampuan penguasaan teknologi informasi dan
media publikasi sebagai instrumen bagi pengembangan peran-pera
persyarikatan dalam menjalankan misi di tengah kehidupan.
3. Pengembangan kerjasama dalam pengelolaan pustaka dan publikasi
secara lebih terorganisasi.

16
7. Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan
Fungsi dan tugas dari majelis ekonomi dan kewirausahaan adalah :
1. Menciptakan cetak biru (blue print) pengembangan ekonomi
sebagai usaha untuk mengevaluasi dan merancang program
pemberdayaan ekonomi ummat yang efektif.
2. Mengembangkan model pemberdayaan ekonomi yang didasarkan
atas kekuatan sendiri sebagai wujud cita-cita kemandirian ekonomi
ummat.
3. Menegaskan keberpihakan Muhammadiyah terhadap usaha-usaha
ekonomi dalam membangun kekuatan masyarakat kecil (akar
rumput) yang dhu’afa dan mustadh’afin melalui mengupayakan
terlaksananya ekonomi syariah yang lebih kuat, terorganisasi dan
tersistem.

8. Majelis Lingkungan Hidup


Fungsi dan tugas dari majelis lingkungan hidup adalah:
1. Mengembangkan aktivitas pendidikan dan dakwah lingkungan
yang dimotori oleh majelis terkait, guna memberi pengertian
tentang pengelolaan lingkungan yang benar dan membangun
kesadaran tentang pentingnya kelestarian lingkungan hidup.
2. Mendorong tumbuhnya kesadaran baru etika lingkungan di
kalangan masyarakat luas, termasuk dunia usaha, yang cenderung
mengabaikan etika lingkungan.
3. Melakukan kampanye sadar lingkungan secara luas bekerjasama
dengan berbagai instansi, baik pemerintah maupun swasta.

9. Majelis Pemberdayaan Masyarakat


Tugas dan fungsi dari majelis pemberdayaan masyarakat adalah:
1. Mengaplikasikan konsep-konsep gerakan seperti Teologi/Fiqih Al-
Maa’uun
2. Mengembangkan model-model pemberdayaan masyarakat yang
bersifat bottom-up dan partisipatif.
17
3. Mengembangkan potensi sumberdaya manusia untuk
pemberdayaan masyarakat
4. Meningkatkan advokasi dan pendampingan terhadap kelompok
miskin, buruh, dan kelompok dhu’afa/mustadh’afin lainnya

10. Majelis Pelayanan Sosial


Tugas dan fungsi dari majelis pelayanan sosial adalah :
1. Menggerakan dan menyatukan seluruh potensi Muhammadiyah
untuk meningkatkan profesionalitas dalam pelayanan sosial
2. Meningkatkan kualitas pelayanan dan kelembagaan sosial di
lingkungan Muhammadiyah
3. Mengembangkan kemitraan dan jejaring pelayanan sosial

11. Majelis Hukum dan Hak Asasi Manusia


Fungsi dan tugas dari majelis hukum dan hak asasi manusia adalah:
1. Melakukan penyadaran kepada masyarakat tentang hak asasi
manusia dan demokrasi, termasuk lewat jalur pendidikan.
2. Mengupayakan advokasi publik yang menyangkut kebijakan yang
bersentuhan dengan kepentingan rakyat banyak.

12. Majelis Wakaf dan Kehartabendaan


Fungsi dan tugas dari majelis wakaf dan kehartabendaan adalah :
1. Peningkatan pengelolaan ZIS (Zakat, Infaq, dan Shadaqah) dan
akuntabilitasnya sehingga menjadi penyangga kekuatan gerakan
pemberdayaan umat.
2. Peningkatan mutu pengelolaan wakaf dan perkuasan gerakan
sertifikasi tanah-tanah wakaf di lingkungan Persyarikatan.
3. Pengembangan bentuk wakaf dalam bentuk wakaf tunai dan wakaf
produktif.

18
13. Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah
Fungsi dan tugas dari majelis pendidikan dasar dan menengah adalah :
1. Membangun cetak biru (blue print) pendidikan Muhammadiyah
2. Menegaskan posisi dan implementasi nilai Islam,
Kemuhammadiyahan, dan kaderisasi dalam seluruh sistem
pendidikan Muhammadiyah.
3. Mempercepat proses pengembangan institusi pendidikan
Muhammadiyah sebagai pusat keunggulan dengan menyusun
standar mutu.
4. Menjadikan mutu sebagai tujuan utama bagi pendidikan
Muhammadiyah.
5. Mengintegrasikan pengembangan amal usaha pendidikan
Muhammadiyah dengan program pengembangan masyarakat.
6. Menyusun sistem pendidikan Muhammadiyah yang berbasis Al-
Qur’an dan Sunnah.

b. Fungsi dan Tugas Lembaga


1. Lembaga Amal Zakat Infaq dan Shodaqoh
LAZISMUH bertugas membantu Pimpinan Persyarikatan dalam
penerimaan, penampungan dan penyaluran dana dari zakat, infaq dan
shadaqah dari masyarakat Islam dan warga Muhammadiyah.

2. Lembaga Hubungan dan Kerjasama Internasional


Berdasarkan garis besar program, Lembaga ini mempunyai tugas
pokok antara lain :
1. Mengembangkan kerjasama yang harmonis dan saling
menguntungkan dengan berbagai instansi, baik pemerintah,
maupun swasta, serta dalam maupun luar negeri, untuk mendukung
gerak Pesyarikatan.
2. Berperan aktif dalam upaya membangun tata dunia baru yang adil
dan berkeadaban.

19
3. Mengembangkan kerjasama dengan berbagai pihak, baik dalam
maupun luar negeri, dalam rangka meningkatkan kualitas
kehidupan umat Islam guna mengejar ketertinggalan dalam
berbagai bidang.
4. Mengefektifkan kerjasama dengan berbagai kalangan, baik dalam
maupun luar negeri, guna meningkatkan peran Muhammadiyah dan
umat Islam secara lebih luas sekaligus mengantisipasi segala
bentuk pemojokan yang merugikan Muhammadiyah dan umat
Islam.

3. Lembaga Pembina dan Pengawas Keuangan


Fungsi dan tugas lembaga ini adalah melakukan pembinaan dan
pengawasan keuangan persyarikatan, amal usaha, dan ortom di
lingkungan persyarikatan Muhammadiyah Kab. Malang. Tugas
tersebut meliputi:
 Pembinaan tentang penataan sistem keuangan yang meliputi
perencanaan dan pengelolaan keuangan di persyarikatan dan
amal usaha Muhammadiyah.

4. Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting


Lembaga ini di bentuk untuk melakukan penguatan kembali
Ranting sebagai basis gerakan melalui proses penataan, pemantapan,
peningkatan, dan pengembangan ranting baru ke arah kemajuan dalam
berbagai aspek gerakan Muhammadiyah.

5. Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik


Fungsi dan tugas dari lembaga hikmah dan kebijakan publik adalah:
1. Mengembangkan lembaga khusus sebagai kelompok pemikir
(think-tank
2. Berpartisipasi secara aktif dan kreatif dalam upaya penguatan
masyarakat sipil serta penegakan demokrasi dan hak asasi manusia.

20
3. Meneruskan gerakan antikorupsi dengan memanfaatkan kerjasama
yang telah dirintis selama ini.
4. Membangun jalinan yang sinergis dengan kader dan simpatisan
Muhammadiyah yang berada di lembaga legislatif, eksekutif, dan
yudikatif.
5. Meluaskan pendidikan kewarganegaraan (civic education)
6. Menyelenggarakan pendidikan kader politik dan menyusun
panduan tentang politik yang Islami.

6. Lembaga Penanggulangan Bencana


Fungsi dan tugas dari lembaga penanggulangan bencana adalah:
1. Memfasilitasi dan membantu kegiatan penelitian melalui kerjasama
dan pengembangan jaringan penelitian didalam dan luar negeri.
2. Medorong inovasi, kretivitas, dan penemuan program baru di
bidang IPTEK yang bermanfaat
3. Mendorong dan melaksanakan penelitian tentang muhammadiyah

7. Lembaga Seni Budaya dan Olahraga


Fungsi dan tugas dari lembaga seni budaya dan olahraga adalah:
1. Mengembangkan apresiasi kesenian, kesusastraan, dan pariwisata
yang Islami dan memberikan nuansa kehalusan budi dan spiritual
Islami dalam kehidupan warga Persyarikatan, umat, dan
masyarakat luas.
2. Memproduksi film, buku, dan seni pertunjukan yang membawa
pesan kerisalahan dan peradaban Islami.
3. Melakukan kajian dan kritik terhadap praktik-praktik kesenian dan
berbagai publikasi yang bertentangan dengan nilai-nilai dan norma-
norma ajaran Islami serta merusak akhlak dan peradaban manusia.
4. Meningkatkan pengadaan dan pengelolaan sarana, prasarana,
pendidikan, produksi, dan pengembangan seni-budaya di
lingkungan persyarikatan.

21
8. Lembaga Penelitian dan Pengembangan
Fungsi dan tugas dari lembaga penelitian dan pengembangan adalah:
1. Memfasilitasi dan membantu kegiatan penelitian melalui kerjasama
dan pengembangan jaringan penelitian didalam dan luar negeri.
2. Medorong inovasi, kretivitas, dan penemuan program baru di
bidang IPTEK yang bermanfaat
3. Mendorong dan melaksanakan penelitian tentang muhammadiyah

22
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Majelis adalah unsur pembantu pimpinan yang menjalankan sebagian
tugas pokok Muhammadiyah. Majelis sendiri dibentuk oleh Pimpinan Pusat,
Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, dan Pimpinan Cabang di tingkat
masing-masing sesuai dengan kebutuhan. ini berarti bahwa majelis dapat
dibentuk pada tiap jenjang organisasi Muhammadiyah (tingkat pusat sampai
pada tingkat cabang).

Lembaga adalah unsur pembantu pimpinan yang menjalankan tugas


pendukung yang tidak operasional atau tidak langsung berhubungan dengan
pencapaian tujuan Muhammadiyah.

Muhammadiyah adalah gerakan keagamaan yang bertujuan


menegakkan agama Islam ditengah-tengah masyarakat, sehingga terwujud
masyarakat Islam sebenar-benarnya.

Pembaharuan Islam sebagai satu kesatuan inilah yang ditampilkan


Muhammadiyah itu sendiri. Sehingga dalam perkembangan sekarang ini
Muhammadiyah menampakkan diri sebagai pengembangan dari pemikiran
perluasan gerakan-gerakan yang dilahirkan oleh KH. Ahmad Dahlan sebagai
karya amal shaleh.

Usaha pembaharuan Muhammadiyah secara ringkas dapat dibagi ke


dalam tiga bidang garapan, yaitu bidang keagamaan, pendidikan, dan
kemasyarakatan. Dan untuk membantu perserikatan Muhammadiyah, maka
dibentuklah majelis dan lembaga sebagai pembantu perserikatan.

Macam-macam majelis yaitu : Majelis Tarjih dan Tajdid, Majelis


Tabligh, Majelis Pendidikan Tinggi, Majelis Pembina Kesehatan Umum,
Majelis Pendidikan Kader, Majelis Pustaka dan Informasi, Majelis Ekonomi

23
dan Kewirausahaan, Majelis Lingkungan Hidup, Majelis Pemberdayaan
Masyarakat, dan Majelis Pelayanan Sosial. Sedangkan macam-macam
lembaga yaitu : Lembaga Amal Zakat Infaq dan Shodaqqoh, Lembaga
Hubungan dan Kerjasama International, Lembaga Pembina dan Pengawas
Keuangan, Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting, Lembaga Hikmah
dan Kebijakan Publik, Lembaga Penanggulangan Bencana, Lembaga Seni
Budaya dan Olahraga, dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.slideshare.net/DearDeraDesy/makalah-majelis-dan-lembaga-
muhammadiyah
2. http://www.slideshare.net/AlnindaHutami/struktur-organisasi-
muhammadiyah

25

Anda mungkin juga menyukai