Aika 3
Aika 3
Disusun oleh :
Nim : 15-21-201-037
Teknik Mesin
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Makalah ini disusun sedemikian rupa
agar dapat melengkapi tugas yang diberikan oleh Dosen Al Islam dan Kemuhammadiyahan
( AIKA 3 ).
Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Baginda Besar Muhammad SAW
karena beliau telah membawa kita dari zaman zahiliyah menuju kezaman yang modern ini.
Dalam pembuatan makalah ini penulis sadar bahwa masih ada kekurangan baik dalam kata
maupun cara penulisan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun kami terima dengan
terbuka karena merupakan anugerah untuk memperbaiki dan mengembangkan makalah ini di
masa depan. Tak lupa penulis mengajak para teman-teman untuk terus belajar, baik itu di dalam
kampus maupun di luar kampus.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER...................................................................................... I
KATA PENGANTAR.................................................................................... II
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan.................................................................... 2
BAB II : PEMBAHASAN
A. Kesimpulan.............................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 25
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai sebuah organisasi yang berasaskan Islam, tujuan
Muhammadiyah yang paling penting adalah untuk menyebarkan ajaran Islam,
baik melalui pendidikan maupun kegiatan sosial lainnya. Selain itu
meluruskan keyakinan yang menyimpang serta menghapuskan perbuatan
yang dianggap oleh Muhammadiyah sebagai bid`ah. Organisasi ini juga
memunculkan praktek-praktek ibadah yang hampir-hampir belum pernah
dikenal sebelumnya oleh masyarakat, seperti shalat hari raya di lapangan,
mengkoordinir pembagian zakat dan sebagainya.
B. Rumusan masalah
1. Struktur Organisasi Dalam Muhammadiyah
2. Pengertian Majelis Dan Lembaga
3. Sejarah Majelis dan Lembaga
4. Macam-Macam Majelis Dan Lembaga
5. Fungsi dan Tugas Majelis dan Lembaga
1
C. Tujuan Penulisan
Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Al Islam
Dan Kemuhammadiyahan III dan menjawab pertanyaan yang ada pada
rumusan masalah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Majelis
Majelis adalah unsur pembantu pimpinan yang menjalankan
sebagian tugas pokok Muhammadiyah. Majelis sendiri dibentuk oleh
Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, dan Pimpinan
Cabang di tingkat masing-masing sesuai dengan kebutuhan. ini berarti
bahwa majelis dapat dibentuk pada tiap jenjang organisasi
Muhammadiyah (tingkat pusat sampai pada tingkat cabang).
3
2. Lembaga
Lembaga adalah unsur pembantu pimpinan yang menjalankan
tugas pendukung yang tidak operasional atau tidak langsung
berhubungan dengan pencapaian tujuan Muhammadiyah.
4
di kalangan abdi dalem Kraton, sehingga membangkitkan sikap kristisnya
untuk memperbaiki keadaan.
1. Bidang keagamaan
Pembaharuan dalam bidang keagamaan ialah penemuan kembali ajaran
atau prinsip dasar yang berlaku abadi, yang karena waktu, lingkungan situasi
dan kondisi, mungkin menyebabkan dasar-dasar tersebut kurang jelas tampak
dan tertutup oleh kebiasaan dan pemikiran tambahan lain.
Di atas telah disebutkan bahwa yang dimaksud pembaharuan dalam
bidang keagamaan adalah memurnikan kembali dan mengembalikan kepada
keasliannya. Oleh karena itu dalam pelaksanaan agama baik menyangkut
aqidah (keimanan) ataupun ritual (ibadah) haruslah sesuai dengan aslinya,
yaitu sebagaimana diperintahkan oleh Allah dalam Al-Quran dan dituntunkan
oleh Nabi Muhammad SAW, lewat sunah-sunahnya.
Dalam masalah aqidah Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya aqidah
Islam yang murni, bersih dari gejala-gejala kemusyrikan, bid’ah dan khufarat
tanpa mengabaikan prinsip-prinsip toleransi menurut ajaran Islam, sedang
6
dalam ibadah Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya ibadah tersebut
sebagaimana yang dituntunkan Rasulullah SAW tanpa tambahan dan
perubahan dari manusia.
Dengan kembali kepada ajaran dasar ini yang populernya disebut pada
Al-Qur’an dan Hadits, Muhammadiyah berusaha menghilangkan segala
macam tambahan yang datang kemudian dalam agama. Memang di Indonesia
keadaan ini terasa sekali, bahwa keadaan keagamaan yang nampak adalah
serapan dari berbagai unsur kebudayaan yang ada.
Di antara praktek-praktek dan kebiasaan yang bukan berasal dari agama
Islam antara lain : pemujaan arwah nenek moyang, benda-benda keramat,
berbagai macam upacara dan selamatan, seperti pada waktu-waktu tertentu
pada waktu hamil, pada waktu puput pusar, khitanan, pernikahan, dan
kematian. Upacara dan do’a yang diadakan pada hari ke-3, ke-5, ke-40, ke-
100, ke-1000 setelah meninggal. Peristiwa penting yang berssfat sosial yang
berhubungan dengan kepercayaan seperti kenduri/ slametan pada bulan
Sya’ban dan Ruwah. Berziarah ke makam orang-orang suci dan minta
dido’akan. Begitu pula orang sering kali meminta nasehat dan bantuannya
kepada petugas agama di desa (seperti modin, rois, kaum) dalam hal-hal yang
berhubungan dengan takhayul, misal untuk menolak pengaruh penyakit, yang
untuk itu biasanya mereka diberi/dibacakan do’a-do’a dalam bahasa Arab,
yang di antara do’a tersebut tidak jarang bagian-bagian yang berbau Agama
Hindu atau animisme dari zaman kuno, dan sebagainya.
Terhadap tradisi dan kepercayaan di atas banyak orang Islam yang
menganggap bahwa hal tersebut termasuk amalan-amalan keagamaan, atau
setidak-tidaknya hal tersebut tidak bertentangan.
Terhadap tradisi, adat kebiasaan dan berbagai macam kepercayaan di
atas banyak kaum muslimin yang melakukannya tanpa reserve, bahkan
mereka menganggap bahwa hal di atas termasuk keharusan menurut agama.
Untuk itu Muhammadiyah berusaha meluruskan kembali dengan
memberantas segala bentuk bid’ah dan khurafat sepeti bentuk di atas.
Usaha Muhammadiyah untuk memurnikan keyakinan umat Islam
Indonesia, ialah Muhammadiyah telah mengenalkan penelaahan kembali dan
7
pengubahan drastis, jika diperlukan, menuju penafsiran yang benar terhadap
Al-Qur’an dan Al-Hadits. Usaha pemurnian tersebut antara lain dapat
disebut :
1. Penentuan arah kiblat yang tepat dalam bersembahyang, sebagai
kebalikan dari kebiasaan sebelumnya, yang menghadap tepat ke arah
Barat.
2. Penggunaan perhitungan astronomi dalam menentukan permulaan dan
akhir bulan puasa (hisab), sebagai kebalikan dari pengamatan perjalanan
bulan oleh petugas agama.
3. Menyelenggarakan sembahyang bersama di lapangan terbuka pada hari
raya Islam, Idul Fitri dan Idul Adha, sebagai ganti dari sembahyang
serupa dalam jumlah jama’ah yang lebih kecil, yang diselengarakan di
Masjid.
4. Pengumpulan dan pembagian zakat fitrah dan korban pada hari raya
tersebut di atas, oleh panitia khusus, mewakili masyarakat Islam
setempat, yang dapat dibandingkan sebelumnya dengan memberikan hak
istimewa dalam persoalan ini pada pegawai atau petugas agama
(penghulu, naib, kaum. modin, dan sebagainya).
5. Penyampaian khutbah dalam bahasa daerah, sebagai ganti dari
penyampaian khutbah dalam bahasa Arab.
6. Penyederhanaan upacara dan ibadah dalam upacara kelahiran, khitanan,
perkawinan dan pemakaman, dengan menghilangkan hal-hal yang
bersifat politheistis darinya.
7. Penyerderhanaan makam, yang semula dihiasi secara berlebihan.
8. Menghilangkan kebiasaan berziarah ke makam orang-orang suci (wali).
9. Membersihkan anggapan adanya berkah yang bersifat ghaib, yang
dimiliki oleh para kyai/ulama tertentu, dan pengaruh ekstrim dari
pemujaan terhadap mereka.
10. Penggunaan kerudung untuk wanita, dan pemisahan laki-laki dengan
perempuan dalam pertemuan-pertemuan yang bersifat keagamaan.
2. Bidang Pendidikan
Dalam kegiatan pendidikan dan kesejahteraan sosial, Muhammadiyah
mempelopori dan menyelenggarakan sejumlah pembaharuan dan inovasi
yang lebih nyata. Bagi Muhammadiyah, yang berusaha keras
menyebarluaskan Islam lebih luas dan lebih dalam, pendidikan mempunyai
arti penting, karena melalui inilah pemahaman tentang Islam dapat
diwariskan dan ditanamkan dari generasi ke generasi.
Pembaharuan pendidikan ini meliputi dua segi, yaitu segi cita-cita dan
segi teknik pengajaran. Dari segi cita-cita, yang dimaksud K.H. Ahmad
Dahlan ialah ingin membentuk manusia muslim yang baik budi, alim dalam
agama, luas dalam pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan, dan
bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya. Adapun teknik, adalah
lebih banyak berhubungan dengan cara-cara penyelenggaraan pengajaran.
9
Pesantren biasanya hanya terbatas pada sejumlah kecil mata pelajaran
tertentu, sehingga santri harus memasuki dan tinggal di beberapa pesantren
agar sempurna ilmunya. Pesantren tradisional tidak cukup membekali
santrinya dalam memecahkan masalah-masalah keduniawian, karena
lembaga-lembaga tersebut tidak mengajarkan pelajaran-pelajaran sekuler. Di
pihak lain, pendidikan model Barat hanya mengajarkan ketrampilan praktis,
pengetahuan dan ilmu umum, tetapi tidak mengajarkan ketrampilan akhlak,
budi pekerti, dengan bersandar kepada ajaran Islam. Muhammadiyah merasa
perlu menggabungkan keduanya : pendidikan untuk mencapai kebahagiaan di
dunia dan akherat. Atau dengan kata lain, bahwa dengan sistim
pendidikannya itu, Muhammadiyah ingin membentuk ulama intelek dan atau
intelek yang ulama.
10
masalah-masalah yang diperlukan dan mungkin bersifat pribadi, seperti
Muhammadiyah telah memelopori mendirikan Badan Penyuluhan
Perkawinan di kota-kota besar. Dengan menyelenggarakan pengajian dan
nasihat yang bersifat pribadi tersebut, dapat ditunjukkan bahwa Islam
menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia.
3. Bidang Kemasyarakatan
Di bidang sosial dan kemasyarakatan, maka usaha yang dirintis oleh
Muhammadiyah adalah didirikannya rumah sakit poliklinik, rumah yatim
piatu, yang dikelola melalui lembaga-lembaga dan bukan secara individual
sebagaimana dilakukan orang pada umumnya di dalam memelihara anak
yatim piatu. Badan atau lembaga pendidikan sosial di dalam Muhammadiyah
juga ikut menangani masalah-masalah keagamaan yang ada kaitannya dengan
bidang sosial, seperti prosedur penerimaan dan pembagian zakat ditangani
sepenuhnya oleh P.K.U., yang sekaligus berwenang sebagai badan ‘amil.
11
Ajaran ini direalisasikan oleh Muhammadiyah melalui pendirian rumah
yatim, klinik, rumah sakit dan juga melalui pembaharuan cara mengumpulkan
dan mendistribusikan zakat.
2. Macam-Macam Lembaga
a. Lembaga Amal Zakat Infaq dan Shodaqqoh
b. Lembaga Hubungan dan Kerjasama International
c. Lembaga Pembina dan Pengawas Keuangan
d. Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting
e. Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik
f. Lembaga Penanggulangan Bencana
12
g. Lembaga Seni Budaya dan Olahraga
h. Lembaga Penelitian dan Pengembangan
13
2. Majelis Tabligh
a. Fungsi :
Majelis Tingkat Pusat sampai tingkat cabang berfungsi sebagai
pelaksana program bidang tabligh dan dakwah khusus sesuai
kebijakan Persyarikatan meliputi:
1. Pembinaan Ideologi Muhammadiyah
2. Perencanaan, pengorganisasian, pembimbingan,
pengkoordinasian dan pengawasan program dan kegiatan
3. Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga profesional
4. Penelitian dan pengembangan bidang tabligh dan dakwah
khusus
5. Penyampaian masukan kepada Pimpinan Persyarikatansebagai
bahan pertimbangan dalam penetapan kebijakan bidang tabligh
dan dakwah khusus
b. Tugas :
Majelis Tingkat Pusat sampai tingkat cabang bertugas
melaksanakan program bidang tabligh dan dakwah khusus sesuai
kebijakan Persyarikatan meliputi:
1. Pembinaan Ideologi Muhammadiyah
2. Perencanaan, pengorganisasian, pembimbingan,
pengkoordinasian dan pengawasan program dan kegiatan
3. Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga profesional
4. Penelitian dan pengembangan bidang tabligh dan dakwah
khusus
5. Penyampaian masukan kepada Pimpinan Persyarikatansebagai
bahan pertimbangan dalam penetapan kebijakan bidang tabligh
dan dakwah khusus.
14
sebagai penyelenggara amala usaha, program, dan kegiatan bidang
pendidikan tinggi sesuai kebijakan Persyarikatan bertugas:
a. Membina ideologi Muhammadiyah;
b. Mengembangkan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan;
c. Merencanakan, mengorganisasikan, mengkoordinasikan, membina,
dan mengawasi pengelolaan catur dharma perguruan tinggi;
d. Meningkatkan kualitas dan kuantitas perguruan tinggi;
e. Melakukan penelitian dan pengembangan bidang pendidikan
tinggi;
f. Menyampaikan masukan kepada Pimpinan Persyarikatan sebagai
bahan pertimbangan dalam penetapan kebijakan.
Majelis sebagai penyelenggara amal usaha, program, dan kegitan
bidang pendidikan tinggi sesuai kebijakan Persyarikatan berfungsi
dalam:
a. Pembinaan ideologi Muhammadiyah;
b. Pengembangan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan;
c. Perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pembinaan, dan
pengawasan atas pengelolaan catur dharma perguruan tinggi;
d. Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga profesional;
e. Pengembangan kualitas dan kuantitas perguruan tinggi;
f. Penelitian dan pengembangan bidang pendidikan tinggi;
g. Penyampaian masukan kepada Pimpinan Persyarikatan sebagai
bahan pertimbangan dalam penetapan kebijakan.
15
4. Berperan aktif dalam mewujudkan masyarakat yang berperilaku
sehat dan memanfaatkan pelayanan kesehatan yang bermutu
5. Menggerakkan terwujudnya infrastruktur kesehatan yang
berkualitas serta dinamika kelompok sosial yang
berkesinambungan
16
7. Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan
Fungsi dan tugas dari majelis ekonomi dan kewirausahaan adalah :
1. Menciptakan cetak biru (blue print) pengembangan ekonomi
sebagai usaha untuk mengevaluasi dan merancang program
pemberdayaan ekonomi ummat yang efektif.
2. Mengembangkan model pemberdayaan ekonomi yang didasarkan
atas kekuatan sendiri sebagai wujud cita-cita kemandirian ekonomi
ummat.
3. Menegaskan keberpihakan Muhammadiyah terhadap usaha-usaha
ekonomi dalam membangun kekuatan masyarakat kecil (akar
rumput) yang dhu’afa dan mustadh’afin melalui mengupayakan
terlaksananya ekonomi syariah yang lebih kuat, terorganisasi dan
tersistem.
18
13. Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah
Fungsi dan tugas dari majelis pendidikan dasar dan menengah adalah :
1. Membangun cetak biru (blue print) pendidikan Muhammadiyah
2. Menegaskan posisi dan implementasi nilai Islam,
Kemuhammadiyahan, dan kaderisasi dalam seluruh sistem
pendidikan Muhammadiyah.
3. Mempercepat proses pengembangan institusi pendidikan
Muhammadiyah sebagai pusat keunggulan dengan menyusun
standar mutu.
4. Menjadikan mutu sebagai tujuan utama bagi pendidikan
Muhammadiyah.
5. Mengintegrasikan pengembangan amal usaha pendidikan
Muhammadiyah dengan program pengembangan masyarakat.
6. Menyusun sistem pendidikan Muhammadiyah yang berbasis Al-
Qur’an dan Sunnah.
19
3. Mengembangkan kerjasama dengan berbagai pihak, baik dalam
maupun luar negeri, dalam rangka meningkatkan kualitas
kehidupan umat Islam guna mengejar ketertinggalan dalam
berbagai bidang.
4. Mengefektifkan kerjasama dengan berbagai kalangan, baik dalam
maupun luar negeri, guna meningkatkan peran Muhammadiyah dan
umat Islam secara lebih luas sekaligus mengantisipasi segala
bentuk pemojokan yang merugikan Muhammadiyah dan umat
Islam.
20
3. Meneruskan gerakan antikorupsi dengan memanfaatkan kerjasama
yang telah dirintis selama ini.
4. Membangun jalinan yang sinergis dengan kader dan simpatisan
Muhammadiyah yang berada di lembaga legislatif, eksekutif, dan
yudikatif.
5. Meluaskan pendidikan kewarganegaraan (civic education)
6. Menyelenggarakan pendidikan kader politik dan menyusun
panduan tentang politik yang Islami.
21
8. Lembaga Penelitian dan Pengembangan
Fungsi dan tugas dari lembaga penelitian dan pengembangan adalah:
1. Memfasilitasi dan membantu kegiatan penelitian melalui kerjasama
dan pengembangan jaringan penelitian didalam dan luar negeri.
2. Medorong inovasi, kretivitas, dan penemuan program baru di
bidang IPTEK yang bermanfaat
3. Mendorong dan melaksanakan penelitian tentang muhammadiyah
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Majelis adalah unsur pembantu pimpinan yang menjalankan sebagian
tugas pokok Muhammadiyah. Majelis sendiri dibentuk oleh Pimpinan Pusat,
Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, dan Pimpinan Cabang di tingkat
masing-masing sesuai dengan kebutuhan. ini berarti bahwa majelis dapat
dibentuk pada tiap jenjang organisasi Muhammadiyah (tingkat pusat sampai
pada tingkat cabang).
23
dan Kewirausahaan, Majelis Lingkungan Hidup, Majelis Pemberdayaan
Masyarakat, dan Majelis Pelayanan Sosial. Sedangkan macam-macam
lembaga yaitu : Lembaga Amal Zakat Infaq dan Shodaqqoh, Lembaga
Hubungan dan Kerjasama International, Lembaga Pembina dan Pengawas
Keuangan, Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting, Lembaga Hikmah
dan Kebijakan Publik, Lembaga Penanggulangan Bencana, Lembaga Seni
Budaya dan Olahraga, dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.slideshare.net/DearDeraDesy/makalah-majelis-dan-lembaga-
muhammadiyah
2. http://www.slideshare.net/AlnindaHutami/struktur-organisasi-
muhammadiyah
25