Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH MIKROBIOLOGI INDUSTRI

PRARANCANGAN PABRIK BIOETANOL BERBAHAN BAKU


TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT DENGAN PROSES SSF
(SIMULTANEOUS SACCHARIFICATION AND FERMENTATION)
KAPASITAS 100.000 TON/TAHUN

Dosen Pengampu:
Faizah Hadi,Hj.,Ir.,M.T

Disusun Oleh:

1. Dwi Angga Praditya (121220164)


2. Zahira Khansa Jundia Ufairah (121220167)
3. Gratia Viona (121220170)
4. Hasna Gitti Cintya (121220173)
5. Dea Silky Yana (121220183)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
“VETERAN” YOGYAKARTA
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................................................................... 2


INTISARI............................................................................................................................................. 3
BAB 1. PENDAHULUAN……………………………………………………………………4
A. Latar Belakang...……………………………………………………………………..4
B. Tinjauan Pustaka…………………………………………………………………….4
1.1. Kapasitas Rancangan……………………………………………………………4
1.2. Ketersediaan Bahan Baku………………………………………………………5
1.3. Sakarifikasi dan Fermentasi………………………………………………………….5
1.4. Penentuan Lokasi Pabrik…………………………………………………..……6
BAB 2. PEMBAHASAN
ALAT……………………………………………………………………………….…………6
C. Diagram Alir………………………………………………………………………….6
D. Fungsi dan Kondisi Alat……………………………………………………………..6
BAB 3. PENUTUP……………………………………………………………………………9
E. Kesimpulan…………………………………………………………………………...9
DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………………………...……10

2
INTISARI

Bioetanol adalah perusahan berbentuk PT (Perseroan Terbatas) dengan status


perusahaan terbuka yang mengolah bioetanol dengan bahan baku tandan kosong kelapa sawit
dengan kapasitas produksi 100.000 Ton/Tahun. Pabrik Bioetanol didirikan pada tahun 2026.
Pabrik Bioetanol direncanakan akan didirikan di daerah Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.
Karena daerah ini memiliki potensi bahan baku kelapa sawit yang sangat besar. Hal ini
menunjukan bahwa lokasi ini sangat strategis untuk mendapatkan jaminan ketersediaan bahan
baku serta dapat mengurangi ongkos transportasi bahan baku yang akan digunakan. Proses
produksi yang diterapkan pada pabrik Etilen Oksida ini merupakan proses SSF (Simultaneous
Saccharification and Fermentation). Alat utama yang digunakan dalam proses produksi antara
lain Tangki Pretreatment, Reaktor, Menara Destilasi, Cooler, Pompa dan Tangki Penyimpanan
Bioetanol. Neraca massa total dari unit proses sebesar 269212,622, sedangkan neraca panasnya
sebesar 62337871,18. Unit utilitas yang digunakan sebagai fasilitas penunjang salah satunya
pada perancangan pabrik bioetanol kebutuhan akan tenaga listrik dipenuhi dari Pembangkit
Listrik Negara (PLN) dan generator set (genset) sebagai cadangan. Kebutuhan listrik di pabrik
ini diperuntukkan pada keperluan proses dan utilitas, penerangan, AC, laboratorium dan
instrumentasi. Berdasarkan evaluasi ekonomi pabrik ini diketahui Persen Return on Investment
sebelum pajak adalah 20,762 % sedangkan setelah pajak 14,53 %. Batas ROI untuk pabrik
kimia dengan resiko rendah minimal 11 %. Pay Out Time sebesar 4 tahun 9 bulan. Break Event
Point pabrik ini adalah 29,1 %, sehingga masih memenuhi syarat Break Event Point untuk
mendapat kredit dari bank. Shut Down Point adalah 8,937 %, artinya jika pabrik memproduksi
kurang dari nilai SDP maka operasi harus dihentikan. Discounted Cash Flow Rate of Return
(IRR) pabrik ini adalah 21 %, sedangkan bunga deposito di bank hanya sekitar 9–12 %.

Kata kunci : Bioetanol, Pabrik Bioetanol, Tandan Kosong Kelapa Sawit, PT,

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara berkembang yang menghadapi tantangan dalam


menyediakan akses terhadap energi yang bersih, aman, dan terjangkau.
Pertumbuhan populasi yang pesat dan perluasan industri meningkatkan permintaan
energi. Namun, karena infrastruktur yang tidak memadai, produksi energi yang
terpusat, dan kurangnya instrumen keuangan serta kebijakan untuk mendukung
investasi teknologi, negara ini saat ini berada pada jalur yang tepat untuk mengurangi
porsi energi terbarukannya pada tahun 2025. Target untuk meningkatkan jumlah energi
terbarukan menjadi 23% masih belum tercapai. belum tercapai.meningkat 31% pada
tahun 2025. pada tahun 2030 (Suhartini et al., 2022).
Di Indonesia, konsumsi bahan bakar minyak (BBM) meningkat dari tahun ke
tahun berbanding terbalik dengan ketersediaannya.Menurut data ESDM (2006),
cadangan minyak bumi Indonesia hanya sekitar 9 miliar barel.
Saat ini konsumsi bahan bakar masyarakat Indonesia sebesar 1,3 juta per barel.Jika
cadangan minyak baru tidak ditemukan dan konsumsi terus berlanjut, maka minyak
akan habis dalam beberapa tahun mendatang. Salah satu cara untuk mengurangi
konsumsi bahan bakar masyarakat adalah dengan melakukan penghematan energi
dengan menggunakan bahan bakar alternatif terbarukan.
Bioetanol mempunyai kelebihan selain ramah lingkungan dan tidak
membahayakan lingkungan, selain itu penggunaannya sebagai bahan bakar terbukti
lebih hemat dan efisien dan pembuatannya mudah. Cairan hasil fermentasi ini
bersumber dari tanaman, yang dilakukan melalui proses konversi karbohidrat menjadi
glukosa. Pada hidrolisis enzimatis dikenal ada dua metode yaitu SHF dan SSF. Metode
SSF menjadi sangat penting untuk dikembangkan karena dapat mempersingkat proses
pembuatan bioetanol (Hapsari and Pramashinta, 2013).
Bioetanol dapat dimanfaatkan sebagai pengganti bahan bakar minyak (BBM)
tergantung tingkat kemurniannya. Bio-etanol dengan kadar 95-99% dapat dipakai
sebagai bahan substitusi premium (bensin), sedangkan kadar 40% dipakai sebagai
bahan substitusi minyak tanah. Bioetanol merupakan salah satu bahan bakar alternatif
yang mempunyai kelebihan dibandingkan BBM. Berdasarkan siklus karbon, bioetanol
dianggap lebih ramah lingkungan karena CO2 yang dihasilkan diserap oleh tanaman,
selanjutnya tanaman tersebut digunakan sebagai bahan baku pembuatan bahan bakar.
Bioetanol adalah etanol yang terbuat dari biomassa (tanaman) yang melalui
proses biologi (fermentasi). Bahan baku bioetanol dapat terbuat dari biomassa sumber
pati (jagung, ubi kayu, sorgum, dll), sumber gula (molasses, nira tebu, nira kelapa, dan
nira dari berbagai tanaman lain), dan sumber selulosa (onggok, jerami, padi, ampas
tebu, tongkol jagung, dsb) (Widyastuti, 2019).

4
B. Tinjauan Pustaka

1.1. Kapasitas rancangan


Alasan pendirian pabrik saat ini, karena harga bahan bakar semakin meningkat
sehingga mempengaruhi permintaan produksi. Dengan prarancangan pabrik bioetanol
dengan bahan baku tandan kosong kelapa sawit ini dapat menjadi prospek yang baik
untuk alternatif pengganti BBM atau sebagai pengganti campuran bensin yang ramah
lingkungan dan berguna untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang
ketersediaannya semakin dibatasi dari tahun ke tahun.
Pendirian pabrik dilandasi oleh faktor-faktor berikut:
1. Memenuhi kebutuhan dalam negeri akan bahan bakar bioetanol alternatif.
2. Menciptakan lapangan kerja baru sehingga mengurangi pengangguran.
3. Menghemat devisa negara dari sektor industri melalui pajak dan kemampuan
untuk mengekspor produk.
4. mengantisipasi permintaan domestik dan mengurangi kapasitas impor dari negara
importir seperti Cina, Singapur, Jerman, Jepang, Amerika Serikat, dll.
5. Pengembangan sumber daya manusia melalui ahli teknologi.

1.2. Ketersediaan bahan baku


Ketersediaan bahan baku merupakan faktor utama dalam keberlangsungan
suatu pabrik. Agar terjaminnya kelangsungan produksi pabrik, dibutuhkan perhatian
yang serius dalam ketersediaan jumlah bahan baku secara teratur dengan jumlah yang
memadai.
Pada pembuatan bioetanol ini, digunakan bahan baku utama yang berasal dari
limbah kelapa sawit (TKKS). Menurut data Direktorat Jenderal Perkebunan pada
tahun 2019 kelapa sawit terbesar di Indonesia terdapat pada Provinsi Riau dengan luas
2,806,349 hektar dan jumlah produksi sebesar 8.864.883 ton/tahun. Lokasi yang
strategis ini dapat menjadikan potensi memiliki bahan baku kelapa sawit yang sangat
besar. Daerah Riau merupakan daerah dimana terdapat banyak perusahaan kebun
sawit pada berbagai kabupaten. Beberapa perusahaan sawit di Kabupaten Kampar
diantaranya yaitu: PT Ganda Buaninda, PT Blangkolam, PT Sekar Bumi Alam
Lestari, PT Buana Wira Lestari dan lainnya.

1.3. Sakarifikasi dan Fermentasi


Secara umum sintesis bioetanol yang berasal dari biomassa terdiri dari dua tahap
utama, yaitu hidrolisis dan fermentasi dilakukan secara terpisah atau Separated
Hydrolysis and Fermentation (SHF) dan yang terbaru adalah proses Simultaneous
Saccharification and Fermentation (SSF) atau Sakarifikasi dan Fermentasi Serentak
(SFS). Satu diantara beberapa keuntungan dari proses SSF adalah hidrolisis dan
fermentasi dilakukan dalam satu wadah atau reaktor sehingga dapat berlangsung
secara efisien.
Hidrolisis bertujuan untuk memecah polisakarida menjadi monosakarida
sehingga dapat langsung difermentasi oleh yeast. Hidrolisis dilakukan secara biologis,

5
yaitu menggunakan enzim. Enzim yang digunakan harus sesuai dengan polisakarida
yang akan dihidrolisis.
SSF pertama kali dikenalkan dengan kombinasi antara hidrolisis menggunakan
enzim selulase dan yeast S. cerevisiae untuk fermentasi gula menjadi etanol secara
simultan. Proses SSF sebenarnya hampir sama dengan proses terpisah antara hidrolisis
dengan enzim dan proses fermentasi, hanya dalam proses SSF hidrolisis dan
fermentasi dilakukan dalam satu reaktor.
Keuntungan dari proses ini adalah polisakarida yang terkonversi menjadi
monosakarida tidak kembali menjadi polisakarida karena monosakarida langsung
difermentasi menjadi etanol. Selain itu dengan menggunakan satu reaktor dalam
prosesnya akan mengurangi biaya peralatan yang digunakan.
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel pada keadaan anaerobik
(tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi
anaerobik, akan tetapi terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan
fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor
elektron eksternal (Windarti et al., 2014).

1.4. Penentuan lokasi pabrik


Salah satu pertimbangan penting dalam pendirian sebuah pabrik adalah
pemilihan lokasi pabrik. Karena akan mempengaruhi berbagai hal jalannya produksi
bioetanol, termasuk didalamnya biaya produksi hingga biaya transportasi.
1.4.1. Letak sumber bahan baku
Tersedianya bahan baku yang dekat dengan lokasi pabrik sangat
menguntungkan perusahaan karena biaya yang timbul dalam pengadaan bahan baku
bisa ditekan karena biaya transportasi rendah. Seperti pada perusahaan pembuatan
bioetanol yang banyak berada di daerah Riau, dikarenakan Riau merupakan daerah
dengan lokasi perkebunan sawit terbesar di Indonesia.
1.4.2. Ketersediaan tenaga listrik, air dan utilitas
Bagi suatu perusahaan, ketersediaan tenaga listrik di lokasi usaha merupakan
hal yang mutlak harus ada, karena terkadang ada beberapa daerah masih belum
terjangkau oleh PLN. Oleh karena itu, dapat dikatakan faktor ketersediaan tenaga
listrik termasuk faktor yang wajib dipertimbangkan.
Tersedianya air bersih juga sangat diperlukan bagi kehidupan, tak terkecuali
bagi perusahaan. Apalagi bagi perusahaan yang memerlukan air sebagai bahan baku
produknya. Walaupun nantinya perusahaan tidak membutuhkan air yang banyak,
tersedianya air yang melimpah yang bersumber dari air tanah maupun dari pipa
perusahaan air minum daerah menjadi faktor yang menentukan dalam memilih lokasi
perusahaan.
1.4.3. Fasilitas pengangkutan
Fasilitas pengangkutan merupakan alat atau sarana pengangkutan yang tersedia
dalam penyelenggaraan proses pengangkutan (transportasi). Misalnya dalam hal
pengangkutan darat, maka alat angkutannya seperti : bus, truk, sedan dan lainnya
sesuai dengan volume atau jumlah yang akan diangkut. Selain itu, fasilitas yang akan
digunakan atau dilalui oleh angkutan itu dalam melakukan fungsinya untuk

6
mengangkut barang atau penumpang dari suatu tempat ke tempat tujuan (Maulana,
2018).

7
BAB II
PEMBAHASAN ALAT

C. Diagram Alir Alat

D. Fungsi masing-masing alat dan kondisi operasi

1. Fungsi alat
● Accumulator : berfungsi sebagai tempat menyimpan energi (store energi),
meredam kejutan (Absorb shock), menaikan tekanan bertahap, menjaga tekanan
konstan (Maintenance constant pressure), Sumber kebutuhan daya mendadak,
meredam muai panas
● Belt conveyor: berfungsi sebagai alat transportasi untuk memindahkan bahan baku
ke tempat selanjutnya
● Decanter centrifugal: berfungsi sebagai pemisahan padatan dan cairan.

8
● Menara destilasi: berfungsi sebagai pemisahan liquid dan vapor yang mengandung
2 atau lebih komponen zat menjadi beberapa komponen berdasarkan perbedaan
volalitas.
● Pneumatic conveyor : merupakan alat transportasi yang berfungsi memindahkan
partikel padat dalam suatu aliran fluida.
● Filter press : memisahkan dua fase yang berbeda dengan cara proses filtrasi
menggunakan tekanan angin dan filter cloth
● Gudang penyimpanan TKKS: Berfungsi sebagai tempat penyimpanan bahan baku.
● Silo TKKS: Berfungsi sebagai tempat penyimpanan hasil pertanian.
● Holding tank: Berfungsi sebagai tempat penampungan pertama setelah tanki
mixing.
● Heat exchanger : berfungsi mentransfer energi panas internal antara dua atau lebih
fluida yang tersedia pada temperatur yang berbeda dengan menjaga agar kedua
fluida tidak bercampur
● Heater: berfungsi sebagai alat yang digunakan untuk memanaskan air yang
menggunakan energi sebagai sumber pemanas.
● Condesor : berfungsi mendinginkan cairan panas dan mengembunkan uap
● Cooler : berfungsi untuk mencegah terjadinya overheating (panas berlebihan)
dengan cara mendinginkan suatu fraksi panas dengan menggunakan media cairan
dingin, sehingga akan terjadi perpindahan panas dari fluida yang panas ke media
pendingin tanpa adanya perubahan suhu.
● Reboiler : berfungsi sebagai alat penukar panas yang disertai dengan perubahan
fasa cair menjadi fasa uap.
● Miller: berfungsi sebagai penghalus bahan baku
● Membran pervorasi : berfungsi pemisah suatu campuran dengan metode penguapan
atau perubahan fase dari zat cair menjadi gas
● Reaktor SSF : berfungsi tempat berlangsungnya proses sakarifikasi dan fermentasi
● Screw conveyor : memindahkan material curah serta dapat pula untuk
mencampurkan, memampatkan material yang dipindahkan dengan merubah tipe
ulir
● Tangki : berfungsi sebagai tempat penyimpanan bahan cairan
● Tangki pretreatment : berfungsi memisahkan dan membuang air limbah
● Tangki Bioetanol : berfungsi untuk menyimpan produk bioetanol grade silinder
vertikal dengan flat bottom dan conical head
● Pompa : berfungsi sebagai pendistribusian air, angin, oli ke sistem proses produksi
● Weight feader conveyor : berfungsi sebagai timbangan elektris-mekanis berbentuk
conveyor yang secara otomatis menentukan berat material penyusun yang akan di
umpan ke proses
● Condesor refluks : Salah satu fungsi utama kondensor refluks adalah untuk
mengurangi kehilangan produk dalam proses distilasi.

2. Kondisi operasi
● Tangki Pretreatment
1. Tekanan : 4-7 atm

9
2. Suhu : 150°C
3. Fasa : Cair
4. Kapasitas :7972,451ft3
● Reaktor
1. Tekanan : 1 atm
2. Suhu : 33°C
3. Fasa : Cair
4. Kapasitas : 31853,790 ft3
● Menara Distilasi
Dibagi menjadi 3 kondisi :
1. Kondisi Umpan
Tekanan : 1 atm
Suhu : 87,6°C
Fasa : Cair Jenuh
2. Kondisi Umpan
Tekanan : 1 atm
Suhu : 82,6°C
Fasa : Uap Jenuh
3. Kondisi Umpan
Tekanan : 1 atm
Suhu : 95,5°C
Fasa : Cair Jenuh
● Cooler
1. Tekanan : 1 atm
2. Suhu : 33°C
● Pompa
1. Kapasitas : 47,196 gal/menit
● Tangki Penyimpanan Bioetanol
1. Tekanan : 1 atm
2. Suhu : 30 °C
3. Fasa : cair
4. Kapasitas : 218273,090 ft3

10
BAB III
PENUTUP

E. Kesimpulan
Protein sel tunggal merupakan produk biomassa berkadar protein tinggi yang
berasal dari mikroba. Pada pembuatan etanol, mikroba yang digunakan adalah
saccharomyces cereviceae yang nantinya akan melalui 3 tahap. Tahap pertama Pre-
Treatment, Tahap kedua adalah SSF (Simultaneous Saccharification and
Fermentation), dan Tahap ketiga pemurnian. Digunakan metode SSF karena dapat
mempersingkat proses pembuatan bioetanol. Pada proses fermentasi glukosa dan xylose
akan menjadi bioetanol. Bioetanol yang dihasilkan pada proses SSF harus dimurnikan
agar sesuai dengan standar SSI melalui proses purification. Sehingga diperoleh etanol
fuel grade dengan kemurnian 99,5 %. Hasil ini diperoleh melalui berbagai rangkaian
alat yang memiliki fungsi nya masing-masing.

11
DAFTAR PUSTAKA

Hapsari, M.A. and Pramashinta, A. (2013) ‘Pembuatan bioetanol dari singkong karet
(Manihot glaziovii) untuk bahan bakar kompor rumah tangga sebagai upaya
mempercepat konversi minyak tanah ke bahan bakar nabati’, Jurnal Teknologi
Kimia Dan Industri, 2(2), pp. 240–245.

Widyastuti, P. (2019) ‘Pengolahan Limbah Kulit Singkong Sebagai Bahan’, Jurnal


Kompetensi Teknik, 11(1), pp. 41–46.

Windarti, A., Novia and Rosmawati (2014) ‘Pembuatan Bioetanol dari Jerami Padi
dengan Metode Ozonolisis-Simultaneous and Fermentation (SSF) –’, Jurnal
Teknik Kimia, 20(3), pp. 38–48.

Maulana, Y. S. (2018). “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi


Pabrik PT Sung Chang Indonesia Cabang Kota Banjar”, Jurnal ADBIS, 2(2).

12

Anda mungkin juga menyukai