Anda di halaman 1dari 8

THE INTERNATIONAL CONFERENCE

ON ISLAMIC EDUCATION STUDIES


JOINT CONFERENCE USIM - UNIK

Pendidikan Berbasis Sufistik Perspektif Abah Anom


Handika Saputra1

Abstract
The background to this research problem is taken from the importance of instilling Sufistic values in humans who still have
low self-awareness. Sufistic education is considered to be able to solve the problem of moral decadence that arises as a
result of developments in science and technology. Problems related to human morals are never ending, so there are still
many cases of moral decadence such as murder, juvenile delinquency and other increasingly complex crimes. One effort to
overcome this is by applying the Sufistic values contained in the book Miftahu Shudur by Abah Anom. Abah Anom's Sufistic
education is considered capable of handling this, because it aims to instill behavior based on the Koran and Hadith with the
Prophet as an example, so as to achieve happiness and the pleasure of Allah. This type of research is library research,
which is a series of activities related to library data collection methods, reading, recording and processing research
materials. The research results show that Sufistic education is a way of closeness to Allah SWT through a whole series of
religious practices based on the Al-Quran and Hadith. The method used by Abah Anom is to practice dhikrullah. Through
dhikrullah, it is hoped that the heart will always remember Allah so that our hearts will be controlled and free from the
temptations of lust which is the main cause of moral decadence. In his actions, Abah Anom touches various aspects of life,
both in terms of religion, education, social, economic and community aspects. Apart from that, Abah Anom also formed
Inabah which is a method for curing drug addicts and juvenile delinquents. He also has a work, namely Miftahu Shudur,
which collects information about the origins of the Islamic Order and its practice of dhikrullah based on: Al-Qu'an, Hadith,
Ijma and Qiyas. His concrete actions are clear evidence of how the influence of Sufism, especially the tarekat, can cleanse
the hearts and bring peace to life for those who want to follow His path.

Keywords
Sufistic Based Education, Abah Anom, Miftahu Shudur, Pesantren, Tasawuf education
1
Universitas Islam KH. Ruhiat, Indonesia
*Penulis Korespondensi ..............@student.uinsgd.ac.id

1. Pendahuluan seorang yang ahli agama seringkali meremehkan


agama? Ini lebih karena agama bagi mereka masih
Banyak ketidakpuasan yang muncul dari sebatas label dan simbol kehidupan. Orang yang
masyarakat perihal hasil pendidikan Indonesia. demikian akan memposisikan agama sebagai
Pendidikan yang semestinya mencetak manusia aksesoris (tazniyah) yang hanya cukup dipakai
cerdas, berkepribadian, terampil dan bermoral ketika membutuhkan dan melepaskannya ketika
ternyata belum menunjukkan hasil maksimal. selesai, sehingga seringkali pendidikan agama yang
Misalnya banyak kasus penyimpangan yang telah dienyamnya hanya sebatas ad-din an-nadzari
melibatkan pejabat yang mengelola pendidikan, (agama teori) belum sampai ad-din al-‘amali
baik pembangunan sarana pendidikan, pengadaan (agama terapan). Fenomena demikian tidak
laboratorium, buku paket dan lain sebagainya. Hal seharusnya terjadi, karena agama adalah bukanlah
yang dominan, lembaga yang “mengelola” teori saja, tapi kepercayaan manusia yang
pendidikan agama justru menjadi incaran dijalankan. Kepandaian dan keluasan pengetahuan
Kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi agama tidak akan matang kalau agama tersebut
(KPK) dalam dugaan korupsi. Padahal lembaga ini tidak dilaksanakan. Seringkali disebutkan ‫الِع ْلُم ِباَل‬
seharusnya menjadi uswah hasanah. Namun ‫ َع َم ٍل َكالَّش َج ِر ِباَل َثَم ٍر‬artinya, ilmu tanpa perilaku
karena hal tersebut justru eksistensinya bergeser laksana pohon tanpa buah. Ini artinya bahwa
arah. Sama halnya dengan lembaga pendidikan dibutuhkan sinergisitas antara pengetahuan agama
sekelas perguruan tinggi yang juga terjerat kasus dan perilaku agama, yang berjalan secara
korupsi yang akhirnya dilengserkan oleh gerakan beriringan. Penyimpangan dan dekadensi akhlak
mahasiswa. yang terjadi kepada kebanyakan manusia itu
disebabkan mereka tumbuh dan berkembang
Belum lagi berbagai media massa
dalam atmosfir pendidikan yang buruk. Maka dari
memberitakan seorang guru agama mencabuli
sini betapa butuhnya kita pada sebuah pendidikan
anak didiknya. Ada pula dosen sebuah perguruan
yang mampu membawa kita dan anak cucu kita ke
tinggi yang berselingkuh dengan mahasiswinya.
puncak ketinggian akhlak yang menebarkan
Lain dari pada itu, tidak sedikit siswa madrasah
kebahagiaan dan ketentraman. Satu hal yang masih
yang terjaring aparat dalam operasi narkoba dan
tertinggal dalam implementasi pendidikan
terlibat tawuran pelajar. Inilah fakta ironis dan
Indonesia adalah soal pendidikan sufistik.
potret buram seputar hasil pendidikan
Indonesia.Terkadang orang bertanya. Kenapa

1
THE INTERNATIONAL CONFERENCE
ON ISLAMIC EDUCATION STUDIES
JOINT CONFERENCE USIM - UNIK

Secara implisit pendidikan sufistik ini seperti gerakan sufisme dan tarekat.3
dilegitimasi oleh Undang-undang RI nomor 20
Kehadiran ajaran tasawuf berikut
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
lembaga-lembaga tarekatnya di Indonesia sama
Pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar dan
tuanya dengan kehadiran islam itu sendiri sebagai
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
agama yang masuk kawasan ini. Sebagian
proses pembelajaran agar peserta didik secara
mubaligh yang menyebarkan Islam di Nusantara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
telah mengenalkan ajaran Islam dalam kapasitas
memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
mereka sebagai guru-guru sufi. Tradisi tasawuf
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
yang fundamental bagi pembentukan karakter dan
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
mentalitas kehidupan sosial masyarakat Islam di
masyarakat, bangsa dan negara. Kurangnya
Indonesia. Dengan demikian, peran tasawuf
pengetahuan pendidikan sufistik seyogyanya
dengan lembaga-lembaga tarekatnya sangat besar
diarahkan pada proses pembentukan kepribadian
dalam mengembangkan dan menyebarkan Islam di
bangsa yang berdasar pada Pancasila dan
Indonesia. Namun, tampaknya dari sekian banyak
kemapanan beragama, sedangkan pendidikan
tarekat yang ada di seluruh dunia, hanya ada
sufistik adalah konteks pendidikan yang ditata
beberapa tarekat yang bisa masuk dan
dengan standar moral, tazkitu an-nafs
berkembang di Indonesia. 4
(pembersihan hati) sebagaimana dalam Q.S. Al A'la
[87]: 14-15)1
Dengan itu, maka target pendidikan nasional
dalam mewujudkan bangsa yang memiliki 2. Kajian Pustaka
kekuatan spiritual dan moral akan tercapai. Dalam
dunia sufi, pendidikan dijalankan dengan jalan Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer
komitmen bersama antara guru dan murid. Sejak adipiscing elit. Maecenas porttitor congue massa.
awal dinobatkan menjadi seorang murid sufi, Fusce posuere, magna sed pulvinar ultricies, purus
mereka dibai’at atau di talqin oleh Syekh Mursyid. lectus malesuada libero, sit amet commodo magna
Sebagaimana telah dijelaskan dalam Al-Qur'an Q.S eros quis urna. Nunc viverra imperdiet enim. Fusce
Spiritual Islam (tasawuf) merupakan est. Vivamus a tellus. Pellentesque habitant morbi
fenomena yang menarik perhatian, bahkan banyak tristique senectus et netus et malesuada fames ac
yang meramalkan akan menjadi trend di abad 21. turpis egestas. Proin pharetra nonummy pede.
Ramalan ini cukup beralasan, karena sejak akhir Mauris et orci. Aenean nec lorem.
abad ke-20 mulai terjadinya kebangkitan spiritual In porttitor. Donec laoreet nonummy augue.
(spiritual revival) dimana-mana. Munculnya Suspendisse dui purus, scelerisque at, vulputate
gerakan spritual ini sebagai reaksi terhadap dunia vitae, pretium mattis, nunc. Mauris eget neque at
modern yang terlalu menekankan hal-hal yang sem venenatis eleifend. Ut nonummy. Fusce aliquet
bersifat material profan. Manusia ingin kembali pede non pede. Suspendisse dapibus lorem
menengok dimensi spriritualnya yang selama ini pellentesque magna. Integer nulla. Donec blandit
dilupakan. Salah satu gerakan yang paling feugiat ligula. Donec hendrerit, felis et imperdiet
menonjol di akhir abad ke-20 dan di awal abad ke- euismod, purus ipsum pretium metus, in lacinia
21 adalah gerakan new age (new age movement).2 nulla nisl eget sapien.
Kebangkitan spiritualitas ini terjadi dimana- Donec ut est in lectus consequat consequat.
mana, baik di barat maupun di dunia islam. Di Etiam eget dui. Aliquam erat volutpat. Sed at lorem
dunia barat, kecenderungan untuk kembali pada in nunc porta tristique. Proin nec augue. Quisque
spiritualitas ditandai dengan merebaknya gerakan aliquam tempor magna. Pellentesque habitant
fundamentalisme agama dan kerohanian, terlepas morbi tristique senectus et netus et malesuada
dari gerakan ini menimbulkan persoalan fames ac turpis egestas. Nunc ac magna. Maecenas
psikologis dan sosiologis. Sementara di dunia Islam odio dolor, vulputate vel, auctor ac, accumsan id,
ditandai dengan berbagai artikulasi keagamaan felis. Pellentesque cursus sagittis felis.
seperti fundamentalisme islam yang ekstrem dan
menakutkan, selain bentuk artikulasi esoterik
3
Solihin, M.Ag, Melacak Pemikiran Tasawuf Di
Nusantara (Jakarta: PT Rajagrafindo persada, 2005),
1
Diambil dari https://quran.kemenag.go.id/ h.5.
4
Ajid Thohir, Gerakan Politik Kaum Tarekat:
tanggal 22 desember 2021. Pukul 06.41.
Telaah Historis Gerakan Politik Antikolonialisme
2
Ruslani, Wacana Spriritualitas Timur Dan Tarekat Qadiriyah-Naqsyabandiyah di Pulau Jawa
Barat (Yogyakarta: Kalam,200), h.6. ( Bandung : Penerbit Pustaka Hidayah, 2002), h. 27.

2
THE INTERNATIONAL CONFERENCE
ON ISLAMIC EDUCATION STUDIES
JOINT CONFERENCE USIM - UNIK

2.1. Tinjauan tentang Pendidikan Sufistik dinamika manusia.8


Istilah pendidikan berasal dari kata didik dengan
Dari semua definisi itu dapat disimpulkan
memberinya awalan "pe" dan akhiran
bahwa pendidikan adalah sebuah kegiatan yang
"kan"mengandung arti perbuatan (hal, cara dan
dilakukan dengan sengaja dan terencana yang
sebagainya). Istilah pendidikan ini semula berasal
dilaksanakan oleh orang dewasa yang memiliki
dari bahasa Yunani, yaitu paedagogie, yang berarti
ilmu dan keterampilan kepada anak didik, demi
bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini
terciptanya insan kamil. Pendidikan yang
kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris
dimaksud dalam pembahasan ini adalah
dengan education yang berarti pengembangan atau
Pendidikan Agama Islam (PAI).
bimbingan. Dalam bahasa Arab istilah ini sering
diterjemahkan dengan tarbiyah, yang berarti Adapun kata Islam dalam istilah
pendidikan.5 pendidikan Islam menunjukkan sikap pendidikan
tertentu yaitu pendidikan yang memiliki warna-
Pendidikan mempunyai definisi yang luas,
warna Islam. Untuk memperoleh gambaran
yang mencakup semua perbuatan atau semua
mengenai Pendidikan Agama Islam, berikut ini
usaha dari generasi tua untuk mengalihkan nilai-
beberapa defenisi mengenai Pendidikan Agama
nilai serta melimpahkan pengetahuan,
Islam.
pengalaman, kecakapan serta keterampilan kepada
generasi selanjutnya sebagai usaha untuk
menyiapkan mereka agar dapat memenuhi fungsi
hidup mereka, baik jasmani begitu pula rohani. 2.2 Pengertian Sufistik
Banyak ahli membahas tentang pendidikan, tapi Secara etimologi, para ahli sufi berselisih pendapat
dalam pembahasannya mengalami kesulitan tentang asal kata tasawuf. Sebagian mengatakan
karena antara satu definisi dengan definisi yang bahwa tasawuf berasal dari suffah yang berarti
lain sering terjadi perbedaan. tempat Mesjid Nabawi yang didiami oleh sebagian
sahabat anshar, ada pula yang mengatakan berasal
Ahmad D. Marimba (1981) merumuskan
dari shaf, yang berarti barisan, seterusnya ada
pendidikan sebagai bimbingan atau didikan yang
yang menyatakan shafa, yang berarti bersih atau
dilakukan secara sadar oleh pendidik terhadap
jernih. Ada lagi yang menyatakan dari shufanah,
perkembangan jasmani dan rohani peserta didik
yakni nama kayu yang bertahan tumbuh di padang
menuju terbentuknya kepribadian yang utama.6 Ki
pasir. Terakhir ada yang menyatakan dari bahasa
Hajar Dewantara seperti dikutip Hasbullah (2005)
yunani Theosofi, yang berarti ilmu ketuhanan.9
mendefinisikan pendidikan sebagai tuntunan di
dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun Dari beberapa pandangan tersebut, maka
maksudnya pendidikan yaitu menuntun kekuatan dapat dikatakan adanya perbedaan pendapat
kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka tentang asal-usul kata tasawuf itu dilatarbelakangi
sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat oleh perbedaan sudut pandang. Tasawuf dikatakan
dapat mencapai keselamatan dan kebahagian yang dari kata shuf, karena kata tersebut ditinjau dari
setinggi-tingginya.7 segi lahiriyah, yakni pakaian yang terbuat dari bulu
yang biasa dipakai oleh ahli tasawuf. Sementara
Sementara, Musdah Mulia (2021) dalam
bagi yang menyatakan shafa yang berarti bersih,
artikelnya mendefinisikan pendidikan pada
adalah karena para ahli tasawuf berusaha
dasarnya adalah suatu usaha sadar yang sengaja
membersihkan jiwa dari sifat-sifat tercela.
dikemas untuk mempersiapkan manusia agar
mampu memecahkan berbagai problem sosial yang Dalam kajian tasawuf, para ulama
dihadapinya sehari-hari sehingga pada gilirannya menyusun sebuah metode yang berupa tahapan-
nanti mereka berhasil hidup di zamannya dengan tahapan dalam latihan ruhani (riyadhah). Hal
penuh tanggung jawab. Dengan demikian, institusi tersebut terdiri dalam tiga tingkatan, yakni
pendidikan menempati posisi amat strategis dalam takhalli, tahalli dan tajalli. Penjelasan lebih lanjut
menghadapi perubahan-perubahan dalam sebagai berikut.
masyarakat akibat kemajuan iptek dan tuntutan
Pertama, takhalli. Dalam tahapan ini,
5
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: seseorang berusaha untuk membersihkan diri dari
Kalam Mulia, 2004) Cet ke-4, h.1.
6 8
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Diambil dari
Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-maarif, 1981), https://muslimahreformis.org/beranda/sosial_budaya/p
cet ke-5, h. 19. entingnya-pendidikan-islam/, tanggal 21 Agustus
7
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, 2022. Pukul 09.55.
9
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), Cet ke-4, Amin Syukur, Menggugat
h. 4. Tasawuf, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), h 8.

3
THE INTERNATIONAL CONFERENCE
ON ISLAMIC EDUCATION STUDIES
JOINT CONFERENCE USIM - UNIK

semua sifat dan perilaku tercela, baik batin perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya,
maupun lahir. Tahapan ini merupakan langkah melainkan ia merasa kelezatan, kedekatan,
awal seseorang dalam menempuh kehidupan kerinduan bahkan kebersamaan dengan-Nya.
tasawuf. Hal demikian bertujuan untuk Tahapan ini didahului oleh kesadaran akan
menghindarkan seseorang dari sifat tercela yang ketiadaan materi pada diri (fana') dan kesadaran
dapat mengganggu dan menghalangi manusia dunia spritual (baqa'). Adapun dalam tajalli ini
dalam berhubungan dengan Allah. Tujuan tersebut terdapat empat tingkatan. Semua tingkatan
sangatlah penting karena keberadaan berbagai merupakan perwujudan fana' dari seorang hamba
sifat tercela tersebut dapat melahirkan beragam dalam baqa' Allah.
perbuatan maksiat, baik maksiat lahir maupun
Maksudnya yakni meleburnya jiwa
batin. Perbuatan maksiat tersebut dapat mengotori
seorang hamba di bawah pancaran cahaya Allah.
jiwa manusia sehingga terhijab dari rasa
Empat tingkatan yang dimaksud sebagai berikut.
kedekatan dengan Allah.
Pertama tajalli af'al (perbuatan) dari seorang
Kedua, tahalli. Tahapan ini merupakan hamba dan yang ada hanya perbuatan Allah
usaha seseorang untuk melakukan pengisian semata. Kedua, tajalli asma' (nama), yakni
dalam kehidupannya dengan berbagai sifat atau bebasnya seorang hamba dari sifat-sifat
perbuatan terpuji dan ditambah dengan semangat kehudusan (kemanusiaan). Ketiga, tajalli sifat
ketaatan yang tinggi dalam menjalankan ajaran (sifat), yakni ibarat penerimaan hamba atas sifat-
agamanya. Tahapan ini dilakukan setelah sifat ketuhanan, sebagai penerimaan yang asli dan
seseorang yang mampu membersihkan diri dari suatu ketentuan yang pasti. Ketika seorang hamba
hal-hal yang mengotori jiwanya dari berbagai sifat menerima sifat sama’ Allah, ia dapat mendengar
maupun perbuatan tercela. Adapun berbagai sifat wujud yang dapat bersuara, seperti binatang,
atau perbuatan terpuji yang dapat mengisi diri tumbuhan dan lain sebagainya. Keempat, tajalli zat
dalam tahapan tahalli ini, antara taubat, zuhud, (zat), yakni ketika Allah menghendaki tajalli atas
sabar, ridho sikap, belas kasihan, amal saleh, hamba-Nya yang memfana'kan dirinya, sehingga
berani, bijaksana, dapat dipercaya, ikhlas, cinta, dalam kondisi tersebut Allah memberinya karunia
pemaaf, pemalu, penyantun, penolong, petunjuk ketuhanan. Ketika itu terjadi pada seorang hamba,
jalan kebenaran dan lain sebagainya. maka terjadilah kondisi tunggal yang sempurna
(al-fard al-kamil) yang menjadikan seorang hamba
Dalam proses pengisian jiwa dengan
berada dalam situasi tiada wujud secara mutlak,
berbagai sifat dan perbuatan terpuji ini terdapat
melainkan hanya Allah.11 Pengertian sufistik yang
dua kondisi yang dapat dialami oleh seorang salik
terdapat dalam kamus besar Bahasa Indonesia
(penempuh jalan spritual), yakni kondisi maqomat
adalah berkenaan dengan ilmu tasawuf, sedangkan
dan ahwal. Adapun yang dimaksud dengan
sufi adalah ahli ilmu suluk atau ahli ilmu tasawuf.12
maqomat, yakni kondisi tingkatan mulia seorang
salik di hadapan Allah yang diperoleh melalui Abdul Munir Mulkhan (2010)
serangkaian pengabdian (ibadah), kseungguhan mendefinisikan istilah sufistik itu sebagai sifat
melawan hawa nafsu dan penyakit-penyakit hati seperti pemikiran sufistik artinya pemikiran yang
(mujadalah), latihan spritual (riyadhah) dan nyufi. Sementara sufi itu sendiri adalah sebutan
mengarahkan segenap jiwa raga semata-mata atau nama suatu tindakan atau pandangan,
kepada Allah serta memutuskan selain-Nya (inqita, sedangkan sufisme adalah suatu cara pandang atau
ila Allah). Sementara Ahwal, yakni kondisi hati atau sikap yang memandang bahwa pencapaian
kejiwaan yang diperoleh seorang sufi sebagai kedekatan pada Tuhan dilakukan tidak hanya
karunia Allah. Ahwal ini merupakan kondisi dengan ritual ibadah yang kasat mata atau fisik
mental, seperti perasaan bahagia, tenang, aman, jasmani, melainkan juga sekaligus dengan ritual
sedih, takut dan lain sebagainya.10 hati dan keterlibatan hati atau jiwa.13
Ketiga, tajalli. Tahapan ini dapat dikatakan
sebagai tahapan puncak yang diimpikan oleh para 3. Metode
sang salik (penempuh jalan spritual). Tajalli
merupakan tahapan seorang hamba merasakan Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian
adanya rasa ketuhanan yang tinggi sampai kualitatif yaitu penelitian yang tidak menggunakan
lenyapnya sifat-sifat kemanusiaan pada dirinya
11
dan munculnya kesadaran rabbani. Pada tahapan Rofi'ufin, "Konsep Kebahagiaan dalam
ini seorang hamba tidak sekedar menjalankan Pandangan Psikologi Sufistik," 16-17.
12
DEPDIPBUD, Kamus Besar Bahasa
10
Rofi'udin, "Konsep Kebahagiaan dalam Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h. 863.
13
Pandangan Psikologi Sufistik," Teologia, Vol 24, Wawancara, munir@ygy.centrin.net.id,
No.2(2013), 9-16. tanggal 30, 01, 2010.

4
THE INTERNATIONAL CONFERENCE
ON ISLAMIC EDUCATION STUDIES
JOINT CONFERENCE USIM - UNIK

data-data statistik dan metode yang digunakan 4. Hasil dan Pembahasan


peneliti dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif. Ajaran Islam secara garis besar terbagi menjadi
Jenis penelitian yang dilakukan peneliti adalah tiga bagian, yaitu: keislaman yang dikaji dalam
penelitian kualitatif, data yang dikumpulkan bukan ilmu fikih (yurisprudensi), keimanan yang dikaji
berupa angka-angka melainkan data tersebut dalam ushuluddin (asas-asas teologi), dan
berasal dari tulisan, catatan lapangan, dokumen keihsanan yang dikaji dalam ilmu tasawuf
pribadi, catatan memo, gambar (foto) dan (mistisisme).15 Keislaman dan keimanan sudah
dokumen resmi lainnya. dikaji umat Islam sejak anak-anak usia Diniyah
Takmiliyah Awaliyah (DTA) atau setingkat sekolah
Metode yang penulis gunakan adalah kualitatif dasar. Namun, kajian tentang keihsanan atau ilmu
deskriptif, penelitian secara deskriptif adalah data tasawuf tidak dipelajari, kecuali di beberapa
yang dikumpulkan berupa kata-kata tertulis atau pesantren dan perguruan tinggi agama Islam. Oleh
lisan, gambar dan tidak menggunakan angka- karena itu, kajian ilmu tasawuf menjadi tertinggal
angka.14 dan kurang berkembang dibandingkan kajian ilmu
fikih dan tauhid.
Dalam suatu penelitian disarankan untuk tidak
menggunakan satu teknik dalam mengumpulkan Tarekat Qadiriyyah Naqsyabandiyah
data-data, karena akan semakin menyempurnakan (TQN) yang berada di Pondok Pesantren Suryalaya
perolehan data yang dalam berbagai perspektif. terus berupaya melestarikan dan
Data-data yang digunakan penelitian ini diperoleh menyebarluaskan ajaran dan amalan ilmu tasawuf
dengan cara: ke berbagai negara di dunia, sehingga telah
terbentuk cabang di luar negeri. Menurut Unang
a. Dokumentasi
Sunardjo dalam Muhammad Kodir16 bahwa TQN
Dokumentasi dilakukan untuk kini anggotanya telah mencapai jutaan orang yang
memperoleh data pendukung. Dokumentasi disini tersebar di seluruh pelosok tanah air Indonesia
adalah berupa foto-foto tokoh,buku-buku dan dan di berbagai Negara Association of South East
data-data terkait yang nantinya akan menjadi Asian Nation (ASEAN) seperti Malaysia, Singapura,
lampiran sekaligus pendukung untuk hasil analisa Thailand, dan Brunei Darussalam. Bahkan, pada
nantinya. akhir-akhir ini terdapat pula orang-orang yang
mengamalkan tarekat ini yang berasal dari
b. Observasi
Amerika, Jepang, Jerman, Australia, Belanda, dan
Dalam hal ini observasi dilakukan oleh peneliti negeri-negeri lainnya. Di sisi lain, juga melakukan
adalah mengamati secara langsung keadaan pembinaan ke dalam melalui lembaga-lembaga
Pondok Pesantren Suryalaya serta aktifitas atau pendidikan yang berada di bawah naungan
amaliah yang dilakukan oleh para ikhwan TQN Yayasan Pondok Pesantren Suryalaya, seperti
(Tarekat Qodiriyah Naqsabandiyah). Selain Lembaga Dakwah Tarekat Qadiriyah
melakukan observasi, peneliti juga melakukan Naqsyabandiyah (LDTQN) yang mengadakan Up-
observasi partisipasi dengan mengikuti berbagai Grading kepada para ikhwan setiap bulan, Pusat
kegiatan dan rutinitas yang telah berjalan di Kajian Tasawuf ASEAN yang diantara kegiatannya
Pondok Pesantren Suryalaya. ialah mengadakan diskusi ilmiah tasawuf setiap
bulan, serta berbagai lembaga formal lainnya.
c. Wawancara
TQN merupakan sebuah tarekat yang
Teknik wawancara dalam penelitian ini
dinisbahkan kepada Syekh Muhyi al-Din Abu
ditujukan kepada Bapak Dr. Muhamad Kodir, M.sc
Muhammad ‘Abd alQadir ibn Abi Salih Zangi Dost
selaku ketua lembaga dakwah dan KH. Acep
al-Jilani yang dilahirkan di Jilan pada tahun 470
Rijalullah selaku muballigh kondang TQN
H/10777 M dan meninggal dunia di Baghdad pada
Suryalaya untuk mengungkapkan informasi
tahun 561H/1166 M.17 Tarekat Naqsyabandiyyah
seputar Abah Anom serta ajarannya TQN (Tarekat
Qodiriyah Naqsabandiyah) di Pondok Pesantren 15
Martin Lings, Membedah Tasawuf, Pedoman
Suryalaya. Ilmu Jaya, Jakarta, 1987, hlm. 116.
16
Muhammad Kodir, Dakwah Tarekat
Qodiriyyah Naqsyabandiyah (TQN) Pondok
Pesantren Suryalaya dalam Al-Mau’idhoh, Fakultas
Dakwah IAILM Ponpes Suryalaya, Edisi 01 Nomor
14
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian 01/2013/1434 H, hlm. 46-67.
17
Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005). h. H.A.R. Gibb dan J.H. Kramers,
6-11 Shorter Encyclopedia of Islam

5
THE INTERNATIONAL CONFERENCE
ON ISLAMIC EDUCATION STUDIES
JOINT CONFERENCE USIM - UNIK

pula merupakan sebuah tarekat yang dinisbahkan Sepuh) sebagai pendiri, dan periode K.H. Ahmad
kepada Syekh Baha al-Din, Muhammad ibn Shohibul Wafa Tajul Arifin (Abah Anom) sebagai
Muhammad ibn Muhammad al-Sharif al-Husayni penerus ajaran tarekat ini.
al-Hasani al-Uwaysi al-Bukhari yang dilahirkan di
Pada dasarnya, TQN selain sebagai sarana
Bukhara, Turkestan, Asia Tengah pada tahun 717
pembinaan moral, juga sebagai metode
H/1317 M dan meninggal dunia pada tahun 791
penyikapan terhadap hal ghaib, sebagai proses
H/1388 M di Qasr Arifan, sebuah kampung di
menuju makrifatulloh, serta sebagai sistem untuk
daerah tersebut. Manakala TQN pula merupakan
mendekatkan diri kepada Allah. TQN di seluruh
satu aliran tarekat yang tergabung di dalamnya
daerah termasuk kemursyidan Abah Anom
beberapa alirn tarekat sufiyyah khususnya tarekat
memliki tujuan yang sama. Tujuan tersebut
Qadiriyyah dan Naqsyabandiyyah yang menjadi
terangkum dalam landasan filosofis TQN sendiri
unsur utama dalam pemebntukan tarekat ini.
yang diabadikan dalam kalimat indah yang indah
Penggabungan ini dipercayai telah dilakukan oleh
berikut ini.
Syekh Ahmad Khatib as-Sambasi yang merupakan
sufi dan syekh ternama di Mesjid Al-Haram, Illahi anta maqsudi wa ridhoka mathlubi
Mekkah Al- Mukarromah, yang berasal dari a’tini mahabbataka wa ma’rifataka
Indonesia dan menetap sampai akhir hayat beliau
Doa tertulis di atas wajib dibaca oleh para
di Mekkah18. Menurut keterangan Syekh Ahmad
penganut TQN setiap kali selesai sholat minimal
Khatib sendiri, tarekat yang diamalkan dan
dua kali sebagai mukadimah dan akhir pengamalan
dikembangkan oleh beliau itu adalah merupakan
dzikir. Dalam doa tersebut terkandung tiga macam
gabungan lima tarekat yaitu Qodiriyyah,
tujuan TQN itu sendiri, yaitu:
Naqsyabandiyyah, Anfasiyyah, Junaydiyyah dan
Muwafaqoh. Walau bagaimanapun unsur 1) Taqarrub ilallah
Qadiriyyah dan Naqsyabandiyyah merupakan
unsur yang dominan dalam penggabungan Ialah mendekatkan diri kepada
tersebut dan ini kelihatan pada silsilah, dzikir, Allah dengan jalan dzikrullah yang mana dalam hal
khatam dan tawassul yang dilaksanakan dalam ini dapat dikatakan tak ada sesuatu pun yang
tarekat ini. Kegiatan ini pertama kali dilakukan menjadi tirai penghalang antara ‘abid dengan
sekitar pertengahan abad ke 19 di Mekkah. ma’bud, antara khaliq dengan makhluk.
Tarekat Qadiriyyah dan Naqsyabandiyyah 2) Menuju jalan
dianggap sebagai tarekat terbesar, terutama di
mardhatillah
pulau jawa. Pesantren di jawa yang sekarang
menjadi pusat penyebaran Tarekat Qadiriyyah dan Ialah menuju jalan yang
Naqsyabandiyyah di Indonesia, semuanya yang diridai Allah SWT, baik dalam ubudiyyah
menelusuri silsilahnya kepada Syekh Abdul Karim. maupun diluar ubudiyyah. Alhasil dalam segala
Pondok pesantren tersebut adalah Pesantren gerak gerik manusia diharuskan menaati perintah-
Pagentongan di Bogor (Jawa Barat), Pesantren perintah Allah dan menjauhi larangan-
Suryalaya di Tasikmalaya (Jawa Barat), Pesantren laranganNya. Hasil dari itu, di antaranya budi
Mranggen di Semarang (Jawa Tengah), Pesantren pekerti menjadi baik, akhlaknya pun baik dan
Rejoso di Rembang (Jawa Timur) dan Pesantren segala hal ihwalnya menjadi baik pula, yang
Tebuireng di Jombang (Jawa Timur). Ajaran TQN berhubungan dengan Allah maupun yang
termasuk tarekat mu’tabarah karena memiliki berhubungan dengan manusia dan makhluk Allah
silsilah garis keilmuan yang jelas sampai kepada lainnya.
Nabi Muhammad saw.
3) Mahabbah dan Ma’rifat
Adapun ajaran TQN Pondok
Pesantren Suryalaya di Tasikmalaya, Jawa Barat, Alhubb atau mahabbah adalah
didirikan oleh Syekh Abdullah Mubarrak bin Nur istilah yang selalu berdampingan dengan makrifat
Muhammad pada tanggal 7 Rajab 1323 H (5 karena manisfetasi dari mahabbah adalah tingkat
September 1905 M). Beliau menerima TQN dari pengenalan kepada Allah yang disebnut makrifat.
gurunya yang bernama Syekh Ahmad Tolhah dari Sementara itu, alhubb mengandung pengertian
Cirebon, yang menerima dari Syekh Abdul Karim terpadunya seluruh kecintaan hanya kepada Allah
Banten, yang menerima dari Syekh Ahamd Khatib yang menyebabkan adanya rasa kebersamaan
Sambas. Kemursyidan TQN di Pesantren Suryalaya dengan-Nya.
dibagi mejadi dua periode, yakni periode K.H. Adapun dasar-dasar TQN agar dapat
Abdullah Mubaraka bin Nur Muhammad (Abah mencapai tujuan sebagaimana tertulis di atas,
18
dijelaskan oleh Tuan Syekh Abdul Qodir Jailani
Hawash Abdullah, Perkembangan Ilmu sebagai berikut:
Tasawuf, h. 177.

6
THE INTERNATIONAL CONFERENCE
ON ISLAMIC EDUCATION STUDIES
JOINT CONFERENCE USIM - UNIK

1) Tinggi cita-cita. Barang siapa yang tinggi cita- Pendidikan berbasis TQN ini memiliki ciri khas
citanya maka menjadi tinggilah martabatnya. yang paling tersendiri karena menurut Abah Anom
tujuan pendidikan yang paling utama adalah
2) Memelihara kehormatan. Barang siapa yang
pembersihan hati dan mendekatkan diri kepada
memelihara kehormatan Allah, maka Allah
Allah dan ini semua dapat tercapai apabila dalam
akan memelihara kehormatanya.
pendidikan itu mengarahkan pada pendidikan
3) Memperbaiki khidmat. Barang siapa yang rohani.
memperbaiki khidmat ia wajib memperoleh
rahmat.
6. Ucapan Terima Kasih
4) Melaksanakan cita-cita. Barang siapa
berusaha mencapai cita-citanya, ia akan selalu Upaya yang dilakukan oleh penulis dalam
memperoleh hidayahNya. melakukan kajian ini rasanya sudah optimal,
5) Membesarkan nikmat. Barang siapa yang meskipun demikian sudah pasti masih banyak
membesarkan nikmat Allah berarti ia kekurangan dan kelemahan. Dengan segala
bersyukur kepada Allah. Barang siapa kerendahan hati, penulis ajukan skripsi sederhana
bersyukur kepada Allah SWT, maka ia akan ini kepada panitia ujian untuk kiranya
mendapatkan tambahan nikmat sebagai yang memperoleh masukan penyempurnaan dan
dijanjikan Allah. penilaian. Semoga hasil karya sederhana ini
dengan segala keterbatasannya dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya dan umumnya bagi semua
5. Kesimpulan pihak yang membutuhkan. Aamiin.

Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara serta


analisis dari berbagai literatur yang berkaitan 7. Pustaka
dengan fokus permasalahan, maka disusunlah
kesimpulan dari penelitian ini, K.H.A. Shohibulwafa Abdullah, Hawash. Perkembangan Ilmu Tasawuf.
Tajul Arifin (Abah Anom) adalah mursyid tarekat Basyrul Muvid, Muhammad. (2020). Manajemen
yang memiliki peran yang menyentuh keseluruh Tasawuf. Yogyakarta: Forum Bertukar
aspek kehidupan, baik dalam segi agama, Pikiran.
pendidikan, sosial, ekonomi dan kemasyarakatan. Bazul Asyhab, Zezen Za. (2013). Sirrul asror
Dalam hal pendidikan, dibuktikan dengan adanya rasaning rasa. (Alih Bahasa Zezen Za Bazul
berbagai jenjang pendidikan formal maupun non- Asyhab). Tanggerang Selatan: Penerbit
formal yang ada pada yayasan serba bakti, Salima.
koperasi, perkumpulan Ibu-ibu, perkumpulan para DEPDIPBUD. (1998). Kamus Besar Bahasa
remaja dan radio inayah serta majalah/buletin Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
tentang TQN “Sinthoris”, selain itu Abah Anom juga Ghony M.Djunaidi dan Al-Manshur, Fauzan. (2014).
membentuk Inabah yang merupakan metode Metodologi penelitian kualitatif. Yogyakarta:
untuk menyembuhkan para pecandu Narkoba dan Ar-Ruzz Media.
kenakalan remaja dengan metode Ibadah. Selain H.A.R. Gibb dan J.H. Kramers, Shorter Encyclopedia
itu beliau juga memiliki karya-karya berupa buku of Islam.
antara lain: Miftahus Shudur (Kunci pembuka Hasan Bin Ali Al-hijazi. (2001). Manhaj
dada), kitab ini terdiri dari dua juz. Isi dari kitab ini TarbiyahIbnu Qoyyim. Jakarta: Pustaka Al-
merupakan keterangan asal mulanya “Tarekat Kautsar.
Islam” beserta amalannya dzikrullah yang Hasbullah. (2005). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan.
berdasarkan: Al-Qur’an, Hadits, Ijma, dan Qiyas. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Ibnu Rusn, Abidin. (1998). Pemikiran Al-Ghazali
Aksi K.H.A. Shohibulwafa Tajul Arifin (Abah Tentang Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka
Anom) dalam penerapan pendidikan berbasis Pelajar.
sufistik sangat penting dan signifikan, karena K. Aqib. (2004). Memahami Teosufi Tarekat
beliau sebagai rujukan utama terhadap Qadiriyah Naqsyabandiyah. Surabaya: Bina
berjalannya sistem pendidikan yang ada di pondok Ilmu.
pesantren suryalaya pada waktu, bahkan sistem Kahmad, Dadang. (2002). Tarekat dalam Islam,
tersebut masih di aplikasikan sampai saat ini. Spiritualitas Masyarakat Modern, Bandung:
Tidak hanya itu aksi beliau dalam penerapan Pustaka Setia.
pendidikan berbasis TQN di suryalaya terlihat Kodir, Muhammad. (2013). Dakwah Tarekat
bahwa beliau adalah seorang mursyid TQN Qodiriyyah Naqsyabandiyah (TQN) Pondok
sekaligus pendidik yang mampu memberi suri Pesantren Suryalaya dalam Al-Mau’idhoh,
tauladan bagi para murid dan santrinya.

7
THE INTERNATIONAL CONFERENCE
ON ISLAMIC EDUCATION STUDIES
JOINT CONFERENCE USIM - UNIK

Fakultas Dakwah IAILM Ponpes Suryalaya,


Edisi 01 Nomor 01, hlm, 46-67.
Lings, Martin. (1987). Membedah Tasawuf. Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya.
Marimba, Ahmad D. (1981). Pengantar Filsafat
Pendidikan Islam. Bandung: PT. Al-maarif.
Moleong, Lexy J. (2005). Metode Penelitian
Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyati, Sri. (2010). Peran Edukasi Tarekat
Qadiriyyah Naqsyabandiyyah Dengan
Referensi Utama Suryalaya. Jakarta: Kencana.
Nasution. (2009). Metode Penelitian. Jakarta:
Grafindo.
Rakhmat, Jalaluddin. (1997). Catatan Kang Jalal
Visi Media, Politik dan Pendidikan. Bandung:
Rosda Karya.
Ramayulis. (2004). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta:
Kalam Mulia.
Rofi'udin. (2013). Konsep Kebahagiaan dalam
Pandangan Psikologi Sufistik. Teologia, Vol
24.
Ruslani. Wacana Spriritualitas Timur Dan Barat.
Yogyakarta: Kalam, 200.
Seyyed Hossein Nasir, Hossein, Seyyed. (2020).
Tasawuf dulu dan sekarang. (Alih Bahasa
Abdul Hadi). Yogyakarta: IRCisoD.
Shohibul Wafa. Ahmad. (2005). Miftahus Sudur.
(Alih Bahasa Anding Mujahidin). Tasikmalaya:
Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren
Suryalaya.
Solihin. (2005). Melacak Pemikiran Tasawuf Di
Nusantara. Jakarta: PT Rajagrafindo persada.
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sukmadinata. (2006): 72.
Syukur, Amin. (1999). Menggugat Tasawuf.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Thohir, Ajid. (2002). Gerakan Politik Kaum
Tarekat: Telaah Historis Gerakan Politik
Antikolonialisme Tarekat Qadiriyah-
Naqsyabandiyah di Pulau Jawa. Bandung:
Penerbit Pustaka Hidayah.
Uhbiyati, Nur. (1998). Ilmu Pendidikan Islam.
Bandung: CV. Pustaka Setia.
Zainal Abidin Anwar. IAILM Pondok Pesantren
Suryalaya Tasikmalaya, (Tasikmalaya: PT
Mawadah Warahmah).
Zakiah Daradjat. Et. al. (1992). Ilmu Pendidikan
Islam. Jakarta:Bumi Aksara.
Zurhani, Jahja. (1996). Teologi Al-Ghazali.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai