Modul Komunikasi Terapeutik
Modul Komunikasi Terapeutik
Disusun Oleh:
Dian Aristanti, S.Kep, Gr.
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas pengerjaan Modul Ajar tentang Tahapan
Komunikasi Terapeutik untuk siswa keperawatan. Modul ini dikhususkan untuk kelas X jurusan asisten
keperawatan dan caregiver kelas X yang menggunakan kurikulum merdeka.
Untuk itu saya sebagai guru produktif keperawatan membuat Modul Ajar ini sebagai kelengkapan atau
perangkat dalam melaksanakan proses pembelajaran. Didalam modul ajar ini tercantum sintak pembelajaran,
LKPD, Bahan Ajar, dan Instrumen Penilaian . Dengan terselesaikannya Modul Ajar ini saya sampaikan
terimakasih kepada :
1. Kepala SMK Negeri 11 Malang, yang telah memberi kesempatan dalam membuat Modul Ajar
tentang Tahapan Komunikasi Terapeutik.
2. Rekan Guru Produktif keperawatan yang memberikan saran terbaiknya.
Modul Ajar ini masih jauh dari kesempurnaan saya harap pembaca khususnya rekan guru jurusan
keperawatan dan caregiver dapat mengkritisi lebih lanjut apa yang menjadi kurang dalam Modul Ajar ini demi
kesempurnaan dalam melaksanakan pembelajaran. Penyusun juga tidak membatasi untuk dapat menggunakan
Modul Ajar yang berbeda untuk menambah kesempurnaan perencanaan perangkat pembelajaran.
Penyusun
A. INFORMASI UMUM
Profil Pelajar Beriman, Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia
Pancasila yang Peserta didik selalu memulai pembelajaran dengan berdoa Bersama,
berkaitan saling menghargai pendapat teman dalam berdiskusi.
Gotong royong, Peserta didik melaksanakan pengerjaan tugas
kelompok secara Bersama-sama.
Mandiri, Peserta didik secara mandiri melaksanakan pencarian sumber
literatur di internet, buku, atau bertanya pada Guru.
Bernalar kritis, Peserta didik mampu menganalisis tahapan komunikasi
terapeutik pada materi atau pengerjaan soal pretest/posttest.
Kreatif, Peserta didik membuat hasil diskusi kelompok dalam bentuk
video, maind map, dan lainnya sesuai daya kreativitas masing-masing.
Fase E
Capaian Pada akhir fase E peserta didik mampu menjelaskan secara komprehensif
Pembelajaran melalui praktik, proses layanan kesehatan, mencakup praktik dasar tenaga
layanan kesehatan, memeriksa tanda-tanda vital yang meliputi
pemeriksaan suhu tubuh, pemeriksaan denyut nadi, dan pemeriksaan
tekanan darah, menerapkan etika etiket dalam melakukan komunikasi yang
efektif dengan klien maupun tim kerja sesuai dengan budaya kerja di
tempat kerja.
Tujuan Kegiatan Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan peserta didik terkait tahapan
komunikasi terapeutik serta membangun Pendidikan karakter profil pelajar
Pancasila yang terintegrasi di dalam proses pembelajaran.
Alat dan Bahan PC/Laptop, LCD Proyektor, Spidol, Smartphone, buku paket, Internet, G-
Form, WA Group.
B. Komponen Inti
1. Sumber Belajar
Sumber Belajar peserta didik berpedoman pada materi yang dijelaskan oleh Guru, dan didukung oleh
literatur dari internet dan buku penunjang lainnya yaitu buku paket.
2. Peta Konsep
Definisi Komunikasi
KOMUNIKASI Terapeutik
Tujuan Komunikasi
Terapeutik
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
Komunikasi Terapetik
Tahapan Komunikasi
Terapeutik
Tahap Inti
Tahap
Pembukaan PBL (Problem Tahap
Based Penutup
Learning)
1. Rencana Kegiatan
Kontrak pembelajaran, SOP (Standart Operasional Procedure) Komunikasi Terapeutik, dan materi ajar
(LKPD) telah diberikan pada akhir pembelajaran di pertemuan sebelumnya.
Pertemuan pertama
No Kegiatan Alokasi Waktu
1 Tatap Muka/luring 4 x 40 menit
Kegiatan Pembukaan:
A. Orientasi peserta didik pada masalah
1) Peserta didik dan Guru memulai dengan berdo’a bersama.
2) Peserta didik disapa dan melakukan pemeriksaan kehadiran bersama
dengan guru.
3) Peserta didik mengisi asesmen diaknostik pada link
(https://forms.gle/EgBoGPugQ6hfCzKj9 )
4) Peserta didik bersama dengan guru membahas tentang keyakinan kelas
yang akan diterapkan dalam pembelajaran.
5) Peserta didik diberikan penjelasan bahwa selama pertemuan ke depan
akan mengikuti pembelajaran selama 4 x 40 menit kedepan, dan materi
hari ini adalah tahapan komunikasi terapeutik. Dengan demikian peserta
didik diminta untuk menyiapkan LKPD dan lembar diskusi.
6) Peserta didik menyimak Capaian Pembelajaran, tujuan pembelajaran
yang disampaikan oleh guru.
7) Peserta didik melaksanakan pre test.
8) Guru menyampaikan Apersepsi mengenai Komunikasi secara umum.
9) Peserta didik dan guru berdiskusi melalui pertanyaan pemantik:
1. Apa yang kalian ketahui tentang komunikasi terapeutik?
2. Apa yang kalian ketahui tentang tujuan komunikasi terapeutik?
3. Apakah kalian mengetahui jenis-jenis komunikasi terapeutik?
4. Apakah kalian pernah mendengar faktor-faktor yang mempengaruhi
komunikasi terapeutik?
5. Bagaimana tahapan dalam melakukan komunikasi terapeutik?
Kegiatan Inti:
B. Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar
10) Peserta didik duduk sesuai kelompok yang sudah dibentuk dalam
pengerjaan LKPD sebelumnya.
11) Guru memutarkan video
(https://drive.google.com/file/d/1EsRheoJj8w8K0BRwKv6Tzv0Jx9iWj
TuB/view?usp=sharing ).
12) Guru menyampaikan kepada kelompok untuk menyiapkan bahan diskusi
kelompok .
13) Guru menyampaikan diskusi kelompok dapat dilaksanakan di kelas atau
di gazebo di sekitar kelas (Pembelajaran diferensiasi).
No Kegiatan Alokasi Waktu
14) Peserta didik menyiapkan hasil setelah mengidentifikasi video.
Refleksi Guru :
1) Apakah ada kendala pada kegiatan pembelajaran?
2) Apakah semua peserta didik aktif dalam kegiatan pembelajaran?
3) Apa saja kesulitan peserta didik yang dapat diidentifikasi pada
kegiatan pembelajaran?
4) Apakah peserta didik yang memiliki kesulitan ketika berkegiatan dapat
teratasi dengan baik?
5) Apa level pencapaian rata-rata peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran ini?
6) Apakah seluruh peserta didik dapat dianggap tuntas dalam pelaksanaan
pembelajaran?
7) Apa strategi agar seluruh peserta didik dapat menuntaskan
kompetensi?
Pertemuan Kedua
No Kegiatan Alokasi Waktu
1 Tatap Muka/luring 4 x 40 menit
Kegiatan Pembukaan:
A. Orientasi peserta didik pada masalah
25) Peserta didik dan Guru memulai dengan berdo’a bersama.
26) Peserta didik disapa dan melakukan pemeriksaan kehadiran bersama
dengan guru.
27) Peserta didik mengisi asesmen diaknostik pada link
(https://forms.gle/EgBoGPugQ6hfCzKj9 )
28) Peserta didik bersama dengan guru membahas tentang kesepakatan yang
akan diterapkan dalam pembelajaran.
29) Peserta didik diberikan penjelasan bahwa selama pertemuan ke depan
akan mengikuti pembelajaran selama 4 x 40 menit kedepan, dan materi
hari ini adalah tahapan komunikasi terapeutik. Dengan demikian peserta
didik diminta untuk menyiapkan LKPD dan lembar diskusi.
30) Peserta didik menyimak Capaian Pembelajaran, tujuan pembelajaran
yang disampaikan oleh guru.
31) Peserta didik melaksanakan pre test.
32) Peserta didik dan guru berdiskusi melalui pertanyaan pemantik:
1. Apa yang kalian ketahui tentang komunikasi terapeutik?
2. Apa yang kalian ketahui tentang tujuan komunikasi terapeutik?
3. Apakah kalian pernah mendengar faktor-faktor yang mempengaruhi
komunikasi terapeutik?
4. Bagaimana tahapan dalam melakukan komunikasi terapeutik?
Kegiatan Inti:
B. Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar
33) Peserta didik duduk sesuai kelompok yang sudah dibentuk dalam
pengerjaan LKPD sebelumnya.
34) Guru memutarkan video
(https://drive.google.com/file/d/1EsRheoJj8w8K0BRwKv6Tzv0Jx9iWj
TuB/view?usp=sharing ).
35) Guru menyampaikan kepada kelompok untuk menyiapkan role play
yang terdiri dari pasien, perawat, keluarga, dll tentang komunikasi
terapeutik disesuaikan dengan kemampuan bakat dalam bermain peran
masing masing peserta didik, yang akan ditampilkan di depan kelas
(Pembelajaran Berdeferensiasi).
36) Peserta didik menyiapkan hasil setelah mengidentifikasi.
Refleksi Guru :
8) Apakah ada kendala pada kegiatan pembelajaran?
9) Apakah semua peserta didik aktif dalam kegiatan pembelajaran?
10) Apa saja kesulitan peserta didik yang dapat diidentifikasi pada
kegiatan pembelajaran?
11) Apakah peserta didik yang memiliki kesulitan ketika berkegiatan dapat
teratasi dengan baik?
12) Apa level pencapaian rata-rata peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran ini?
13) Apakah seluruh peserta didik dapat dianggap tuntas dalam pelaksanaan
pembelajaran?
14) Apa strategi agar seluruh peserta didik dapat menuntaskan
kompetensi?
6. Referensi (terlampir)
7. Asessmen
Bentuk
Jenis
Profil Pelajar Pancasila Tertulis Performa
Diagnostik Penilaian diri Jawaban singkat -
Formatif Kerja kelompok Laporan observasi Role play
Sumatif Postest Soal pilihan ganda -
PENGAYAAN
Bagi peserta didik yang sudah mencapai nilai ketuntasan, diberikan pembelajaran
pengayaan sebagai berikut:
i. Peserta didik yang mencapai nilai n (ketuntasan) > n > n (maksimum) diberikan
materi masih dalam cakupan CP dengan pendalaman sebagai pengetahuan
tambahan.
ii. Peserta didik yang mencapai nilai n > n (maksimum) diberikan materi melebihi
cakupan CP dengan pendalaman sebagai pengetahuan tambahan. Soal-soal yang
diberikan untuk mereka jawab adalah soal-soal yang belum mampu mereka
tuntaskan pada saat mengikuti Penilaian Harian dan soal lainnya yang relevan
yang diberikan oleh guru. Nilai yang diberikan sebagai nilai akhir pada CP ini
bagi para peserta didik yang menempuh perbaikan adalah nilai akhir yang
berhasil diraih dan dengan pertimbangan lainnya dari guru.
REMIDIAL
Program remidial diberikan kepada peserta didik yang belum tuntas atau belum
mencapai nilai standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Bagi para peserta didik
ini, bila memungkinkan akan diberikan “review” pembelajaran atau bahkan
pembelajaran ulang sehingga lebih memantapkan mereka untuk menempuh perbaikan
pada tahap remedial. Soal-soal yang diberikan untuk mereka jawab adalah soal-soal
yang belum mampu mereka tuntaskan pada saat mengikuti Penilaian Harian. Nilai
yang diberikan sebagai nilai akhir pada CP ini bagi para peserta didik yang
menempuh remedial adalah nilai akhir yang berhasil diraih dan dengan pertimbangan
lainnya dari guru
LEMBAR ASESMEN DIAKNOSTIK NON KOGNITIF
1. Coba amati lingkungan rumahmu saat ini, lalu pilih emoji berikut yang mewakili
perasaanmu. (silang pada gambar)
3. Apa saja yang dapat kamu lakukan untuk menciptakan kenyamanan lingkungan
belajar di rumah?
4. Bagaimana menurutmu teknologi dalam pelayanan kesehatan yang ada saat ini?
Menurutmu sudah membantukah teknologi yang ada saat ini?
Catatan: Lembar Asesmen diagnostik dibagikan dalam bentuk link G-Form menjadi satu dengan absen
kehadiran peserta didik.
C. Lampiran-Lampiran
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
ASESMEN PRESENTASI HASIL LEMBAR KERJA 4
INSTRUMEN PENILAIAN: FORMATIF
ASPEK Belum Cukup Kompeten (6-7) Kompeten (8-9) Sangat Kompeten
Kompeten (0-5) (10)
Proses Peserta didik Peserta didik terlibat Peserta didik Peserta didik terlibat
identifikasi tidak terlibat dalam identifikasi video terlibat dalam dalam identifikasi
video dalam komunikasi terapeutik, identifikasi video komunikasi
komunikasi identifikasi komunikasi terapeutik
dengan kriteria:
terapeutik video terapeutik secara aktif, dengan
1. Kurang aktif dalam secara aktif ,
komunikasi kriteria:
berdiskusi. dengan kriteria:
terapeutik, 1. Aktif dan
2. Kurang aktif 1. Aktif dan
dengan kriteria: mengerjakan LKPD. memiliki pendapat
memiliki pendapat yang benar dalam
1. Tidak
cukup benar dalam berdiskusi.
berdikusi.
berdiskusi. 2. Aktif mengerjakan
2. Tidak
2. Cukup aktif LKPD.
mengerjakan
mengerjakan
LKPD
LKPD.
Proses Peserta didik Peserta didik mampu Peserta didik Peserta didik mampu
presentasi tidak mampu mempresentasikan hasil mampu mempresentasikan
hasil mempresentasik observasi namun dengan mempresentasikan hasil
an hasil sikap yang kurang baik hasil observasi dengan
observasi observasi dengan sikap yang baik dan
sikap mampu berdiskusi
yang baik namun
tidak
mampu berdiskusi
Hasil Peserta didik Peserta didik kurang Peserta didik Peserta didik mampu
Proses tidak mampu mengidentifikasi mampu Mengidentifikasi
identifikasi mengidentifikasi video komunikasi Mengidentifikasi video komunikasi
video video terapeutik video komunikasi terapeutik
komunikasi komunikasi terapeutik dengan baik
terapeutik terapeutik tetapi tidak
mampu
melaksanakannya
dengan baik atau
sebaliknya
Keterangan :
Peserta didik yang belum kompeten maka harus mengikuti pembelajaran remedial.
Peserta didik yang cukup kompeten diperbolehkan untuk memperbaiki pekerjaannya sehingga mencapai level
kompeten.
RUBRIK PENILAIAN FORMATIF
Total Interpretasi
NO. Nama Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3
Skor
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Dst.
Kategori Interpretasi:
0-15 : Belum Kompeten
16-21 : Cukup Kompeten
22-27 : Kompeten
28-30 : Sangat Kompeten
Lampiran 4.
SOAL PRE-TEST
Bacalah Kasus dibawah ini dengan cermat dan Kerjakan Soal dibawah ini dengan baik!
Penilaian :
Jumlah benar x 20 = Skor nilai
Penilaian :
Jumlah benar x 10 = Skor nilai
Kunci Jawaban:
1. A
2. B
3. A
4. B
5. D
6. B
7. A
8. B
9. B
10. C
Lampiran 7.
RUBRIK PENILAIAN SUMATIF
Penilaian :
Jumlah benar x 10 = Skor nilai
Keterangan:
B (benar), jika peserta didik menjawab benar pada soal
S (salah), jika peserta didikmenjawab salah pada soal
Lampiran 8.
PEMBELAJARAN REMEDIAL
PEMBELAJARAN PENGAYAAN
Lampiran 10.
FORMAT PENILAIAN
Penguji
Nama : ..................................................
TTD : ..................................................
Lampiran 11.
A. Pendahuluan
I. Penutup
Komunikasi dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran, penyampaian, dan penerimaan
berita, ide, atau informasi dari seseorang ke orang lain. Sedangkan Komunikasi terapeutik
adalah komunikasi interpersonal antara perawat dan klien yang dilakukan secara sadar ketika
perawat dan klien saling memengaruhi dan memperoleh pengalaman bersama yang bertujuan
untuk membantu mengatasi masalah klien serta memperbaiki pengalaman emosional klien
yang pada akhirnya mencapai kesembuhan klien. komunikasi terapeutik memiliki tujuan
utama yaitu berfokus pada kesembuhan pasien. Jenis komunikasi terapeutik antara lain verbal,
nonverbal, dan tertulis. Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi terapeutik antara lain:
Spesifikasi tujuan komunikasi, Lingkungan nyaman, Privasi (terpeliharanya privasi kedua
belah pihak), Percaya diri, Stimulus, dan Mempertahankan jarak personal. Dalam
melaksanakan komunikasi terapeutik ada 4 tahap yaitu: persiapan/pre interaksi,
orientasi/perkenalan, tahap kerja dan tahapterminasi.
KEGIATAN BELAJAR
MANDIRI
Carilah sumber literatur dari internet tentang tahapan komunikasi terapeutik dan
mempraktekkan tahapan komunikasi terapeutik secara mandiri dengan
kelompok.
Lampiran 12.
MATERI PENGAYAAN
Penerapan komunikasi pada berbagai tingkat usia, meliputi bayi dan anak,remaja
serta dewasa dan lansia memerlukan pengetahuan dan pemahaman khusus. Hal ini sangat
penting terkait dengan tugas-tugas perawat dalam melakukan asuhan keperawatan dalam semua
rentang usia (Anjaswari, 2016).
A. Penerapan Komunikasi Terapeutik Pada Bayi dan Anak
Berikut ini akan diuraikan perkembangan komunikasi, mulai bayi, toddler dan
prasekolah, usia sekolah, dan remaja.
1.Penerapan komunikasi pada bayi (0 – 1 tahun)
Bagaimanakah bayi berkomunikasi?Sesaat setelah bayi dilahirkan dan ibu diizinkan
menggendong si kecil dalam dekapannya, itulah awal seorang ibu berkomunikasi dengan
bayinya.Meskipun baru dilahirkan, bayi bisa dengan cepat belajar mengenali dunianyamelalui
pancaindranya. Bayi terlahir dengan kemampuan menangis karena dengan cara itu
merekaberkomunikasi. Bayi menyampaikan keinginannya melalui komunikasi nonverbal.
Bayi akan tampak tenang serta merasa nyaman dan aman jika ada kontak fisik yang dekat,
terutama dengan orang yang dikenalnya (ibu).
Tangisan bayi itu adalah cara bayi memberitahukan bahwa ada sesuatu yang tidak enak ia
rasakan, misalnya lapar, popok basah, kedinginan, lelah, dan lain-lain. Bayi yang agak
besar akan merasa tidak nyaman jika dia melakukan kontak fisik dengan orang yang
tidak dikenalnya. Bayi akan tersenyum, menggerak-gerakkan kaki dan tangannya
berulang-ulang jika dia ingin menyatakan kegembiraannya, serta menjerit, menangis, atau
merengek jika dia merasa tidak nyaman. Bayi juga akan tersenyum dan kegirangan jika
dia merasa kenyang, aman atau nyaman, serta menangis atau gelisah jika merasa lapar, basah,
buang air besar, digigit nyamuk, atau kepanasan/kedinginan.
2. Penerapan komunikasi pada kelompok toddler (1—3 tahun) dan pra sekolah (3-6 tahun)
Pada kelompok usia ini, anak sudah mampu berkomunikasi secara verbalataupun
nonverbal. Anak sudah mampu menyatakan keinginan dengan menggunakan kata-kata yang
sudah dikuasainya. Ciri khas anak kelompok ini adalah egosentris, yaitu mereka melihat
segala sesuatu hanya berhubungan dengan dirinya sendiri dan melihat sesuatu hanya
berdasarkan sudut pandangnya sendiri. Anak tidak mampu membedakan antara kenyataan dan
fantasi sehingga tampak jika mereka bicara akan banyak ditambahi dengan fantasi diri
tentang obyek yang diceritakan. Contoh implementasi komunikasi dalam keperawatan sebagai
berikut.
a. Memberi tahu apa yang terjadi pada diri anak.
b. Memberi kesempatan pada anak untuk menyentuh alat pemeriksaan yang akan
digunakan.
c. Nada suara rendah dan bicara lambat. Jika anak tidak menjawab, harus diulang
d. lebih jelas dengan pengarahan yang sederhana.
e. Hindarkan sikap mendesak untuk dijawab seperti kata-kata, “jawab dong”.
f. Mengalihkan aktivitas saat komunikasi, misalnya dengan memberikan mainan saat
komunikasi.
g. Menghindari konfrontasi langsung.
h. Jangan sentuh anak tanpa disetujui dari anak.
i. Bersalaman dengan anak saat memulai interaksi karena bersalaman dengan anak
merupakan cara untuk menghilangkan perasaan cemas.
j. Mengajak anak menggambar, menulis, atau bercerita untuk menggali perasaan dan fikiran
anak.
3. Komunikasi pada usia sekolah (7—11 tahun)
Pada masa ini, anak sudah mampu untuk memahami komunikasi penjelasan
sederhana yang diberikan. Pada masa ini, anak akan banyak mencari tahu terhadap hal-hal
baru dan akan belajar menyelesaikan masalah yang dihadapinya berdasarkan pengetahuan yang
dimilikinya. Pada masa ini, anak harus difasilitasi untuk mengekspresikan rasa takut, rasa
heran, penasaran, berani mengajukan pendapat, dan melakukan klarifikasi terhadap hal-hal yang
tidak jelas baginya. Contoh implementasi komunikasi dalam keperawatan sebagai berikut.
a. Memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak dengan menggunakan kata-
katasederhana yang spesifik.
b. Menjelaskan sesuatu yang ingin diketahui anak.
c.Pada usia ini, keingintahuan pada aspek fungsional dan prosedural dari objek tertentu sangat
tinggi.
d. Jangan menyakiti atau mengancam sebab ini akan membuat anak tidak mampu
berkomunikasi secara efektif.
B. Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Remaja
Perkembangan komunikasi remaja, sikap terapeutik saat berkomunikasi dengan
remaja, menciptakan suasana kondusif untuk berkomunikasi dengan remaja, dan menerapkan
model komunikasi yang sesuai untuk remaja. Masa remaja adalah masa yang sulit. Pada masa ini,
remaja dihadapkan pada dua situasi yang bertentangan, yaitu berpikir dan berperilaku
antara anak dan orang dewasa. Kelompok ini sering mengalami ketegangan karena
sulitnya menentukan sikap antara berperilaku anak dengan berperilaku sebagai orang dewasa. Masa
ini adalah masa yang penuh konflik dan dilema. Konflik yang terjadi dapat berhubungan dengan
perubahan-perubahan dalam dirinya, sedangkan dilema yang terjadi dapat berhubungan
dengan perbedaan nilai,
persepsi, atau keyakinan antara dirinya dengan orang dewasa.
a. Perkembangan Komunikasi Pada Usia Remaja
Perkembangan komunikasi pada usia remaja dapat ditunjukkan dengan kemampuan
berdiskusi atau berdebat. Pada usia remaja, pola perkembangan kognisinya sudah mulai berpikir
secara konseptual mengingat masa ini adalah masa peralihan anak menjadi dewasa,
sedangkan secara emosional sudah mulai menunjukkan perasaan malu. Anak usia remaja
sering kali merenung kehidupan tentang masa depan yang direfleksikan dalam komunikasi.
Sehubungan dengan perkembangan komunikasi ini, yang dapat kita lakukan
adalah mengizinkan remaja berdiskusi atau curah pendapat pada teman sebaya. Hindari
beberapa pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa malu dan jaga kerahasiaan dalam
komunikasi karena akan menimbulkan ketidakpercayaan remaja.
b. Sikap Terapeutik Berkomunikasi Dengan Remaja
Remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke dewasa. Pada masa transisi ini remaja
banyak mengalami kesulitan yang membutuhkan kemampuan adaptasi. Remaja sering
tidak mendapat tempat untuk mengekspresikan ungkapan hatinya dan cenderung tertekan Hal
ini akan dapat mempengaruhi komunikasi remaja terutama komunikasi dengan orang tua atau orang
dewasa
lainnya. Terkait dengan permasalahan di atas, dalam berkomunikasi dengan remaja perawat atau
orang dewasa lain harus mampu bersikap sebagai “SAHABAT” buat remaja. Tidak meremehkan
atau memperlakukan dia sebagai anak kecil dan tidak membiarkan dia berperilaku sebagai orang
dewasa. Pola asuh remaja perlu cara khusus. Walau usia masih tergolong anak-anak, ia
tak bisa
diperlakukan seperti anak kecil. Remaja sudah mulai menunjukkan jati diri.
c. Penerapan Komunikasi Sesuai Tingkat Perkembangan Remaja
Berkomunikasi dengan anak yang sudah masuk usia remaja (praremaja) sebenarnya lebih
mudah. Pemahaman mereka sudah memadai untuk bicara tentang masalah yang kompleks.
Dalam berkomunikasi dengan remaja, kita tidak bisa mengendalikan alur pembicaraan,
mengatur, atau memegang kendali secara otoriter. Remaja sudah punya pemikiran dan perasaan
sendiri tentang hal yang ia bicarakan. Contoh respons yang sering diungkapkan oleh orang tua
kepada anaknya yang bisa menyebabkan terputusnya komunikasi adalah mengancam,
memperingatkan; memerintah; menilai, mengkritik, tidak setuju, menyalahkan;
menasihati, menyelesaikan masalah; menghindar, mengalihkan perhatian, menertawakan;
mendesak; memberi kuliah, mengajari; mencemooh, membuat malu; menyelidiki, mengusut; serta
memuji, menyetujui. Perhatikanlah bagaimana penerapan komunikasi terapeutik pada
remaja berikut ini.
Komunikasi terbuka, “Bagaimana sekolahmu hari ini?”, “Apa yang membuatmu merasa
senang hari ini di sekolah?”
Komunikasi dua arah, yaitu bergantian yang berbicara dan yang mendengarkan.
Jangan mendominasi pembicaraan serta sediakan waktu untuk remaja untuk menyampaikan
pendapatnya.
1.Mendengar aktif artinya tidak hanya sekadar mendengar, tetapi juga memahami
dan menghargai apa yang diutarakan remaja. Terima dan refleksikan emosi yang
ditunjukkan, misalnya dengan mengatakan, “Ibu tahu kamu merasa kesal karena diejek
seperti itu.”
2. Sediakan waktu yang cukup untuk berkomunikasi dengan remaja. Jika sedang
tidak bisa, katakan terus terang daripada Anda tidak fokus dan memutus
komunikasi dengan remaja.
3. Jangan memaksa remaja untuk mengungkapkan sesuatu yang dia rahasiakan
karena akan membuatnya tidak nyaman dan enggan berkomunikasi. Anak remaja
sudah mulai memiliki privasi yang tidak boleh diketahui orang lain termasuk orang
tuanya.
4. Utarakan perasaan Anda jika ada perilaku remaja yang kurang tepat dan jangan memarahi
atau membentak. Misalnya, “Mama khawatir sekali kalau kamu tidak langsung pulang
ke rumah. Kalau mau ke rumah teman, telepon dulu agar Mama tenang.”
5. Dorong anak untuk mengatakan hal-hal positif tentang dirinya. Misalnya, “Aku sedang
berusaha menguasai matematika” daripada “Aku payah dalam matematika”.
6. Perhatikan bahasa tubuh remaja. Orang tua harus bisa menangkap sinyal- sinyal emosi dari
bahasa tubuhnya.
7. Hindari komentar menyindir atau meremehkan anak. Berikan pujian pada aspek terbaik yang
dia lakukan sekecil apapun.
8.Hindari ceramah panjang dan menyalahkan anak.
C. Penerapan Komunikasi pada Dewasa dan Lansia
Untuk penerapan komunikasi pada orang dewasa meliputi permasalahan dan sikap
komunikasi pada orang dewasa, suasana komunikasi pada orang dewasa, serta teknik dan
penerapan komunikasi terapeutik pada orang dewasa. Penerapan komunikasi pada lansia
meliputi karakteristik lansia, perkembangan komunikasi lansia, faktor-faktoryang
memengaruhi komunikasi pada lansia, hambatan komunikasi pada lansia, pendekatan
komunikasi terapeutik, dan penerapan teknik komunikasi terapeutik pada lansia.
Lampiran 13.
TABEL SMILE CARD
Nama : ……………………..
Mata Pelajaran : ………………..
Petunjuk:
1. Tempellah smile exspression yang kalian dapatkan dari guru sebagai reward keaktifan dalam
bertanya, mengutarakan pendapat, dan menanggapi presentasi ketika pembelajaran.
2. Hitunglah jumlah smile expression yang kalian dapat selama pembelajaran dari materi pertama
hingga terakhir di setiap elemen capaian pembelajaran.
Paraf guru:…….. Paraf guru:…….. Paraf guru:…….. Paraf guru:…….. Paraf guru:……..
Paraf guru:…….. Paraf guru:…….. Paraf guru:…….. Paraf guru:…….. Paraf guru:……..
Paraf guru:…….. Paraf guru:…….. Paraf guru:…….. Paraf guru:…….. Paraf guru:……..
Paraf guru:…….. Paraf guru:…….. Paraf guru:…….. Paraf guru:…….. Paraf guru:……..
Paraf guru:…….. Paraf guru:…….. Paraf guru:…….. Paraf guru:…….. Paraf guru:……..
Keterangan :
Jumlah smile exspression 1-5 : Point tambahan nilai 10
Jumlah smile exspression 6-10: Point tambahan nilai 15
Jumlah smile exspresion 11-15: Point tambahan nilai 20
Catatan:
1. Bagi peserta didik yang dilainya KKM (75)/kurang, point hasil smile exspression dapat
ditambahkan pada nilai.
2. Bagi peserta didik yang nilainya berada pada batas maksimal 100, point hasil smile exspression
dapat digunakan di elemen capaian pembelajaran selanjutnya.
3. Guru dapat menambahkan point pada nilai sesuai kebutuhan penilaian.
Lampiran 14.
GLOSARIUM
I
Intimate : Meningkatkan keintiman/kedekatan untuk suatu hal
Interdependent : Saling ketergantungan
interpersonal relationship : Hubungan interpersonal
K
Komunikasi : Kegiatan menyampaikan pesan atau informasi
Komunikasi terapeutik : Komunikasi interpersonal antara perawat dan klien yang
dilakukan secara sadar ketika perawat dan klien saling
memengaruhi dan memperoleh pengalaman bersama
yang bertujuan untuk membantu mengatasi masalah
klien.
N
Nonverbal : Pengungkapan ide, perasaan, informasi dalam bentuk
symbol-simbol.
P
personal integration : Meningkatkan integrasi diri
S
self realization : Memperoleh realisasi diri
self acceptance : Penerimaan diri
self respect : Peningkatkan tanggungjawab diri
T
the helping relationship : Hubungan saling membantu
V
Verbal : Pengungkapan ide, perasaan, informasi dalam bentuk
kata-kata.
Lampiran 15.
DAFTAR PUSTAKA