Anda di halaman 1dari 17

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR TAHUN 2021


TENTANG
PENYELENGGARAAN PERGURUAN TINGGI OLEH KEMENTERIAN LAIN
DAN LEMBAGA PEMERINTAH NONKEMENTERIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 94


Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi, perlu menetapkan Peraturan
Pemerintah tentang Penyelenggaraan Perguruan Tinggi
oleh Kementerian Lain dan Lembaga Pemerintah
Nonkementerian;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara


Republik Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012
tentang Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 158,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5336);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG
PENYELENGGARAAN PERGURUAN TINGGI OLEH
KEMENTERIAN LAIN DAN LEMBAGA PEMERINTAH
NONKEMENTERIAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM
-2-

Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa, dan negara.
2. Pembelajaran adalah proses interaksi mahasiswa
dengan dosen dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar.
3. Pendidikan Tinggi adalah jenjang pendidikan setelah
pendidikan menengah yang mencakup program
diploma, program sarjana, program magister,
program doktor, dan program profesi, serta program
spesialis, yang diselenggarakan oleh perguruan
tinggi berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia.
4. Statuta adalah peraturan dasar pengelolaan
perguruan tinggi yang digunakan sebagai landasan
penyusunan peraturan dan prosedur operasional di
perguruan tinggi.
5. Kementerian adalah kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pendidikan.
6. Kementerian Lain adalah kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di luar
bidang pendidikan dan kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di luar
bidang agama.
7. Lembaga Pemerintah Nonkementerian yang
selanjutnya disingkat LPNK adalah lembaga
pemerintah yang melaksanakan tugas pemerintahan
tertentu.
-3-

8. Instansi Pemerintah adalah instansi pusat dan


instansi daerah.
9. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang Pendidikan.
10. Menteri Lain adalah menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di luar
bidang pendidikan dan menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di luar
bidang agama.
11. Pemimpin LPNK adalah unsur pemimpin pada LPNK
yang melaksanakan tugas pemerintahan tertentu.
12. Perguruan Tinggi Kementerian Lain atau Lembaga
Pemerintah Nonkementerian, yang selanjutnya
disingkat PTKL adalah perguruan tinggi yang
diselenggarakan oleh pemerintah selain kementerian
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang pendidikan dan kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
agama.

BAB II
PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 2
(1) Kementerian Lain atau LPNK dapat
menyelenggarakan Pendidikan Tinggi dengan
membentuk PTKL.
(2) PTKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas:
a. PTKL kedinasan; dan
b. PTKL dengan penugasan khusus Kementerian.
(3) Pembentukan PTKL sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan tugas dan
-4-

fungsi Kementerian Lain atau LPNK.

Bagian Kedua
Penyelenggaraan PTKL Kedinasan

Paragraf 1
Mahasiswa dan Ketenagaan pada PTKL Kedinasan

Pasal 3
(1) Mahasiswa pada PTKL kedinasan berasal dari:
a. masyarakat dengan ikatan dinas untuk
menjadi calon pegawai negeri sipil, calon
tentara, atau calon anggota kepolisian pada
Instansi Pemerintah;
b. calon pegawai negeri sipil, calon tentara, atau
calon anggota kepolisian pada Instansi
Pemerintah dalam pelaksanaan tugas
kedinasan; dan/atau
c. pegawai negeri sipil, tentara, atau anggota
kepolisian pada Instansi Pemerintah dalam
pelaksanaan tugas kedinasan.
(2) Ikatan dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a merupakan perjanjian bahwa masyarakat
yang lulus seleksi kompetensi dasar dan
menyelesaikan pendidikan pada PTKL kedinasan
akan mengisi jabatan pegawai negeri sipil, tentara,
atau anggota kepolisian.

(3) Penerimaan mahasiswa pada PTKL kedinasan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
didasarkan pada perencanaan kebutuhan pegawai
pada Instansi Pemerintah.

Pasal 4
Ketenagaan pada PTKL kedinasan diatur oleh Menteri
Lain atau Pemimpin LPNK sesuai dengan ketentuan
-5-

peraturan perundang-undangan.

Paragraf 2
Bentuk, Pendirian, Perubahan, dan Pembubaran PTKL Kedinasan

Pasal 5
(1) PTKL kedinasan berbentuk politeknik atau akademi.
(2) Pendirian, perubahan, dan pembubaran PTKL
kedinasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan peraturan Menteri Lain atau
peraturan Pemimpin LPNK setelah mendapat
pertimbangan tertulis dari Menteri dan menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pendayagunaan aparatur negara sesuai dengan
kewenangannya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Paragraf 3
Program Studi pada PTKL Kedinasan

Pasal 6
(1) PTKL kedinasan menyelenggarakan program studi
yang bersifat teknis dan spesifik yang tidak
diselenggarakan oleh perguruan tinggi di bawah
pembinaan Kementerian, untuk memenuhi
kebutuhan pengembangan kompetensi pegawai
pada Instansi Pemerintah.
(2) Pembukaan, perubahan nama, dan penutupan
program studi pada PTKL kedinasan dilaksanakan
oleh Menteri Lain atau Pemimpin LPNK berdasarkan
rekomendasi dari Menteri.

Bagian Ketiga
Penyelenggaraan PTKL dengan
Penugasan Khusus Kementerian

Paragraf 1
-6-

Umum

Pasal 7
(1) Penyelenggaraan PTKL dengan penugasan khusus
Kementerian bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan kualifikasi dan kompetensi tertentu yang
mendesak.
(2) Kebutuhan kualifikasi dan kompetensi tertentu yang
mendesak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dalam hal tidak tersedianya kualifikasi dan
kompetensi pada perguruan tinggi di bawah
pembinaan Kementerian.
(3) Penugasan khusus sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan oleh Menteri untuk jangka waktu
tertentu dan dapat diperpanjang.
(4) Dalam hal kebutuhan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) sudah tidak diperlukan atau sudah dapat
dipenuhi oleh perguruan tinggi di bawah pembinaan
Kementerian maka Menteri dapat mencabut
penugasan khusus sebagaimana dimaksud pada
ayat (3).

Paragraf 2
Mahasiswa dan Ketenagaan pada PTKL dengan
Penugasan Khusus Kementerian

Pasal 8
(1) Mahasiswa pada PTKL dengan penugasan khusus
Kementerian berasal dari masyarakat umum.
(2) Penerimaan mahasiswa pada PTKL dengan
penugasan khusus Kementerian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mengikuti mekanisme
seleksi penerimaan mahasiswa baru oleh perguruan
-7-

tinggi negeri di bawah pembinaan Kementerian


sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 9
(1) Ketenagaan pada PTKL dengan penugasan khusus
Kementerian meliputi:
a. dosen; dan
b. tenaga kependidikan.
(2) Pengangkatan dan pembinaan ketenagaan pada
PTKL dengan penugasan khusus Kementerian
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Paragraf 3
Bentuk, Pendirian, Perubahan, dan Pembubaran PTKL dengan
Penugasan Khusus Kementerian

Pasal 10
(1) PTKL dengan penugasan khusus Kementerian
berbentuk politeknik atau akademi.

(2) Pendirian, perubahan, dan pembubaran PTKL dengan


penugasan khusus Kementerian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diusulkan Menteri Lain atau
Pemimpin LPNK kepada Menteri berdasarkan
program prioritas nasional masing-masing
Kementerian Lain atau LPNK.
(3) Pendirian, perubahan, dan pembubaran PTKL dengan
penugasan khusus Kementerian sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan
Menteri setelah mendapat pertimbangan tertulis dari
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang pendayagunaan aparatur negara sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
-8-

Paragraf 4
Program Studi pada PTKL dengan Penugasan Khusus Kementerian

Pasal 11
(1) Program studi pada PTKL dengan penugasan
khusus Kementerian bersifat teknis dan spesifik
yang tidak diselenggarakan oleh perguruan tinggi di
bawah pembinaan Kementerian.
(2) Program studi pada PTKL dengan penugasan
khusus Kementerian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diusulkan oleh Menteri Lain atau Pemimpin
LPNK kepada Menteri berdasarkan program prioritas
nasional masing-masing Kementerian Lain atau
LPNK.
(3) Pembukaan, perubahan nama, dan penutupan
program studi pada PTKL dengan penugasan
khusus Kementerian sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) ditetapkan oleh Menteri sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Keempat
Gelar, Ijazah, Sertifikat Kompetensi, dan Sertifikat Profesi

Pasal 12
(1) Lulusan PTKL kedinasan dan PTKL dengan
penugasan khusus Kementerian berhak atas:
a. gelar;
b. ijazah;
c. sertifikat kompetensi; dan/atau
d. sertifikat profesi.
(2) Tata cara pencantuman gelar, pemberian dan
penulisan ijazah, sertifikat kompetensi, dan
sertifikat profesi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
-9-

Bagian Kelima
Pembinaan PTKL Kedinasan dan/atau
PTKL dengan Penugasan Khusus Kementerian

Pasal 13
(1) Menteri Lain atau Pemimpin LPNK bertanggung
jawab untuk melakukan pembinaan atas
penyelenggaraan PTKL kedinasan dan/atau PTKL
dengan penugasan khusus Kementerian.
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
meliputi:
a. pengaturan;
b. perencanaan; dan
c. pengawasan, penjaminan mutu internal,
pemantauan, dan evaluasi.

Pasal 14
Dalam melaksanakan tanggung jawab di bidang
pengaturan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat
(2) huruf a, Menteri Lain atau Pemimpin LPNK memiliki
tugas dan wewenang, meliputi:
a. penyusunan anggaran PTKL;
b. penyusunan hak mahasiswa di PTKL;
c. pemberian akses yang berkeadilan di PTKL;
d. penyusunan kebijakan relevansi hasil Pendidikan
Tinggi di PTKL dengan kebutuhan ketenagaan di
Instansi Pemerintah; dan
e. penyusunan kebijakan lainnya dalam pengelolaan
PTKL sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.
-10-

Pasal 15
(1) Anggaran PTKL kedinasan berasal dari anggaran
Kementerian Lain atau LPNK.
(2) Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak termasuk dalam 20% (dua puluh persen) dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang
dialokasikan pada sektor pendidikan.

Pasal 16
(1) Anggaran PTKL dengan penugasan khusus
Kementerian berasal dari anggaran Kementerian
Lain atau LPNK.
(2) Besaran anggaran PTKL dengan penugasan khusus
Kementerian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berdasarkan standar pembiayaan yang ditetapkan
oleh Menteri.
(3) Standar pembiayaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) berdasarkan rumpun program studi.

(4) Anggaran PTKL berdasarkan standar pembiayaan


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) termasuk
dalam 20% (dua puluh persen) dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara yang dialokasikan
pada sektor pendidikan.
(5) Dalam hal Kementerian Lain atau LPNK
mengalokasikan anggaran lebih besar dari standar
pembiayaan untuk PTKL dengan penugasan khusus
Kementerian sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
maka kelebihan anggaran tidak termasuk dalam
20% (dua puluh persen) dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara yang dialokasikan pada sektor
pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (4).

Pasal 17
Dalam melaksanakan tanggung jawab di bidang
-11-

perencanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13


ayat (2) huruf b, Menteri Lain atau Pemimpin LPNK
memiliki tugas dan wewenang untuk:
a. merencanakan penyelenggaraan PTKL berdasarkan
kebutuhan pegawai pada Instansi Pemerintah;
b. merencanakan pengembangan jangka menengah
atau rencana strategis 5 (lima) tahun
penyelenggaraan PTKL; dan
c. merencanakan kerja tahunan PTKL.

Pasal 18
Dalam melaksanakan tanggung jawab di bidang
pengawasan, penjaminan mutu internal, pemantauan,
dan evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
ayat (2) huruf c oleh Menteri Lain atau Pemimpin LPNK:
a. mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi;
dan
b. terekam pada Pangkalan Data Pendidikan Tinggi
secara nasional.

Pasal 19
Ketentuan lebih lanjut mengenai pengaturan,
perencanaan, dan pengawasan, penjaminan mutu
internal, pemantauan, dan evaluasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 sampai dengan Pasal 18
diatur dengan Peraturan Menteri Lain atau Peraturan
Pemimpin LPNK setelah mendapatkan persetujuan
tertulis dari Menteri.

BAB III
PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI

Pasal 20
Pengelolaan PTKL kedinasan dan PTKL dengan
penugasan khusus Kementerian meliputi:
a. pola pengelolaan dan tata kelola; dan
b. akuntabilitas publik.
-12-

Pasal 21
Pola pengelolaan dan tata kelola sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20 huruf a terdiri atas:
a. keuangan;
b. organisasi; dan
c. statuta.

Pasal 22
(1) Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21
huruf a dilaksanakan dengan pola sebagai berikut:
a. pola pengelolaan keuangan negara pada
umumnya; atau
b. pola pengelolaan keuangan badan layanan
umum.
(2) Pola pengelolaan keuangan badan layanan umum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b pada
PTKL ditetapkan oleh menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
keuangan negara berdasarkan usul Menteri Lain
atau Pemimpin LPNK.

Pasal 23
(1) Organisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21
huruf b paling sedikit terdiri atas unsur:
a. penyusun kebijakan;
b. pelaksana akademik;
c. pengawas dan penjaminan mutu;
d. penunjang akademik atau sumber belajar; dan
e. pelaksana administrasi atau tata usaha.
(2) Organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
pada PTKL ditetapkan oleh Menteri Lain atau
Pemimpin LPNK setelah mendapat persetujuan
tertulis dari menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pendayagunaan aparatur
negara.

Pasal 24
-13-

Statuta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf c


pada PTKL ditetapkan oleh Menteri Lain atau Pemimpin
LPNK setelah mendapatkan persetujuan tertulis dari
Menteri.

Pasal 25
Akuntabilitas publik sebagaimana dimaksud dalam Pasal
20 huruf b diselenggarakan melalui:
a. pemenuhan atas kewajiban untuk menjalankan visi
dan misi Kementerian Lain atau LPNK yang tertuang
dalam rencana strategis; dan
b. acuan pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi.

BAB IV
EVALUASI DAN AKREDITASI

Pasal 26
(1) Evaluasi terhadap penyelenggaraan PTKL kedinasan
dan PTKL dengan penugasan khusus Kementerian
dilakukan oleh Menteri.
(2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertujuan untuk memastikan pelaksanaan PTKL
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan
Pemerintah ini.
(3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
sedikit dilakukan terhadap:
a. mahasiswa;
b. program studi; dan
c. satuan pendidikan.
(4) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3
(tiga) tahun.

Pasal 27
(1) Akreditasi terhadap penyelenggaraan PTKL
kedinasan dan PTKL dengan penugasan khusus
Kementerian dilakukan oleh Badan Akreditasi
-14-

Nasional Perguruan Tinggi dan/atau lembaga


akreditasi mandiri sebagai sistem penjaminan mutu
eksternal.
(2) Instrumen akreditasi terhadap penyelenggaraan
PTKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disesuaikan dengan kekhususan PTKL.

Pasal 28
Evaluasi dan akreditasi terhadap penyelenggaraan PTKL
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 dan Pasal 27
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

BAB V
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 29
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku:
a. Menteri Lain atau Pemimpin LPNK yang memiliki
PTKL sebelum Peraturan Pemerintah ini
diundangkan memilih PTKL untuk menjadi:
1. PTKL kedinasan; atau
2. PTKL dengan penugasan khusus Kementerian;
b. Menteri Lain atau Pemimpin LPNK harus
menyampaikan pilihannya sebagaimana dimaksud
pada huruf a kepada Menteri paling lama 2 (dua)
bulan sejak Peraturan Pemerintah ini diundangkan;
c. dalam hal Menteri Lain atau Pemimpin LPNK tidak
menyampaikan pilihan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a maka Menteri memutuskan jenis
PTKL dan menyampaikan kepada Menteri Lain atau
Pemimpin LPNK;
d. Menteri melakukan evaluasi berdasarkan hasil
pilihan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan
huruf c paling lambat 2 (dua) tahun terhitung sejak
Peraturan Pemerintah ini diundangkan;
-15-

e. berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud


dalam huruf d, Menteri:
1. menyetujui penyelenggaraan PTKL Kedinasan;
2. menetapkan penugasan kepada Kementerian
Lain atau LPNK untuk menyelenggarakan PTKL
dengan penugasan khusus Kementerian;
dan/atau
3. menetapkan peta jalan penyesuaian PTKL
berdasarkan Peraturan Pemerintah ini
berkoordinasi dengan Menteri Lain atau
Pemimpin LPNK;
f. peta jalan penyesuaian PTKL sebagaimana dimaksud
dalam huruf e angka 3 dapat termasuk antara lain:
1. PTKL menghentikan penerimaan mahasiswa
baru dari masyarakat tanpa ikatan dinas;
2. PTKL menyelesaikan pembelajaran dalam
program studi tertentu sampai mahasiswa lulus
dan tidak melakukan penerimaan mahasiswa
baru pada program studi tersebut;
3. PTKL membuka program studi baru sesuai
dengan penyelenggaraan PTKL sebagaimana
dimaksud dalam Peraturan Pemerintah ini;
dan/atau
4. Menteri Lain atau Pemimpin LPNK
menyerahkan penyelenggaraan PTKL kepada
Menteri dan dapat terlibat dalam pembinaan
PTKL yang diserahkan.
g. program studi yang telah menyelesaikan proses
Pembelajaran sampai semua mahasiswanya
dinyatakan lulus maka Menteri mencabut izin
program studi;
h. Menteri Lain atau Pemimpin LPNK membubarkan
PTKL apabila seluruh program studi yang
diselenggarakan PTKL dicabut izinnya oleh Menteri;
dan
i. khusus Univeritas Pertahanan dan Institut
Pemerintahan Dalam Negeri masih dapat
-16-

menggunakan nomenklatur berdasarkan Peraturan


Presiden pendiriannya.

BAB VI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 30
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku,
semua ketentuan yang merupakan peraturan
pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun
2010 tentang Pendidikan Kedinasan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 19, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5101),
dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan ketentuan dalam Peraturan
Pemerintah ini.

Pasal 31
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku,
Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2010 tentang
Pendidikan Kedinasan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 19, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5101), dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 32
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
-17-

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

JOKO WIDODO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

YASONA H. LAOLY

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN NOMOR

Anda mungkin juga menyukai