Workshop MPOX - Okt 23
Workshop MPOX - Okt 23
MPOX (MONKEYPOX)
DI INDONESIA”
OKTOBER 2023
▪ UPDATE SITUASI GLOBAL DAN INDONESIA
▪ SURVEILANS EPIDEMOLOGI
2
21 Januari 2022- Kasus harian dan summary Global 2023
30 September 2023
Pada 23 Juli 2022, kasus Mpox (Monkeypox) ditetapkan sebagai PHEIC dan
dinyatakan berakhir pada 11 Mei 2023.
Total
Estimasi Konfirmasi
91.123
Total Kematian
157
Total Negara
115 ➢ Negara yang melaporkan kasus Mpox terbanyak, yaitu negara Amerika Serikat.
➢ Sedangkan Cina, Thailand, dan Jepang menjadi negara dengan kasus Mpox
terbanyak di negara ASEAN dan sekitarnya.
Sumber: WHO per 19 Oktober 2023
GAMBARAN EPIDEMIOLOGI (1/2)
TEMUAN KUNCI YANG Dilaporkan pada Outbreak 2022-2023
7
Konfirmasi
DKI Jakarta 3
7 Kasus
Konfirmasi Suspek
1
Probable
7
PEDOMAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
MPOX (MONKEYPOX)
BAHASAN
1. Pendahuluan
2. Gambaran Umum
3. Surveilans Epidemiologi
4. Tata Kelola Spesimen
5. Manajemen Klinis
6. Komunikasi Risiko dan Pemberdayaan Masyarakat
9
DEFINISI OPERASIONAL KASUS SUSPEK
1. Seseorang yang memiliki kontak dengan kasus probable atau konfirmasi dalam 21 hari sebelum onset gejala/tanda, dan
memiliki satu atau lebih gejala/tanda sebagai berikut: a. demam akut (>38.5oC), b. sakit kepala, c. nyeri otot, d. sakit
punggung, e. kelelahan tubuh (fatigue)
ATAU
2. Seseorang yang sejak 1 Januari 2022 memiliki gejala ruam kulit akut, lesi pada mukosa atau limfadenopati. Ruam pada
kulit termasuk lesi tunggal atau lesi jamak (multipel) pada area anogenital atau area tubuh lainnya. Lesi mukosa meliputi
lesi tunggal atau jamak pada mulut, konjungtiva, uretra, penis, vagina atau lesi pada anorektal. Lesi anorektal dapat juga
bermanifestasi sebagai inflamasi anorektal (proctitis), nyeri dan/atau perdarahan.
DAN
Penyebab umum ruam akut berikut tidak menjelaskan gambaran klinis1 : varicella zoster, herpes zoster, campak, herpes
simpleks, infeksi kulit bakteri, infeksi gonococcus diseminata, sifilis primer atau sekunder, chancroid, limfogranuloma
venereum, granuloma inguinale, moluskum kontagiosum, reaksi alergi (misalnya, terhadap tanaman); dan penyebab
umum lainnya yang relevan secara lokal dari ruam papular atau vesikular.
Keterangan:
1 Tidak perlu mendapatkan hasil laboratorium negatif untuk daftar penyebab umum penyakit ruam untuk mengklasifikasikan kasus sebagai suspek/probable.
Selain itu, jika kecurigaan terhadap infeksi mpox tinggi karena riwayat dan/atau manifestasi klinis atau kemungkinan paparan kasus, identifikasi suatu patogen
lain yang menyebabkan ruam tidak menyingkirkan pemeriksaan tes mpox karena ko-infeksi telah teridentifikasi
DEFINISI OPERASIONAL KASUS PROBABLE
1. Seseorang dengan gejala ruam kulit akut yang tidak dapat dijelaskan, lesi
mukosa, atau limfadenopati. Keterangan:
Ruam pada kulit termasuk lesi tunggal atau lesi jamak (multiple) pada 1 seseorang yang memiliki kontak dengan kasus
probable atau konfirmasi. Perlu melihat definisi
area anogenital atau area tubuh lainnya. Lesi mukosa meliputi lesi Kontak Erat.
tunggal atau multipel pada mulut, konjungtiva, uretra, penis, vagina atau 2 Serologi dapat digunakan untuk klasifikasi kasus
lesi pada anorektal. Lesi anorektal dapat juga bermanifestasi sebagai retrospektif untuk kasus probable pada keadaan
inflamasi anorektal (proctitis), nyeri dan/atau perdarahan tertentu seperti saat tes PCR diagnostik dengan
spesimen lesi kulit tidak tersedia atau dalam
DAN
konteks penelitian. Metode tes diagnostik primer
2. Memiliki salah satu atau lebih kondisi berikut: untuk diagnosis mpox adalah tes PCR dengan
a.Memiliki hubungan epidemiologis1 dengan kasus probable atau kasus material lesi kulit atau spesimen lain seperti swab
konfirmasi dalam 21 hari sebelum onset gejala. oral atau orofaringeal sesuai keadaan. Serologi
b.Teridentifikasi sebagai gay, biseksual atau kelompok LSL tidak dapat digunakan sebagai tes diagnostik lini
c. Memiliki lebih dari satu pasangan seksual atau pasangan seksual pertama.
3 Tes PCR pada spesimen darah tidak dapat
anonim dalam 21 hari sebelum onset gejala. diandalkan, dan tes ini tidak dapat digunakan
d.Terdeteksinya IgM antibodi2 untuk anti-orthopoxvirus (OPXV) (dalam sebagai tes diagnostik lini pertama tanpa tes lain.
periode 4-56 hari sejak onset ruam); atau peningkatan titer IgG 4 kali Jika hasil tes PCR darah negatif dan tes PCR ini
lipat dibandingkan antara fase akut (sampai 5-7 hari) dengan sampel adalah satu-satunya tes yang dijalankan, hasil ini
pada periode konvalesen (hari ke 21 ke atas); dengan catatan tidak ada tidak cukup untuk menyingkirkan kasus yang
dalam hal-hal lain memenuhi definisi kasus suspek
Riwayat vaksinasi smallpox/mpox atau paparan terhadap OPXV. atau probable. Ketentuan ini berlaku terlepas dari
e. Memiliki hasil positif untuk infeksi orthopoxvirus (PCR untuk apakah tes PCR darah spesifik untuk orthopoxvirus
spesifikOPXV tanpa spesifik-MPXV atau hasil sekuensing). 3 atau MPXV.
DEFINISI OPERASIONAL KASUS
KONFIRMASI DISCARDED
Orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probable atau kasus terkonfirmasi (sejak mulai
gejala sampai dengan krusta mengelupas/hilang) mpox dan memenuhi salah satu kriteria berikut:
a. Kontak fisik langsung kulit dengan kulit (misalnya, bersentuhan, berpelukan, berciuman, dan
kontak intim atau seksual);
b. Kontak dengan benda yang terkontaminasi seperti pakaian atau pelapis tempat tidur selama
proses pencucian atau pembersihan ruangan;
c. Paparan pernapasan tatap muka yang berkepanjangan dalam jarak dekat; dan d. Paparan
pernapasan (kemungkinan terhirupnya) atau paparan mukosa mata pada material lesi
(misalnya, krusta) dari orang yang terinfeksi).
d. Tenaga kesehatan tanpa menggunakan APD yang sesuai.
PENEMUAN KASUS DAN RESPON
Jika ditemukan satu kasus konfirmasi Mpox di suatu daerah maka
dinyatakan sebagai KLB di daerah tersebut.
2
Pencatatan detil kontak ❑ Wawancara kontak erat.
(contact listing) ❑ Melengkapi data-data sesuai form pemantauan
15
PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI & PELACAKAN KONTAK (2/3)
3
• Pemantauan Kontak erat selama 21 hari sejak kontak terakhir. Jika kasus
Tindak lanjut kontak
suspek/probable discarded, pemantauan dihentikan.
(contact follow up)
• Kontak Erat asimptomatis tidak memerlukan karantina dan dapat melanjutkan
kegiatan sehari-hari tetapi berada di dekat rumah. Pengecualian diatas tidak
berlaku pada anak pra-sekolah, penitipan anak.
• Pada kontak seksual tanpa gejala (asimtomatis) dapat dipertimbangkan
pengambilan spesimen orofaring dan/atau swab anal/rektal, dan serum.
• Pada kontak yang timbul gejala prodromal atau limfadenopati tanpa ruam, maka
harus diisolasi, dipantau tanda-tanda ruam dan ditatalaksana sesuai kriteria
suspek/probable.
• Selama pemantauan, kontak tanpa gejala (asimtomatis) tidak boleh
mendonorkan darah, sel, jaringan, organ, ASI, atau air mani. Kontak juga
menghindari kontak fisik dengan anak-anak, wanita hamil, orang dengan
gangguan sistem imun, dan hewan peliharaan. Tidak melalukan aktivitas
seksual yang melibatkan kontak fisik langsung dengan orang lain
16
PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI & PELACAKAN KONTAK (3/3)
Pada kontak erat yang memiliki gejala prodromal, dan tanpa adanya
3
lesi kulit, maka dilakukan pemeriksaan PCR dengan spesimen swab
Tindak lanjut kontak orofaring, anal/rektal dengan memperhatikan hal berikut:
(contact follow up)
❑ Jika hasil positif maka masuk ke dalam kriteria konfirmasi.
❑ Jika hasil negatif masih belum dapat menyingkirkan diagnosis
mpox. Selanjutnya perlu dipantau tanda ruam selama 5 (lima) hari
ke depan. Jika setelah 5 hari tidak timbul ruam maka kontak tidak
diisolasi namun dimonitor suhu selama sisa 21 hari. Jika kontak
muncul ruam kulit/lesi mukosa maka diisolasi dan ditatalaksana
sebagai kasus probable. Selanjutnya dilakukan pengambilan
spesimen.
Kasus probable tidak dimasukkan sebagai kasus discarded jika
Tenaga Kesehatan tetap
perlu memantau kesehatan hanya berdasar pada hasil negatif dari spesimen orofaring,
secara mandiri atau aktif anal/rektal, atau darah/serum.
oleh tenaga kesehatan lain
17
SURVEILANS TERPADU
18
PENCATATAN DAN PELAPORAN
1. NOTIFIKASI
SETIAP PENEMUAN KASUS HARUS DILAPORKAN ke
Public Health Emergency Operation Centre (PHEOC) di
nomor Telp./WhatsApp 0877-7759-1097 atau e-mail:
poskoklb@yahoo.com dan dilaporkan SKDR melalui menu
Event Based Surveillance (EBS)
DAN dilaporkan ke APLIKASI ALL RECORD TC-19
Bagi Faskes yang tidak memiliki akun ALL Record TC-19 maka
melapor ke Dinkes, Selanjutnya DINKES melapor ke APLIKASI
ALL RECORD TC-19
2. PEMERIKSAAN SPESIMEN
Pelaporan pemeriksaan specimen dan hasilnya melalui
APLIKASI ALL RECORD TC-19
https://allrecordtc19.kemkes.go.id/index.rpd
FORM PELAPORAN
FORM
NOTIFIKASI
20
FORM PELAPORAN
FORM
PEMANTAUAN
KONTAK
21
FORM PELAPORAN PASTIKAN TERISI LENGKAP
FORM PE DAN
KLINIS KASUS
22
FORM PELAPORAN PASTIKAN TERISI LENGKAP
FORM PE DAN
KLINIS KASUS
23
FORM PELAPORAN PASTIKAN TERISI LENGKAP
FORM PE DAN
KLINIS KASUS
24
FORM PELAPORAN PASTIKAN TERISI LENGKAP
FORM PE DAN
KLINIS KASUS
25
INDIKATOR SURVEILANS
26
RILIS INFORMASI MPOX FAQ REGULASI/EDARAN