Anda di halaman 1dari 28

“SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

MPOX (MONKEYPOX)
DI INDONESIA”

DIREKTORAT SURVEILANS DAN KEKARANTINAAN KESEHATAN

OKTOBER 2023
▪ UPDATE SITUASI GLOBAL DAN INDONESIA
▪ SURVEILANS EPIDEMOLOGI

2
21 Januari 2022- Kasus harian dan summary Global 2023
30 September 2023
Pada 23 Juli 2022, kasus Mpox (Monkeypox) ditetapkan sebagai PHEIC dan
dinyatakan berakhir pada 11 Mei 2023.
Total
Estimasi Konfirmasi

91.123
Total Kematian

157
Total Negara

115 ➢ Negara yang melaporkan kasus Mpox terbanyak, yaitu negara Amerika Serikat.
➢ Sedangkan Cina, Thailand, dan Jepang menjadi negara dengan kasus Mpox
terbanyak di negara ASEAN dan sekitarnya.
Sumber: WHO per 19 Oktober 2023
GAMBARAN EPIDEMIOLOGI (1/2)
TEMUAN KUNCI YANG Dilaporkan pada Outbreak 2022-2023

SEMUA ORANG BERISIKO UNTUK DAPAT TERTULAR DAN


MENULARKAN PENYAKIT MONKEYPOX.
• 96,3% (82.215 dari 85.536) merupakan laki-laki
dengan median 34 tahun. Sebanyak 79,4% kasus
terjadi pada laki-laki dengan usia 18-44 tahun.
• 3,7% (3.121 dari 85.336) merupakan perempuan dan
sebagian besar heteroseksual (1.029 dari 1.072; 96%).
Tempat paparan paling banyak dilaporkan berasal
dari rumah tangga (66 dari 137; 48%), penularan dari
pasangan seksual (263 dari 512; 51%).
• Dari data kasus yang mengungkapkan orientasi
seksualnya, sebanyak 83.2% (28.446 dari 34.180
kasus yang diamati) terjadi pada kelompok laki-laki
yang berhubungan seksual dengan laki-laki (LSL).
Dari data LSL tersebut sebanyak 7,4% (2.108 dari
28.446) teridentifikasi sebagai biseksual.
Sumber:WHO, 27 September 2023 4
GAMBARAN EPIDEMIOLOGI (2/2)
TEMUAN KUNCI YANG Dilaporkan pada outbreak 2022-2023

a. Sebanyak 52.7% (18.356 dari 34.832 kasus


yang pernah dites HIV) memiliki status HIV
positif
b. 1299 kasus merupakan petugas kesehatan
yang mayoritas terinfeksi pada komunitas dan
Investigasi masih berlangsung terkait paparan
pekerjaan
c. Dari data jenis penularan yang tersedia,
terdapat 82,5% (18.056 dari 21.877)
melaporkan penularan melalui hubungan
seksual
d. Dari tempat kemungkinan terpapar, umumnya
terjadi saat pesta disertai kontak seksual
yaitu 63,7% (4.113 dari 6.454)

Sumber:WHO, 11 Oktober 2022 5


Situasi Perkembangan Mpox di Indonesia tahun 2023 Update
Per 21 Oktober 2023

7
Konfirmasi

DKI Jakarta 3
7 Kasus
Konfirmasi Suspek

1
Probable

Indonesia melaporkan kasus Mpox pertama kali pada 20 Agustus


3
2022 sebanyak 1 kasus. Sejak 14 Oktober 2023 Indonesia kembali Discarded
melaporkan kasus mpox. 6
▪ UPDATE SITUASI
▪ SURVEILANS EPIDEMOLOGI

7
PEDOMAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
MPOX (MONKEYPOX)

BAHASAN
1. Pendahuluan
2. Gambaran Umum
3. Surveilans Epidemiologi
4. Tata Kelola Spesimen
5. Manajemen Klinis
6. Komunikasi Risiko dan Pemberdayaan Masyarakat

Revisi per 31 Januari 2023 8


DEFINISI PENEMUAN KASUS

SUSPEK PROBABLE KONFIRMASI


PERLU
MEMASTIKAN
KASUS YANG
DILAPORKAN
MEMENUHI
KRITERIA DISCARDED KONTAK ERAT

9
DEFINISI OPERASIONAL KASUS SUSPEK
1. Seseorang yang memiliki kontak dengan kasus probable atau konfirmasi dalam 21 hari sebelum onset gejala/tanda, dan
memiliki satu atau lebih gejala/tanda sebagai berikut: a. demam akut (>38.5oC), b. sakit kepala, c. nyeri otot, d. sakit
punggung, e. kelelahan tubuh (fatigue)
ATAU

2. Seseorang yang sejak 1 Januari 2022 memiliki gejala ruam kulit akut, lesi pada mukosa atau limfadenopati. Ruam pada
kulit termasuk lesi tunggal atau lesi jamak (multipel) pada area anogenital atau area tubuh lainnya. Lesi mukosa meliputi
lesi tunggal atau jamak pada mulut, konjungtiva, uretra, penis, vagina atau lesi pada anorektal. Lesi anorektal dapat juga
bermanifestasi sebagai inflamasi anorektal (proctitis), nyeri dan/atau perdarahan.
DAN
Penyebab umum ruam akut berikut tidak menjelaskan gambaran klinis1 : varicella zoster, herpes zoster, campak, herpes
simpleks, infeksi kulit bakteri, infeksi gonococcus diseminata, sifilis primer atau sekunder, chancroid, limfogranuloma
venereum, granuloma inguinale, moluskum kontagiosum, reaksi alergi (misalnya, terhadap tanaman); dan penyebab
umum lainnya yang relevan secara lokal dari ruam papular atau vesikular.
Keterangan:
1 Tidak perlu mendapatkan hasil laboratorium negatif untuk daftar penyebab umum penyakit ruam untuk mengklasifikasikan kasus sebagai suspek/probable.

Selain itu, jika kecurigaan terhadap infeksi mpox tinggi karena riwayat dan/atau manifestasi klinis atau kemungkinan paparan kasus, identifikasi suatu patogen
lain yang menyebabkan ruam tidak menyingkirkan pemeriksaan tes mpox karena ko-infeksi telah teridentifikasi
DEFINISI OPERASIONAL KASUS PROBABLE
1. Seseorang dengan gejala ruam kulit akut yang tidak dapat dijelaskan, lesi
mukosa, atau limfadenopati. Keterangan:
Ruam pada kulit termasuk lesi tunggal atau lesi jamak (multiple) pada 1 seseorang yang memiliki kontak dengan kasus
probable atau konfirmasi. Perlu melihat definisi
area anogenital atau area tubuh lainnya. Lesi mukosa meliputi lesi Kontak Erat.
tunggal atau multipel pada mulut, konjungtiva, uretra, penis, vagina atau 2 Serologi dapat digunakan untuk klasifikasi kasus
lesi pada anorektal. Lesi anorektal dapat juga bermanifestasi sebagai retrospektif untuk kasus probable pada keadaan
inflamasi anorektal (proctitis), nyeri dan/atau perdarahan tertentu seperti saat tes PCR diagnostik dengan
spesimen lesi kulit tidak tersedia atau dalam
DAN
konteks penelitian. Metode tes diagnostik primer
2. Memiliki salah satu atau lebih kondisi berikut: untuk diagnosis mpox adalah tes PCR dengan
a.Memiliki hubungan epidemiologis1 dengan kasus probable atau kasus material lesi kulit atau spesimen lain seperti swab
konfirmasi dalam 21 hari sebelum onset gejala. oral atau orofaringeal sesuai keadaan. Serologi
b.Teridentifikasi sebagai gay, biseksual atau kelompok LSL tidak dapat digunakan sebagai tes diagnostik lini
c. Memiliki lebih dari satu pasangan seksual atau pasangan seksual pertama.
3 Tes PCR pada spesimen darah tidak dapat
anonim dalam 21 hari sebelum onset gejala. diandalkan, dan tes ini tidak dapat digunakan
d.Terdeteksinya IgM antibodi2 untuk anti-orthopoxvirus (OPXV) (dalam sebagai tes diagnostik lini pertama tanpa tes lain.
periode 4-56 hari sejak onset ruam); atau peningkatan titer IgG 4 kali Jika hasil tes PCR darah negatif dan tes PCR ini
lipat dibandingkan antara fase akut (sampai 5-7 hari) dengan sampel adalah satu-satunya tes yang dijalankan, hasil ini
pada periode konvalesen (hari ke 21 ke atas); dengan catatan tidak ada tidak cukup untuk menyingkirkan kasus yang
dalam hal-hal lain memenuhi definisi kasus suspek
Riwayat vaksinasi smallpox/mpox atau paparan terhadap OPXV. atau probable. Ketentuan ini berlaku terlepas dari
e. Memiliki hasil positif untuk infeksi orthopoxvirus (PCR untuk apakah tes PCR darah spesifik untuk orthopoxvirus
spesifikOPXV tanpa spesifik-MPXV atau hasil sekuensing). 3 atau MPXV.
DEFINISI OPERASIONAL KASUS
KONFIRMASI DISCARDED

Kasus suspek atau probable dengan hasil


negatif PCR yang diambil dari cairan lesi,
spesimen kulit atau krusta dan/atau hasil
Kasus suspek atau probable yang negatif mpox dari pemeriksaan
dinyatakan positif terinfeksi MPXV yang sekuensing.
dibuktikan dengan pemeriksaan Kasus probable yang diperoleh secara
laboratorium polymerase chain reaction retrospektif yang tidak memungkinkan untuk
(PCR) dan/atau sekuensing. diambil spesimen dari lesi kulit/mukosa dan
tidak ada spesimen lain yang terdeteksi
positif PCR, maka tetap diklasifikasikan
sebagai kasus probable.
DEFINISI OPERASIONAL KASUS
KONTAK ERAT

Orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probable atau kasus terkonfirmasi (sejak mulai
gejala sampai dengan krusta mengelupas/hilang) mpox dan memenuhi salah satu kriteria berikut:
a. Kontak fisik langsung kulit dengan kulit (misalnya, bersentuhan, berpelukan, berciuman, dan
kontak intim atau seksual);
b. Kontak dengan benda yang terkontaminasi seperti pakaian atau pelapis tempat tidur selama
proses pencucian atau pembersihan ruangan;
c. Paparan pernapasan tatap muka yang berkepanjangan dalam jarak dekat; dan d. Paparan
pernapasan (kemungkinan terhirupnya) atau paparan mukosa mata pada material lesi
(misalnya, krusta) dari orang yang terinfeksi).
d. Tenaga kesehatan tanpa menggunakan APD yang sesuai.
PENEMUAN KASUS DAN RESPON
Jika ditemukan satu kasus konfirmasi Mpox di suatu daerah maka
dinyatakan sebagai KLB di daerah tersebut.

Sesuai kriteria kasus


(suspek/probable/konfirmasi/kontak erat
DI PINTU MASUK DAN WILAYAH
❑ Kunjungan ke Fasyankes
Mewaspadai pasien demam dengan ruam atipikal 1. Notifikasi
yang memenuhi kriteria kasus: Instalasi gawat 2. Tatalaksana klinis
darurat, klinik umum, penyakit infeksi, 3. Isolasi
dermatologi, urologi, obsteri ginekologi, klinik
gigi, layanan HIV/AIDS→layanan Perawatan, 4. Pemeriksaan spesimen,
Dukungan dan Pengobatan (PDP)HIV/AIDS dan 5. Penyelidikan epidemiologi
Konselinng & Testing HIV (KT-HIV) dan pelacakan
❑ laporan Masyarakat: komunitas peduli HIV 6. Komunikasi risiko dan
(penjangkau, pendamping, dukungan sebaya) pemberdayaan
❑ Pelacakan kontak masyarakat.
❑ Notifikasi IHR
14 14
PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI & PELACAKAN KONTAK (1/3)
Kasus konfirmasi dapat menularkan mulai gejala sampai dengan keropeng
mengelupas/hilang (2-4 minggu)

❑ Proses identifikasi kontak dengan mengingat kembali orang yang


1 pernah berkontak dengan kasus sejak mulai gejala sampai
Identifikasi kontak dengan keropeng mengelupas/hilang
(contact identification
❑ Identifikasi kontak rumah tangga, tempat kerja, sekolah/penitipan
anak, kontak seksual, fasyankes, tempat ibadah, transportasi,
olahraga, restoran, pertemuan sosial, festival

2
Pencatatan detil kontak ❑ Wawancara kontak erat.
(contact listing) ❑ Melengkapi data-data sesuai form pemantauan

15
PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI & PELACAKAN KONTAK (2/3)
3
• Pemantauan Kontak erat selama 21 hari sejak kontak terakhir. Jika kasus
Tindak lanjut kontak
suspek/probable discarded, pemantauan dihentikan.
(contact follow up)
• Kontak Erat asimptomatis tidak memerlukan karantina dan dapat melanjutkan
kegiatan sehari-hari tetapi berada di dekat rumah. Pengecualian diatas tidak
berlaku pada anak pra-sekolah, penitipan anak.
• Pada kontak seksual tanpa gejala (asimtomatis) dapat dipertimbangkan
pengambilan spesimen orofaring dan/atau swab anal/rektal, dan serum.
• Pada kontak yang timbul gejala prodromal atau limfadenopati tanpa ruam, maka
harus diisolasi, dipantau tanda-tanda ruam dan ditatalaksana sesuai kriteria
suspek/probable.
• Selama pemantauan, kontak tanpa gejala (asimtomatis) tidak boleh
mendonorkan darah, sel, jaringan, organ, ASI, atau air mani. Kontak juga
menghindari kontak fisik dengan anak-anak, wanita hamil, orang dengan
gangguan sistem imun, dan hewan peliharaan. Tidak melalukan aktivitas
seksual yang melibatkan kontak fisik langsung dengan orang lain
16
PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI & PELACAKAN KONTAK (3/3)

Pada kontak erat yang memiliki gejala prodromal, dan tanpa adanya
3
lesi kulit, maka dilakukan pemeriksaan PCR dengan spesimen swab
Tindak lanjut kontak orofaring, anal/rektal dengan memperhatikan hal berikut:
(contact follow up)
❑ Jika hasil positif maka masuk ke dalam kriteria konfirmasi.
❑ Jika hasil negatif masih belum dapat menyingkirkan diagnosis
mpox. Selanjutnya perlu dipantau tanda ruam selama 5 (lima) hari
ke depan. Jika setelah 5 hari tidak timbul ruam maka kontak tidak
diisolasi namun dimonitor suhu selama sisa 21 hari. Jika kontak
muncul ruam kulit/lesi mukosa maka diisolasi dan ditatalaksana
sebagai kasus probable. Selanjutnya dilakukan pengambilan
spesimen.
Kasus probable tidak dimasukkan sebagai kasus discarded jika
Tenaga Kesehatan tetap
perlu memantau kesehatan hanya berdasar pada hasil negatif dari spesimen orofaring,
secara mandiri atau aktif anal/rektal, atau darah/serum.
oleh tenaga kesehatan lain
17
SURVEILANS TERPADU

▪ Surveilans terpadu dilakukan dengan menerapkan jejaring ONE


HEALTH.
▪ Surveilans zoonosis terpadu dimulai sejak ada kasus pada manusia
yang diduga memiliki faktor risiko terpapar dengan hewan. Selain itu
dapat berasal dari adanya kasus pada hewan terkait mpox termasuk
kemungkinan penularan dari manusia ke hewan.
▪ Bila terdapat faktor risiko paparan dengan hewan, maka tenaga
kesehatan masyarakat perlu berkoordinasi dengan petugas yang
membidangi peternakan dan kesehatan hewan atau puskeswan.
Begitu juga sebaliknya bila kasus ditemukan pada hewan/satwa liar.

18
PENCATATAN DAN PELAPORAN
1. NOTIFIKASI
SETIAP PENEMUAN KASUS HARUS DILAPORKAN ke
Public Health Emergency Operation Centre (PHEOC) di
nomor Telp./WhatsApp 0877-7759-1097 atau e-mail:
poskoklb@yahoo.com dan dilaporkan SKDR melalui menu
Event Based Surveillance (EBS)
DAN dilaporkan ke APLIKASI ALL RECORD TC-19

Bagi Faskes yang tidak memiliki akun ALL Record TC-19 maka
melapor ke Dinkes, Selanjutnya DINKES melapor ke APLIKASI
ALL RECORD TC-19

2. PEMERIKSAAN SPESIMEN
Pelaporan pemeriksaan specimen dan hasilnya melalui
APLIKASI ALL RECORD TC-19

3. PENYELIDIKAN EPID DAN KLINIS KASUS


Dinkes verivikasi kelengkapan dan melaporkan ke PHEOC di
nomor Telp./WhatsApp 0877-7759-1097 atau e-mail:
poskoklb@yahoo.com dan dilaporkan SKDR melalui menu
Event Based Surveillance (EBS)

https://allrecordtc19.kemkes.go.id/index.rpd
FORM PELAPORAN

FORM
NOTIFIKASI

20
FORM PELAPORAN

FORM
PEMANTAUAN
KONTAK

21
FORM PELAPORAN PASTIKAN TERISI LENGKAP
FORM PE DAN
KLINIS KASUS

A. Informasi umum kasus


B. informasi klinis
C. Kondisi penyerta
D. komplikasi
E. Derajat keparahan
F. Paparan
G. Px penunjang
H. Pelacakan kontak
I. Pemantauan klinis
(bagi konfirmasi)

22
FORM PELAPORAN PASTIKAN TERISI LENGKAP
FORM PE DAN
KLINIS KASUS

A. Informasi umum kasus


B. informasi klinis
C. Kondisi penyerta
D. komplikasi
E. Derajat keparahan
F. Paparan
G. Px penunjang
H. Pelacakan kontak
I. Pemantauan klinis
(bagi konfirmasi)

23
FORM PELAPORAN PASTIKAN TERISI LENGKAP
FORM PE DAN
KLINIS KASUS

A. Informasi umum kasus


B. informasi klinis
C. Kondisi penyerta
D. komplikasi
E. Derajat keparahan
F. Paparan
G. Px penunjang
H. Pelacakan kontak
I. Pemantauan klinis
(bagi konfirmasi)

24
FORM PELAPORAN PASTIKAN TERISI LENGKAP
FORM PE DAN
KLINIS KASUS

A. Informasi umum kasus


B. informasi klinis
C. Kondisi penyerta
D. komplikasi
E. Derajat keparahan
F. Paparan
G. Px penunjang
H. Pelacakan kontak
I. Pemantauan klinis
(bagi konfirmasi)

25
INDIKATOR SURVEILANS

❑ Indikator 1: Proporsi kasus suspek dan probable yang dilakukan


pemeriksaan.
Merupakan jumlah kasus suspek dan probable yang dilakukan pemeriksaan
dibagi dengan total jumlah suspek dan probable dikali 100. Target: 100%.
❑ Indikator 2: Proporsi kasus konfirmasi yang memiliki data lengkap
Penyelidikan Epidemiologi dan Klinis Kasus
Merupakan jumlah kasus konfirmasi yang memiliki data Penyelidikan
Epidemiologi dan Klinis Kasus dibagi dengan total jumlah kasus konfirmasi dikali
100. Target: 100%. Indikator ini mencakup kelengkapan data seperti demografi,
epidemiologi, klinis, pemantauan harian kasus maupun pelaksanaan identifikasi
kontak.
❑ Indikator 3: Proporsi jumlah kontak erat yang dilakukan pemantauan.
Merupakan jumlah kontak erat yang dilakukan pemantauan hingga 21 hari dibagi
jumlah total kontak erat yang teridentifikasi dikali 100. Target: 100%.

26
RILIS INFORMASI MPOX FAQ REGULASI/EDARAN

• FAQ Mpox: https://link.kemkes.go.id/FAQMpox


• Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Mpox (Monkeypox) di
Indonesia: https://infeksiemerging.kemkes.go.id/document/pedoman-
pencegahan-dan-pengendalian-mpox-monkeypox-2023/view
• KMK Nomor HK.01.07-MENKES-1977-2022 Tentang Mpox (Monkeypox)
sebagai Penyakit Emerging Tertentu Berpotensi Wabah dan Upaya
Penanggulangannya:
https://infeksiemerging.kemkes.go.id/document/download/o3k
• SE Dirjen P2P Nomor HK.02.02/C/4408/2023 tentang Peningkatan
Kewaspadaan Terhadap Mpox (Monkeypox):
HASIL RRA &JRA
https://infeksiemerging.kemkes.go.id/document/se-dirjen-p2p-no-hk-02-02-
c-4408-2023-tentang-peningkatan-kewaspadaan-terhadap-mpox-
monkeypox-di-indonesia/regulasi/view
• Sosialisasi Pedoman Mpox:
https://link.kemkes.go.id/VideoSosialisasiPedomanMpox- Video KIE Mpox:
https://link.kemkes.go.id/VideoKIEMpox
• Link RRA 2023 & JRA: RRA Mpox 2022:
https://infeksiemerging.kemkes.go.id/document/laporan-penilaian-risiko-
cepat-mpox-oktober-2023/view; JRA:
https://infeksiemerging.kemkes.go.id/document/download/WZo
@Kemenkes_RI

Anda mungkin juga menyukai