Imunisasi
Imunisasi
TINJAUAN PUSTAKA
A. Imunisasi
1. Defenisi Imunisasi
morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) penyakit infeksi pada
memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah
terhadap suatu penyakit tertentu. Sedangkan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk
merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan kedalam tubuh melalui suntikan,
seperti vaksin, BCG, DPT, campak dan melalui mulut seperti vaksin polio. (IGN
Ranuh, 2008).
kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit.
hlm.173).
2. Tujuan imunisasi
7
8
(populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada
imunisasi cacar variola. Keadaan yang terakhir ini lebih mungkin terjadi pada jenis
penyakit yang hanya dapat ditularkan melalui manusia, seperti penyakit difteria
dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat atau populasi atau
bahkan menghilngkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar
variola. Keadaan yang terakhir lebih mungkin terjadi pada jenis penyakit yang hanya
kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada saat ini penyakit-
penyakit tersebut adalah difteri, tetanus, batuk rejan (pertusis), campak (measles),
3. Manfaat Imunisasi
angka kesakitan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi,
a. Untuk Anak
Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau
kematian.
9
b. Untuk Keluarga
Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit. Mendorong
pembentukan keluarga sejahtera apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan
menjalani masa kanak-kanak yang nyaman. Hal ini mendorong penyiapan keluarga
c. Untuk Negara
Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk
1. Jenis-jenis Imunisasi
Di Indonesia terdapat jenis imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah dan ada
diwajibkan oleh WHO yaitu BCG, DPT, Polio, Campak, dan Hepatitis B. (Hidayat,
Imunisasi dasar adalah imunisasi pertama yang diberikan pada semua orang,
terutama bayi dan balita sejak lahir untuk melindungi tubuhnya dari penyakit-
terhadap tujuh penyakit yaitu TBC, difteri, pertusis, tetanus, poliomyelitis, campak
dan hepatitis B.
10
aktif terhadap penyakit tuberculosis (TBC), yaitu penyakit paru-paru yang sangat
menular yang dilakukan sekali pada bayi sekali pada bayi usia 0-11 bulan
mengandung racun kuman yang telah dihilangkan racunnya akan tetapi masih
yang diberikan 4 kali pada bayi 0-11 bulan dengan interval minimal 4 minggu
kekebalan kekebalan aktif terhadap penyakit campak karena penyakit ini sangat
kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B yaitu penyakit yang dapat merusak
hati, yang diberikan 3 kali pada bayi usia 1-11 bulan, dengan interval minimal 4
minggu cakupan imunisasi lengkap pada anak, yang merupakan gabungan dari
tiap jenis imunisasi yang didapatkan oleh seorang anak. Sejak tahun 2004
2. Vaksinasi
diberikan telah dibuat demikian rupa sehingga tidak menimbulkan sakit namun
menirukan infeksi alamiah yang tidak menimbulkan sakit namun cukup memberikan
kekebalan dengan tujuan memberikan infeksi ringan yang tidak berbahaya namun
Tabel 2.1 Dosis, Cara pemberian, Jumlah pemberian, Intervensi Dan waktu
Pemberian imunisasi
Jumlah Waktu
Vaksin Dosis Cara pemberian Interval
pemberian pemberian
BCG 0,05 cc Intracutan di 1 kali - 0-11 bulan
daerah musculus
Deltoideus
DPT 0,5 cc Intra muscular 3 kali 4 minggu 2-11 bulan
Polio 2 tetes Diteteskan ke 4 kali 4 minggu 0-11 bulan
mulut
Hepatitis B 0,5 cc Intra muscular 3 kali 4 minggu 0-11 bulan
pada paha bagian
luar
Campak 0,5 cc Subkutan, 1 kali 4 minggu 9-11 bulan
biasanya di
lengan kiri atas
12
Tabel 2.2
Jadwal Pemberian Imunisasi
0 bulan HB 1 Rumah
1 bulan BCG, Polio 1 Posyandu
2 bulan DPT/HB Combo 1, Polio 2 Posyandu
3 bulan DPT/HB Combo 2, Polio 3 Posyandu
4 bulan DPT/HB Combo 3, Polio 4 Posyandu
9 bulan Campak Posyandu
Sumber: Buku KIA (2010)
a. Difteri
Diphtheriae. Penyebarannya adalah melalui kontak fisik dan pernafasan. Daya tular
penyakit ini tinggi. Gejala awal penyakit adalah : gelisah, aktifitas menurun, radang
13
tenggorokan, hilang nafsu makan dan demam ringan. Dalam 2-3 hari timbul selaput
putih kebiru-biruan pada tenggorokan dan tonsil. Komplikasi difteri berupa gangguan
Penyakit ini pertama kali diperkenalkan oleh Hyppocrates pada abad ke-5 SM
dan epidemi pertama dikenal pada abad ke-6 oleh Aetius. Seorang anak dapat
menyumbat jalan nafas. Toksin yang terbentuk pada membran tersebut kemudian
diabsorbsi ke dalam aliran darah dan dibawa ke seluruh tubuh. Penyebaran toksin ini
b. Pertusis
Pertusis disebut juga batuk rejan atau batuk 100 hari adalah penyakit pada
adalah melalui percikan ludah yang keluar dari batuk atau bersin. Gejala penyakit
adalah pilek, mata merah, bersin, demam, dan batuk ringan yang lama-kelamaan
batuk menjadi parah dan menimbulkan batuk menggigil yang cepat dan keras.
merupakan penyakit yang bersifat toxin-mediated toxin yang dihasilkan melekat pada
bulu getar saluran nafas atas akan melumpuhkan bulu getar tersebut sehingga
sumbatan jalan nafas dan pneumonia (Tumbelaka, A.R & Hadinegoro, S.R, 2008,
hlm.144).
c. Tetanus
menghasilkan neurotoksin. Penyakit ini tidak menyebar dari orang ke orang, tetapi
melalui kotoran yang masuk kedalam luka yang dalam. Gejala awal penyakit adalah
kaku otot pada rahang, disertai kaku pada leher, kesulitan menelan, kaku otot perut,
berkeringat, dan demam. Pada bayi terdapat juga gejala berhenti menetek antara 3
sampai dengan 28 hari setelah lahir. Gejala berikutnya adalah kejang yang hebat dan
tubuh menjadi kaku (Depkes, 2009, hlm.13). Tetanus dapat ditemukan pada anak-
anak, juga dijumpai kasus tetanus neonatal yang bersifat fatal. Komplikasi tetanus
yang sering terjadi antara lain laringospasme, infeksi nosokomial dan pneumonia
d. Tuberkulosis
tuberculosa disebut juga batuk darah. Penyakit ini menyebar melalui pernafasan
lewat bersin atau batuk. Gejala awal penyakit adalah lemah badan, penurunan berat
badan, demam, dan keluar keringat pada malam hari. Gejala selanjutnya adalah batuk
terus-menerus, nyeri dada dan mungkin batuk darah. Gejala lain tergantung pada
15
e. Campak
measles. Disebarkan melalui udara (percikan ludah) sewaktu bersin atau batuk dari
penderita. Gejala awal penyakit adalah demam, bercak kemerahan, batuk, pilek,
konjunctivitis (mata merah) selanjutnya timbul ruam pada muka dan leher, kemudian
menyebar ke tubuh dan tangan serta kaki. Komplikasi campak adalah diare hebat,
peradangan pada telinga, dan infeksi saluran nafas (pneumonia). Prioritas utama
f. Poliomielitis
Poliomielitis adalah penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh
satu dari tiga virus yang berhubungan, yaitu virus polio tipe 1, 2 atau 3. Secara klinis
penyakit polio adalah anak di bawah umur 15 tahun yang menderita lumpuh layu akut
(tinja) yang terkontaminasi. Kelumpuhan dimulai dengan gejala demam, nyeri otot
dan kelumpuhan terjadi pada minggu pertama sakit. Komplikasi poliomielitis adalah
kematian bisa terjadi karena kelumpuhan otot-otot pernafasan terinfeksi dan tidak
Kata polio (abu-abu) dan myelon (sumsum), berasal dari bahasa Latin yang
berarti medulla spinalis. Infeksi virus mencapai puncak pada musim panas,
16
sedangkan pada daerah tropis tidak ada bentuk musiman penyebaran infeksi. Virus
polio sangat menular, pada kontak antarrumah tangga (yang belum diimunisasi)
g. Hepatitis B
yang merusak hati. Penularan penyakit secara horizontal yaitu dari darah dan
produknya melalui suntikan yang tidak aman melalui tranfusi darah dan melalui
hubungan seksual. Sedangkan penularan secara vertikal yaitu dari ibu ke bayi selama
proses persalinan. Gejalanya adalah merasa lemah, gangguan perut, dan gejala lain
seperti flu. Warna urin menjadi kuning, tinja menjadi pucat. Warna kuning bisa
terlihat pula pada mata ataupun kulit. Komplikasi hepatitis B adalah bisa menjadi
hepatitis kronis dan menimbulkan pengerasan hati (Cirrhosis Hepatis), kanker hati
Infeksi virus hepatitis B menyebabkan sedikitnya satu juta kematian/tahun. Saat ini
terdapat 350 juta penderita kronis dengan 4 juta kasus baru/tahun. Infeksi pada anak
umumnya asimtomatis tetapi 80-95% akan menjadi kronis dan dalam 10-20 tahun
akan menjadi sirosis dan atau karsinoma hepatoseluler. Oleh karena itu, kebijakan
utama tata laksana virus hepatitis B adalah memotong jalur transmisi sedini mungkin.
Vaksinasi universal bayi baru lahir merupakan upaya yang paling efektif dalam
menurunkan prevalens virus hepatitis B dan karsinoma hepatoseluler (Pujiarto, P.S &
imunisasi hepatitis B diberikan kepada semua bayi di negara endemis tinggi. Tahun
1997 imunisasi hepatitis B diberikan kepada semua bayi disemua negara diseluruh
dunia. Imunisasi Hepatitis B harus diberikan pada bayi 0-7 hari karena : 3-8 % ibu
hamil merupakan pengidap (carrier), 45,9 % bayi tertular saat lahir dari ibu pengidap,
penularan pada saat lahir hampir seluruhnya berlanjut jadi hepatitis menahun.
1. Usia Ibu
Usia adalah lamanya seseorang hidup dihitung dari tahun lahirnya sampai
dengan ulang tahunnya yang terakhir. Usia merupakan konsep yang masih abstrak
menghitung umur dengan tepat tahun dan kelahirannya, sementara yang lain
Ibu yang berusia lebih muda dan baru memiliki anak biasanya cenderung
pemberian imunisasi (Reza, 2006). Merujuk hal tersebut, diketahui bahwa usia yang
paling aman seorang ibu untuk melahirkan anak adalah 20 sampai 30 tahun (Saputra,
2009). Penelitian Wardhana (2001) disebutkan bahwa ibu yang berusia≥ 30 tahun
cenderung untuk tidak melakukan imunisasi lengkap dibandingkan dengan ibu yang
berusia < 30 tahun cenderung untuk melakukan imunisasi lengkap 2,03 kali
18
dibandingkan dengan usia ibu≥ 30 tahun. Namun secara statistik hubungan antara
usia ibu dan status kelengkapan imunisasi tidak bermakna (p-value=0,16). Lienda
(2009) dalam penelitiannya hasil uji statistik p-value=0,109 bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan antara usia ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar.
imunisasi semakin baik seiring dengan peningkatan usia ibu. Penelitian Rahma Dewi
(1994) memperoleh hasil bahwa 58,3% kelengkapan status imunisasi anak terdapat
pada ibu yang berusia 20-29 tahun. Sedangkan proporsi yang hampir sama pada usia
ibu 15-19 tahun sebesar 48,4% dan usia ibu 30 tahun lebih sebesar 48,5%. Reza
(2006) ada hubungan bermakna secara statistik yang ditunjukkan oleh nilai p-
value=0,000. Ibu yang berusia ≥ 30 tahun 2,78 kali lebih besar status imunisasi dasar
anaknya untuk tidak lengkap dibandingkan dengan ibu yang berusia < 30 tahun.
2. Pendidikan
a. Definisi Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
b. Jenjang Pendidikan
tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang
kepribadian dan kemampuan di dalam dan luar sekolah dan berlangsung seumur
memiliki peranan yang penting dalam kwalitas. Lewat pendidikan manusia dianggap
berkaitan erat dengan pemberian imunisasi pada anak. Sejalan dengan hal tersebut
seseorang ibu yang telah tinggi akan berpeluang besar untuk mengimunisasikan
anaknya. Ibu yang berpendidikan mempunyai pengetahuan yang lebih baik tentang
yang sedikit banyak telah diajarkan disekolah. Hal ini diperkuat kembali dengan
adanya penelitian oleh Widyanti (2008) menjelaskan bahwa ibu yang memiliki
tingkat pendidikan yang telah tinggi akan memberikan imunisasi lebih lengkap
kepada anaknya dibandingkan ibu dengan pendidikan rendah. Lienda (2009) hasil
3. Pekerjaan
dengan individu lainnya, bertukar informasi dan berbagi pengalaman pada ibu yang
bekerja akan memiliki pergaulan yang luas dan dapat saling bertukar informasi
bahwa ibu yang bekerja mempunyai peluang 1,1 kali untuk mengimunisasikan
anaknya dengan lengkap dibandingkan ibu yang tidak bekerja. Rahma Dewi (1994)
menjelaskan bahwa proporsi ibu yang bekerja terhadap anak dengan imunisasi
juga Lienda (2009) hasil penelitiannya 1,25 kali ibu yang bekerja anaknya
diimunisasi lengkap dibandingan yang tidak bekerja namun secara statistik tidak ada
nilai p-value=0,250.
4. Jumlah anak
bagi ibu untuk mencari pelayanan imunisasi terhadap anaknya. Oleh karena itu
jumlah anak yang dapat mempengaruhi ada tidaknya waktu bagi ibu meninggalkan
jumlah anak terutama ibu yang masih mempunyai bayi yang merupakan anak ketiga
21
atau lebih akan membutuhkan banyak waktu untuk mengurus anak-anaknya tersebut.
Sehingga semakin sedikit ketersediaan waktu bagi ibu untuk mendatangi tempat
pelayanan imunisasi (Reza, 2006). Lienda (2009) dalam hasil penelitiannya jumlah
dibandingkan dengan ibu yang memiliki jumlah anak hidup > 2 orang. Jumlah anak
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kelengkapan imunisasi pada anak.
Ibu yang mempunyai banyak anak kesulitan dalam mendatangi tempat pelayanan
kesehatan (Luman,2003).
Besarnya anggota keluarga diukur dengan jumlah anak dalam keluarga. Makin
pada anak. Keluarga yang mempunyai banyak anak menyebabkan perhatian ibu akan
terpecah, sementara sumber daya dan waktu ibu terbatas sehingga perawatan untuk
5. Penghasilan
Penghasilan adalah upah yang didapat oleh seseorang setelah dia melakukan
pekerjaan yang sesuai standar atau minimum rata-rata yang telah ditetapkan. Upah
atau gaji bisa diberikan dalam bentuk apapun namun lebih jelas menggunakan
nominal nilai angka mata uang yang diterima seseorang setiap minggu ataupun
angka kematian anak pada keluarga berada/kaya lebih rendah jika dibandingkan
dengan angka pada rumah tangga miskin.Sekitar 35% kematian anak dan balita
22
mempunyai latar belakang yang berkaitan dengan kejadian gizi buruk atau gizi
kurang.
6. Pengetahuan
Pengetahuan adalah dari hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang mana penginderaan ini terjadi
rasa, dan raba yang sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
Hubungan antara status imunisasi dasar pada bayi usia 0-12 bulan lengkap
orangtua, dan jumlah anak. Di antara beberapa faktor tersebut pengetahuan ibu
tentang imunisasi merupakan suatu faktor yang sangat erat hubungannya dengan
kurang efektif bila ibu tidak mau anaknya diimunisasi dengan berbagai alasan.
pengetahuan, lingkungan dan logistik, urutan anak dalam keluarga dan jumlah
anggota keluarga, sosial ekonomi, mobilitas, keluarga, ketidak stabilan politik, sikap
imunisasi tidak berjalan dengan baik ada beberapa faktor yang menyebabkannya
23
kurangnya informasi dan pengetahuan yang lengkap dan akurat tentang pentingnya
cakupan imunnisasi, dan kegiatan ini sering ditempatkan dalam biaya lainnya