Anda di halaman 1dari 24
BUPATI LAMPUNGSELATAN Menimbang Mengingat > PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH LAMPUNG SELATAN NOMOR 8 _ TAHUN 2020 TENTANG KABUPATEN LAYAK ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMPUNG SELATAN, bahwa untuk menjamin terpenuhinya hak hak anak diperlukan upaya yang bersungguh-sungguh dari pemerintah daerah, masyarakat dan dunia usaha melalui pengembangan Kabupaten Layak Anak (KLA); bahwa dalam upaya menjamin perlindungan dan pemenuhan hak anak perlu dilakukan secara struktural melalui pengaturan, perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang pada gilirannya menjadi norma dalam masyarakat; bahwa pengembangan Kabupaten Layak Anak Kabupaten Layak Anak di Kabupaten Lampung Selatan diperlukan sebagai upaya bersama antara pemerintah daerah, orang tua, keluarga, masyarakat dan dunia usaha yang bertujuan menjamin pemenuhan hak anak; bahwa berdasarkan _pertimbangan _sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, maka perly menetapkan Peraturan Daerah tentang Kabupaten Layak Anak. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 4 Tahun 1956, Undang-Undang Darurat Nomor 5 Tahun 1956, Undang-Undang Darurat Nomor 6 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Tingkat Il termasuk Daerah Praja Dalam Lingkungan Daerah Tingkat I Sumatera Selatan sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1821); 10. ll. 12, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Nomor 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3019); Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1979 Nomor 32, ‘Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3143); Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1979 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886); Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886); Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 297, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5606) ; Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279); Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5332); Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 13. 14, 15. 16. 17. 18. 19. 20. ai. 22. 23. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1988 tentang Usaha Kesejahteraan Anak Bagi Anak yang Mempunyai Masalah; Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan Convention on The Right of The Child (Konvensi tentang Hak-Hak Anak); Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Nomor 6 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Data Gender dan Anak (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 254); Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 11 Tahun 2011 tentang Kebijakan Pengembangan Kabupaten/Kota Layak Anak (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 168); Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 12 Tahun 2011 tentang Indikator Kabupaten/Kota Layak Anak (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 170); Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 13 Tahun 2011 tentang Panduan Pengembangan Kabupaten/Kota Layak Anak (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 170); Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 14 Tahun 2011 tentang Panduan Evaluasi Kabupaten/Kota Layak Anak (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 171); Peraturan Menteri Sosial Nomor 21 Tahun 2013 tentang Pengasuhan Anak; Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 8 Tahun 2014 tentang Kebijakan Sekolah Ramah Anak; Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Selatan Nomor 4 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Perlindungan Anak (Lembaran Daerah Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2015 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Lampung Selatan Nomor 4); Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Selatan Nomor 7 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Lampung Selatan (Lembaran Daerah Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2016 Nomor 16, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Lampung Selatan Nomor 16). Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LAMPUNG SELATAN dan BUPATI LAMPUNG SELATAN MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG KABUPATEN LAYAK ANAK. BABI KETENTUAN UMUM Bagian Kesatu Umum Pasal 1 Dalam Peraturan daerah ini yang dimaksud dengan 1. Daerah otonom yang selanjutnya disebut daerah adalah kesatuan masyarakat hukum Kabupaten Lampung Selatan yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengatur urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan —urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom Kabupaten Lampung Selatan. Bupati adalah Bupati Lampung Selatan. 4, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah Kabupaten Lampung Selatan yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah 5. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Lampung Selatan. 6. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan tercatat sebagai penduduk dan/atau berdomisili dan/atau mengalami masalah di wilayah Kabupaten Lampung Selatan. 7. Hak Anak adalah bagian dari Hak Asasi Manusia yang wajib dijamin, dilindungi dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, Pemerintah Daerah, Pemerintah dan Negara. 8. Kabupaten Layak Anak yang selanjutnya disingkat KLA adalah kabupaten yang mempunyai sistem pembangunan berbasis hak anak melalui pengintegrasian komitmen dan sumber daya pemerintah, masyarakat dan dunia usaha yang terencana secara menyeluruh dan berkelanjutan dalam kebijakan, program dan kegiatan untuk menjamin terpenuhinya hak anak. 9. Penyelenggaraan KLA adalah serangkaian kegiatan pembangunan dan pelayanan publik untuk pemenuhan hak anak yang wajib disediakan oleh Pemerintah Daerah secara terintergrasi didalam merencanakan, mengganggarkan, melaksanakan dan mengawasi setiap kebijakan, program, kegiatan untuk mencapai indikator KLA. 10. 1. 12, 13. 14, 15. 16. 17. 18. 19. 20. Gugus Tugas KLA adalah Lembaga Koordinatif ditingkat Daerah yang mengoordinasikan kebijakan, Program dan kegiatan untuk mewujudkan KLA. Sekretariat Gugus Tugas KLA adalah unit kerja yang membantu pelaksanaan Tugas dan memberikan dukungan administrasi Gugus ‘Tugas KLA yang berkedudukan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah yang melaksanakan tugas penyelenggaraan KLA. Rencana Aksi Daerah Pengembangan KLA yang selanjutnya disebut RAD-KLA adalah dokumen yang membuat kebijakan, program dan kegiatan untuk mewujudkan KLA. Pusat krisis anak adalah lembaga yang memberikan pelayanan indentifikasi, penyelematan rehabilitasi, dan reintegrasi terhadap anak dan terutama kepada anak yang berhadapan dengan hukum, anak dalam situasi bencana /darurat, anak yang mengalami ekspoitasi, anak yang mengalami penanganan salah, anak yang mengalami penelantaran dan anak yang mengalami tindak kekerasan. Rumah Aman anak adalah lembaga yang bertugas memberikan perlindungan didalam rumah aman bagi anak dan terutama anak yang berhadapan dengan hukum, anak yang mengalami ekspoitasi, anak yang mengalami menanganan salah, anak yang mengalami penelantaran dan anak yang mengalami tindak kekerasan. Keluarga Ramah Anak adalah keluarga yang memenuhi semua fungsi keluarga dengan baik yaitu fungsi biologis, fungsi ekonomi, fungsi keagamaan, serta fungsi sosial termasuk pemenuhan hak anak. Sekolah Ramah Anak adalah Satuan pendidikan formal, non formal yang aman, bersih dan sehat, peduli dan berbudaya lingkungan hidup, mampu menjamin, memenuhi, menghargai hak anak dan perlindungan anak dari kekerasan, diskriminasi dan perlakuan salah lainnya serta mendukung partisipasi. anak dalam perencanaan, _kebijakan, pembelajaran, pengawasan, dan mekanisme pengaduan terkait pemenuhan hak anak dan perlindungan anak. Desa/Kelurahan Layak Anak adalah pembangunan desa / kelurahan yang menyatukan komitmen dan sumber daya — pemerintah Desa/Kelurahan yang melibatkan masyarakat dan dunia usaha yang berada di Desa/Kelurahan dalam rangka mempromosikan, melindungi, memenuhi dan menghormati hak anak, yang direncanakan secara sadar dan berkelanjutan. Swasta adalah orang atau badan yang bergerak dalam bidang usaha bisnis maupun usaha sosial. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya, atau keluarga sedarah dalam garis lurus keatas atau kebawah sampai dengan derajat ketiga. Masyarakat adalah sekelompok warga yang mendiami suatu wilayah administasi pemerintahan ( tingkat desa / kelurahan dan kecamatan ) yang tesmi dan bekerja sama dalam kehidupan dalam waktu yang cukup lama dan mentaati aturan yang ada. 21, 22. 23. (1) (2) Fasilitas Pelayanan Kesehatan Ramah Anak adalah fasilitas pelayanan kesehatan tingkat kesatu, kedua dan ketiga baik negeri maupun swasta yang memberikan pelayanan persalinan, pengobatan, rawat inap, kesehatan ibu dan anak yang meliputi Puskesmas pembantu, Puskesmas, Rumah Bersalin, Balai Pengobatan, Rumah Sakit, Laboratorium Klinik yang mampu memenuhi Hak Anak dan mengedepankan pelayanan yang ramah anak. Anak Yang berhadapan dengan hukum yang selanjutnya disingkat ABH adalah anak yang berkonflik dengan hukum, anak yang menjadi korban tindak pidana dan anak yang menjadi saksi tindak Pidana. Narkotika, alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif yang selanjutnya disingkat NAPZA adalah bahan/zat yang dapat mempengaruhi kondisi Kejiwaan psikologi seseorang (pikiran, perasaan dan perilaku) serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 Pengaturan penyelenggaraan KLA dalam peraturan ini dimaksudkan untuk mewujudkan pemenuhan hak anak dan menjadi acuan penyelenggaraan KLA di daerah. Pengaturan penyelenggaraan KLA dalam peraturan ini bertujuan untuk : a. menjamin terpenuhinya hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat martabat kemanusiaan, demi terwujudnya anak yang berkualitas, berakhlak mulia dan sejahtera; b. menjamin pemenuhan hak anak dalam menciptakan rasa aman, ramah, bersahabat; c. melindungi anak dari acaman permasalah sosial_ dalam kehidupannya; d. _mengembangkan potensi, bakat dan kreatifitas anak; e. mengoptimalkan peran dan fungsi keluarga sebagai basis pendidikan pertama bagi anak; dan fA f. membangun sarana dan prasarana daerah yang mampu memenuhi kebutuhan dasar anak untuk tumbuh berkembang secara optimal. Bagian Ketiga Ruang Lingkup Pasal 3 Ruang lingkup peraturan daerah ini meliputi: a. b. pemenuhan dan perlindungan hak-hak anak: dan peran serta pemerintah daerah, dunia usaha dan masyarakat dalam pemenuhan dan perlindungan hak-hak anak. BAB III PRINSIP DAN STRATEGI Pasal 4 Upaya KLA dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip: paorp tata pemerintahan yang baik: non-diskriminasi: kepentingan terbaik bagi anak: hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan anak: dan penghargaan terhadap pandangan anak. Pasal 5 Implementasi KLA didasarkan pada strategi: a. b. pengarusutamaan Hak Anak (PUHA): mendorong gerakan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang layak bagi anak dari tingkat keluarga, rukun tetangga, rukun warga, kelurahan/desa, sampai dengan tingkat kecamatan:dan mendorong berbagai pihak terkait secara langsung maupun tidak langsung untuk bertanggungjawab terhadap pemenuhan hak anak. Pasal 6 Strategi KLA dilaksanakan dengan mengintegrasikan pengarusutamaan hak anak dalam : a. b. setiap proses penyusunan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan; setiap tahapan pembangunan, mulai dari perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi; mendorong gerakan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang layak bagi anak dari tingkat keluarga, rukun tetangga, rukun warga, kelurahan/desa sampai dengan kecamatan; dan mendorong berbagai pihak terkait secara langsung maupun tidak langsung untuk bertanggungjawab terhadap pemenuhan hak anak. Pasal 7 Kebijakan KLA diarahkan pada pemenuhan hak anak melalui pengembangan sekolah ramah anak, pelayanan kesehatan ramah anak, kelurahan/desa tamah anak, kecamatan ramah anak. BAB IV PEMENUHAN HAK ANAK Bagian Kesatu Umum Pasal 8 Pemenuhan hak anak dikelompokkan dalam 5 (lima) kluster yang meliputi: eno gp hak sipil dan kebebasan; hak lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif; hak kesehatan dasar dan kesejahteraan; hak pendidikan, pemanfaatan waktu Iuang dan kegiatan budaya; dan hak perlindungan khusus. (a) (2) (3) a) Bagian Kedua Kluster Hak Sipil dan Kebebasan Pasal 9 Setiap anak berhak mendapatkan hak sipil dan kebebasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a sebagai berikut: a. akte kelahiran; b. menyampaikan pendapat sesuai dengan usia dan_ tingkat kecerdasannya; c. _mendapatkan informasi yang sehat dan aman; d. _kebebasan berkumpul dan berorganisasi yang sesuai bagi mereka; e. penjagaan nama baik dan tidak dieksploitasi ke publik tanpa seizin anak tersebut; dan f. _ setiap anak berhak memiliki kartu identitas anak. Keluarga berkewajiban untuk memenuhi hak sipil dan kebebasan anak, sebagai berikut: a. mengurus akte kelahiran anak setelah anak dilahirkan; b. memberikan ruang untuk berkumpul dan_berorganisasi serta mendengarkan anak untuk mengeluarkan pendapatnya; c. mengawasi anak dalam mengakses berbagi informasi serta menyediakan informasi yang sehat dan aman;dan d. melindungi kehidupan pribadi anak dan tidak mengekspose tanpa seizin anak. Pemerintah daerah berkewajiban menyediakan fasilitas untuk memenuhi hak sipil dan kebebasan anak, sebagai berikut: a. menyelenggarakan pelayanan yang cepat dan mudah dalam pembuatan akte kelahiran; b. melibatkan anak melalui forum anak di tingkat desa/kelurahan, kecamatan dan kabupaten dalam musyawarah —rencana pembangunan atau forum-forum lainnya yang sejenis; menyediakan call center anak sebagai sarana komunikasi interaktif atau pengaduan yang berkaitan dengan kepentingan anak; d. menyediakan fasilitas informasi yang sehat dan aman dengan melakukan pengawasan terhadap penyelenggara jasa internet; fe. menyediakan kartu anak; menyediakan Ruang PISA (Pusat Informasi Sahabat Anak); dan Informasi Layak Anak (ILA). ° am Bagian Ketiga Klaster hak Lingkungan Keluarga dan Pengasuhan Alternatif Pasal 10 Setiap anak berhak mendapatkan hak lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b sebagai berikut : a. _mendapat prioritas untuk dibesarkan oleh orang tua sendiri; b. tidak dipisahkan dari orang tuanya, kecuali pemisahan tersebut untuk kepentingan terbaik anak; c. mendapatkan pola asuh yang baik, santun dan penuh kasih (2) (3) (4) d. _mendapatkan pola asuh yang seimbang dari kedua orang tuanya; e. mendapatkan dukungan kesejahteraan meskipun orangtuanya tidak mampu, anak fakir miskin, anak terlantar dan yatim piatu. f. mendapatkan pengasuhan alternatif dalam hal kedua orangtuanya meninggal atau menderita penyakit yang tidak memungkinkan untuk mengasuh anak, sesuai dengan aturan hukum dan undang undang dan g. _mendapatkan keharmonisan keluarga. Keluarga berkewajiban untuk memenuhi hak lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif, sebagai berikut : a. memberikan pola asuh, kasih sayang, perhatian, perlindungan, fasilitas, menjaga keharmonisan keluarga, dengan _ selalu mempertimbangkan yang terbaik bagi anak, sesuai kondisi dan kemampuan orangtua ; b. mencegah terjadinya perkawinan usia anak serta menjaga anak untuk tidak terjebak dalam pergaulan bebas, — budaya permisivisme,dan terhindar dari NAPZA, HIV dan AIDS serta terlindung dari pornografi, bullying, trafiking. c. _memberikan pendidikan keagamaan dan menanam nilai-nilai luhur sejak dini kepada anak; d._memberikan wawasan kebangsaan , kepahlawanan dan bela negara sejak dini kepada anak; . _memberikan edukasi tentang kesehatan reproduksi sejak dini; dan f. memberikan dukungan kesejahteraan. Pemerintah daerah berkewajiban menyediakan fasilitas untuk memenuhi hak lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif sebagai berikut : a, memberikan pengasuhan alternatif bagi anak yang orang tuanya meninggal maupun yang sakit sehingga tidak memungkinkan mengurus anak; b. memberikan dukungan kesejahteraan; c. memenuhi hak tumbuh kembang anak dan melindungi anak-anak PMKS dan ABH; d. _melindungi anak-anak dari perlakuan kejam, tidak manusiawi dan merendahkan martabat manusia; e. mengadakan pelatihan untuk orang tua tentang pola asuh anak yang baik; f. _berperan aktif membantu keluarga dalam menjalankan kewajiban; g. menyelenggarakan program pendidikan pra-nikah bagi para calon pengantin; h. menyediakan lembaga pengasuhan alternatif panti/Iksa yang terstandarisasi; dan i, menyediakan ruang bermain ramah anak (RBRA) di ruang publik terbuka atau di dalam gedung. Setiap anak dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain manapun yang bertanggungjawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan: a. diskriminasi ; b. _eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual; c. penelantaran; d e kekejaman, kekerasan dan penganiayaan; dan perlakuan salah lainnya. (5) (a (2) (3) Pelaksanaan perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bagian Keempat Hak Kesehatan Dasar dan Kesejahteraan Pasal 11 Setiap anak berhak mendapatkan hak Kesehatan dasar dan kesejahteraan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf c, sebagai berikut : a. tidak untuk digugurkan kecuali membahayakan keselamatan ibu dan bayi; gizi yang baik dan seimbang sejak dalam kandungan; air susu ibu sampai usia 2 (dua) tahun; imunisasi dasar lengka; pemeriksaan kesehatan balita secara berkala; lingkungan bebas asap rokok; ketersediaan air bersih; akses jaminan sosial kesehatan; perlindungan dan rehabilitasi dari bahaya pornography NAPZA, HIV, dan AIDS, perkawinan usia anak; j. _ bebas stunting, bebas BAB sembarangan (ODF); dan k. _pelayanan ramah anak di fasilitas kesehatan. Frm og aos Keluarga berkewajiban untuk memenuhi hak kesehatan dasar dan kesejahteraan anak, sebagai berikut : pemenuhan gizi yang baik sejak dalam kandungan: memberikan air susu ibu sampai usia 2 (dua) tahun; pemenuhan imunisasi lengkap; melaksanakan pemeriksaan kesehatan balita secara berkala; bebas asap rokok; pemenuhan air bersih; memberikan perlindungan dan rehabilitasi dari NAPZA, HIV dan AIDS. Pemerintahan daerah berkewajiban menyediakan fasilitas untuk memenuhi hak kesehatan dasar dan kesejahteraan sebagai berikut a. penyediaan pelayanan ramah anak (PRA) pada setiap fasilitas kesehatan puskesmas, klinik, rumah sakit negeri/swasta; b. penyediaan ruang menyusui di kantor pemerintahan dan/ atau di tempat-tempat pelayanan publik (ruang laktasi); c. penyelenggaraan dan fasilitas sarana dan prasarana posyandu disetiap dusun/lingkungan; d. _ penyediaan air bersih, odf (bebas BAB sembarangan) . penataan ruang terbuka hijau serta lingkungan yang bersih, sehat dan nyaman; f. fasilitas yang bertujuan menurunkan angka kematian ibu melahirkan dan angka kematian anak serta meningkatkan usia harapan hidup, standar gizi dan standar kesehatan yang tinggi; g. _ bebas stunting dan penetapan kawasan bebas rokok Rogao op (1) (2) (3) Bagian Kelima Hak Pendidikan, Pemanfaatan Waktu Luang dan Kegiatan Budaya Pasal 12 Setiap anak berhak mendapatkan hak atas pendidikan, pemanfaatan waktu luang dan kegiatan budaya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 hurufd, sebagai berikut: a. _berpartisipasi pada saat pendidikan (belajar) disekolah; b. mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk memperoleh pendidikan; c. hak mengembangkan bakat, minat dan kemampuan serta kreativitas, berkreasi; dan 4. memiliki waktu luang untuk beristirahat dan melakukan berbagai kegiatan seni, budaya dan olahraga. Keluarga berkewajiban untuk memenuhi hak pendidikan, pemanfaatan waktu luang dan kegiatan budaya, sebagai berikut : a. menjamin kelangsungan pendidikan anak sejak usia dini; b. memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak untuk memperoleh pendidikan dan membangun komunikasi_ terkait kegiatan belajar mengajar di sekolah dengan pihak sekolah ; ¢. mengarahkan dan memberikan kesempatan anak untuk mengembangkan minat, bakat dan kreativitas; d. memberikan waktu luang untuk beristirahat dan melakukan berbagai kegiatan seni, budaya dan olah raga; dan e. meluangkan waktu untuk berekreasi bersama anak-anak sesuai situasi dan kondisi orang tua. Pemerintah daerah menyediakan fasilitas untuk memenuhi hak pendidikan, pemanfaatan waktu luang dan kegiatan budaya, sebagai berikut : a, memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas termasuk memberikan kesempatan dan aksebilitas bagi anak penyandang disabilitas, dhuafa, anak terlantar; b. menyelenggarakan pendidikan khusus inklusi bagi anak penyandang disabilitas, disekolah reguler dan sekolah luar biasa; _, mengoptimalkan pendidikan keterampilan luar sekolah; menyediakan perpustakaan baik gedung,taman bacaan , gedung kesenian dan gelanggang olahraga sebagai wadah untuk mengasah dan mengembangkan bakat, minat dan kreativitas anak dibidang seni, budaya dan olah raga; e. menyediakan prasarana perjalanan aman seperti Zona Selamat Sekolah (ZoSS), Zebra Cross Sekolah, bus sekolah, perahu sekolah,polisi sekolah, RASS (rute aman selamat sekolah| mewujudkan sekolah ramah anak disetiap jenjang pendidikan; memberikan beasiswa bagi siswa keluarga tidak mampu; memfasilitas siswa putus sekolah disekolah terbuka atau pusat kegiatan belajar masyarakat; i, memberikan penghargaan kepada siswa berprestasi dalam bidang akademik, seni budaya, olah raga, dan kreativitas lainnya; ae ze a) (2) (3) j. mengeluarkan kebijakan untuk penyelenggara pendidikan agar tidak mengeluarkan siswa dari lembaga pendidikan, dengan melakukan pembinaan, meskipun terlibat tindak pidana ; dan kk. _menyelenggarakan masa orientasi peserta didik yang edukatif dan tanpa kekerasan. Bagian Keenam Pemenuhan Hak Perlindungan Khusus Pasal 13 Setiap anak berhak mendapatkan hak perlindungan khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf e, sebagai berikut ; a. anak dalam situasi darurat karena kehilangan orang tua/ pengasuh tempat tinggal berhak mendapatkan jaminan pemenuhan hak tumbuh kembang, perlindungan dan pendampingan secara optimal; b. anak yang berhadapan dengan hukum (ABH) berhak mendapatkan perlindungan dan akses atas tumbuh kembangnya secara wajar dan berhak mendapatkan keadilan restoratif; c. anak dalam situasi eksploitasi secara ekonomi dan seksual, korban tindak kekerasan dalam keluarga, sekolah maupun lingkungan, korban NAPZA, HIV dan AIDS, korban Penculikan, korban perdagangan anak (trafficking), korban perdagangan anak balita, penyandang disabilitas, dan korban penelantaran, bencana alam dan bencana sosial berhak mendapatkan _perlindungan, pengasuhan, pengawasan, perawatan dan rehabilitasi; d. anak dengan kondisi yang disebutkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai dengan huruf c, berhak untuk tidak dieksploitasi oleh media cetak dan elektronik untuk menjamin masa depannya;dan e. anak dengan kondisi yang disebutkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf c, berhak dilindungi dari stigma, pengucilan dan diskriminasi dari masyarakat. Setiap keluarga berkewajiban untuk menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya secara optimal sebagaimana tertuang dalam pasal-pasal pemenuhan hak anak agar anak dapat terhindar dari kondisi khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf d dan huruf e Pemerintah daerah berkewajiban untuk memenuhi hak perlindungan khusus : a. membentuk pusat krisis anak dan forum penanganan dan koordinasi masalah kasus anak; b. _ tugas pokok dan fungsi pusat krisis anak ditetapkan oleh bupati; c. _menyusun program untuk mencegah agar anak tidak terlibat dalam situasi eksploitasi secara ekonomi dan seksual, tidak menjadi korban tindak kekerasan dalam keluarga ,sekolah ataupun lingkungan, tidak menjadi korban NAPZA, HIV dan AIDS, tidak menjadi korban penculikan, tidak menjadi korban perdagangan anak (traffiking), tidak menjadi korban perdagangan anak balita, dan tidak menjadi korban penelantaran; d. memberikan akses layanan publik dan jaminan sosial bagi anak penyandang disabilitas dan korban penelantaraan,bencana alam dan sosial sesuai pada ayat (3) huruf ¢; dan e. menyediakan fasilitas pelayanan pengaduan 24 Jam, rumah a a ae (1) (2) BAB V INDIKATOR KOTA LAYAK ANAK Pasal 14 Indikator KLA terdiri dari a. penguatan kelembagaan; dan b. _ Klaster hak anak. Pelaksanaan KLA dilakukan berdasarkan 5 klaster : a. _ hak sipil dan kebebasan; b. _lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif; c. _kesehatan dasar dan kesejahteraan; d. _pendidikan, pemanfaatan waktu luang dan kegiatan budaya; dan e. _perlindungan khusus. Pasal 15 Indikator penguatan kelembagaan terdiri dari: a. adanya peraturan perundang-undangan dan kebijakan untuk pemenuhan hak anak; b. persentase anggaran untuk pemenuhan hak anak, termasuk anggaran untuk penguatan kelembagaan; c. jumlah peraturan perundang-undangan, kebijakan, program dan kegiatan ,termasuk yang mendapatkan masukan dari forum anak dan kelompok anak lainnya; d. tersedianya sumber daya manusia terlatih KHA dan mampu menerapkan hak anak dalam kebijakan, program dan kegiatan; e. tersedianya data anak terpilah menurut jenis kelamin, umur disemua kluster indikator KLA f. _ keterlibatan lembaga masyarakat dalam pemenuhan hak anak; g. keterlibatan dunia usaha dalam pemenuhan hak anak melalui forum Asosiasi Perusahaan Sahabat Anak Indonesia (APSAI);dan h. keterlibatan media massa dalam pemenuhan hak anak melalui program dan pemberitaan yang ramah anak. Pasal 16 Klaster hak sipil dan kebebasan memiliki indikator meliputi: a. persentase anak yang teregistrasi dan mendapatkan Kutipan Akte Kelahiran; tersedianya fasilitas informasi layak anak dan ILA (Informasi Layak anak) jumlah kelompok anak, termasuk forum anak yang ada di kabupaten, kecamatan, kelurahan/desa; dan Pusat Informasi Sahabat Anak (PISA). Pasal 17 Kluster lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif memiliki indikator: a, b. persentase usia perkawinan di bawah 18 (delapan belas) tahun; tersedia lembaga konsultasi bagi orang tua/keluarga tentang pengasuhan dan perawatan anak yang terakreditasi; ae tersedianya lembaga kesejahteraan sosial anak yang terstandarisasi; tersedianya Ruang Bermain Ramah Anak (RBRA) di perkantoran dan fasilitas umum ,ruang baca dan taman baca; tersedia ruang laktasi di semua perkantoran dan fasilitas umum; dan tersedia fasilitas ibadah ramah anak. Pasal 18 Kluster kesehatan dasar dan kesejahteraan memiliki indikator: Pepoge ry angka kematian bayi; prevelensi kekurangan gizi pada balita; persentase air susu ibu eksklusif; jumlah ruang laktasi; persentase imunisasi dasar lengkap; jumlah lembaga yang memberikan pelayanan kesehatan reproduksi dan mental; jumlah anak keluarga miskin yang memperoleh akses peningkatan kesehatan dan kesejahteraan; persentase rumah tangga dengan akses air bersih dan bebas buang air besar (ODF); tersedia kawasan tanpa rokok; dan tersedia layanan ramah anak disemua fasilitas kesehatan. Pasal 19 Kluster pendidikan, pemanfaatan waktu luang dan kegiatan budaya memiliki indikator: a. _angka partisipasi pendidikan anak usia dini; b. _persentase wajib belajar pendidikan 12 (dua belas) tahun; c. _ persentase sekolah ramah anak, madrasah dan pesantren ramah anak; d. jumlah sekolah yang mmiliki program, sarana dan prasarana perjalanan anak ke dan dari sekolah (RASS dan ZOSS); tersedia fasilitas untuk kegiatan kreatif dan rekreatif yang ramah anak yang dapat diakses semua anak; dan + Pusat Kreativitas Anak (PKA) dan taman budaya anak. Pasal 20 Klaster perlindungan khusus memiliki indikator: a. b, ic persentase anak yang memerlukan perlindungan khusus dan memperoleh pelayanan; persentase kasus anak berhadapan dengan hukum (ABH) yang diselesaikan dengan pendekatan keadilan restoratif; adanya mekanisme penanggulanagn bencana yang memperhatikan kepentingan anak; persentase anak yang dibebaskan dari bentuk-bentuk pekerjaan terburuk anak; dan tersedia fasilitas berupa shelter/tempat sebagai perlindungan bagi anak- anak yang membutuhkan perlindungan khusus. BAB VI TAHAPAN PENGEMBANGAN KLA Bagian Kesatu Umum Pasal 21 Tahapan pengembangan KLA meliputi : rmepogp persiapan; perencanaan; pelaksanaan; pemantauan; evaluasi; dan pelaporan Bagian Kedua Persiapan Pasal 22 Persiapan pengembangan KLA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf a meliputi : a. pembentukan gugus tugas KLA; dan b. pengumpulan data dasar. Pasal 23 (1) Gugus tugas KLA merupakan lembaga koordinatif wakil dari unsur eksekutif, legislatif, dan yudikatif yang membidangi anak, perguruan tinggi, organisasi non pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha, orang tua dan forum anak (2) Gugus tugas KLA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diketuai oleh Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, untuk menjalankan koordinasi dalam perencanaan pengembangan KLA. (3) Tugas dan tanggung Jawab gugus tugas KLA sebagaimana pada dimaksud pada ayat (1) meliput a. mengoordinasi pengembangan KLA; - b. menyusun RAD-KLA; c. melaksanakan sosialisasi, advokasi dan komunikasi pengembangan KLA; d. melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan kebijakan, program dan kegiatan dalam RAD-KLA; e. melakukan evaluasi setiap akhir tahun terhadap pelaksanaan kebijakan,program dan kegiatan dalam RAD-KLA; dan f. _membuat laporan kepada bupati. (4) Dalam melaksanakan tugas, anggota gugus tugas KLA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyelenggarakan fungsi pengumpulan, pengolahan, penyajian data, kebijakan, program dan kegiatan terkait pemenuhan hak anak. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan gugus tugas KLA, tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan dengan keputusan bupati. (1) (2) (yy (2) (3) (4) Pasal 24 Untuk membantu pelaksanaan tugas gugus tugas KLA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) bupati membentuk sekretariat gugus tugas KLA, yang bertanggung jawab pada masing-masing kluster. Pembentukan sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan bupati. Pasal 25 Pengumpulan data dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf b disusun secara berkala dan berkesinambungan untuk mengetahui situasi dan kondisi anak-anak di daerah. Pengumpulan data dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk : a, menentukan fokus program ; b. _menyusun kegiatan prioritas ; c. _melihat sebaran program/ kegiatan anak lintas OPD;dan d._ menentukan lokasi percontohan. Data dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) minimal memuat jenis kelamin dan umur anak. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengumpulan data dasar pengembangan KLA diatur dengan peraturan bupati. Bagian Ketiga Perencanaan Pasal 26 Perencanaan pengembangan KLA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf b yakni RAD-KLA. (1) (2) (3) (4) Pasal 27 Penyusunan RAD pengembangan KLA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf a dijadikan sebagai acuan untuk mengembangkan KLA secara sistematis, terarah, dan tepat sasaran. Penyusunan RAD-KLA, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) gugus tugas mempertimbangkan dan menyesuaikan dengan : a. _Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional dan Daerah; b. _Rencana Strategis Daerah;dan c. visi, misi,, kebijakan , program dan kegiatan daerah. Penyusunan RAD-KLA tidak harus membuat program baru karena RAD- KLA dapat merupakan sebuah integrasi dengan rencana kerja OPD terkait. Hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan RAD-KLA meliputi upaya pemenuhan hak anak yang mencakup penguatan kelembagaan dan 5 (lima) klaster hak anak. Selain itu, RAD-KLA harus mempertimbangkan dan mendayagunakan semua potensi lokal, sosial, budaya dan ekonomi serta berbagai produk unggulan setempat, sesuai dengan prinsip partisipasi anak dalam KHA, maka dalam proses penyusunan RAD-KLA, kelompok anak termasuk forum anak perlu dilibatkan. (8) q) (2) (3) (4) () (2) (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan pengembangan KLA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan bupati. Bagian Keempat Pelaksanaan Pasal 28 Pelaksanaan pengembangan KLA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf c, gugus tugas KLA melaksanakan program KLA, dengan melibatkan semua sumber daya, baik yang ada di pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha secara terencana, menyeluruh dan berkelanjutan. Sumber daya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. sumber daya manusia; b. keuangan; dan c. sarana prasarana yang ada di daerah yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan KLA. Selain Sumber daya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam pengembangan KLA dapat melibatkan media. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan pengembangan KLA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan bupati. Bagian Kelima Pemantauan Pasal 29 Pemantauan pengembangan KLA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf d dilaksanakan untuk mengetahui perkembangan dan hambatan dalam pelaksanaan pengembangan KLA secara berkala serta sesuai dengan rencana. Aspek yang harus diperhatikan dalam pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi a a. input dan proses terkait dengan upaya untuk memenuhi seluruh indikator KLA; b. pemantauan dapat dilakukan setiap bulan atau setiap 3 (tiga) bulan; c. pemantauan dilakukan mulai dari tingkat kabupaten kecamatan, sampai desa/kelurahan; dan d. pemantauan dapat dilakukan bersamaan dengan pertemuan/rapat tim gugus tugas, dan/atau kunjungan lapangan atau dengan cara lainnya. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemantauan pengembangan KLA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan bupati Q) (2) q) (2) (1) Bagian Keenam Evaluasi Pasal 30 Evaluasi pengembangan KLA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf e, dilaksanakan oleh gugus tugas KLA/ tim evaluasi KLA untuk menilai hasil pelaksanaan pengembangan KLA. Aspek yang harus diperhatikan dalam evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. capaian seluruh indikator KLA; b. _evaluasi dilakukan setiap tahun; dan c. evaluasi dilakukan mulai dari tingkat desa/kelurahan dan kecamatan. Bagian Ketujuh Pelaporan Pasal 31 Pelaporan pengembangan KLA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf f dilakukan oleh tim gugus tugas KLA kepada Bupati dan DPRD, untuk disampaikan kepada Gubernur dengan tembusan kepada Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Menteri Dalam Negeri. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaporan pengembangan KLA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan bupati. BAB VII TANGGUNGJAWAB PENYELENGGARAAN KLA Bagian Kesatu Pemerintah Daerah Pasal 32 wab pemerintah daerah dalam upaya mewujudkan KLA Tanggu adalah: a. mengembangkan kebijakan dan produk hukum daerah yang mendukung pemenuhan hak anak; b. _mengalokasikan anggaran untuk pemenuhan hak anak; cc. mengalokasikan anggaran untuk penguatan kelembagaan; d. melibatkan forum anak dan/atau kelompok anak lainnya dalam menyusun kebijakan dan produk hukum daerah yang terkait dengan hak anak e. meningkatkan kapasitas aparat perangkat daerah terkait dan pemangku kepentingan dalam rangka implementasi hukum, kebijakan program, dan kegiatan berkaitan dengan pemenuhan hak anak; f, _ menyediakan data anak terpilah menurut jenis kelamin, umur dan kecamata menganalisis situasi dan kondisi anak di daerah; dan melibatkan lembaga masyarakat dan dunia usaha dalam pemenuhan hak anak. re (a) (2) (3) j. mengeluarkan kebijakan untuk penyelenggara pendidikan agar tidak mengeluarkan siswa dari lembaga pendidikan, dengan melakukan pembinaan, meskipun terlibat tindak pidana ; dan kk. menyelenggarakan masa orientasi peserta didik yang edukatif dan tanpa kekerasan. Bagian Keenam Pemenuhan Hak Perlindungan Khusus Pasal 13, Setiap anak berhak mendapatkan hak perlindungan khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf e, sebagai berikut ; a. anak dalam situasi darurat karena kehilangan orang tua/ pengasuh tempat tinggal berhak mendapatkan jaminan pemenuhan hak tumbuh kembang, perlindungan dan pendampingan secara optimal; b. anak yang berhadapan dengan hukum (ABH) berhak mendapatkan perlindungan dan akses atas tumbuh kembangnya secara wajar dan berhak mendapatkan keadilan restoratif, c. anak dalam situasi eksploitasi secara ekonomi dan seksual, korban tindak kekerasan dalam keluarga, sekolah maupun lingkungan, korban NAPZA, HIV dan AIDS, korban Penculikan, korban perdagangan anak (trafficking), korban perdagangan anak balita, penyandang disabilitas, dan korban penelantaran, bencana alam dan bencana sosial berhak mendapatkan _ perlindungan, pengasuhan, pengawasan, perawatan dan rehabilitasi; d. anak dengan kondisi yang disebutkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai dengan huruf c, berhak untuk tidak dieksploitasi oleh media cetak dan elektronik untuk menjamin masa depannya;dan e. anak dengan kondisi yang disebutkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf c, berhak dilindungi dari stigma, pengucilan dan diskriminasi dari masyarakat. Setiap keluarga berkewajiban untuk menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya secara optimal sebagaimana tertuang dalam pasal-pasal pemenuhan hak anak agar anak dapat terhindar dari kondisi khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurufa , huruf b, huruf c, huruf d dan huruf e Pemerintah daerah berkewajiban untuk memenuhi hak perlindungan khusus : a. membentuk pusat krisis anak dan forum penanganan dan koordinasi masalah kasus anak; b. _ tugas pokok dan fungsi pusat krisis anak ditetapkan oleh bupati; c. menyusun program untuk mencegah agar anak tidak terlibat dalam situasi eksploitasi secara ekonomi dan seksual, tidak menjadi korban tindak kekerasan dalam keluarga ,sekolah ataupun lingkungan, tidak menjadi korban NAPZA, HIV dan AIDS, tidak menjadi korban penculikan, tidak menjadi korban perdagangan anak (traffiking), tidak menjadi korban perdagangan anak balita, dan tidak menjadi korban penelantaran; d. memberikan akses layanan publik dan jaminan sosial bagi anak penyandang disabilitas dan korban penelantaraan,bencana alam dan sosial sesuai pada ayat (3) huruf c; dan e. menyediakan fasilitas pelayanan pengaduan 24 Jam, rumah ae re () (2) BAB V INDIKATOR KOTA LAYAK ANAK Pasal 14 Indikator KLA terdiri dari a. penguatan kelembagaan; dan b. klaster hak anak. Pelaksanaan KLA dilakukan berdasarkan 5 klaster : hak sipil dan kebebasan; lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif; kesehatan dasar dan kesejahteraan; pendidikan, pemanfaatan waktu luang dan kegiatan budaya; dan perlindungan khusus. enoge Pasal 15 Indikator penguatan kelembagaan terdiri dari: a. adanya peraturan perundang-undangan dan kebijakan untuk pemenuhan hak anak; b. persentase anggaran untuk pemenuhan hak anak, termasuk anggaran untuk penguatan kelembagaan; c. jumlah peraturan perundang-undangan, kebijakan, program dan kkegiatan ,termasuk yang mendapatkan masukan dari forum anak dan kelompok anak lainnya; d. tersedianya sumber daya manusia terlatih KHA dan mampu menerapkan hak anak dalam kebijakan, program dan kegiatan; e. tersedianya data anak terpilah menurut jenis kelamin, umur disemua kluster indikator KLA f. _ keterlibatan lembaga masyarakat dalam pemenuhan hak anak; g. keterlibatan dunia usaha dalam pemenuhan hak anak melalui forum Asosiasi Perusahaan Sahabat Anak Indonesia (APSAI);dan h. keterlibatan media massa dalam pemenuhan hak anak melalui program dan pemberitaan yang ramah anak. Pasal 16 Klaster hak sipil dan kebebasan memiliki indikator meliputi: a, persentase anak yang teregistrasi dan mendapatkan Kutipan Akte Kelahiran; tersedianya fasilitas informasi layak anak dan ILA (Informasi Layak anak} jumlah kelompok anak, termasuk forum anak yang ada di kabupaten, kecamatan, kelurahan/desa; dan Pusat Informasi Sahabat Anak (PISA). Pasal 17 Kluster lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif memiliki indikator: a. b, persentase usia perkawinan di bawah 18 (delapan belas) tahun; tersedia lembaga konsultasi bagi orang tua/keluarga tentang pengasuhan dan perawatan anak yang terakreditasi; ao me Kluster kesehatan dasar dan kesejahteraan memi Pepoge oe tersedianya lembaga kesejahteraan sosial anak yang terstandarisasi; tersedianya Ruang Bermain Ramah Anak (RBRA) di perkantoran dan fasilitas umum ,ruang baca dan taman baca; tersedia ruang laktasi di semua perkantoran dan fasilitas umum; dan tersedia fasilitas ibadah ramah anak. Pasal 18 indikator: angka kematian bayi; prevelensi kekurangan gizi pada balita; persentase air susu ibu eksklusif; jumlah ruang laktasi; persentase imunisasi dasar lengkap; jumlah lembaga yang memberikan pelayanan kesehatan reproduksi dan mental; jumlah anak keluarga miskin yang memperoleh akses peningkatan kesehatan dan kesejahteraan; persentase rumah tangga dengan akses air bersih dan bebas buang air besar (ODF); tersedia kawasan tanpa rokok; dan tersedia layanan ramah anak disemua fasilitas kesehatan. Pasal 19 Kluster pendidikan, pemanfaatan waktu luang dan kegiatan budaya memiliki indikator: po oe angka partisipasi pendidikan anak usia dini; persentase wajib belajar pendidikan 12 (dua belas) tahun; persentase sekolah ramah anak, madrasah dan pesantren ramah anak; jumlah sekolah yang mmiliki program, sarana dan prasarana perjalanan anak ke dan dari sekolah (RASS dan ZOSS); tersedia fasilitas untuk kegiatan kreatif dan rekreatif yang ramah anak yang dapat diakses semua anak; dan > Pusat Kreativitas Anak (PKA) dan taman budaya anak. Pasal 20 Klaster perlindungan khusus memiliki indikator: a. b, c persentase anak yang memerlukan perlindungan khusus dan memperoleh pelayanan; persentase kasus anak berhadapan dengan hukum (ABH) yang diselesaikan dengan pendekatan keadilan restoratif; adanya mekanisme penanggulanagn bencana yang memperhatikan kepentingan anak; persentase anak yang dibebaskan dari bentuk-bentuk pekerjaan terburuk anak; dan tersedia fasilitas berupa shelter/tempat sebagai perlindungan bagi anak- anak yang membutuhkan perlindungan khusus. PRP OP BAB VI TAHAPAN PENGEMBANGAN KLA Bagian Kesatu Umum Pasal 21 Tahapan pengembangan KLA meliputi : persiapan; perencanaan; pelaksanaan; pemantauan; evaluasi; dan pelaporan. Bagian Kedua Persiapan Pasal 22 Persiapan pengembangan KLA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf a meliputi : a. b. () (2) (3) (4) (5) pembentukan gugus tugas KLA; dan pengumpulan data dasar. Pasal 23 Gugus tugas KLA merupakan lembaga koordinatif wakil dari unsur eksekutif, legislatif, dan yudikatif yang membidangi anak, perguruan tinggi, organisasi non pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha, orang tua dan forum anak. Gugus tugas KLA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diketuai oleh Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, untuk menjalankan koordinasi dalam perencanaan pengembangan KLA. Tugas dan tanggung Jawab gugus tugas KLA sebagaimana pada dimaksud pada ayat (1) meliputi a. _mengoordinasi pengembangan KLA; > b. _menyusun RAD-KLA; c. _melaksanakan sosialisasi, advokasi dan komunikasi pengembangan KLA; d. melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan kebijakan, program dan kegiatan dalam RAD-KLA; e. melakukan evaluasi setiap akhir tahun terhadap pelaksanaan kebijakan, program dan kegiatan dalam RAD-KLA; dan f. _membuat laporan kepada bupati. Dalam melaksanakan tugas, anggota gugus tugas KLA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyelenggarakan fungsi pengumpulan, pengolahan, penyajian data, kebijakan, program dan kegiatan terkait pemenuhan hak anak. Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan gugus tugas KLA, tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan dengan keputusan bupati. q) (2) (1) (2) (3) (4) Pasal 24 Untuk membantu pelaksanaan tugas gugus tugas KLA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) bupati membentuk sekretariat gugus tugas KLA, yang bertanggung jawab pada masing-masing kluster. Pembentukan sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan bupati. Pasal 25 Pengumpulan data dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf b disusun secara berkala dan berkesinambungan untuk mengetahui situasi dan kondisi anak-anak di daerah. Pengumpulan data dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk : a. menentukan fokus program ; b. _menyusun kegiatan prioritas ; c. _ melihat sebaran program/ kegiatan anak lintas OPD;dan d._menentukan lokasi percontohan. Data dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) minimal memuat jenis kelamin dan umur anak. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengumpulan data dasar pengembangan KLA diatur dengan peraturan bupati. Bagian Ketiga Perencanaan Pasal 26 Perencanaan pengembangan KLA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf b yakni RAD-KLA. (Q) (2) (3) (4) Pasal 27 Penyusunan RAD pengembangan KLA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf a dijadikan sebagai acuan untuk mengembangkan KLA secara sistematis, terarah, dan tepat sasaran. Penyusunan RAD-KLA, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) gugus tugas mempertimbangkan dan menyesuaikan dengan : a. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional dan Daerah; b. Rencana Strategis Daerah;dan c. visi, misi , kebijakan , program dan kegiatan daerah. Penyusunan RAD-KLA tidak harus membuat program baru karena RAD- KLA dapat merupakan sebuah integrasi dengan rencana kerja OPD terkait. Hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan RAD-KLA meliputi upaya pemenuhan hak anak yang mencakup penguatan kelembagaan dan 5 (lima) klaster hak anak. Selain itu, RAD-KLA harus mempertimbangkan dan mendayagunakan semua potensi lokal, sosial, budaya dan ekonomi serta berbagai produk unggulan setempat, sesuai dengan prinsip partisipasi anak dalam KHA, maka dalam proses penyusunan RAD-KLA, kelompok anak termasuk forum anak perlu dilibatkan. (1) (2) (3) (4) QQ) (2) (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan pengembangan KLA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan bupati. Bagian Keempat Pelaksanaan Pasal 28 Pelaksanaan pengembangan KLA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf c, gugus tugas KLA melaksanakan program KLA, dengan melibatkan semua sumber daya, baik yang ada di pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha secara terencana, menyeluruh dan berkelanjutan. Sumber daya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. sumber daya manusia; b. keuangan; dan c. sarana prasarana yang ada di daerah yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan KLA. Selain Sumber daya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam pengembangan KLA dapat melibatkan media. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan pengembangan KLA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan bupati. Bagian Kelima Pemantauan Pasal 29 Pemantauan pengembangan KLA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf d dilaksanakan untuk mengetahui perkembangan dan hambatan dalam pelaksanaan pengembangan KLA secara berkala serta sesuai dengan rencana. Aspek yang harus diperhatikan dalam pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : > a. input dan proses terkait dengan upaya untuk memenuhi seluruh indikator KLA; b. pemantauan dapat dilakukan setiap bulan atau setiap 3 (tiga) bulan; c. pemantauan dilakukan mulai dari tingkat kabupaten kecamatan, sampai desa/kelurahan; dan d. pemantauan dapat dilakukan bersamaan dengan pertemuan/rapat tim gugus tugas, dan/atau kunjungan lapangan atau dengan cara lainnya. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemantauan pengembangan KLA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan bupati.

Anda mungkin juga menyukai