Lapsus App Bedah
Lapsus App Bedah
PENDAHULUAN
penyebab abdomen akut yang paling umum. Risiko seumur hidup dari
bedah. Insidensi keseluruhan pada kondisi ini sekitar 11 kasus per 10.000
penduduk per tahun. Apendisitis akut dapat terjadi pada semua usia. Rasio
terjadinya apendisitis antara pria dan wanita yaitu 3: 1. Ada peningkatan insidensi
pada pasien kulit putih berusia antara 15 dan 30 tahun dimana waktu insidensi
apendisitis adalah 1 – 5%. Hal ini diduga erat kaitannya dengan keterlambatan
diagnosis dan juga penanganan pada pasien apendisitis. Pada wilayah regional
sebagai negara dengan angka kejadian apendisitis akut tertinggi, disusul oleh
terjadi pada anak usia kurang dari 5 tahun. Pada pasien anak kejadian apendisitis
anak yang masih tipis dan juga omentum pada anak belum berkembang dengan
1
sempurna sehingga meningkatkan faktor resiko terjadinya perforasi pada anak.
Keterlambatan diagnosis apendisitis pada anak diduga juga menjadi salah satu
faktor tingginya angka perforasi. Angka perforasi yang tinggi juga terjadi pada
perforasi pada kasus apendisitis pada kelompok usia lansia. Hal ini diduga
tidak ditangani dapat ruptur dan mengakibatkan infeksi yang fatal pada
pembedahan segera untuk mencegah komplikasi yang lebih luas lagi yang
2
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1.....................................................................................................................
Identitas Pasien
Umur : 21 tahun
Agama : Islam
3
Anamnesa
1. Keluhan Utama :
Nyeri perut kanan bawah sejak tujuh hari lalu namun memberat satu
hari sebelum MRS. Nyeri dirasakan dari ulu hati menjalar ke perut
kanan bawah dan menetap di perut kanan bawah. Perut kanan bawah
dirasa sangat nyeri hingga pasien tidak dapat berjalan. Nyeri bertambah
jika pasien berada dalam posisi tidur. Pasien tidak mau makan karena
Riwayat kencing manis (-), darah tinggi (-), penyakit jantung (-),
penyakit ginjal (-), asma (-), sakit maag (+), riwayat operasi (-),
trauma/jatuh (-)
4. Riwayat Pengobatan
5. Riwayat Alergi
6. Riwayat Kebiasaan
4
2.2.....................................................................................................................
Pemeriksaan Fisik
2. Kesadaran
3. Tanda Vital
c. Pernafasan : 20 x/menit
d. Suhu : 39,5 °C
4. Status Generalis
a. Kepala/Leher
b. Thorax
Jantung
5
Inspeksi : bentuk dada simetris, retraksi (-), jejas (-),
deformitas (-)
Pulmo
wheezing (-/-)
c. Abdomen
Perkusi : timpani
6
Inspeksi : Perut tampak kembung, jejas (-), massa (-),
Alvarado Score :
M1
A0
N1
T2
R0
E1
L2
S1
Score : 8
2.3.....................................................................................................................
Pemeriksaan Penunjang
7
o Trombosit :182.000/mm3 (nilai rujukan 150.000-350.000/mm3)
2.4.....................................................................................................................D
iagnosis
2.5.....................................................................................................................P
enatalaksanaan
1. Konservatif
a. Umum
diderita pasien
b. Khusus
- Infus RL 20 tpm
2. Operatif
8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Anatomi
9
Persarafan parasimpatis berasal dari cabang n.vagus yang
arteri tanpa kolateral. Jika arteri ini tersumbat, misalnya karena thrombosis
3.2. Fisiologi
akhir ini, Appendix dikatakan sebagai organ imunologi yang secara aktif
10
Appendectomy tidak akan menjadi suatu predisposisi sepsis atau penyakit
imunodefisiensi lainnya.
20% pada anak dengan Appendicitis akut dan 30-40% pada anak dengan
perforasi.
11
Gambar 3.2 Appendicitis (dengan fecalith)
Kapasitas lumen pada Appendix normal 0,1 mL. Sekresi sekitar 0,5 mL
mengakibatkan nyeri yang samar-samar, nyeri difus pada perut tengah atau
di bawah epigastrium.
Distensi berlanjut tidak hanya dari sekresi mukosa, tetapi juga dari
tekanan organ melebihi tekanan vena, aliran kapiler dan vena terhambat
12
Mukosa gastrointestinal termasuk Appendix, sangat rentan
awal ini bersifat nyeri tumpul di dermatom Th 10. Distensi yang semakin
timbul nyeri perut. Jika mual muntah timbul mendahului nyeri perut, dapat
13
leukositosis akibat pelepasan mediator inflamasi karena iskhemia jaringan.
Burney’s. Jarang terjadi nyeri somatik pada kuadran kanan bawah tanpa
berlokasi di pelvis, yang terletak dekat ureter atau pembuluh darah testis
dan gejala dapat menetap hingga > 48 jam tanpa perforasi. Peritonitis difus
lebih sering dijumpai pada bayi karena bayi tidak memiliki jaringan lemak
14
akibat perforasi. Perforasi yang terjadi pada anak yang lebih tua atau
diketahui dari adanya massa pada palpasi abdomen pada saat pemeriksaan
fisik.
Diare sering dijumpai pada anak-anak, yang terjadi dalam jangka waktu
yang pendek, akibat iritasi Ileum terminalis atau caecum. Adanya diare
timbul. Durasi nyeri berkisar antara 1-12 jam, dengan rata-rata 4-6 jam.
Nyeri yang menetap ini umumnya terlokalisasi di RLQ. Variasi dari lokasi
nyeri testicular.
Appendix, biasanya suhu naik hingga 38 oC. Tetapi pada keadaan perforasi,
suhu tubuh meningkat hingga > 39 oC. Anoreksia hampir selalu menyertai
15
terjadi satu atau dua kali saja. Muntah disebabkan oleh stimulasi saraf dan
diikuti nyeri perut dan muntah. Bila muntah mendahului nyeri perut, maka
dan banyak pasien yang merasa nyeri berkurang setelah buang air besar.
Diare timbul pada beberapa pasien terutama anak-anak. Diare dapat timbul
Skor Alvarado
Alvarado dan diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu; skor <6 dan skor
16
Gejala Klinik Value
Anoreksia 1
Mual/muntah 1
Nyeri lepas 1
Febris 1
Lab Leukositosis 2
Total poin 10
Bila skor 5-6 dianjurkan untuk diobservasi di rumah sakit, bila skor
17
dibanding diagnostik, khususnya pada pasien dengan pelvis abscess karena
ruptur Appendix.
1. Laboratorium
jenis sel darah putih normal tidak ditemukan shift to the left pergeseran
hitung jenis sel darah putih lebih dari 18.000/ mm 3 pada Appendicitis
tanpa komplikasi. Hitung jenis sel darah putih di atas jumlah tersebut
leukosit atau eritrosit dari iritasi Urethra atau Vesica urinaria seperti
18
yang diakibatkan oleh inflamasi Appendix, pada Appendicitis acuta
2. Ultrasonografi
yang kabur, bagian usus yang nonperistaltik yang berasal dari Caecum.
negatif bila Appendix tidak terlihat dan tidak tampak adanya cairan
19
USG memiliki batasan-batasan tertentu dan hasilnya tergantung
dinilai membesar dan dikelirukan oleh usus kecil, atau bila Appendix
3. CT Scan
gambaran abnormal udara dalam usus, hal ini merupakan temuan yang
20
tidak spesifik. Adanya fecalith jarang terlihat pada foto polos, tapi bila
atau lebih akurat daripada USG, tapi jauh lebih mahal. Karena alasan
secara tepat.
pada penemuan yang tidak spesifik akibat dari masa ekstrinsik pada
21
Gambar 3.5 Gambaran CT Scan abdomen: Appendicitis perforata
22
Intususepsi paling sering didapatkan pada anak-anak berusia dibawah 3
gejala yang mirip dengan appendicitis, yakni diare, mual, muntah, dan
tidak ditemukan adanya demam. Infark omentum juga dapat dijumpai pada
infark omentum, dapat terraba massa pada abdomen dan nyerinya tidak
berpindah
Diagnosis banding yang sering pada pria dewasa muda adalah Crohn’s
23
Diagnosis banding appendicitis pada wanita usia muda lebih banyak
Pada PID, nyerinya bilateral dan dirasakan pada abdomen bawah. Pada
kista ovarium, nyeri dapat dirasakan bila terjadi ruptur ataupun torsi.
banding yang sering terjadi pada kelompok usia ini adalah keganasan dari
diketahui dari onsetnya yang akut dan nyerinya tidak berpindah. Pada
3.7. Penatalaksanaan
4. Pemberian antibiotika iv
5. Apendictomi
24
BAB IV
KESIMPULAN
merupakan derivat bagian dari midgut, yang lokasi anatomisnya dapat berbeda
tiap individu. Appendicitis merupakan kasus bedah akut abdomen yang paling
nyeri berpindah, dan gejala sisa klasik berupa nyeri periumbilikal kemudian
tidak terlalu tinggi. Tanda klinis yang dapat dijumpai dan manuver diagnostik
pada kasus Appendicitis adalah Rovsing’s sign, Psoas sign, Obturator sign,
Blumberg’s sign, Wahl’s sign, Baldwin test, Dunphy’s sign, Defence musculare,
nyeri pada daerah cavum Douglas bila ada abscess di rongga abdomen atau
kelainan–kelainan ginekologi.
25
Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh Appendicitis adalah perforasi,
konsultasi ahli bedah, pemberian antibiotika i.v. pada pasien yang menjalani
laparotomi.
membentuk massa (Appendiceal mass) yang lebih sering dijumpai pada pasien
berumur 5 tahun atau lebih karena daya tahan tubuh telah berkembang dengan
baik dan omentum telah cukup panjang dan tebal untuk membungkus proses
radang.
sembuh.
26
Appendicular infiltrat dapat didiagnosis dengan didasari anamnesis adanya
riwayat Appendicitis acuta, pemeriksaan fisik berupa teraba massa yang nyeri
amoeboma, Crohn’s disease, dan juga kelainan ginekolog seperti KET, adneksitis
tetapi apabila massa tetap dan nyeri perut pasien bertambah berarti sudah terjadi
27
DAFTAR PUSTAKA
Hardin DM. 1999. Acute Appendicitis: Review and Update. American Academy
of Family Physician News and Publication. 60: 2027-34.
Jaffe BM, Berger DH. 2005. The Appendix. In: Schwartz’s Principles of Surgery
Volume 2. 8th edition. Ed: Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, Dunn
DL, Hunter JG, Pollock RE. New York: McGraw Hill Companies
Inc.1119-34
Lally KP, Cox CS, Andrassy RJ. 2004. Appendix. In: Sabiston Texbook of
Surgery. 17th edition. Ed:Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM,
Mattox KL. Philadelphia: Elsevier Saunders. 1381-93
Owen TD, Williams H, Stiff G, Jenkinson LR, Rees BI. 2007. Evaluation of the
Alvarado score in acute Appendicitis. Retrieved at June 25th 2007.
Prinz RA, Madura JA. 2001. Appendicitis and Appendiceal Abscess. In: Mastery
of Surgery Vol II. 4th edition. Ed: Baker RJ, Fiscer JE. Philadelphia.
Lippincott Williams & Wilkins. 1466-78
Sjamsuhidajat, W. de Jong, 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 2. Kedokteran EGC
: Jakarta
Soybel DI. 2000. Appedix In: Surgery Basic Science and Clinical Evidence Vol 1.
Ed: Norton JA, Bollinger RR, Chang AE, Lowry SF, Mulvihill SJ, Pass
Way LW. 2003. Appendix. In: Current Surgical Diagnosis & Treatment. 11
edition. Ed:Way LW. Doherty GM. Boston: McGraw Hill. 668-72
28