Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH PENAMBAHAN KITOSAN DAN GLISEROL

PADA PEMBUATAN BIOPLASTIK DARI AMPAS TEBU


DAN AMPAS TAHU
Selpiana*, Patricia, Cindy Putri Anggraeni
*)
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
Jl. Raya Palembang - Prabumulih Km. 32 Indralaya, OI, Sumatera Selatan 30662
E-mail: selpi.ana123@gmail.com

Abstrak

Di Indonesia, kebutuhan plastik terus meningkat sehingga menghasilkan sampah plastik yang cukup
besar, apabila sampah plastik tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan masalah lingkungan dan
kesehatan. Karena itu, perlunya restruktur bahan dasar pembuatan plastik agar lebih ramah lingkungan
dalam penanganan limbah plastik yang dihasilkan. Dalam penelitian ini, pembuatan plastik dari bahan
dasar konsentrat protein ampas tahu dan konsentrat selulosa ampas tebu dengan penguat kitosan serta
plasticizer gliserol. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemanfaatan limbah ampas tahu dan
ampas tebu, dan mengetahui sifat mekanik terhadap kualitas plastik yang dihasilkan. Bioplastik disintesis
dengan variasi bahan baku (protein : selulosa) 50 wt% : 50 wt%, lama waktu pengeringan selama 10 jam
dengan variasi (kitosan : gliserol) 1%wt; 3 wt%; 5 wt% dan 3 wt%; 5 wt%; 7 wt%. Dari penelitian ini
diperoleh hasil optimal yaitu pada perbandingan kitosan dan gliserol sebanyak 5 wt% dan 3 wt% dengan
nilai kuat tarik 1,56881 MPa, elastisitas 2,78%.

Abstract
In Indonesia, the need for plastics is increasing so that it produces quite big plastic waste. If the plastic
waste is not handled well, it will effect the environment and health problem. Therefore, restructuring of
the manufacture of plastics is needed so the plastic is environment friendly. In this study, the plastic is
made from protein concentrates of tofu waste and cellulose concentrates of bagasse with chitosan and the
plasticizer glycerol. The aim of this study is to improve the utilization of tofu waste and bagasse, and to
know the mechanical properties of the quality of the resulting bioplastic. Bioplastic is synthesized by the
variations of raw materials (protein: cellulose) 50 wt%: 50 wt%, time for drying is 10 hours with the
variation (chitosan: glycerol) 1% wt ; 3 wt%; 5 wt% and 3 wt%; 5 wt%; 7 wt%. The conclusion of study
are the ratio of chitosan and glycerol by 5 wt% and 3 wt% with a value of 1.56881 MPa tensile strength,
elasticity of 2.78%.
Keywords: Bioplastic, , cellulose bagasse waste, chitosan, glicerol, protein tofu waste

1. PENDAHULUAN
Rata-rata orang Indonesia menghasilkan lama untuk menangguli hal diatas namun tetap
sampah 0,5 kg dan 13% di antaranya adalah saja masalah plastik bagi lingkungan belum
plastik. Sampah plastik menduduki peringkat menemui solusi yang tepat untuk
ketiga dengan jumlah 3.6 juta ton per tahun atau menanganinya. Maka dari itu kita perlu beralih
9% dari jumlah total produksi sampah. Dari segera dari penggunaan plastik terbuat dari
seluruh sampah yang ada, 57% ditemukan di minyak bumi yang susah terurai kepada plastik
pantai berupa sampah plastik. Sebanyak 46 ribu yang berbahan yang mudah terurai
sampah plastik mengapung di setiap mil persegi (biodegradable).
samudera bahkan kedalaman sampah plastik di Menurut survei BPS (Badan Pusat
Samudera Pasifik sudah mencapai hampir 100 Statistik) tahun 2010, tercatat jumlah penduduk
meter (Syafputri, 2014). sebanyak 237.556.363 orang, sedangkan target
Berdasarkan data diatas terpresentasikan produksi pangan Indonesia tahun 2010 hingga
betapa bergantungnya kebutuhan kita terhadap 2014 rata-rata pertumbuhan per komoditi
penggunaan plastik sehingga menimbulkan efek tanaman pangan mengalami kenaikan 4,5-20%.
limbahnya yang begitu besar. Berbagai program Bila dikorelasikan dari kedua data tersebut,
dan kampanye seperti 3R yaitu mengurangi dapat disimpulkan ketahanan pangan baik
(reduce), menggunakan kembali (reuse) dan primer maupun sekunder harus tetap dimajukan
mendaur ulang (recycle) telah dilakukan sejak terkait kebutuhan pangan dalam negeri.

Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 22, Januari 2016 Page | 18


Baik produk utama maupun produk pati, selulosa, lignin serta protein dan lipid pada
samping dalam proses pembuatan tahu dari hewani.
kedelai ini, memiliki kandungan karbohidrat Berdasarkan bahan baku yang dipakai
dan protein yang sama tingginya. Begitupun bioplastik dikelompokkan menjadi dua
dengan keberadaan ampas tebu, produksi tebu kelompok, yakni bioplastik bahan dasar
nasional adalah 33.000.000 ton/tahun petrokimia (non-renewable resources) dengan
(Direktoral Jenderal Perkebunan, 2009). bahan aditif bersifat biodegradabel, dan
Menurut data FAO (Food and Agricultural bioplastik bahan dasar sumber daya alam
Organization) tahun 2006, Indonesia terbarukan (renewable resources), seperti
mendapatkan peringkat ke-11 di dunia dalam tanaman yang mengandung pati dan protein
produksi tebu. Sebesar 35% dari jumlah total serta selulosa yang berasal dari hewan (susu,
tebu yang diproduksi merupakan ampas tebu. putih telur, cangkang telur) maupun tumbuhan
Ampas tebu yang berlimpah tersebut banyak (ampas tebu, ampas tahu, kulit pisang, kulit
dimanfaatkan oleh industri gula itu sendiri nangka, umbi-umbian, biji-bijian).
sebagai bahan bakar ketel uap (boiler), filling
Metode Pembuatan Bioplastik
material produsen kertas, dan pemanfaatan
Film plastik dapat dibentuk menjadi
bioetanol.
suatu objek, film ataupun serat. Film plastik
Maka dari itu dalam pemilihan bahan
dapat dibuat melalui dua teknik dasar yang
baku pembuatan bioplastik ini yaitu ampas tahu
berbeda, yaitu solution casting atau molten
dan ampas tebu menjadi pertimbangan utama
polymer (Allcock et al., 1981; Juari, 2006).
agar tidak menggangu pangan primer maupun
Penentuan penggunaan teknik pembuatan film
sekunder. Sehingga penelitian yang akan
plastik ini dipertimbangkan dan ditinjau dari
diangkat disini yaitu mengenai pembuatan
karakteristik fisis dan kimia bahan baku
bioplastik dengan bahan baku limbah tahu serta
pembuatan plastik itu sendiri. Penelitian ini
ampas tebu, khitosan dan gliserol.
menggunakan teknik solution casting dalam
Plastik pembuatan film bioplastik dari konsentrat
Produk barang plastik dan berbagai protein ampas tahu dengan selulosa ampas tebu
macam jenisnya sangat dibutuhkan masyarakat dengan kitosan dan gliserol sebagai bahan
seiring pertambahan permintaan dan pendukung. Teknik solution casting, bahan
pertumbuhan penduduk namun pada lain hal polimer dilarutkan ke dalam pelarut yang cocok
juga berdampak buruk terhadap kesehatan. untuk menghasilkan larutan yang viskos.
Manajamen pengawasan terhadap plastik yang Larutan yang dihasilkan dituang pada suatu
berpotensial mencemarkan lingkungan ini sulit permukaan yang rata (cetakan) yang bersifat
dikendalikan, seperti pembakaran plastik bekas non-adsesif dan pelarut dibiarkan menguap
dapat menimbulkan paparan zat karsinogenik, sampai habis. Film plastik yang sudah kering
seperti chlorine, poly chloro dibenzodioxins, kemudian diangkat dari cetakannya. Teknik
dan poly chloro dibenzofurans (Rahyani, 2011) molten polymer dilakukan dengan cara
pada lingkungan. pemanasan polimer sampai di atas titik lelehnya
Plastik juga memiliki keunggulan (Allcock et al., 1981 ; Juari, 2006).
seperti tidak mudah berkarat, kuat, ringan, dan Penentuan pelarut yang selektif adalah
elastis. Proses pembuatan plastik berupa faktor penting yang perlu diperhatikan. Teknik
pemanasan, pembentukan dan pendinginan. solution casting dilakukan dengan membuat
Pembentukan ini dapat dilakukan dengan cara larutan polimer 20% (b/v) untuk menghasilkan
pencetakan, pengepresan, dan pemanasan. larutan dengan viskositas yang sesuai.
Proses ini dilakakuan agar plastik yang telah Pengadukan diperlukan untuk mempercepat
dibentuk tidak akan mengalami perubahan lagi. kelarutan, misalnya dengan penggunaan
Salah satu allternatif pemecahan masalah strirrer. Plat kaca atau cawan gelas diperlukan
sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya dalam proses casting guna membentuk
yaitu dengan membuat material komposit ketebalan larutan yang setelahnya akan
plastik yang dapat mengurai dengan cepat di diuapkan hingga pelarutnya habis (Allcock et
lingkungan dan ramah lingkungan bila al., 1981 ; Juari, 2006).
berinteraksi dengan tanah maupun
Ampas Tahu
mikroorganisme, jenis plastik semacam ini
Ampas tahu merupakan salah satu
disebut plastik biodegradabel. Bahan dasar
produk samping limbah pemrosesan yang
pembuatan plastik biodegradabel adalah
berbentuk padatan dan diperoleh dari hasil
tanaman yang memilki kandungan senyawa
produksi tahu. Sifat fisik ampas tahu biasanya
semi solid dengan kandungan air yang cukup

Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 22, Januari 2016 Page | 19


tinggi pada total komposisi bahan penyusunnya. kenaikan yang signifikan. Pada tahun 2009,
Pada ampas tahun terdapat kandungan protein tercatat produksi tebu nasional adalah
yang cukup banyak diantara limbah makanan 33.000.000 ton/tahun (Direktoral Jenderal
lainnya. Ampas tahu kering memiliki Perkebunan, 2009). Sebesar 35% dari jumlah
kandungan protein sebesar 23,39% wt. total tebu yang diproduksi merupakan ampas
Sifat fungsional protein dapat tebu.
diklasifikasikan dalam tiga kelompok utama, Ampas tebu yang dipergunakan adalah
yaitu sifat hidrasi (kebasahan, swelling, daya ampas tebu yang telah melewati proses
lekat, kekentalan, kelarutan), sifat yang penggilingan kelima kali. Produk samping hasil
berhubungan dengan interaksi protein-protein penggilingan tebu akan berbentuk serabut-
seperti pembentukan gel, dan sifat permukaan serabut. Dengan susunan kompleks dari ampas
seperti emulsifikasi. Tentunya sifat ini sangat tebu yang memilki kandungan selulosa yang
dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan relatif tinggi, bahan ini dapat dijadikan material
perlakuan selama proses. komposit yang baik untuk industri fabrikasi.
Terkait filming plastik, proses gelasi atau Dengan tingginya kadar selulosa pada
pembentuk gel adalah bentuk pertengahan suatu bahan, bila dikonversi menjadi suatu
diantara padat dan cair antara molekul polimer produk maka produk yang akan didapat memiiki
yang membuat jaringan intermolekuler dalam tensile strength yang tinggi. Karakteristik sifat
medium cair. Dalam pembentukan gel dari dari material serat alam biasanya kaku dan
protein diuraikan dalam beberapa bagian, tangguh serta dapat menahan beban yang berat.
seperti perubahan konformasi atau denaturasi Berdasarkan hasil pengembangan, diperoleh
sebagian molekul protein. Protein kedelai bahan komposit polimer dari serat alam 40%
menjadi salah satu pilihan yang baik sebagai lebih kuat dan ringan dari pada komposit
bahan dasar pembuatan bioplastik karena polimer serat gelas.
memiliki 20 kandungan asam amino pada tiap Penggunaan selulosa dalam skala
rantainya. industri sangat luas, mulai dari konstruksi
Denaturasi protein adalah perubahan material, industri cat, industri kertas, industri
struktur sekunder, tersier dan kuartener tanpa tekstil, bahan baku deterjen, kosmetik, hingga
mengubah struktur primernya (tanpa memotong berbagai makanan.
ikatan peptida). Denaturasi protein biasanya
Asam Asetat
terjadi pada suhu 40-80 oC. Stabilitas protein
Asam asetat disebut juga acetic acid atau
terhadap panas tergantung dari komposisi asam
ethanoic acid yang tergolong dalam golongan
amino, ikatan disulfida, jembatan garam, waktu
gugus karboksil (-COOH). Rumus kimia dari
pemanasan, kadar air, bahan tambahan (gula
asam asetat adalah (CH3-COOH). Karakteristik
dan garam).
dari gugus karboksil adalah bersenyawa polar
Komposisi asam amino hidrofilik atau
karena adanya ikatan polar O-H dan C=O,
hidorfobik dan kadar air menentukan, kestabilan
mempunyai strong hydrogen bonding,
denaturasi protein, ikatan disulfida dan
kemampuan water solubility (20 oC) semakin
jembatan garam menyebabkan protein tahan
turun dengan bertambahnya jumlah
terhadap suhu tinggi, waktu pemanasan
karbon/atomic weight (60,05 gr/mol) begitu pun
menentukan denaturasi bergeser kearah
sebaliknya, mempunyai melting point (17 oC)
reversible atau irreversible, gula dan garam
dan boiling point (118,1 oC) yang sangat tinggi
sebagai tambahan untuk meningkatkan persen
(Dandi, 2010).
kestabilan denaturasinya (UNY, 2008).
Penggunaan asam asetat di industri
Ampas Tebu sebagai pelarut organik yang dibutuhkan dalam
pembuatan film, rayon, dan selofan. Asam
asetat juga dapat digunakan sebagai pengawet,
bumbu – bumbu masak atau penambah rasa
makanan. Walau penggunaannya begitu luas,
namun penggunaan asam asetat memiliki
tingkat bahaya yang relatif tinggi, seperti
kerusakan mata permanen, iritasi kulit hingga
luka bakar, dan kerusakan pada sistem
Gambar 1. Proses Penggilingan Tebu pencernaan serta perubahan yang mematikan
Data statistik Direktorat Jenderal pada keasaman darah (Michael, 2014).
Perkebunan Kementrian Pertanian menunjukkan
produksi tebu dari tahun ke tahun mengalami

Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 22, Januari 2016 Page | 20


Kitosan Kegunaan gliserol antara lain sebagai
bahan kosmetika (body agent, emollient,
humectant, lubricant, solven, skin cream,
shampoo dan conditioner, serta detergen),
bahan peledak digunakan untuk membuat
nitrogliserin, bahan dasar di industri makanan
Gambar 2. Struktur Kitosan dan minuman (emulsifier, freeze, preventer, dan
coating pada industri minuman anggur), pada
Pemanfaatan kitosan yang meluas kini industri kertas (softening agent), pada industri
memodifikasi zat kitin yang bersifat sedikit larut farmasi (antibiotik dan kapsul), pada industri
dalam air. Beberapa dekade terakhir, fotografi (Mahani, 2008).
pemanfaatan kitosan secara komersial banyak
digunakan untuk penambahan zat aditif pada 2. METODOLOGI PENELITIAN
produk pangan sebagai pengawet alami. Bahan Penelitian
Kemampuan kitosan yang mampu Bahan penelitian yang digunakan adalah
meningkatkan daya tahan makanan ini sangat ampas tahu, ampas tebu, gliserol, kitosan, asam
menguntungkan dalam penggunaannya. asetat 1%, aquades, NaOH, dan HCl.
Kitosan memiliki beberapa sifat yang Alat Penelitian
menguntungkan yakni biocompability, Alat penelitian yang digunakan adalah
biodegradabillity, hydrophilicity, dan, anti plat kaca, alat penggiling, alat penyaring, gelas
bacterial. Biocompability adalah kemampuan kimia 500 ml dan 1000 ml, neraca analitis, botol
suatu bahan dalam merespon memberi respon aquades, gelas ukur 50 ml dan 100 ml, pipet
biologis baik. Biodegradability yakni tetes, bola karet, magnetic strirrer, hot plate,
kemampuan dalam downgrade sifat kimia fisik oven, desikator, dan blender.
suatu bahan baik itu demineralisasi,
deproteinasi, dan dipigmentasi. Fungsi anti Prosedur Penelitian
bacterial dari kitosan membuat saat Preparasi Pembuatan Selulosa dari Ampas
pendegradasian bahan menjadi non toxic. Tebu
Kitosan juga mempunyai sifat komponen Ampas tebu dipotong-potong ± 1 cm,
reaktif, pengikat, pengkelat, pengabsorbsi, lalu dicuci dengan air kran sampai bersih dan
penstabil, pembentuk film, dan penjernih dibilas dengan air suling. Ampas tebu yang
(Shahidi, 1999 ; Pipih, 2006). sudah bersih dijemur di bawah terik matahari
selama 12 jam, kemudian dilanjutkan
Gliserol pengeringan dalam oven pada suhu 85 oC
Gliserol merupakan produk samping selama 16 jam. Selanjutnya, ampas tebu
produksi biodisel dari reaksi transesterifikasi. dihaluskan dengan blender sedikit demi sedikit
Gliserol (1,2,3 propanetriol) merupakan sampai halus seluruhnya. Ampas tebu halus
senyawa yang tidak berwarna, tidak berbau dan dikeringkan kembali dalam oven pada suhu 100
merupakan cairan kental yang memiliki rasa o
C selama 6 jam.
manis (Pagliaro dkk., 2008). Gliserol dari Ampas tebu yang halus ditimbang
proses biodiesel banyak mengandung impuritas sebanyak 20 gram dan dimasukkan ke dalam
dan memiliki kualitas yang rendah, yang tidak gelas beker 3000 ml. Selanjutnya ditambahkan
dapat digunakan untuk industri petroleum 1000 ml NaOH 15 % (perbandingan 1 : 20),
maupun untuk bahan bakar diesel. diaduk dan dipanaskan pada suhu 110 oC selama
Gliserol termasuk golongan polisakarida 4 jam. Hasil leburan disaring dan endapan
hidrokoloid yang larut dengan air. Dengan berat dicuci kemudian dikeringkan pada suhu 100 oC.
molekul tertentu, gliserol memiliki kemampuan Residu yang dihasilkan dihidrolisis
membentuk lapisan film dari hasil ikatan menggunakan HCl 0,1 M sebanyak 200 ml dan
hidrogen antara rantai polimer dan friksi dipanaskan pada suhu 105 oC selama 1 jam
intermolekulernya (Salam, 2009). (perbandingan 1 : 10) dan selanjutnya dicuci
Plasticizer seperti gliserol selalu dengan menggunakan aquadest hingga netral.
digunakan untuk memodifikasikan sifat Endapan selanjutnya dikeringkan.
mekanik dari film. Pada kelarutan didalam
alkohol polihidrik dapat membuat coating Preparasi Pembuatan Protein dari Ampas Tahu
dengan cepat dan barrier yang bagus serta sifat Dipersiapkan ampas tahu yang kering,
fleksibilitas pada temperatur pada rendah, dan lalu ditambahkan dengan air (1:2). Ekstraksi
plasticizer dapat mengurangi tekanan yang protein dilakukan dengan menggunakan basa
mengikat antar rantai protein (Aritonang, 2009). kuat yaitu NaOH 2N selama 1 jam. Setelah
proses ekstraksi selesai, penyaringan dilakukan

Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 22, Januari 2016 Page | 21


sebanyak 2 kali untuk memisahkan antara residu 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan protein yang terekstrak. Proses
Tabel 1. Rasio Ampas Tahu dan Ampas Tebu
selanjutnya adalah untuk memisahkan
dalam Sampel 50% wt protein dan 50%wt
kandungan NaOH dengan protein terekstrak
selulosa
diperlukannya pengendapan oleh asam kuat
(HCl) hingga pH 4,5 selama ≥ 15 jam. Komponen Persentase (%)
Selanjutnya dilakukan pemisahan Penyusun
berdasarkan berat jenisnya, menggunakan A B C D E
(%wt)
sentrifuse dengan putaran 4000 rpm selama 10 Kitosan 100 75 50 25 0
menit, kemudian terlihat adanya endapan Gliserol 0 25 50 75 100
protein dan residu (whey) lalu dipisahkan.
Endapan protein yang terbentuk dilakukan Analisa Kuat Tarik
pencucian dengan aquades dan selanjutnya
dipisahkan kembali menggunakan sentrifuse
dengan kondisi yang sama. Endapan protein
yang telah dicuci dimasukkan kedalam oven 180000

kuat tarik (Kg/cm2)


160000
untuk dilakukan pengeringan ≥ 24 jam dengan 140000
suhu 50 oC. Konsentrat protein yang telah 120000
dikeringkan didiamkan pada suhu ruangan. 100000
80000
Proses Polimerisasi Campuran 60000
Disiapkan konsentrat protein dan 40000
konsentrat selulosa yang telah diisolasi. 20000
Selanjutnya, dilakukan pemanasan campuran 0
bahan baku dengan kitosan pada suhu 80 – 90 1 gr 3 gr 5 gr
o
C. Gliserol ditambahkan kedalam campuran kitosan kitosan kitosan
dan dilakukan pengadukan selama 30 menit. Variabel
Sebelum dicetak pada plat kaca, larutan 3 ml gliserol
didiamkan selama 24 jam untuk menghilangkan 5 ml gliserol
gelembung – gelembung udara pada lapisan 7 ml gliserol
permukaannya. Setelah dicetak pada plat kaca, Gambar 3. Hasil Analisa Kekuatan Tarik
dikeringkan didalam oven dengan variasi lama
waktu pengeringan 10jam dengan temperatur Kuat tarik merupakan salah satu sifat
50 – 60 oC. Bila proses pengeringan telah mekanik biodegradable film yang sangat
selesai, hasil pencetakan film bioplastik penting, karena biodegradable film yang
didinginkan pada temperatur ruangan. memiliki kekuatan tarik tinggi akan mampu
Bioplastik siap dianalisa sifat mekanik dan melindungi produk yang dikemasnya dari
biodegradibilitasnya. gangguan mekanis (Wahyuni, 2001).
Pengujian Karakteristik Mekanik Pada gambar 3. memperlihatkan
Analisa Kuat Tarik penambahan kitosan dan gliserol yang
memberikan hasil yang berbeda pada plastik.
Analisa ini berdasarkan panduan Semakin tinggi komposisi kitosan maka kuat
Laboratorium Unit Bersama (LDB) Universitas tarik juga bertambah naik ini dikarenakan ikatan
Sriwijaya. Pengukuran sampel mulai dari hidrogen yang terbentuk di dalam film plastik
panjang, lebar, tebal untuk mengetahui luas dengan adanya ikatan hidrogen ini
penampang dan panjang awal. Dengan menyebabkan film plastik semakin kuat dan
penambahan berat mulai dari 20 gram hingga sulit untuk putus. Hal ini terjadi karena
200 gram, hal itu bertujuan untuk meninjau mengalami perubahan fisika dalam partikel
pertambahan panjang sampel. Setelah mendapat bioplastik. Kuat tarik merupakan tegangan
pertamabahan panjang dan berat beban, maka maksimum pada sampel plastik ketika diberi
dilakukan perhitungan elastisitas sebagai beban sebelum putus (Sari Katili, 2013).
perbandingan tiap sampel. Pada sampel plastik dengan variabel
kitosan 1 gr serta gliserol 7 ml ini menunjukkan
nilai kuat tarik yang rendah. Hal ini dikarenakan
oleh ikatan hidrogen yang rendah sehingga
menyebabkan ikatan antar molekul dari plastik
akan semakin rendah pula. Serta pada sampel
plastik yang mangalami penambahan gliserol

Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 22, Januari 2016 Page | 22


dengan jumlah kitosan 1 gr ini didapat nilai 4. KESIMPULAN
rata–rata kuat tarik sebesar 43482 Kgf/cm2. Limbah ampas tahu dan ampas tebu
Pada sampel plastik dengan penambahan dapat dimanfaatkan dalam pembuatan bioplastik
3 ml gliserol serta 5 gram kitosan didapat nilai dengan tambahan bahan pendukung, seperti
rata-rata kuat tarik yang paling tinggi dengan kitosan dan gliserol. Hubungan sifat mekanik
kuat tarik sebesar 132175 Kgf/cm2. Nilai kuat berdasarkan masing-masing bahan, semakin
tarik ini sesuai dengan minimal standar kuat banyak penambahan protein, maka semakin
tarik SNI yaitu sebesar 139,74 N/cm2. Nilai rendah, kuat tarik yang dihasilkan namun
untuk kuat tarik ini terjadi karena kitosan dan semakin tinggi nilai elongasi-nya. Semakin
gliserol membentuk ikatan silang oleh karena banyak penambahan selulosa, maka semakin
itu dapat menyebabkan kurangnya gaya antar tinggi kuat tarik yang dihasilkan, namun
molekul dari rantai polisakarida sehingga semakin rendah nilai elongasinya. Hubungan
sampel plastik dapat lebih halus serta fleksibel. kitosan dan gliserol yang didapatkan, semakin
Dapat dilihat dari gambar 3 bahwa semakin banyak kitosan yang digunakan maka semakin
bertambah gliserol, maka nilai kuat tarik untuk besar kuat tariknya, semakin banyak gliserol
sampel plastik cenderung menurun. Ini yang ditambahkan, maka semakin besar
dikarenakan penambahan gliserol sebagai elongasinya.
plasticizer. Maka penambahan gliserol dapat Berdasarkan penelitian ini didapatkan
mengurangi gaya antar molekul rantai kuat tarik optimum pada sampel ke-7 (5 gram
polisakarida yang dapat menyebabkan kitosan dan 3 ml gliserol) dengan kuat tarik
fleksibilitas menurun pada sampel plastik. sebesar 132175 Kgf/cm2. Sedangkan
peningkatan elongasi yang optimum terjadi
pada sampel ke-4 (3 gram kitosan dan 3 ml
gliserol) dengan elongasi sebesar 11,95%.
14
12 DAFTAR PUSTAKA
10 Anonim. (2009). Statistik Indonesia: Harvested
8 Area, Yield Rate and Production of
6 Cassava by Province. Biro Pusat
4 Statistik (online). (http://www.datas
2
0 tatistikindonesia.com/component/option,
1 gr kitosan 3 gr kitosan 5 gr kitosan com_tabel/kat,1/idtabel,111/Itemid,165)
diakses tanggal 5 November 2015.
3 ml gliserol
Selpiana, dkk 2015. Pembuatan Biolastik
5 ml gliserol
Komposit Limbah Ampas Tahu dan
7 ml gliserol
Ampas Tebu dengan Teknik Solution
Gambar 4. Hasil Analisa Elongasi (%) Casting. Prosiding Seminar Nasional
Teknik Kimia Indonesia, Yogyakarta
Melalui gambar 4 tersebut juga dapat Fara, T., 2012. Pemanfaatan Tepung Ampas
diketahui bahwa peningkatan elongasi yang Tahu pada Pembuatan Produk Cookies.
optimum terjadi pada sampel ke-4, dengan Yogyakarta : Universitas Negri
penambahan 3 gram kitosan dan 3 ml gliserol Yogyakarta.
dengan elongasi sebesar 11,95%.
Berdasarkan gambar 4 di atas, dapat Hartatik, Y.D., dkk. 2014. Pengaruh Komposisi
dilihat bahwa peningkatan elongasi berbanding Kitosan terhadap Sifat Mekanik dan
terbalik dengan kuat tarik. Semakin banyak Biodegradable Bioplastik. Malang :
penambahan kitosan maka elongasi akan Universitas Brawijaya.
menurun, namun kuat tarik akan meningkat.
Penurunan elastisitas ini diakibatkan oleh Juari. 2006. Pembuatan dan Karakterisasi
semakin menurunnya jarak ikatan antar Bioplastik dari Poly-3-Hidroksialkanoat
molekulnya, karena titik jenuh telah terlampaui (PHA) yang Dihasilkan Ralstonia
sehingga molekul-molekul pemplastis yang Eutropha pada Hidrolisat Pati Sagu
berlebih berada di dalam fase tersendiri di luar dengan Penambahan Dimetil Ftalat
fase polimer dan akan menurunkan gaya (DMF). Bogor: Fakultas Teknologi
intermolekul antar rantai, menyebabkan gerakan Pertanian Bogor.
rantai lebih bebas sehingga fleksibilitas
mengalami peningkatan.

Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 22, Januari 2016 Page | 23


Katili, S., dkk. 2013. Pengaruh Konsentrasi Surono, U., B. 2013. Berbagai Metode Konversi
Plasticizer Gliserol dan Komposisi Sampah Plastik Menjadi Bahan Bakar
Khitosan dalam Zat Pelarut terhadap Minyak. Jurnal Teknik, Volume 3 No.1.
Sifat Fisik Edible Film dari Khitosan.
Jurnal Teknologi, Volume 6 No. 1, 29- Pudjiastuti, dkk. 2012. Polimer Nanokomposit
38. Sebagai Master Batch Polimer
Biodegradable sebagai Kemas dan
Kementrian Negara Lingkungan Hidup Makanan. Jurnal Riset Industri Vol. VI,
Republik Indonesia (KNLH). 2008. No.1 2010. Hal: 51-60
Statistik Persampahan Indonesia.
Jakarta: Japan International Cooperation
Agency (JICA).
Mahani. 2008. Prarancangan Pabrik Gliserol
dari Crude Palm Oil (CPO) dan Air
Dengan Proses Continous Fat Splitting
Kapasitas 44.000 Ton/Tahun. Surakarta:
Fakultas Teknik Universitas
Muhammdiyah Surakarta.
Michael. 2014. Pengaruh Komposisi Selulosa
Sebagai Bahan Pengisi Pada Komposit
Poliester Tidak Jenuh. Medan: Fakultas
Teknik Universitas Sumatera Utara.
Nalom. 2011. Pemanfaatan Selulosa Dari
Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai
Bahan Pengisi Komposit Polietilena
Densitas Rendah (LDPE). Medan:
Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Utara.
Ningsih, S.W. 2010. Optimasi Pembuatan
Bioplastik Polihidroksialkonoat
menggunakan Bakteri Mesofilik dan
Media Limbah Cair Pabrik Kelapa
Sawit. Sumatera Utara : Universitas
Sumatera Utara.

Novayanty. 2015. Penggunaan Poliester Amida


Pada Bioplastik Protein Kedelai Dari
Limbah Padat Industri Tahu Dengan
Gliserol Sebagai Pemlastis. Medan:
Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Utara.

Pretty, Eka. 2014. Selulosa Mikrofibril dari


Batang Pisang Sebagai Bahan Baku
Film Plastik. Bogor: Departemen Kimia,
Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Institut Pertanian
Bogor.
Rahyani. 2011. Konservasi Limbah Plastik
Sebagai Sumber Energi Alternatif. Jurnal
Riset Industri Vol. 5 (3): 257 – 263.
Sanjaya, G.,dkk. 2010. Pengaruh Penambahan
Khitosan dan Plasticizer Gliserol pada
Karakteristik Plastik Biodegradable dari
Pati Limbah Kulit Singkong. Surabaya :
Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Sukradan, I., W. 2013. Asam Amino Kedelai
Kering. Lampung: Universitas Lampung.

Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 22, Januari 2016 Page | 24

Anda mungkin juga menyukai