Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

~KELARUTAN
Penentuan Nilai HLB Butuh Minyak Dengan 1arak HLB Luas Dan Sempit









Disusun oleh :







PROGRAM STUDI FARMASI III B
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH 1AKARTA
OKTOBER 2011

1110102000030
1110102000054
1110102000056
1110102000058
1110102000052
1110102000028
Dwikky Sunu P.
Nur Aina
Syarifatul Mufidah
Delvina Ginting
Isa Desi Mawati
Citra Reza A.P.P
PENENTUAN NILAI HLB BUTUH MINYAK DENGAN 1ARAK HLB LUAS
DAN SEMPIT

I. Tujuan Percobaan :
O MenghlLung [umlah golongan surfakLan yang dlgunakan dalam pembuaLan emulsl
O MembuaL emulsl dengan mengunakan emulgaLor golongan surfakLan
O Mengevaluasl keLldaksLabllan suaLu emulsl
O MenenLukan PL8 buLuh mlnyak yang dlgunakan dalam pembuaLan emulsl

II. Teori Umum :
A. DeIenisi EmulsiIikasi
EmulsiIikasi merupakan proses pembentukan emulsi pada suatu sediaan
Iarmasi(susanti.2008) . Terdapat beberapa pengertian tentang emulsi, yaitu :
1. Menurut FI III : 9
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau cairan obat
terdispersidalam cairan pembawa distabilkan dengan zat pengemulsi atau surIaktan
yang cocok.
2. Menurut FI IJ :
Emulsi adalah sistem dua Iase dimana salah satu cairannya terdispersi dalam
cairanyang lain dalam bentuk tetesan-tetesan kecil.
3. Menurut Ensyclopedia : 138
Umumnya digambarkan sebagai sistem heterogen, terdiri dari dua cairan yang tidak
bercampur. Satu diantaranya didispersikan secara seragam sebagai tetesan kecil
dalamcairan lain.
4. Menurut Formularium Aasional : 412
Emulsi adalah sediaan berupa campuran terdiri dari dua Iase cairan dalam
sistemdispersi; yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam Iase cairan
lainnya;umumnya dimantapkan dengan zat pengemulsi.

Dalam bidang Iarmasi, emulsi biasanya terdiri dari minyak dan air.
Berdasarkan Iasa terdispersinya dikenal dua jenis emulsi, yaitu :
a. Emulsi minyak dalam air, yaitu bila Iasa minyak, terdispersi di dalam Iasa air
b. Emulsi air dalam minyak, yaitu bila Iasa air terdispersi di dalam Iasa minyak.
at pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar
memperoleh emulsi yang stabil. at pengemulsi adalah PGA, tragakan, gelatin,
sapodan lain-lain. Pada pembuatan emulsi, surIaktan juga dapat digunakan sebagai
emulgator. Jika surIaktan yang digunakan sebagai emulgator maka dapat terbentuk
suatu emulsi ganda (multiple emulsion). Sistem ini merupakan jenis emulsi air-
minyak-air atau sebaliknya. Mekanisme kerja emulgator semacam ini berdasarkan
atas kemampuannya menurunkan tegangan permukaan air dan minyak serta
membentuk lapisan monomolecular pada permukaan globul Iase terdispersi.
Beberapa zat pegemulsi yang umum digunakan :
Nama

Golongan
Tipe emulsi
yang terbentuk
Trietanolamin oleat at aktiI permukaan (anionic) o/w (HLB 12 )
N-setil N-etilmorIolinum
etosulIat
at aktiI permukaan (anionic) o/w (HLB 25 )
Sorbiton monoleat at aktiI permukaan (anionic) o/w (HLB 4.3)
Polioksietilen sorbiton
monoleat
at aktiI permukaan (anionic) o/w (HLB 15 )

akasia Koloid hidroIilik o/w
gelatin Koloid hidroIilik o/w
bentonit Partikel padat o/w
vagum Partikel padat o/w
Karbon hitam Partikel padat o/w

Ada 3 macam golongan emulgator :
a. Adsorpsi monomolekuler / surIaktan
b. Adsorpsi molekuler
c. Adsorpsi partikel padat

dsorpsi monomolekuler / surfaktan
Secara kimia molekul surIaktan terdiri atas gugus polar dan non polar. Apabila
surIaktan dimasukkan ke dalam sistem yang terdiri dari air dan minyak, maka gugus
polar akan mengarah ke Iase air sedangkan gugus non polar akan mengarah ke Iase
minyak. SurIaktan yang didominasi gugus polar akan cenderung membentuk emulsi
minyak dalam air. Sedangkan jika molekul surIaktan lebih didominasi gugus non polar
akan cenderung menghasilkan emulsi air dalam minyak. Metode yang dapat
digunakan untuk menilai eIisiensi surIaktan sebagai emulgator adalah Metode HLB
(hydrophilic-lipophilic balance).
GriIIin menyusun suatu skala ukuran HLB surIaktan yang dapat digunakan
menyusun daerah eIisiensi HLB optimum untuk setiap Iungsi surIaktan. Semakin
tinggi nilai HLB suatu surIakatan, siIat kepolarannnya akan meningkat. Disamping itu,
HLB butuh minyak yang digunakan juga perlu diketahui. Pada umumnya nilai HLB
butuh suatu minyak adalah tetap untuk setiap emulsi tertentu dan nilai ini di tentukan
berdasarkan percobaan. Menurut GriIIin, nilai HLB butuh setara dengan nilai HLB
surIaktan yang digunakan untuk mengemulsikan minyak dengan air sehingga
membentuk suatu emulsi yang stabil.
Contoh :
R/ paraIIin cair 20 HLB 12
Emulgator 5
Air ad 100
Secara teoritis emulgator dengan HLB 12 merupakan emulgator yang paling
cocok untuk pembuatan emulsi dengan Iormulasi diatas. Tetapi pada kenyataannya
jarang sekali ditemukan surIaktan dengan HLB yang nilainya sama dengan nilai HLB
butuh minyak Iase minyak.oleh karena itu pengunaan kombinasi surIaktan dengan nilai
HLB rendah dan tinggi akan memberikan hasil yang lebih baik.hal ini disebabkan
karena dengan mengunakan kombinasi emulgator yang akan diperoleh nilai HLB butuh
minyak, misalnya pada emulsi tersebut diatas mengunakan kombinasi tween 80 (HLB
15 dan span (HLB 4,3 ) diperlukan perhitungan jumlah masing-masing
emulgator.jumlah tersebut dihitung melalui cara berikut :
Jumlah emulgator yang dibutuhkan 5 x 100 g 5 g
Misalkan jumlah tween 80 a g, maka span 80 (5- a) g
Persamaan :
( ax 15)(5-a) x (4,3) (5x12)
15a 21,5 4,3 a 60
10,7 a 38,5
a 3,6
jadi, jumlah tween 80 yang dibutukan 3,6 g
jumlah span 80 yang dibutuhkan (5-3,6) g 1,4 g
disamping itu, pengunaan kombinasi dua emulgator akan menghasilkan emulsi yang
stabil karena terbentuknya lapisan monomolekuler yang lebih rapat pada permukaan
globul.

Ketidakstabilan Emulsi
a. lokulasi dan Creming
enomena ini terjadi karena pengabungan partikel yang disebabkan oleh adanya
energy bebas permukaa semata.siIatnya reversible.
b. Pengabungan dan Pemecahan
koalesan dan breaking. Pecahnya emulsi karena lapisan Iilm yang meliputi
partikel rusak dan butir minyak akan koalesen (menyatu). SiIatnya ireversibel
(tidak bias diperbaiki).
c. Berbagai Jenis Perubahan Kimia dan isika
Peristiwa kimia seperti penambahan alkhol,perubahan CaCl2. Peristiwa Iisika,
seperti pemanasan,peyaringan,pendiginan dan pengadukan.
d. Inverse ase
Peristiwa berubahnya sekonyong-konyong tipe emulsi w/o menjadi o/w atau
sebaliknya dan siIat irreversible.

III. Alat dan Bahan :
Alat
1. Lumping Dan Alu
2. Gelas Ukur
3. Hotplate
4. Gelas Beker
5. Batang Pengaduk
6. Thermometer

Bahan
1. Minyak
2. Aquadest
3. Tween
4. Span
IV. Percobaan :
!enentuan HLB butuh minyak dengan jarak HLB lebar
R/ Minyak 30
Tween
30
Span
Air ad 100
Dibuat emulsi dengannilai HLB butuh masing-masing 8,9,10,11,12,13.

!enentuan HLB butuh minyak dengan jarak HLB Sempit
Dari hasil percobaan di atas diperoleh nilai HLB butuh berdasarkan emulsi yang
tampak relatiI paling stabil. Misalnya nilai HLB butuhnya 9, maka untuk
memperoleh nilai HLB butuh lebih akurat, perlu satu seri emulsi lagi dengan nilai
HLB 8 sampai 10 dengan jarak HLB masing-masing 0,25.

V. Prosedur Kerja :
1. Menghitung jumlah tween dan spa yang dibutuhkan untuk setiap nilai HLB
butuh.
2. Menimbang masing-masing minyak,air,tween,dan spa sejumlah yang
dibutuhkan
3. Mencampurkan minyak dengan spa,mencampurkan air dengan spa alu
keduanya dipanaskan diatas tengas air suhu 60C
4. Memasukkan campuran minyak kedalam campuran air didalam lumping dan
segera diaduk menggunakan pengaduk selama 5 menit.
5. Memasukkan emulsi kedalam gelas ukur dan diberi tanda sesuai nilai HLB
masing-masing.
6. Tangga emulsi dalam tabung di usahakan sama dan mencatat waktu mulai
memasukkan emulsi kedalam tabung.
7. Mengamati jenis emulsi dalam tabung diusahakan sama dan mencatat waktu
mulai memasukkan emulsi kedalam tabung.
8. Menentukan pada nilai HLB berapakah emulsi tampak relative paling stabil.

VI. Hasil Percobaan dan Perhitungan :
PERHITUNGAN
1. Penentuan HLB butuh minyak dengan jarak HLB lebar
Kelompok 4 menghitung HLB 12
Jumlah emulgator yang dibutuhkan : 3 x 100 g 3 g
Minyak : 30
Air : add 100
Misalkan ; jumlah tween 80 HLB 15 a g, Maka span 80 HLB 4,3 (3-a) g
Persamaan :
(a x 15 ) (3 - a) x 4,3 3 x 12
15 a 12,9 4,3 a 36
10,7 a 23,1
a 23,1 2,16 gram
10,7
Jadi, jumlah Tween 80 yang dibutuhkan 2,16 gram
Jumlah span 80 yang dibutuhkan (3 2,16 ) gram 0,84 gram
2. Penentuan HLB butuh minyak dengan jarak HLB sempit
Kelompok 4 menghitung HLB 14,25
Jumlah emulgator yang dibutuhkan : 6 x 100 g 6 g
Minyak : 30
Air : add 100
Misalkan ; jumlah tween 80 HLB 15 a g, Maka span 80 HLB 4,3 (6 - a) g
Persamaan :
(a x 15 ) (6 - a) x 4,3 6 x 14,25
15 a 25,8 4,3 a 85,5
10,7 a 59,7
a 59,7 5,58 gram
10,7
Jadi, jumlah Tween 80 yang dibutuhkan 5,58 gram
Jumlah span 80 yang dibutuhkan (6 5,58 ) gram 0.42 gram

%abel Massa %een dan Span yang dibutuhkan pada masing-masing nilai HLB
butuh 1arak lebar
Nilai HLB
Massa Tween
(gram)
Massa Span
(gram)
9 1,3 1,7
10 1,6 1,4
11 1,9 1,1
12 2,2 0,8
13 2,4 0,6
14 2,7 0,3



%abel Massa %een dan Span yang dibutuhkan pada masing-masing nilai HLB
butuh 1arak sempit
Nilai HLB
Massa Tween
(gram)
Massa Span
(gram)
13,25 5 1
13,5 5,2 0,8
13,75 5,3 0,7
14,25 5,6 0,4
14,5 5,7 0.3
14,75 5,9 0,1


HASIL PENGAMATAN
1. Penentuan HLB butuh minyak dengan jarak HLB lebar (menggunakan data
anak kelas A)

Dengan komposisi : Emulgator 6 , Minyak 30 dan Air add 100
Hari
HLB Butuh Minyak
10 11 12 13 14 9
1 - - - - -
-
2 - - - - -
-
3 50,6 ml 59,2 ml 45 ml 44 ml 50,5 ml
50,2 ml
4 52,1 ml 59,2 ml 47 ml 44,5 ml 50,5 ml
50,6 ml
5 52,5 ml 59,6 ml 51 ml 44,5 ml 51 ml
50,6 ml
6 52,8 ml 60,3 ml 51,5 ml 44,5 ml 51 ml 50,6 ml

Keterangan : Data letak batas antara lapisan pertama dan lapisan kedua.

HLB Butuh
Minyak
Keterangan
10 Creaming langsung terjadi.
Emulsi relatiI tidak stabil.
11 Creaming langsung terjadi.
Emulsi relatiI tidak stabil.
12 Creaming langsung terjadi.
Emulsi relatiI tidak stabil.
13 Creaming langsung terjadi.
Emulsi relatiI tidak stabil.
14 Creaming lebih lama terjadi.
Emulsi relatiI stabil.
9 Creaming langsung terjadi dan panjang creaming
lebih panjang di antara yang lain.
Emulsi relatiI paling tidak stabil.

2. Penentuan HLB butuh minyak dengan jarak HLB sempit
Dengan komposisi : Emulgator 6 , Minyak 30 dan Air add 100
Ha
ri
HLB butuh minyak
13.25 13.5 13.75 14.25 14.5
14.75
1
B : 0-51
T : 51-56,5
A : 56,5-75
B: 0-38
T : 38-39
A : 39-75
B: 0-45,5
T : 45,5-46
A : 46-75
B : 0-45
T : 45-49
A : 49-75
B : 0-50
T : 50-51
A : 51-75
B: 0-48
T : 48-49,5
A :49,5-75
2
B: 0-51
T : 51-56,5
A : 56,5-75
B : 0-46
T : 46-49
A : 49-75
B : 0-46
T : 46-47,5
A : 47,5-75
B: 0-45
T : 45-49
A : 49-75
B: 0-50
T : 50-51
A : 51-75
B:0-48
T : 48-49,5
A :49,5-75
3
B : 0-51
T : 51-56,5
A : 56,5-75
B : 0-46
T : 46-49
A : 49-75
B : 0-47
T : 47-48,5
A : 48,5-75
B : 0-45,5
T : 45,5-50
A : 50-75
B : 0-50
T : 50-51
A : 51-75
B : 0-48
T : 48-49,5
A :49,5-75
4
B: 0-51,5
T : 51,5-56
A : 56-75
B: 0-46
T : 46-49
A : 49-75
B: 0-47l
T : 47-48,5
A : 48,5-75
B: 0-45,5
T : 45,5-50
A : 50-75
B : 0-50
T : 50-51
A : 51-75
B : 0-48
T : 48-49,5
A :49,5-75
5
B : 0-51,5
T : 51,5-56
A : 56-75
B : 0-46
T : 46-49
A : 49-75
B : 0-47.5
T : 47,5-48,5
A :48,5-75
B : 0-44
T : 44-50
A :50-75
B : 0-51
T : 51-53
A : 53-75
B:0-49,5
T : 49,5-50
A :50-75
Keterangan : B : Bawah, T : Tengah, A : Atas
HLB Butuh
Minyak
Keterangan
13,25 Creaming langsung terjadi.
Emulsi relatiI tidak stabil.
13,5 Creaming langsung terjadi.
Emulsi relatiI tidak stabil.
13,75 Creaming langsung terjadi.
Emulsi masih relatiI tidak stabil.
14,25 Creaming langsung terjadi.
Emulsi relatiI stabil.
14,5 Creaming lebih lama terjadi.
Emulsi relatiI tidak stabil.
14,75 Creaming lebih lama terjadi.
Emulsi relatiI tidak stabil.

VII. Pembahasan :
Pada percobaan kali ini digunakan surIaktan dengan kombinasi yaitu tween 80
dan span 80, oleh karena itu diperlukan nilai HLB (Hydrophylic Lypopilic Balance)
butuh minyak. HLB butuh minyak setara dengan HLB campuran surIaktan yang
digunakan untuk mengemulsikan minyak sehingga membentuk emulsi yang stabil. HLB
butuh minyak ini perlu ditentukan apabila emulsi menggunakan kombinasi surIaktan,
jika hanya menggunakan satu jenis surIaktan tidak diperlukan nilai HLB butuh minyak.
HLB butuh minyak harus berada di rentang nilai HLB kombinasi surIaktan. Pada
prakktikum ini digunakan surIaktan tween 80 dengan nilai HLB 15 dan span 80 nilai
HLBnya 4,3.
Pada percobaan emulsiIikasi ini awalnya akan dibuat satu seri emulsi dengan
nilai HLB butuh jaarak lebar yang masing-masing adalah 9,10,11,12,13, dan 14. Bahan
yang digunakan adalah minyak dan air, sedangkan untuk emulgator digunakan
emulgator kombinasi surIaktan yaitu Tween 80 dan Span 80. Pencampuran Tween 80
dengan air karena nilai HLB Tween 80 relatiI tinggi yaitu sebesar 15. Nilai HLB yang
tinggi menunjukkan bahwa Tween 80 bersiIat polar sehingga dapat bercampur dengan
air yang bersiIat polar. Sedangkan Span 80 dicampur dengan Iase minyak, karena Span
80 memiliki nilai HLB yang lebih rendah yaitu 4,3 dan menunjukkan bahwa Span 80
bersiIat non polar sehingga dapat bercampur dengan minyak.
Terbentuknya emulsi ditandai dengan berubahnya warna campuran menjadi
putih susu. Setelah beberapa menit emulsi yang terbentuk dimasukkan ke dalam tabung
sedimentasi dan diberi tanda sesuai dengan nilai HLB-nya. Tinggi emulsi dalam tabung
diusahakan sama agar mempermudah dalam membandingkan kestabilan dari tiap
emulsi. Selanjutnya, diamati ketidakstabilan emulsi yang terjadi selama 5 hari. Dari
hasil pengamatan, setelah emulsi dipindahkan ke dalam tabung sedimentasi semua
emulsi mengalami creaming. Terbentuknya creaming menandakan emulsi yang
terbentuk tidak stabil. Creaming yang terbentuk mengarah ke atas.

Foto sediaan emulsi dengan HLB butuh dengan jarak jauh

Creaming berpotensi terhadap terjadinya penggabungan Iase dalam yang
sempurna. Jadi, semakin tinggi creaming yang terjadi, semakin besar pula potensi Iase
dalam untuk bergabung secara sempurna.
Dari data pengamatan dapat dilihat bahwa semua emulsi mengalami creaming
sehingga dapat dikatakan tidak ada yang stabil. Tinggi creaming pada emulsi dengan
HLB 9 jauh lebih tinggi dibandingkan tinggi creaming pada emulsi lainnya. Hal ini
menunjukkan bahwa emulsi minyak oleum ricini dengan air pada HLB 9 paling tidak
stabil jika dibandingkan dengan emulsi pada HLB lainnya. Sedangkan pada HLB 14
memiliki creaming yang lebih rendah dari pada yang lainnya. Hal ini menunjukkan pula
bahwa emulsi pada HLB 14 yang paling stabil dibandingkan dengan yang lainnya.
Dari praktikum pertama diduga minyak X yang digunakan memiliki HLB butuh
14. Untuk memperjelas hasil emulsi, kembali dilakukan praktikum dengan
menggunakan jarak HLB butuh dengan jarak pendek, dimana HLB yang digunakan
mendekati HLB 14, yaitu HLB butuh masing-masing 13.25, 13.50, 13.75, 14.25, 14.5,
dan 14.75. setelah emulsi dibuat, masing-masing emulsi tetap mengalami creaming.
Namun lama pembentukan masing-masing emulsi berbeda-beda. Yang paling lama
mengalami creaming adalah emulsi dengan nilai HLB butuh 14,25.

Foto sediaan emulsi dengan HLB butuh dengan jarak pendek

Tabung sedimentasi memiliki diameter yang berbeda-beda, sehingga kestabilan
dapat dilihat pula dengan melihat kondisi warna emulsi. Pada HLB butuh 14,25 terlihat
warna yang paling keruh diantara yang lain. Warna yang keruh ini menandakan bahwa
masih terdapat globul-globul yang menyebar pada emulsi. Pada emulsi HLB 14,75 juga
terlihat emulsi dengan warna keruh, namun pada bagian atasnya telah mengalami
breaking. Sehingga dapat di simpulkan bahwa emulsi yang relatiI stabil pada HLB
butuh jarak sempit adalah emulsi dengan HLB 14,25.
Dari percobaan ini dibandingkan pula keadaan sediaan emulsi kelas A dan kelas
B dengan sistem pengocokan berbeda. Kelas A menggunakan homogenizer dan kelas B
menggunakan lumpang alu. Didapatkan sistem emulsi yang lebih stabil adalah emulsi
yang menggunakan sistem pengocokan homogenizer.

VIII. Kesimpulan :
Dari data pengamatan dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
Untuk menentukan nilai HLB butuh minyak yang belum diketahui maka
mencari HLBnya dengan cara melakukan percobaan dua kali, yaitu
penentuan HLB minyak dengan jarak HLB lebar dan jarak HLB sempit.
Emulsi dengan bahan air dan minyak oleum ricini menggunakan
emulgator Tween dan Span 80 dengan HLB jarak lebar 9,10,11,12,13,
dan 14 tidak stabil karena mengalami creaming, dimana creaming yang
terbentuk mengarah ke atas.
Diantara emulsi-emulsi yang diamati, emulsi yang paling tidak stabil
adalah emulsi dengan HLB 9.
Diantara emulsi-emulsi yang diamati, emulsi yang paling stabil adalah
emulsi dengan HLB 14. Sehingga pada percobaan berikutnya ditentukan
nilai HLB butuh minyak jarak sempit yang mendekati nilai HLB 14.
Untuk nilai HLB jarak sempit, emulsi yang paling stabil yaitu pada nilai
HLB butuh minyak 14,25.
Semakin tinggi creaming yang terjadi, semakin besar pula potensi Iase
dalam untuk bergabung secara sempurna. Sehingga menunjukkan emulsi
tersebut tidak stabil.
Ketidakstabilan emulsi dapat terjadi karena penggunaan emulgator yang
tidak sesuai, selain itu penurunan suhu yang tiba-tiba dapat
menyebabkan emulsi menjadi tidak stabil. Penambahan air secara
langsung dalam campuran juga mempengaruhi pembentukan emulsi
yang tidak stabil.
Kestabilan juga dipengaruhi oleh sistem pengocokan yang digunakan.

IX. Daftar Pustaka
Agoes, G. 2006. Pengembangan Sediaan armasi. Bandung: Penerbit ITB
AnieI. Moh. 2000. armasetika. Gajah Mada University Press : Yogyakarta
Anonim a. 1979. armakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen kesehatan
RI
Anonim b. 1995. armakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Handbook OI Pharmaceutical Exipent hal.479 482
Handbook OI Pharmaceutical Exipent hal.591
http://www.perIspot.com/ Emulsi/ Diakses pada tanggal 8 Mei 2011
Ibnuhayyan. 2008. Emulsi. Diakses pada tanggal 8 Mei 2011
Martin, A et.al. 1993. armasi isika. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
.

Anda mungkin juga menyukai