Anda di halaman 1dari 75

PERILAKU KEUANGAN:

Teori dan Implementasi

Isfenti Sadalia
Novi Andrani Butar-Butar

Pustaka Bangsa press


Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Isfenti Sadalia

Perilaku Keuangan: Teori dan Implementasi/ Isfenti Sadalia [dan]


Novi Andrani Butar-Butar,-Medan: Pustaka Bangsa Press

ISBN 978-602-1183-32-8

I. Judul.
Hlm. 68
Uk. 15,5 x 24 cm

© Hak cipta dilindungi berdasarkan Undang-Undang


Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara
apapun, termasuk dengan cara penggunaan mesin fotocopy tanpa izin dari
penulis

Hak penerbitan pada Penerbit Pustaka Bangsa Press


Anggota IKAPI

ISI DI LUAR TANGGUNG JAWAB PENERBIT


KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT, atas


berkah dan rahmat Nya, sehingga buku Perilaku Keuangan: Teori
dan Implementasi ini dapat diselesaikan. Berawal dari sebuah
keinginan untuk dapat memberikan kemanfaatan lebih untuk
khalayak, kami mencoba untuk berbagi ilmu pengetahuan yang
telah dititipkan-Nya melalui media buku.

Sebagian besar mahasiswa sulit untuk memperoleh buku


terkait dengan Perilaku Keuangan: Teori dan Implementasi, oleh
karena itu diharapkan buku ini mampu menjawab segala
persoalan dan kebutuhan terkait dengan pemahaman teori
tentang aplikasi analisis manajemen keuangan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh rekan-


rekan dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera
Utara. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang turut memberi kontribusi dalam proses penyelesaian buku
ini. Akhir kata, dengan kerendahan hati, penulis juga
mengharapkan saran dan masukan yang konstruktif dari para
pembaca. Semoga buku ini bermanfaat.

Medan, Nopember 2016

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................... iii

Kata Sambutan Ketua Lembaga Penelitian


USU ..................................................................... iv

Daftar Isi .............................................................. v

BAB I. Perilaku Keuangan ............................... 1


A. Sejarah Perkembangan Perilaku
Keuangan .................................................... 2
B. Pengertian Behaviour Finance ................... 5
C. Homo Economicus...................................... 7
D. Kontribusi Para Ahli ................................... 7
E. Penyimpangan ............................................ 8

BAB II. Anchoring Dan MentalAccounting ..... 10


A. Anchoring ................................................ 10
B. Mental Accounting (Akuntansi
Mental) ..................................................... 11

BAB III. Bias Dan Gambler’s Fallacy ............... 14


A. Confirmation and Hindsight Bias ........... 14
B. Gambler’s Fallacy ..................................... 15
C. Herd Behavior ........................................... 17

BAB IV. Over Confidence Dan Ketersediaan


Bias................................................... 19
A. Terlalu Percaya (Over Confidence) .......... 19
B. Over Reaction dan Ketersediaan Bias ..... 20

BAB V. Theory Prospect................................. 21

BAB VI. Perilaku Penggunaan Uang ............... 26

BAB VII. Perilaku Pengelolahan Uang ............. 28

iv
BAB VIII. Financial Behavior and Financial
Performance on Small and
Medium Enterprise in Medan
Coastal ............................................. 30

BAB IX. Financial Management Behavior


and Financial Distress on Small
Medium Enterprice in Seabord of
Medan .............................................. 42

BAB X. Financial Literacy dan Financial


BehaviorMahasiswa Universitas
Sumatera Utara .................................54

BAB XI. Kesimpulan .......................................63

Daftra Pustaka .....................................................65

v
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

BAB I

PERILAKU KEUANGAN

Menurut Teori Keuangan Konvensional memaksimumkan


kekayaan merupakan hal yang rasional bagi seluruh dunia. Jika
kita menggunakan teori keuangan ‘konvensional’ atau ‘modern’
untuk menggambarkan keuangan, kita akan berbicara mengenai
jenis pembiayaan yang didasarkan pada teori-teori yang rasional
dan logis, seperti Capital Aset Pricing Model (CAPM) dan
Efficient Market Hypothesis (EHM). Teori ini berasumsi bahwa
sebagian besar orang berperilaku secara rasional dan terduga.
Namun, ada saatnya dimana ketika emosi dan psikologi
seseorang mempengaruhinya dalam mengambil keputusan
menyebabkan individu berperilaku tidak rasional. Para ahli
dibidang keuangan dan ekonomi mulai menemukan adanya
penyimpangan dan perilaku yang tidak dapat dijelaskan dengan
teori yang telah ada pada saat itu. Peristiwa keuangan tersebut
antara lain berupa anomali keuangan dalam bentuk volatilitas
saham secara eksesif di pasar modal seprti kasus January Effect,
Day of the week effect, returns over trading dan non-trading
periods, stock return volatility dan the internet phenomenon.
Pada saat itu pasar terbukti berperilaku dengan tidak terduga
atau tidak rasional, sementara teori konvensional atau modern
yang ada pada saat itu hanya bisa menjelaskan tentang keadaan
yang ideal atau terduga saja. Oleh karena itu, muncullah teori
yang disebut dengan teori perilaku keuangan yang membahas
tentang perilaku yang tidak terduga.
Hal tersebutlah yang tidak termasuk kedalam teori
keuangan konvensional. Karena adanya faktor psikologi yang
dapat mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusannya
sedangkan teori pada saat itu tidak dapat menjelaskannya, maka
dikenallah ilmu keuangan yang disebut dengan tingkah laku atau
perilaku keuangan (behavior finance).
Perilaku keuangan merupakan bidang ilmu yang relatif
baru yang bertujuan untuk menggabungkan teori psikologi
perilaku dan kognitif dengan ekonomi konvensional dan

1
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

keuangan untuk memberikan penjelasan mengapa orang


mengambil keputusan keungan yang tidak rasional. Perilaku
keuangan berhubungan dengan tanggung jawab keuangan
seseorang terkait dengan cara pengelolaan keuangannya.
Tanggung jawab keuangan adalahbagaimana proses pengelolaan
uang dan aset yang dilakukan secara produktif.
Studi ini berpendapat bahwa masyarakat nyaris bersikap
tidak rasional sebagaimana telah dibuat dalam teori keuangan
tradisional. Ide bahwa psikologi mendorong pergerakan pasar
saham mengusik teori-toeri yang ada yang menyatakan bahwa
pasar adalah efisien.Penganut teori perilaku menjelaskan bahwa
perilaku irasional adalah persoalan yang umum, bukan sebuah
anomali (penyimpangan).
Dalam buku ini akan dibahas tentang sejarah singkat
perilaku keuangan, penyimpangan yang terjadi di dunia
keuangan, teori prospek dan contoh penelitian yang membahas
tentang perilaku keuangan.

A. Sejarah Perkembangan Perilaku Keuangan


Pada awalnya kemunculan perilaku keuangan dimulai
karena adanya penolakan terhadap teori pasar efisien. Robert J.
Shiller seorang profesor dari Universitas Yale adalah orang yang
mempunyai peran yang besar dalam perilaku keuangan karena
dia mengungkapkan bahwa pasar tidak sepenuhnya efisien. Pada
tahun 1981, dengan penelitian yang berjudul “Do Stock Price
Move too much to be Justified by Subsequent Changes in
Dividends’ yang dipublikasikan di The American Economic
Review, Robert menunjukkan telah terjadi excess volatility
antara harga saham dengan fundamental yang mendasarinya.
Penelitian ini akhirnya menimbulkan perdebatan yang luar biasa
di kalangan para akademisi. Karena pada saat itu Shiller tidak
mengetahui faktor apa yang menyebabkan pasar menjadi tidak
efisien.
Dalam membuktikan volatilitas itu, Shiller mendapatkan
bantuan dari istrinya.Istri dari Shiller yang merupakan seorang
mahasiswa doktoral bidang psikologi di Universitas Daleware
mencoba membantu Shiller dengan menjelaskan ketidakefisienan
pasar dengan pendekatan ilmu sosial dan pada makalah yang
diberi judul “Stock Price and Social Dynamics’ pada pertemuan
di Brooking Institute. Namun dia malah mendapat , ejekan tidak

2
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

hanya datang secara lisan pasa saat konferensi. Ejekan secara


tertulis pun ada, G. William Schwert seorang pendukung teori
pasar efisien menjuluki Shiller dengan sebutan ‘sosiolog
amatiran’. Hasil konferensi tersebut menyatakan bahwa setiap
pergerakan pasar saham haruslah mempunyai landasan yang
rasional. Namun Shiller memiliki pendapat lain mengenai hasil
konferensi tersebut, Ia mengatakan bahawa kesimpulan itu
merupakan sebuah kesalahan ‘satu dari kesalahan terbesar
terbesar sejarah pemikiran ekonomi’.
Orang yang berperan besar lainnya dalam perilaku
keuangan adalah Richard H. Thaler, seorang profesor ekonomi
dan ilmu keperilakuan dari Universitas Chicago. Thaler menulis
disertasi doktoralnya berdasarkan paradigma pasar efisien, tetapi
pada akhirnya ia berbalik arah dengan mengembangkan perilaku
keuangan. Akhirnya Thaler menjadi sebuah anomali di
universitasnya karena menyimpang dari pemikiran ekonomi
neoklasik yang dikembangkan dari sekolah pemikir ekonomi
(economic schools of thought).
Dengan dukungan dana dari Russell Sage Foundation,
sejak tahun 1991 Thaller bersama Shiller mengkoordinasikan
sebuah workshop pada National Biro Economic Research
(NBER). Sejak saat itulah penelitian dengan tema perilaku
keuangan menjadi semakin berkembang pesat. Perkembangan ini
ditandai dengan semakin bertambahnya working paper yang
bertema perilaku keuangan. Jurnal ilmiah utama ilmu keuangan
sudah menjadi media publikasi hasil penelitian tentang perilaku
keuangan, seperti The Journal of Finance dan Journal of
Financial Economics. Perkembangan perilaku keuangan ini
menjadi cara berpikir yang baru dalam memahami fenomena
ekonomi keuangan dan hal ini menunjukkan bahwa kalangan
akademisi keuangan telah menerima keberadaan teori perilaku
keuangan.
Daniel Kahneman, akibat dari pengintegrasian ilmu
psikologi kedalam ilmu ekonomi keuangan membuat ia diberi
hadiah nobel ekonomi pada tahun 2002. Hal inidikarenakan ia
memodelkan perilaku manusia mengambil resiko dari ilmu
psikologi kedalam ilmu ekonomi yang dikenal dengan nama teori
prospek.
Teori perilaku keuangan masih dianggap berusia muda,
jika dibandingkan dengan ilmu keuangan pada periode

3
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

sebelumnya. Namun, saat ini perilaku keuangan tidak hanya


sebatas konsep tetapi sudah menjadi metode operasional untuk
menganalisis dan menjelaskan tentang keberadaan dari
mispricing harga saham, menjelaskan mengapa individu tidak
melakukan diversifikasi dan bagaimana noise trader
menciptakan pasar yang tidak efisien.
Saat ini dalam melakukan kegiatan investasi, investor
tidak hanya menggunakan estimasi atas prospek instrumen
investasi saja tetapi juga sudah memasukkan faktor psikologi.
Bahkan, banyak pihak yang sudah menyatakan bahwa faktor
psikologi investor memiliki peran yang paling besar dalam
menentukan investor untuk berinvestasi. Contoh yang cukup
menarik dalam berinvestasi adalah adanya rasio terikat (bounded
rationality). Di lain sisi juga terjadi, investor menjual saham
dengan cepat pada saat harga saham tinggi (memberikan untung)
dan bisa menahan saham dalam jangka waktu yang lama ketika
harga saham tersebut turun (rugi). Faktor psikologi tersebut
memberikan pengaruh dalam berinvestasi dan juga
mempengaruhi hasil yang akan dicapai. Oleh karena itu, analisis
berinvestasi yang menggunakan teori psikologi dan teori
keuangan dikenal dengan perilaku keuangan (behavioural
finance).
Ciri-ciri manusia yang paling umum adalah takut, marah,
serakah, mementingkan diri sendiri dalam menempatkan
keputusan tentang uang. Perilaku manusia biasanya tidak bersifat
proaktif, melainkan lebih bersifat reaktif. Perilaku keuangan
relatif lebih mudah untuk menjelaskan mengapa individu
membuat sebuah keputusan, tetapi malah mengalami kesulitan
dalam mengukur apa akibat dari keputusan tersebut kepada
dirinya. Perilaku keuangan mempelajari pengaruh dari faktor
sosial, kognitif dan emosional pada keputusan ekonomi individu.
Adapun perkembangan perilaku keuangan yang
memasukkan faktor kekuatan emosi dan psikologi investor di
pasar keuangan adalah:
1. Mackay (1841) menyajikan kronologis tentang kepanikan
yang terjadi di pasar keuangan sebagai cerminan dari adanya
aspek psikologis investor.
2. Bon (1895) mengajukan gagasan tentang prean ‘crowds’ yang
dapat diartikan sebagai investor di pasar, dan perilaku dari

4
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

perilaku kelompok yang mencoba kemampuan di bidang


keuangan, psikologi, sosial, sosiologi dan sejarah.
3. Selden (1912) menerapkan perilaku keuangan dalam konteks
psikologi di pasar modal.

B. Pengertian Behaviour Finance


Banyak ahli yang telah mendefinisikan perilaku keuangan,
berikut adalah beberapa definisi perilaku keuangan :
1) Shefrin (2000), perilaku keuangan adalah studi yang
mempelajari bagaimana fenomena psikologi mempengaruhi
tingkah laku keuangannya. Tingkah laku dari para para
pemain saham tersebut disebut tingkah laku para praktisi.
2) Nofsinger (2001), perilaku keuangan yaitu mempelajari
bagaimana manusia secara actual berperilaku dalam sebuah
penentuan keuangan (a financial setting).
3) Litner (1998), perilaku keuangan merupakan suatu ilmu yang
mempelajari bagaimana manusia menyikapi dan bereaksi
atas informasi yang ada dalam upaya untuk mengambil
keputusan yang dapat mengoptimalkan tingkat
pengembalian dengan memperhatikan risiko yang melekat di
dalamnya (unsur sikpa dan tindakan merupakan faktor
penentu dalam berinvestasi).
4) Fuller (2000) mendefinisikan perilaku keuangan kedalam
tiga poin cara, yaitu:
a. Perilaku keuangan adalah penggabungan antara ekonomi
klasik dan keuangan dengan psikologi dan ilmu
pengambilan keputusan, dan perlu diketahui bahwa ilmu
pengambilan keputusan juga berkembang mengikuti
perkembangan zaman, sehingga penerapan teori
ekonomi klasik yang relatif bersifat baku, berbeda-beda
seiring dengan perkembangan zaman.
b. Perilaku keuangan adalah suatu percobaan untuk
menjelaskan apa penyebab beberapa anomali-anomali
keuangan yang sudah terlihat dandibukukan dalam
literasi keuangan. Banyaknya studi kasus dan observasi
dari kejadian sebelumnya diharapkan dapat menjadi
dasar pengembangan teori perilaku keuangan dimasa
depan. Diharapkan anomali-anomali keuangan tersebut
dapat dijelaskan melalui teori-teori baru.

5
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

c. Perilaku keuangan adalah suatu bidang studi yang


menjelaskan bagaimana investor secara sistematis
membuat judgement yang salah atau ‘mental mistakes’

Shefrin (2000) menyatakan ada tiga tema yang dibahas


dalam perilaku keuangan, dimana tema tersebut dibuat dalam
bentuk pertanyaan, yaitu:
1. Apakah praktisis keuangan mengakui adanya kesalahan
karena selalu berpatokan kepada aturan yang telah
ditentukan (rules of thumb). Bagi penganut perilaku
keuangan mengakuinya sementara keuangan tradisional
tidak mengakuinya. Penggunaan rules of thumb ini disebut
dengan Heuristics to Process Data. Penganut keuangan
tradisional selalu menggunakan alat statistik secara tepat dan
benar untuk memperoleh data. Sementara penganut perilaku
keuangan melaksanakan rules of thumb seperti ‘back-ofothe-
envelope calculation’ dimana ini secara umum tidak
sempurna. Akibatnya, praktisi memegang ‘biased beliefs’
yang mempengaruhi memenuhi janji terhadap kesalahan
tersebut. Tema ini dikenal dengan Heuristics-driven bias.
2. Apkah bentuk termsuk inti persoalan (subtance)
mempengaruhi praktisi? Penganut perilaku keuangan
menyatakan bahwa persepsi praktisi terhadap risiko dan
tingkat pengembalian sangat dipengaruhi oleh bagaimana
‘decision problem’ dikerangkanya (framed). Sementara
penganut keuangan tradisional memandang semua
keputusan berdasarkan transparan dan objektif. Tema ini
dikenal dengan frame dependence.
3. Apakah kesalahan dan kerangka mengambil keputusan
mempengaruhi harga yang dibangun pada pasar? Penganut
perilaku keuangan menyatakan ‘heuristics-driven bias’ dan
pengaruh framing menyebabkan harga jauh dari nilai
fundamentalnya sehingga pasar tidak efisien. Sementara
pengantu keuangan tradisional mengasumsikan pasar efisien
seperti yang diuraikan Fama (1970). Tema ini dikenal dengan
pasar tidak efisien (inefficient market).

6
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

C. Homo Economicus
Salah satu asumsi paling dasar adalah bahwa ekonomi
konvensional dan keuangan dibuat untuk orang-orang yang
rasional yang berusaha sendiri untuk meningkatkan
kesejahteraan mereka. Menurut ekonomi konvensional, emosi
dan faktor-faktor eksternal lainnya tidak mempengaruhi orang-
orang ketika mengambil keputusan ekonomi mereka.
Dalam kebanyakan kasus, asumsi ini tidak mencerminkan
bagaimana orang berperilaku didunia nyata. Faktanya adalah
individu sering berpikir tidak rasional. Hal ini dapat dilihat dari
banyaknya orang yang membeli tiket lotre dengan harapan
memenangkan jackpot yang besar. Dari sudut pandang yang
logis, hal ini tentu sangat tidak masuk akal. Membeli tiket lotre
dengan peluang menang yang kecil dan harus bersaing dengan
pemegang tiket yang lain (seperi 1 berbanding 100juta).
Walaupun begitu, jutaan orang tetap menghabiskan uang mereka
untuk kegiatan ini.
Penyimpangan tersebut membuat para ahli untuk melihat
kepada psikologi kognitif tentang perilaku yang tidak rasional
dan tidak logis. Bahwa sebenarnya keuangan modern telah gagal
untuk menjelaskan keadaan yang terjadi di pasar. Perilaku
keuangan berusaha untuk menjelaskan tindakan, sedangkan
keuangan modern berusaha untuk menjelaskan tindakan
“manusia ekonomi”.

D. Kontribusi Para Ahli


Psikolog kognitif Daniel Kahneman dan Amos Tvesky
dianggap sebagai ayah dari perilaku ekonomi atau keuangan.
Kahneman dan Tvesky menyampaikan penilaian pada kondisi
ketidakpastian yang bisa menghasilkan heuristik atau bias.
Kahneman dan Tvesky pada tahun 1979 dengan teori prospek dan
dilanjutkan dengan pada tahun 1992 tentang teori prospek
lanjutan. Kahneman sebagia salah satu promotor teori ini
mendapatkan hadiah Nobel pada tahun 2002 yang memberikan
alternatif analisis dalam bidang ekonomi dan keuangan.
Kahneman dan Tvesky memperkenalkan teori prospek. Teori ini
dimulai dengan mengkritik teori utilitas yang paling banyak
dipergunakan dalam menganalisis investasi terutama dalam
kondisi berisiko. Manusia dalam mengambil keputusan
berperilaku menurut ilmu psikologi.

7
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

Richard Thaler merupakan pengembang bidang perilaku


keuangan, selama studinya Thaler menjadi lebih sadar akan
kekurangan teori-teori ekonomi konvensional yang berkaitan
dengan perilaku masyarakat. Thaler menyadari bahwa tidak
seperti ekonomi konvensional, teori psikologi dapat menjelaskan
ketidakrasionalan dalam berperilaku.
Meskipun perilaku keuangan telah mendapat dukungan,
namun hal ini tidak lepas dari adanya kritik. Kritikus yang paling
menonjol dari perilaku keuangan adalah Eugene Fama, pendiri
teori efisiensi pasar. Profesor Fama menunukkan bahwa
meskipun ada beberapa penyimpangan yang tidak bisa dijelaskan
dengan teori keuangan modern, efisiensi pasar tidak harus benar-
benar ditinggalkan demi perilaku keuangan. Ia mencatat bahwa
banyak penyimpangan yang ditemukan dalam teori konvensional
bisa dianggap peristiwa kesempatan jangka pendek yang pada
akhirnya diperbaiki dari waktu ke waktu. Fama berpendapat
bahwa banyak dari temuan dibidang perilaku keuangan
tampaknya bertentangan antara satu dengan yang lain, dan
bahwa semua perilaku keuangan ini sendiri tamoaknya menjadi
koleksi penyimapangan yang dapat dijelaskan oleh efisiensi
pasar.

E. Penyimpangan
Adanya penyimpangan yang terjadi dalam ekonomi
konvensional menjadi kontribusi besar untuk pembentukan
perilaku keuangan. Berikut ini beberapa penyimpangan yang
ditemukan dalam literatur keuangan:
1. Efek Januari
Efek bulan Januari adalah sebuah fenomena
dimana harga dari sebagian saham yang diperdagangkan
akan cenderung bergerak naik pada minggu-minggu
awal bulan tersebut. Hal ini bertentangan dengan hipotesis
pasar yang efisien yang mempredikasi bahwa saham harus
bergerak pada “random walk”. Salah satu penjelasannya
adalah bahwa lonjakan return Januari adalah hasil dari
investor yang menjual saham yang turun pada Bulan
Desember untuk menghindari kerugian pajak,
mengakibatkan return bangkit kembali pada Bulan Januari
ketika investor memiliki lebih sedikit intensif untuk menjual.
2. Kutukan Sang Pemenang

8
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

The Winner Curse atau Kutukan Sang Pemenang adalah


sebuah istilah yang sering digunakan dalam dunia politik dan
ekonomi. Wikipedia mengartikan sebagai: kejadian seakan-
akan kemenangan telah diraih namun sebenarnya pihak yang
dianggap kalah telah berada dalam keadaan untung, hal ini
terjadi karena kurangnya informasi“. Menurut Thaler (1988)
tentang kutukan sang pemenang, ada dua faktor utama yang
melemahkan proses penawaran rasional yaitu jumlah
penawaran dan agresivitas penawar. Sebagai contoh,
banyaknya penawar yang terlibat dalam sebuah proses
penawaran mengartikan bahwa Anda harus melakukan
penawaran yang lebih agresif untuk mencegah orang lain
mendapatkan barang yang ditawar itu. Sayangnya,
meningkatkan agresivitas Anda juga akan meningkatkan
kemungkinan bahwa tawaran yang Anda menangkan akan
melebihi nilai yang seharusnya.
3. Equity Premium Puzzle
Selama periode 70 tahun, saham menghasilkan return yang
melebihi return obligasi pemerintah. Atau dengan kata lain
return yang dihasilkan saham lebih besar daripada return
obligasi pemerintah. Jawaban perilaku keuangan untuk
equity premium puzzle adalah kecenderungan orang untuk
memiliki “myopic loss aversion”, sebuah situasi dimana
investor terlalu disibukkan oleh dampak negatif dari
kerugian dibandingkan jumlah keuntungan yang didapat,
dengan kata lain memandang investasi dalam jangka pendek.

9
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

BAB II

ANCHORING DAN MENTAL


ACCOUNTING

A. Anchoring
Anchor adalah suatu hal yang jika terjadi akan memicu
suatu perasaan atau emosi tertentu. Dalam istilah psikologi
klasik, anchor adalah suatu stimulus yang memicu reaksi
khusus. Anchor dapat terjadi dengan sendirinya (alami), dapat
pula di ciptakan secara sengaja. Ide-ide dan pendapat kita harus
berdasarkan fakta yang relevan dan benar agar dapat dianggap
sah. Namun hal ini tidak selamanya berlaku. Konsep anchoring
mengacu kepada kecenderungan untuk melampirkan atau
‘penahan’ pikiran kita ke titik referensi. Anchor adalah sesuatu
yang bisa mengingatkan kita tentang kejadian-kejadian yang
pernah kita alami sebelumnya.
Salah satu contoh anchor alami adalah phobia. Phobia
adalah reaksi takut yang berlebihan (tidak masuk akal) pada
suatu stimulus (anchor) tertentu. Misalnya ketika melihat kecoa,
langsung memicu takut dan tidak berani berjalan mendekatinya.
Anchor yang diciptakan dengan sengaja misalnya adalah
lampu merah lalu lintas. Karena melihat asosiasi berkali-kali
antara warna merah dan berhenti, maka mata kita mejadi
terlatih. Begitu melihat warna merah lampu lalu lintas, maka
secara otomatis kita akan berhenti. Disiplin psikologi sudah
meletakkan dasar-dasar teknik anchor dengan sangat baik.

a) Diamond Anchor
Kebijakan konvensional menyatakan bahwa cincing
berlian untuk pertunangan berharga gaji selama daua bulan.
Percaya atau tidak, standar ini merupakan contoh paling logis
dari anchoring. Sementara untuk menghabiskan gaji dua bulan
berfungsi sebagai patokan. Banyak pria yang tidak mampu
memberikan gaji dua bulannya untuk sebuah cincin karena dia

10
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

masih memiliki beban biaya hidup. Akibatnya, banyak yang


berhutang untuk memenuhi ‘standar’ tersebut.

b) Investment Anchoring
Anchoring juga dapat menjadi sumber frustasi dalam
dunia keuangan, karena investor mendasarkan keputusan
mereka pada angka yang tidak relevan dan statistik. Sebagai
contoh, anggaplah saham ABC memiliki pendapatan yang sangat
kuat tahun lalu, menyebabkan harga saham menanjak naik dari
$25 sampai $80. Sayangnya, salah satu pelanggan utama
perusahaan yang berkontribusi 50% dari pendapatan ABC telah
memutuskan untuk tidak memperpanjang perjanjian pembelian
dengan ABC. Perubahan peristiwa ini menyebabkan penurunan
harga saham ABC dari $80 menjadi $40. Dengan penahanan di
ketinggian $80 dan harga saat ini sebesar $40, investor keliru
bahwa ABC berada pada under value. Perlu diingat bahwa ABC
tidak dijual pada harga diskon, melainkan penurunan harga
saham tersebut diberikan pada perubahan fundamental ABC
(kehilangan pendapatan dari pelanggan besar).

c) Menghindari Anchor
Investor yang sukses tidak mendasarkan keputusan
mereka hanya pada satu atau dua tolak ukur, mereka
mengevaluasi setiap perusahaan dari berbagai perspektif dalam
rangka untuk memperoleh gambaran sesungguhnya dari lahan
investasi.

B. Mental Accounting (Akuntansi Mental)


Akuntansi mental mengacu kepada kecenderungan orang
untuk memisahkan uang mereka ke dalam rekening yang terpisah
(berbeda) berdasarkan kriteria subjektif, seperti sumber uang dan
niat untuk setiap akun. Menurut teori, individu menetapkan
fungsi yang berbeda untuk masing-masing kelompok aset, yang
sering memiliki efek yang tidak rasional dan merugikan pada
keputusan mereka. Meskipun banyak orang yang menggunakan
akuntansi mental, mereka mungkin tidak menyadari betapa
betapa tidak logis pemikiran ini. Misalnya, orang sering memiliki
‘celengan’ atau dana yang disisihkan untuk liburan atau membeli
rumah, namun mereka masih membaawa kartu kredit.

11
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

Dalam hal ini, daripada menabung untuk liburan,


tindakan yang paling logis adalah dengan menggunakan dana
yang berada dicelengan (uang yang kemungkinan ada) untuk
melunasi hutang daripada menggunakan kartu kredit. Hal ini
tampak cukup sederhana tapi kenapa orang tidak berpikir seperti
itu? Jawabannya terdapat pada nilai pribadi orang yang memiliki
aset tersebut.

a) Dilema Acount yang Berbeda


Untuk menggambarkan pentingnya account yang berbeda
yang berkaitan dengan akuntansi mental, perhatikan contoh
berikut ini. Anda akan membeli sandwich seharga $6 untuk
makan siang. Ketika anda sedang menunggu dalam antrian salah
satu hal ini terjadi: (1) Anda menemukan bahwa saku anda
bolong dan Anda kehilangan uang $6 anda; atau (2) anda telah
membeli sandwich, namun ketika Anda sedang memakannya,
Anda tersandung dan menjatuhkan sandwich tersebut ke lantai.
Dalam kedua kasus ini (dengan asumsi Anda masih
memiliki uang yang cukup), akankah Anda membeli sandwich
lain? Secara logis, jawaban Anda untuk kedua skenario tersebut
memiliki nilai yang sama; dilemanya adalah apakah Anda harus
menghabiskan $6 untuk sandwich. Namun, karena bias
akuntansi mentak hal ini tidak terjadi. Karena bias akuntansi
mental, kebanyakan orang di skenario pertama tidak akan
mempertimbangkan uang yang hilang untuk membeli makan
siang mereka karena uang tersebut belum terhaiskan atau
dialokasikan untuk hal tersebut. Akibatnya, mereka akan
cenderung membeli sandwich lagi, sedangkan pada skenario
kedua uang yang mereka miliki telah digunakan untuk membeli.

b) Berbeda Sumber, Berbeda Tujuan


Aspek lain dari akuntansi mental adalah bahwa orang-
orang juga memperlakukan uang secara berbeda tergantung
kepada sumbernya. Misalnya, orang akan cenderung
menghabiskan lebih banyak uang yang ‘ditemukan’, seperti
bonus kerja dan hadiah, dibandingkan dengan sejumlah uang
yang biasanya diharapkan seperti gaji mereka. Ini merupakan
contoh lain bagaimana akuntansi mental dapat menyebabkan
penggunaan tidak logis terhadap uang.

12
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

Secara logis, uang harus dipergunakan, terlepas dari


manapun asal-usulnya. Memperlakukan uang secara berbeda
karena berasal dari sumber yang berbeda merupakan
pelanggaran terhadap premi logis. Dari mana uang itu berasal
seharusnya menjadi faktor dalam berapa banyak Anda
menghabiskannya. Bagaimanapu menghabiskan uang tersebut
akan menurunkan kekayaan Anda secara keseluruhan.

c) Akuntansi Mental dalam Investasi


Bias akuntansi mental juga masuk kedalam investasi.
Sebagai contoh, beberapa investor membagi membagi investasi
mereka menjadi portofolio investasi yang aman dan
portofoliospekulatif untuk mencegah return yang negatif yang
dimiliki oleh portofolio spekulatif yang mungkin akan
berpengaruh terhadap seluruh portofolio. Masalahnya dalam
praktek ini adalah bahwa meskipun semua pekerjaan dan
semua uang yang investor habiskan untuk memisahkan
portofolionya, kekayan bersihnya tidak akan berbeda jika
dibandingkan dengan ia telah menggabungkan semuanya
menjadi portofolio yang besar.

d) Menghindari Akuntansi Mental


Kunci penting yang perlu dipertimbangkan untuk
akuntansi mental adalah bahwa uang itu sepadan, terlepas dari
mana asal-usulnya atau penggunaan yang dimaksudkan, semua
uang itu sama. Anda dapat mengurangi pengeluaran yang
sembarangan, dengan menyadari bahwa menemukan uang tidak
ada bedanya dengan menghasilkannya dari bekerja.
Sebagai perpanjangan dari persepsi uang itu sama,
individu menyadari bahwa menabung dengan bunga yang
rendah atau tanpa bunga akan sia-sia jika Anda memiliki hutang
(dalam hal ini kartu kredit). Dalam banyak kasus, bunga atas
hutang Anda akan mengikis keuntungan yang dapat Anda
peroleh dari rekening tabungan. Walaupun memiliki tabungan
itu penting, tapi adakalanya lebih masuk akal untuk menarik
tabungan Anda untuk melunasi hutang.

13
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

BAB III

BIAS DAN GAMBLER’S FALLACY

A. Confirmation and Hindsight Bias


Sering dikatakan bahwa “apa yang dilihat itulah yang
dipercaya”. Sementara ini sering terjadi, dalam situasi tertentu
apa yang Anda anggap benar belum tentu benar berdasarkan
representasi dari realitas. Ini bukan untuk mengatakan bahwa
ada sesuatu yang salah dengan indra Anda, melainkan bahwa
perkiraan kita memiliki kecenderungan untuk memperkenalkan
bias dalam pengolahan jenis informasi tertentu.

a) Konfirmasi Bias
Dalam berinvestasi, bias konfirmasi menunjukkan bahwa
investor akan lebih mungkin untuk mencari informasi yang
mendukung idenya yang asli tentang investasi dan bukan mencari
informasi yang bertentangan dengan hal itu. Akibatnya bias ini
sering mengakibatkan pengambilan keputusan yang salah karena
satu sisi informasi cenderung condong membingkai investor
untuk referensi, meninggalkan mereka dengan gambaran yang
tidak lengkap.
Misalnya, seorang investor yang mendengar tentang
saham panas dari sumber yang tidak jelas dan tertarik dengan
potensi keuntungannya. Investor tersebut mungkin memilih
untuk meneliti saham untuk ‘membuktikan’ potensi disebut-
sebut adalah nyata.
Apa yang akhirnya terjadi adalah bahwa investor
menemukan segala macam bendera hijau tentang investasi,
sambil mengulas bendera merah terhadap bencana finansial,
seperti kehilangan pelanggan yang kritis atau pasar yang
berkurang.

b) Hindsight Bias
Persepsi umum lain tentang bias adalah ‘hindsight bias’,
yang cenderung terjadi dalam situasi dimana seseorang percaya

14
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

bahwa timbulnya beberapa peristiwa masa lalu sudah bisa


ditebak dan benar-benar terjadi, padahal nyatanya tidak mungkin
cukup untuk diprediksi.
Banyak kejadian yang tampak jelas di hindsight. Psikolog
atribut bias meninjau balik dengan kebutuhan bawaan kita untuk
menemukan ketertiban di dunia dengan menciptakan penjelasan
yang memungkinkan kita untuk percaya bahwa peristiwa-
peristiwa dapat diprediksi. Sementara rasa ingin tahun berguna
dalam banyak kasus untuk menemukan hubungan yang salah
antara sebab dan akibat dari suatu peristiwa dapat
mengakibatkan penyederhanaan yang salah.
Misalnya, banyak orang sekarang mengklaim bahwa
tanda-tanda gelembung teknologi dari akhir tahun 1990-an dan
awal 2000-an yang sangat jelas. Ini adalah contoh yang jelas dari
hindsight bias: Jika pembentukan gelembung telah jelas pada
waktu itu, kemungkinan tidak akan terjadi peningkatan dan
akhirnya meledak.
Untuk investor dan yang liannya di dunia keuangan,
hindsight merupakan salah satu penyebab yang paling berpotensi
membahayakan pola pikir bahwa investor atau trader dapat
memiliki: kelebihan percayadiri. Dalam hal ini, terlalu percaya
mengacu pada investor dan trader ‘keyakinan tidak berdasar
bahwa mereka memiliki kemampuan saham’.

c) Menghindari Konfirmasi Bias


Konfirmasi bias merupakan kecenderungan bagi kita
untuk fokus pada informasi yang menegaskan beberapa
pemikiran yang sudah ada. Bagian dari masalah dengan bias
konfirmasi adalah bahwa menyadari itu tidak cukup baik untuk
mencegah Anda melakukan hal itu. Salah satu solusi untuk
mengatasi bias ini akan menemjukan seseorang untuk bertindak
sebagai ‘pengatur alasan’. Dengan cara itu Anda akan dihadapkan
dengan sudut pandang yang bertentangan untuk memeriksa.

B. Gambler’s Fallacy
Ketika hal ini menyangkut tentang masalah profitalitas,
kurangnya pemahaman dapat menyebabkan asumsi yang salah
dan prediksi terjadinya sebuah peristiwa. Salah satu asumsi yang
salah disebut dengan kesalahan penjudi. Disebut kekeliruan
(fallacy), tapi ini lebih merupakan sebuah gangguan dalam

15
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

pikiran kita. Kita cenderung menumpukan berat yang luar biasa


pada peristiwa-peristiwa yang telah lalu, dengan mempercayai
bahwa peristiwa-peristiwa tersebut suatu saat nanti akan
mempunyai pengaruh terhadap penghasilan kita di masa depan.
Faktanya hal itu belum tentu terjadi, karena prediksi terjadinya
kejadian dimasa depan belum tentu 100%.
Contoh klasik adalah coin-tossing (mengundi dengan
koin). Kalau yang muncul selalu bagian kepala, misalkan, lima
kali berturut-turut, maka kita cenderung memprediksi akan
ada peningkatan peluang berikutnya pada ekor—peluang sisanya
tentu adalah kepala. Namun realitasnya, peluangnya masih tetap
50/50. Seperti yang dikatakan ahli statistik, hasil yang muncul
pada toss yang berbeda adalah independen secara statistik dan
kemungkinan hasil yang akan muncul tetap 50%.

a) Gambler’s Fallacy In Investing


Tidak sulit membayangkan bahwa dalam keadaan tertentu
investor atau trader dapat dengan mudah menjadi mangsa
gambler’s fallacy. Investor bertendensi berkeyakinan akan
terjadi koreksi secara alami dalam suatu perjudian yang adil
(negative recency effect). Lanjut bahwa bias ini mengakibatkan
investor berkeyakinan bahwa harga saham yang sedang menurun
atau trend menurun pada waktu tertentu akan kembali berbalik
arah alias meningkat lagi. Dan hal ini menyebabkan investor
terus menahan sahamnya sambil berharap bahwa saham yang
dipegang akan meningkat lagi harganya. Alhasil, investor pun
tidak memperhatikan kondisi perusahaan, karena mungkin
sajaperusahaan tersebut memang sedang menghadapi masalah
serius. Lainnya yaitu bias ini mengakibatkan perilaku investor
untuk terus-menerus melakukan hal yang sama di masa
mendatang.

b) Menghindari Gambler’s Fallacy


Cara untuk menghindari gambler’s fallacy adalah
investor harus mendasarkan keputusan investasi mereka
berdasarkan analisis fundamental dan/atau analisis teknis
sebelum menentukan apa yang akan terjadi. Bukan hanya
sekedar melihat pada peristiwa yang telah terjadi dan berasumsi
bahwa peristiwa itu juga yang terjadi di masa depan.

16
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

C. Herd Behavior
Salah satu peristiwa keuangan yang paling terkenal adalah
perilaku kawanan (herd behavior). Perilaku kawanan merupakan
kecenderungan individu untuk meniru tindakan (rasional atau
tidak rasional) dari kelompok yang besar. Perilaku kawanan
menggambarkan bagaimana individu dalam kelompok dapat
bertindak secara kolektif tanpa arah terpusat.
Ada beberapa alasan mengapa perilaku kawanan terjadi,
yang pertama adalah tekanan sosial. Semua orang mungkin tahu
dari pengalaman mereka bahwa ini bisa menjadi kekuatan yang
besar. Hal ini karena kebanyakan orang memiliki keinginan
untuk diterima di dalam kelompok daripada dicap sebagai orang
buangan. Oleh karena itu, mereka mengikuti perilaku kelompok
yang merupakan cara yang ideal untuk menjadi anggota atau
bagian dari kelompok tersebut. Alasan kedua adalah bahwa tidak
mungkin sebuah kelompok yang besar bisa salah. hal ini bisa
terjadi kepada individu yang memiliki sedikit pengalaman.

a) The Cost of Being Led Astray


Investor yang menggunakan strategi perilaku kawanan
terus menjual dan membeli aset investasi mereka dalam
mengejar tren investasi terbaru dan terpanas. Contohnya, jika
seorang investor-kawanan mendengar bahwa saham A adalah
investasi terbaik saat ini, ia akan mencairkan modal investasinya
dan kemudian menanamkannya kepada saham A. jika saham B
menjadi tren di beberapa saat kemudian, maka kemungkinan ia
akan memindahkan dananya kesaham B.
Perlu diingat bahwa setiap transaksi yang dilakukan
menimbulkan sejumlah biaya transaksi, yang bisa mengikis
keuntungan. Selain itu, sangat sulit untuk mengukur waktu
perdagangan dengan benar, untuk memastikan bahwa Anda telah
memasuki posisi yang tepat saat tren tersebut dimulai. Pada saat
investor kawanan tahu tentang tren terbaru, sebagian besar
investor lainnya telah mengalami keuntungan dari berita ini, dan
potensi kekayaan memaksimalkan strategi ini sudah mencapai
puncaknya. Ini berarti bahwa kawanan-investor-berikutnya
mungkin akan masuk kedalam permainan dengan terlambat dan
kecenderungan kehilangan uang, sedangkan kawanan yang
didepan telah bergerak ke strategi yang lain.

17
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

b) Menghindari Herd Mentality


Cara untuk menghindari perilaku kawanan ini adalah
investor umumnya lebih baik untuk bebas dari kawanan. Hanya
karena semua orang melompat ‘ikut-ikutan’ investasi pada
sesuatu tertentu belum berarti bahwa strategi itu benar. Oleh
karena itu, saran yang bisa diberikan adalah selalu pelajari hal-
hal yang belum Anda ketahui sebelum Anda memutuskan untuk
memilih hal itu.

18
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

BAB IV

OVER CONFIDENCE DAN


KETERSEDIAAN BIAS

A. Terlalu Percaya (Over Confidence)


Terlalu percaya bukanlah sifat yang hanya berlaku untuk
mendasari manajer. Mempertimbangkan jumlah waktu yang
telah Anda berikan dalam sebuah kompetisi dengan sikap Anda
merupakan apa yang diperlukan untuk menang, terlepas dari
jumlah pesaing atau fakta bahwa hanya ada satu pemenang.
Perlu diingat bahwa ada garis tipis antara percaya diri dan
terlalu percaya diri. Percaya diri menyiratkan realitis percaya
pada kemampuan seseorang, sedangkan terlalu percaya diri
biasanya menyiratkan penilaian terlalu optimis terhadap
pengetahuan atau kontrol seseorang terhadap situasi.

a) Investasi yang Terlalu Percaya


Dalam dunia investasi, terlalu percaya dapat merusak
kemampuan saham (investasi saham dalam jangka panjang).
Seorang peneliti bernamaTerrence Odean menyatakan bahwa
investor yang memiliki percaya diri umumnya melakukan lebih
banyak perdagangan daripada merkea yang kurang percaya diri.
Odean menemukan bahwa investor yang percaya diri percaya
bahwa mereka lebih baik daripada yang lain dalam hal memilih
saham terbaik dan waktu terbaik untuk masuk/keluar dari
posisinya. Sayangnya, Odean juga menemukan bahwa investor
yang melakukan perdagangan yang lebih sering tersebut rata-rata
menerima return yang lebih rendah dari pasar.

b) Menghindari Terlalu Percaya


Manajer dana tahu bahwa setiap hari investasi
menyajikan tantangan baru dan bahwa teknik investasi secara
terus-menerus perlu pemurnian. Hampir kebanyakan investor
yang terlalu percaya diri mendapatkan hasil yang rendah.

19
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

Investor cukup percaya namun tidak terlalu percaya diri dan


selalu berhati-hari dalam berinvestasi.

B. Over Reaction dan Ketersediaan Bias


Salah satu konsekuensi memiliki emosi di pasar saham
adalah reaksi berlebihan terhadap informasi baru. Menurut teori
efisiensi pasar, informasi baru harus kurang lebih tercermin
dalam keamanan harga. Contohnya, kabar baik harus
meningkatkan bisnis. Namun kenyataannya cenderung
bertentangan dengan teori ini. Sering kali investor dipasar saham
diperkirakan bereaksi berlebihan terhadap informasi baru,
menciptakan efek yang lebih besar dari yang sesuai pada harga
aman. Selain itu, lonjakan harga bukan merupakan tren
permanen – meskipun perubahan harga biasanya mendadak dan
cukup besar.

a) Winners and Losers


Dalam kasus saham loser, investor beraksi terlalu
berlebihan terhadap berita buruk, sehingga mendorong harga
saham ‘turun secara tidak proporsional’. Setelah beberapa waktu
investor menyadari bahwa pesimisme mereka tidak sepenuhnya
benar, dan saham yang kalah ini mulai bangkit kembali karena
investor sampai pada kesimpulan bahwa saham itu underpriced.
Yang sebaliknya berlaku pada saham portofolio pemenang,
investor akhirnya menyadari bahwa kegembiraan mereka tidak
benar-benar nyata.
Menurut ketersediaan bias, orang cenderung
memberatkan keputusan mereka terhadap informasi yang lebih
baru, membuat setiap opini baru yang condong ke berita terbaru.

b) Menghindari Ketersediaan Bias


Mungkin pelajaran yang paling penting yang harus
dipelajari disini adalah untuk mempertahankan rasa perspektif.
Meskipun mudah untuk terjebak pada berita baru, namun
pendekatan jangka pendek biasanya tidak menghasilkan hasil
investasi terbaik. Jika Anda mempelajari secara menyeluruh
tentang investasi Anda, maka Anda akan memahami makna
sebenarnya dari berita terbaru dan akan dapat bertindak sesuai
dengan berita tersebut. Ingatlah untuk fokus pada investasi
jangka panjang.

20
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

BAB V

THEORY PROSPECT

Diyakini bahwa efek bersih dari keuntungan dan kerugian


yang terlibat dengan masing-masing pilihan digabungakn untuk
menyajikan evaluasi keseluruhan terhadap pilihan yang
diinginkan. Para ahli cenderung menggunakan ‘utilitas’ untuk
menggambarkan kenikmatan dan berpendapat bahwa kita lebih
suka contoh yang memaksimalkan utilitas kita.
Namun, penelitian telah menemukan bahwa kita tidak
benar-benar memproses informasi dalam cara yang rasional.
Kahneman dan Tversky (1979) mengemukakan teori prospek.
Teori prospek berangkat dari analisis mengenai perilaku
seseorang dalam pengambilan keputusan ekonomi di antara dua
pilihan. Tidak seperti kebanyakan teori psikologi lainnya, karena
dikembangkan bersama teori ekonomi, teori prospek memiliki
dasar matematika yang kuat. Teori proskpek berfokus pada
bagaimana keputusana nyata diambil.
Teori prospek memiliki spesifikasi yaitu ekonomi berbasis
perilaku yang menyatakan bahwa pelaku ekonomi tidaklah
selamanya rasional. Dengan kata lain, dalam memandang pelaku
ekonomi tidak hanya dilakukan pada sisi rasional atau tidak
rasional saja melainkan pada aspek-aspek yang lebih luas.
Ekonomi berbasis perilaku menekankan perilaku apa adanya dari
pelaku ekonomi. Kahneman dan Tversky memulai penelitian
terhadap perilaku manusia yang dianggap aneh dan kontradiktif
dalam mengambil suatu keputusan dengan memberikan pilihan
yang sama kepada dua subyek penelitian, dan kemudian dua
subyek tersebut menunjukkan perilaku yang berbeda. Hal itu
disebut Kahneman dan Tversky sebagai risk-aversion dan risk-
seeking behavior.
Teori prospek menjelaskan bagaimana seseorang
(investor) membuat keputusan dibawah kondisi resiko tertentu
atau memilih diantara dua pilihan resiko dalam kondisi

21
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

ketidakpastian. Ada beberapa aspek perilaku investor dalam


memandang resiko yang dijelaskan dalam teori prospek, yaitu:
1) Loss aversionmerupakan salah satu preferensi yang paling
penting dalam teori keuangan keperilakuan. Aspek
keperilakuan ini merupakan aspek yang membedakan
dengan hipotesis pasar efisien. loss aversion menunjukkan
keengganan investor untuk menderita kerugian. Seorang
investor menunjukkan keengganan investor untuk menderita
kerugian. Seorang investor cenderung menghindari kerugian
dari pada memperoleh keuntungan.
2) Mental Accounting adalah kecenderungan orang untuk
memisahkan uangnya ke dalam rekening berbeda
berdasarkan berbagai kriteria subjektif, seperti berdasarkan
sumber uang dan maksud dari setiap rekening. Menurut teori
ini, individu menetapkan fungsi yang berbeda untuk setiap
kelompok aset, yang sering memiliki pengaruh tidak rasional
dan merugikan pada keputusan konsumsi dan perilaku
lainnya.
3) Self-controlmenjelaskan sejauh mana investor dapat
mengendalikan dirinya. Aspek perilaku ini digunakan untuk
menjelaskan mengapa investor terus menjadi orang yang
mengalami kerugian. Aspek perilaku ini juga dapat diartikan
bahawa investor suka berinvestasi pada efek dimana mereka
memiliki kemampuan untuk mengontrol investasinya.
Dengan alasan ini investor lebih memilih saham yang
memberikan dividen dibandingkan capital gain.
4) Regret aversion adalah kecenderungan investor untuk
menghindari beberapa perilaku yang mungkin menjadikan
dirinya tidak nyaman sesudahnya, meskipun dia percaya
bahwa perilaku tersebut adalah yang terbaik. Hal ini karena
ketika investor membuat keputusan yang salah, mereka akan
merasa sakit dan menyesal atas keputusan tersebut. Semakin
keputusan yang diambilnya adalah keputusan yang tidak
konvensional, akan semakin besar penyesalannya.

Dasar lain dari teori prospek adalah fungsi nilai. Fungsi


nilai berbeda dari fungsi utilitas diharapkan teori utilitas karena
titik referensi, yang ditentukan oleh kesan subjektif individu.
Menurut teori utilitas yang diharapkan konvensional, fungsi
utilitas cekung kebawah untuk semua tingkat kekayaan.

22
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

sebaliknya, menurut fungsi nilai kemiringan fungsi utilitas miring


ke atas untuk tingkat kekayaan di bawah titik referensi dan
miring ke bawah untuk tingkat kekayaan setelah titik acuan. titik
referensi ditentukan oleh masing-masing individu sebagai titik
perbandingan, misalnya ukuran dari tingkat target kekayaan.
untuk tingkat kekayaan di bawah referensi ini investor titik
adalah pencari risiko, yaitu mereka siap untuk membuat taruhan
berisiko agar tetap di atas target yang mereka sukai kekayaan.
sedangkan, untuk tingkat kekayaan di atas titik acuan ini, fungsi
nilai adalah miring ke bawah, sejalan dengan teori konvensional,
dan investor di sini adalah menghindari resiko. Kahneman &
Tversky (1974) menegaskan bahwa orang-orang pencari risiko
kerugian.

Gambar 1
Kahnemann & Tvesky Fungsi Nilai

Teori prospek mengajukan beberapa prinsip dalam


penerapannya. Prinsip-prinsip tersebut adalah:
1) Fungsi Nilai (Value Function)
Teori prospek mendefinisikan nilai dalam kerangka kerja
bipolar diantara perolehan (gains)dan kehilangan (losses).

23
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

Keduanya bergerak dari titik tengah yang merupakan


referensi netral. Fungsi nilai bagi suatu perolehan
(mendapatkan sesuatu) akan berbeda dengan kehilangan
sesuatu. Value bagi suatu kehilangan dibobot lebih tinggi,
sedangkan value bagi suatu perolehan dibobot lebih rendah.
Contoh: pada uang satu juta rupiah. Kehilangan uang satu
juta rupiah dirasakan lebih tinggi nilai kerugian bila
dibandingkan dengan keuntungan ang dirasakan seseorang
ketik memperoleh uang satu juta. Dengan kata lain, lebih
tinggi kualitas kesedihan yang dirasakan seorang ketika
kehilangan uang satu juta rupiah, dibandingkan kualitas
kegembiraan yang dirasakan ketika mendapatkan uang satu
juta. Jadi, antara keuntungan dan kerugian merupakan dua
hal yang tidak simetris.
2) Pembingkaian (framing)
Teori prospek memprediksi bahwa prefensi (kecenderungan
memilih) akan tergantung pada bagaimana suatu persoalan
dibingkai atau di formulasikan.
3) Perhitungan psikologis (psychological accounting)
Psychological accounting atau perhitungan mental atau
psikologis adalah orang yang membuat keputusan tidak
hanya membingkai pilihan-pilihan yang ditawarkan, tetapi
juga membingkai hasil serta akibat dari pilihan-pilihan itu.
4) Probabilitas (Probability)
Teori prospek perbandingan kecenderungan orang dalam
membuat keputusan merupakan fungsi dari bobot keputusan
(decision weight). Bobot keputusan ini tidak selalu
dihubungkan denganbesar kecilnya peluang atau frekuensi
kejadian.fenomena ini berlaku pada kejadian yang
menimbulkan kerugian berskala besar. Seperti bencana alam,
wabah penyakit, kelaparan dan bom nuklir.
5) Efek kepastian (certainty effect)
Teori prospek memprediksi bahwa pilihan yang dipastikan
tanpa risiko sama sekali akan lebih disukai daripada pilihan
yang masih mengandung risiko meski kemungkinannya
sangat kecil. Sebab, orang-orang cenderung menghiangkan
sama sekali adanya resiko (eliminate) dari pada hanya
mengurangi (reduce)

24
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

Tentunya setalah mempelajari suatu hal kita akan


mendapatkan manfaat atas pelajaran tersebut. Begitu pula
dengan perilaku keuangan apabila memahaminya secara benar.
Terdapat manfaat yang dapat diperoleh dari memahami perilaku
keuangan.
1) Untuk dunia akademik atau perkembangan dari ilmu
ekonomi, kehadiran ekonomi berbasis perilaku serta
perkembangan merupakan suatu terobosan penting.
Dikatakan merupakan suatu terobosan penting karena
didalamnya terdapat ‘petunjuk’ bahwa selama ini ilmu
ekonomi terkesan menyepelekan faktor-faktor psikologi.
Selain itu, dengan memasukkan faktor-faktor yang lebih luas
cakupannya akan sangat membantu dalam memahami
perilaku pelaku ekonomi yang menyimpang. Yang mana hal
ini membuka peluang untuk semakin banyaknya ditemukan
pengetahuan baru yang kemudian akan memperkaya ilmu
ekonomi.
2) Bagi pelaku ekonomi dalam melakukan kegiatan
ekonominya. Kehadiran ekonomi berbasis perilaku dinilai
dapat amat membantu untuk bagaimana pelaku ekonomi
memahami perilakunya sendiri. Bagaimana pelaku ekonomi
dapat memahami faktor-faktor seperti aspek kepribadian
yang mencakup emosional, mood, suasana hati dan lainnya
turut memberikan pengaruh terhadap perilaku yang
menyimpang dari yang diharapkan. Alhasil, setiap orang
terbantukan dalam mengendalikan diri asalkan ada niat yang
kokoh untuk mereduksi penyimpangan perilaku tersebut.

25
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

BAB VI

PERILAKU PENGGUNAAN UANG

Pengelompokkan perilaku penggunaan uang berdasarkan


penelitian Lim dan Teo (1997)
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Foster
(2001) dalam Handi dan Mahastanti (2012), perilaku terhadap
penggunaan uang sering diartikan sebagai motivasi terhadap
uang yang dimilikinya. Uang yang berada di tangan seseorang
akan berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dapat dikatakan
bahwa perilaku terhadap penggunaan uang berarti akan
dipergunakan untuk apakah uang yang dimiliki.
Lim dan Teo (1997) mengelompokkan indikator-indikator
perilaku penggunaan uang yang meliputi Obsession, Power,
Budget, Achievement, Evaluation, Anxiety, Retention, dan Non
Generous.Handi dan Mahastanti (2012) menjelaskan indikator-
indikator tersebut sebagai berikut:
1. Indikator Obsession, seseorang yang tergolong kedalam
indikator ini beranggapan bahwa uang adalah tujuan utama
dari hidup ini, biasanya ia akan melakukan apapun yang
dianggap boleh dilakukan atau legal demi mendapatkan uang
yang ia inginkan.
2. Indikator Power, seseorang yang tergolong kedalam
indikator ini beranggapan bahwa uang adalah sumber
kekuatan untuk dapat membantu atau mempengaruhi orang
lain.
3. Indikator Budget, ia lebih menyukai menyimpan uang yang
dimilikinya daripada membelanjakannya. Seseorang yang
tergolong dalam ini akan benar-benar memilih barang mana
yang ia perlukan dan akan menawarnya dnegan harga yang
terbaik yang ia inginkan.
4. Indikator Achievement, seseorang yang berada didalam
indikator ini menganggap bahwa uang adalah simbol
kesuksesan, dan menganggap bahwa gaji dan pendapatan
yang ia terima mencerminkan kemampuan yang ia miliki.

26
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

5. Indikator Evaluation, di dalam indikator ini seseorang akan


menganggap uang sebagai alat standar untuk
membandingkan dan mengevaluasi segala sesuatu.
6. Indikator Anxiety, seseorang yang tergolong kedalam
indikator ini selalu merasa khawatir dan cemas ketika
ditanya mengenai keuangan mereka miliki, selain itu
seseorang yang tergolong kedalam indikator ini selalu
merasa rendah diri ketika ada seseorang dengan uang lebih
berada disekitar mereka.
7. Indikator Retention, seseorang yang termasuk kedalam
indikator ini akan cenderung sulit untuk mengambil
keputusan apakah ia akan menyimpan uangnya atau tidak.
Selain itu, ia juga akan merasa ketakutan ketika
mengeluarkan uang.
8. Indikator Non Generous, seseorang yang termasuk didalam
indikator ini tidak senang untuk berbagi atau memberi
terhadap sesama selain itu ia juga tidak senang memberi
bantuan kepada orang lain.

27
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

BAB VII

PERILAKU PENGELOLAHAN
KEUANGAN

Hankinson (2000) dalam penelitiannya disebutkan bahwa


salah satu kunci sukses strategi bisnis yang dijalankan suatu
usaha kecil guna meningkatkan kinerjanya adalah dalam
hubungannya dengan bank yang berkaitan dengan faktor
permodalan (fasilitas kredit). Aspek permodalan dari perbankan
kepada pengusaha kecil UKM yang merupakan salah satu kunci
sukses pengembangan UKM menunjukkan pola hubungan yang
saling menguntungkan antara pengusaha selaku debitur dengan
bank selaku kreditur.
Pierre Bourdieu (1990), seorang intelektual dan sosiolog
dari Perancis (1930-2000), berusaha membangun sebuah
general theory of practice. Menurutnya, praktek sosial (practise,
perilaku) bisa didefinisikan sebagai berikut:
PRACTICE = (Habitus x Capital) + Field
Formula tersebut menyiratkan bahwa, perilaku sosial
seseorang ditentukan oleh Habitusnya, yang kemudian diperkuat
oleh modal (capital) yang dia miliki, sesuai medan (field) yang
ditempati. Menurutnya, habitus seseorang dibentuk oleh
personalhistory orang tersebut dan pengalaman-pengalaman
atau kejadian (struktur) dalam hidunya yang mempengaruhi
bagaimana dia bertindak dan menempatkan diri. Medan (field)
yang dimaksud Bourdieu, bukanlah medan yang statis dan tanpa
perjuangan, melainkan sebuah medan yang dinamis. Medan atau
ranah yang memiliki ‘perjuangan’ didalamnya, perjuangan untuk
‘menang’ dan menempati sebuah posisi, mendapatkan sebuah
pengakuan.
Bourdieu mendefinisikan capital ke dalam 4 kategori: (1)
material/ekonomi, (2) cultural (3) social, dan (4) symbolic
(Purboyo et. al., 2012). Modal material adalah modal berupa
uang, atau aset lain yang dapat ditukar dengan uang, karenanya

28
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

disebut modal ekonomi. Modal cultural adalah modal yang


bersifat pengalaman dan pengetahuan, baik yang diperoleh
secara tactic maupun eksplisit. Modal social adalah modal yang
dimiliki dalam bentuk jaringan atau hubungan-hubungan kerja,
persahabatan yang telah terbina dan diperoleh pelaku sesama
hidupnya. Modal yang terakhir yakni modal simbolik adalah
modal berupa nama baik atau reputasi, yaitu kepercayaan dari
orang lain yang telah diperoleh pelaku selama proses pekerjaan
atau usahanya.
Menurut Bourdieu, modal-modal ini bisa saling ditukar.
Dari keempat jenis modal ini, modal simbolik menempati posisi
tertinggi, paling berpengaruh dan diakui. Oleh karenanya, setiap
partisipant akan mencaristrategi dan berusaha berperilaku,
untuk menambah akumulasi modal sebanyak-banyaknya,
terutama modal simbolik (Purboyo et al., 2012)

29
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

BAB VIII

FINANCIAL BEHAVIOR
AND FINANCIAL PERFORMANCE
ON SMALL AND MEDIUM
ENTERPRISE IN MEDAN
COASTAL

Abstract. Penelitian ini dilakukan untuk melihat kinerja


keuangan dari UKM in Belawan. Penelitian ini menggunakan 60
responden untuk melihat pengaruh dari perilaku keuangan yang
terdiri dari habits, field dan capital terhadap kinerja keuangan.
Penelitian ini menggunakan variabel dummy yaitu jenis kelamin
untuk menemukan level dari kinerja keuangan antara laki-laki
dan perempuan. Uji yang digunakan adalah deskriptif dan regresi
analisis sebagai metode analisis dan SPSS sebagai alat uji. Hasil
menunjukkan bahwa secara simultan habits, field, capital dan
jenis kelamin memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja
keuangan. Sedangkan secara parsial, habitsberpengaruh
signifikan positif terhadap kinerja keuangan. Field dan capital
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja
keuangan. Dan variabel dummy menjelaskan bahwa laki-laki
memiliki kinerja keuangan yang lebih kecil dibandingkan dengan
perempuan. Implikasi dari penelitian ini menjelaskan bahwa
pemilik UKM dapat mengatur kinerja keuangan mereka
berdasarkan habits, field dan capital.

Keyword: habits, field, capital, gender, financial behaviour,


financial performance.

1. Pendahuluan
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan
salah satu aspek yang sangat diperhatikan saat ini. Apabila

30
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

UMKM dikelolah dan diarahkan dengan baik maka tidak


menutup kemungkinan akan meningkatkan pendapatan mereka
dan menarik tenaga kerja yang lebih banyak sehingga akan
mengurangi pengangguran dan pada akhirnya meningkatkan
perekonomian negara. Tentunya hal ini harus menjadi perhatian
penting pemerintah saat ini. Khususnya pada UMKM daerah
pesisir dimana kebanyakan UMKM masih membutuhkan
pembinaan yang lebih lanjut.
Daerah pesisir merupakan salah satu daerah berpotensi
tinggi saat ini. Dimana sudah semakin banyak aktivitas ekonomi
yang bergerak disana. Mulai dari perdagangan, pergudangan,
bertani, nelayan, hingga pelabuhan. Setiap aktivitas ini akan
menghasilkan pundi-pundi uang yang dapat meningkatkan
perekonomian. Daerah pesisir Belawan, merupakan salah
satunya. Pesisir ini adalah daerah pinggir Kota Medan yang
memiliki aktivitas ekonomi yang cukup padat. Daerah ini
merupakan pelabuhan besar di daerah Sumatera Utara, hampir
semua industri mendistribusikan barang dari pelabuhan ini.
Semakin tinggi pendapatan yang diperoleh masyarakat
mengindikasikan bahwa kinerja mereka meningkat. Namun
pendapatan ini hendaknya lebih besar dibandingkan pengeluaran
mereka. Sehingga mereka memperoleh profit/ keuntungan.
Profitabilitas merupakan indikator terbaik untuk
mengidentifikasi apakah perusahaan tersebut telah melakukan
sesuatu dengan benar[13].
Kinerja keuangan yang baik tentu saja dipengaruhi oleh
faktor-faktor tertentu. Dalam hal ini peneliti mengambil Teori
Bourdieu mengenai perilaku pengelola keuangan. Bourdieu
menyebutkan habits, fields dan capital sebagai faktor perilaku
pengelola keuangan. Menurutnya, habitus seseorang dibentuk
oleh personalhistory orang tersebut dan pengalaman-
pengalaman atau kejadian (struktur) dalam hidunya yang
mempengaruhi bagaimana dia bertindak dan menempatkan diri.
Medan (field) yang dimaksud Bourdieu, bukanlah medan yang
statis dan tanpa perjuangan, melainkan sebuah medan yang
dinamis. Medan atau ranah yang memiliki ‘perjuangan’
didalamnya, perjuangan untuk ‘menang’ dan menempati sebuah
posisi, mendapatkan sebuah pengakuan. Bourdieu
mendefinisikan capital ke dalam 4 kategori: (1)
material/ekonomi, (2) cultural (3) social, dan (4) symbolic [14].

31
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

Kinerja keuangan berbeda pula antara laki-laki dan


perempuan. Laki-laki dan perempuan secara sexual memang
berbeda. Begitu pula secara perilaku dan mentalitas. Namun
perannya di masyarakat dapat disejajarkan dengan batasan-
batasan tertentu. Women more likely to report the use of sound
financial practices [6], but they also tended to score lower on
measures of financial knowledge[5].
Berdasarkan uraian diatas peneliti memutuskan untuk
meneliti pengaruh habits, fields dan capital terhadap kinerja
keuangan UMKM daerah pesisir Belawan Kota Medan. Dan
melihat perbedaan tingkat kinerja keuangan antara laki-laki dan
perempuan.

2. Tinjauan Pustaka
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
Di Australia, UKM didefinisikan sebagai perusahaan
dengan pekerja yang kurang dari 200 orang. Seperti Welsh dan
White tulis di artikel terkenal mereka “A small business is not a
little big business” perusahaan besar cenderung untuk beroperasi
di lingkungan hidup yang relatif ramah dimana tingkat
pertumbuhan kecil dan sebuah “perkiraan yang seimbang” ada
dimana “arus kas sama dengan laba bersih ditambah depresiasi
dan amortisasi”[20]. Kesuksesan dan kegagalan dari UKM
tergantung dari kelangsungan keuanagn mereka dan datu
masalah yang paling umum adalah kemampuan mereka untuk
mengamankan arus kas yang cukup dan modal kerja tetap
menguntungkan[11].
Manajemen keuangan pada UKM biasanya berbeda
dengan yang ditemukan pada perusahaan besar karena bersifat
lebih dinamis dari siklus arus kas mereka, kurang umum dengan
modal kerja, dan kemampuan mereka untuk meningkatkan
keuanagn melalui utang dan ekuitas[14].
UMKM dituntut untuk menghasilkan produk yang
memiliki daya saing yang tinggi antara lain dengan kriteria: (1)
produk tersedia secara teratur dan sinambung, (2) produk harus
memiliki mutu yang baik dan seragam, (3) produk dapat
disediakan secara masal[18].

32
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

Perilaku Pengelolaan Keuangan


Salah satu kunci sukses strategi bisnis yang dijalankan
suatu usaha kecil guna meningkatkan kinerjanya adalah dalam
hubungannya dengan bank yang berkaitan dengan faktor
permodalan (fasilitas kredit)[7]. Secara spesifik perilaku
keuangan mencoba menjelaskan tentang what, why and how
keuangan dan investasi dari sudut pandangan manusia
[15].Perilaku Keuangan adalah paradigma di mana pasar
keuangan yang mempelajari dengan menggunakan model yang
berbeda dari Von Neumann-Morgenstern yaitu teori utilitas yang
diharapkan dan asumsi arbitrase. Secara khusus, perilaku
keuangan memiliki dua sudut pandang: kognitif psikologi dan
batas-batas arbitrase. Kognitif mengacu pada bagaimana orang
[16]. Perilaku manajemen keuanagn seorang individu terkait
dengan pengetahuan keuangan[9].
Perilaku manajemen keuangan terdiri dari satu kunci
konsep yaitu kedisiplinan keuangan, banyak definisi yang
diberikan sehubungan dengan konsep ini. Maksud dari perilaku
manajemen keuangan seberti determinasi, akuisisi dan
pemanfaatan sumber daya keuangan, biasanya dengan seluruh
tujuan di pikiran[19]. Menggambarkan perilaku manajemen
keuangan sebagai sebuah area dari membuat keputusan
keuangan, harmonisasi motif individu dan tujuan
perusahaan[21].
Pierre Bourdieu, seorang intelektual dan sosiolog dari
Perancis (1930-2000), berusaha membangun sebuah general
theory of practice. Menurutnya, praktek sosial (practise,
perilaku) bisa didefinisikan sebagai berikut:

PRACTICE = (Habitus x Capital) + Field

Formula tersebut menyiratkan bahwa, perilaku sosial


seseorang ditentukan oleh Habitusnya, yang kemudian diperkuat
oleh modal (capital) yang dia miliki, sesuai medan (field) yang
ditempati. Menurutnya, habitus seseorang dibentuk oleh
personalhistory orang tersebut dan pengalaman-pengalaman
atau kejadian (struktur) dalam hidunya yang mempengaruhi
bagaimana dia bertindak dan menempatkan diri.
Habitus bagi Bourdieu mengacu kepada sistem dari
disposisi diwujudkan dari menghasilkan praktik sesuai dengan

33
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

prinsip-prinsip struktural dari dunia sosial[13]. Medan (field)


yang dimaksud Bourdieu, bukanlah medan yang statis dan tanpa
perjuangan, melainkan sebuah medan yang dinamis. Medan atau
ranah yang memiliki ‘perjuangan’ didalamnya, perjuangan untuk
‘menang’ dan menempati sebuah posisi, mendapatkan sebuah
pengakuan. Bourdieu mendefinisikan capital ke dalam 4
kategori: (1) material/ekonomi, (2) cultural (3) social, dan (4)
symbolic [14].

Gender
Pengertian gender didefinisikan sebagai aturan atau normal
perilaku yang berhubungan dengan jenis kelamin dalam suatu
sistem masyarakat. Karena itu gender sering kali di identikan
dengan jenis kelamin atau sex. Meski sebenarnya kedua jenis kata
ini yaitu Sex dan gender memiliki konsep yang berbeda [12].
Gender adalah fenomena sosial, sebuah dikotomi (pembagian
dua) yang ada di semua masyarkata. Sebagai sebuah dimensi
sosial yang mempengaruhi perilaku komsumsi, gender tidak
diajarkan dan kadang disalahpahami[10]. Literatur terdahulu
menunjukkan bahwa kebanyakan perempuan menderita yang
disebut sebagai mania memberli[6]. Perempuan memiliki kurang
percaya diri dan sedikit ketertarikan untuk belajar topik
keuangan personal jika dibandingkan dengan pria[5].

Kinerja Keuangan
Kinerja perusahaan menunjukkan ukuran prestasi yang diperoleh
oleh suatu perusahaan setelah perusahaan tersebut melakukan
berbagai aktivitas perusahan secara menyeluruh. Dari berbagai
telaah pustaka tentang kinerja perusahaan dapat diketahui bahwa
pembahasan tentang kinerja perusahaan pada umumnya
menekankan pada profitabilitas dan pertumbuhan pelanggan.
Profitabilitas merupakan indikator terbaik untuk
mengidentifikasi apakah perusahaan tersebut telah melakukan
sesuatu dengan benar[13].

Hipotesis
Habitus seseorang dibentuk oleh personal history orang tersebut
dan pengalaman-pengalaman atau kejadian (struktur) dalam
hidupnya yang mempengaruhi bagaimana dia bertindak dan
menempatkan diri. Semakin banyak pengalam hidupnya maka

34
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

akan semakin tinggi kemampuannya dalam menghasilkan kinerja


keuangan. Medan (field) yang memiliki perjuangan didalamnya,
perjuangan untuk menang dan menempati sebuah posisi,
mendapatkan pengakuan. Semakin besar medan yang dihadapai
individu maka akan mempengaruhi kinerja keuangnnya. Modal
(capital) merupakan hal penting dalam berbisnis, semakin besar
modal yang dimiliki seseorang kemungkinan besar akan
mengingkatkan kinerja keuangnnya. Perilaku seorang laki – laki
dapat berbeda dibandingkan dengan perilaku wanita termasuk
didalam hal pandangan terhadap uang yang dimilikinya.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Habits, Field, Capital dan
gender berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan.”

3. Metodologi Penelitian
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan suatu penelitian eksplanatori untuk
menguji hipotesis penelitian menganai bagaimana pengaruh
Habits, Field dan Capital terhadap Kinerja Keuangan. Penelitian
ini dilakukan untuk memperoleh jawaban hipotesis dari
persoalan penelitian yang ada, sehingga masalah yang diteliti
menjadi jelas penyebab dan bagaimana cara menyelesaikan
permasalahan yang terjadi.

Populasi dan Sampel


Dalam penelitian ini peneliti menyebar 200 kuisioner kepada
populasi yaitu masyarakat yang tinggal di daerah pesisir Belawan
Kota Medan, namun yang kembali hanya berjumlah sebanyak 60
kuisioner. Sehingga pada akhirnya 60 responden inilah yang
menjadi sampel penelitian.

Teknik Analisis Data


Dalam penelitian ini, data yang telah didapatkan dianalisis
menggunakan analisis deskriptif dan regresi linier. Analisis
deskriptif digunakan untuk menyajikan deskripsi menganai suatu
fenomena yang diamati. Analisis regresi digunakan untuk
mengetahui pengaruh satu variabel independen terhadap variabel
dependen. Untuk menganalisis data digunakan aplikasi SPSS.

35
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

4. Hasil dan Pembahasan


Karakteristik Responden
Dari penyebaran kuisioner yang dilakukan sebanyak 200
kuisioner kepada 200 orang responden. Namun kuisioner yang
kembali hanya sebanyak 60 kuisioner yang mewakili 60
responden. Ke 60 responden tersebut dijelaskan sebagai berikut.
Karakteristik demografi dari responden disimpulkan pada Tabel
1. Yaitu mengenai 61,7% reesponden terdiri dari laki-laki dan
38,3% sisanya adalah perempuan. Rata-rata usia responden
adalah 41 tahun. Mayoritas responden memeluk agama Islam
(71,7%), Katolik/Protestan (20%) dan Budha (8,3%). Mayoritas
responden memiliki pendapatan dibawah Rp5.000.000 sebanyak
51,7% dan sisanya memiliki pendapatan diatas Rp5.000.000
sebanyak (48,3%).

Tabel 1.
Karakteristik Responden
No. Karakteristik Persentase
1. Gender
- Laki-Laki 61,7%
- Perempuan 38,3%
Total 100%
2. Age
- Rata-rata 40,9 tahun
- Std. Deviasi 11,215
3. Agama
- Islam 71,7%
- Katolik/Protestan 20%
- Budha 8,3%
4. Pendapatan
- Rp0 – Rp5.000.000 51,7%
- > Rp5.000.000 48,3%
Total 100%
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)

Pengaruh Variabel Independen terhadap Kinerja


Keuangan
Dari hasil pengujian yang dilakukan di dapatkan hasil
bahwa secara simultan variabel independen yaitu habits, field,

36
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

capital dan gender memiliki pengaruh yang signifikan terhadap


kinerja keuangan.
Sedangkan secara parsial habits berpengaruh positif
signifikan terhadap kinerja keuangan. Artinya, semakin tinggi
habits semakin tinggi pula kinerja keuangannya. Habitus
seseorang dibentuk oleh personal history orang tersebut dan
pengalaman-pengalaman atau kejadian (struktur) dalam
hidupnya yang mempengaruhi bagaimana dia bertindak dan
menempatkan diri. Dalam penelitian ini habits diukur
berdasarkan usia, cara berpikir/ bergaul, kebiasaan menabung
dan lain-lain. Hasil ini dapat menjelaskan usia seseorang yang
semakin dewasa akan menggambarkan kedewasaannya dalam
berbisnis di UMKM, sehingga akan berdampak positif terhadap
kinerjanya. Semakin sering seseorang menabung tentu akan
meningkatkan kinerja keuangannya, karena dalam hal ini dia
tergolong melakukan penghematan dan bermakna positif
terhadap pengelolaan bisnis yang makin efisien. Sehingga
disimpulkan habitus yang baik akan menghasilkan kinerja
keuangan yang baik pula pada akhirnya. Hasil ini bertolak
belakang dengan penelitian Purboyo et al., yang menyatakan
bahwa Habits berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan.
Dengan alasan bahwa, pengelola UKM tersebut tidak dapat
fleksibel dalam menghadapi
Field berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap
kinerja keuangan. Artinya, semakin besar field (medan) yang
dihadapi responden akan semakin kecil kinerja keuangannya.
Dalam penelitian ini field dilihat dari lama bekerja, pendidikan
dan lain-lain. Lamanya bekerja dan tingginya pendidikan
individu belum tentu menghasilkan kinerja keuangan yang baik.
Mungkin saja pengetahuan mereka tentang bagaimana mengelola
keuangan masih minim sehingga kinerja keuangan yang
dihasilkan belum optimal. Namun hal ini belum tentu pasti
dikarenakan tingkat signifikan yang tinggi menggambarkan
bahwa field tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja
keuangan.
Capital berpengaruh positif tidak signifikan terhadap
kinerja keuangan. Hal ini dapat dijelaskan secara logis bahwa
semakin besar modal (capital) yang dimiliki
seseorang/perusahaan akan menghasilkan kinerja keuangan yang
tinggi pula. Modal yang besar tentunya akan mempermudah

37
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

perusahaan dalam mengembangkan usahanya, sehingga


usahanya akan semakin besar. Semakin besar usaha yang
dimilikinya tentunya diharapkan profit yang semakin besar.
Profitabilitas yang dihasilkan perusahaannya tentunya
menggambarkan kinerja perusahaan yang baik. Hasil ini
mendukung hasil penelitian Purboyo et al.
Dari variabel gender (jenis kelamin) dapat dilihat bahwa
perempuan memiliki kinerja keuangan yang lebih tinggi
dibandingkan laki-laki. Hal ini bisa saja terjadi karena biasanya
perempuan lebih bisa mengatur keuangan dibandingkan laki-laki.
Penjelasan diatas dirangkum dalam Tabel 2 dibawah ini
dimana merupakan hasil pengujian data menggunakan aplikasi
SPSS yang telah diolah terlebih dahulu oleh peneliti.

Tabel 2.
Hasil Regresi Variabel Independen terhadap Kinerja
Keuangan
Model Coefficient Signifikan
(Constanta) 2.949 .000
Habits .116 .011
Field -.033 .257
Capital .047 .374
Gender -.124 .127
Sumber: Hasil Pengujian, 2016 (data diolah)

5. Kesimpulan
Dari hasil penelitian diatas didapatkan kesimpulan bahwa.
Secara simultan perilaku pengelolaan uang (habits, field dan
capital) serta gender berpengaruh signifikan terhadap kinerja
keuangan. Sedangkan secara parsial habits berpengaruh positif
signifikan terhadap kinerja keuangan. Field berpengaruh negatif
tidak signifikan terhadap kinerja keuangan. Capital berpengaruh
positif tidak signifikan terhadap kinerja keuangan. Dan
variabeldummy menjelaskan bahwa laki-laki memiliki kinerja
keuangan yang lebih kecil dari perempuan.
Saran yang dapat peneliti berikan adalah hendaknya
masyarakat pesisir Belawan lebih dapat memperhatikan habits,
memahami field dan memanfaatkan capital-nya dengan baik.
Sehingga akan menghasilkan kinerja keuangan yang baik
nantinya. Modal yang banyak bila diimbangi dengan kebiasaan

38
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

pengaturan keuangan yang baik akan menghasilkan kinerja yang


optimal. Oleh karena itu, dibutuhkan perhatian lebih pemerintah
untuk membimbing dan membina para UMKM.
Kepada peneliti selanjutnya hendaknya dapat
menggunakan indikator yang lebih banyak lagi untuk melihat
kinerja keuangan masyarakat, khususnya masyarakat pesisir yang
memang membutuhkan perhatian lebih demi meningkatkan
kualitas hidup mereka.

Acknowledgments
The authors gratefully acknowledge that the present
research is supported by Ministry of Research and Technology
and Higher Education Republic of Indonesia. The support is
under the research grant BP-PTN of Year 2016.

Daftar Pustaka
[1] ABS. (2002). Small Business in Australia 2001. Canbera,
Australian Bureau of Statistics, Cat.131.0, Commonwealth
of Australia.
[2] Achmed, Hashim., Safee Irham dan Norjalil. (2001).
Determining The Moderating Effect of Environment on
The Business Strategy Performance Relationship in
Malaysia SMES. Journal of Small Business Management.
[3] Ann Woodyard dan Cliff Robb. (2012). Financial Knowledge
and The Gender Gap. Journal of Financial Theray. Vol. 3
Issue 1. pp, 1-16.
[4] Bourdieu, Pierre. (1990). The Logic of Practice. California:
Atanford University Press.
[5] Chen, H. Dan Volpe R.P (2002). Gender differences in
personal financial literacy and college students. Financial
services review, 11. 289-107.
[6] Faber, R. (1992). Compulsive Buying. American Behavioral
Scientist. Vol.35, pp. 802-819.
[7] Hankinson, Alan. (2000). “The Key Factors in The Profiles
of Small Firm Owner Managers That Influence Business
Performance. The South Coast Small Firms Survey, 1997-
2000”. Industial and Commercial Training Vol.32 No.3.
[8] Hayhoe, C. R., Leach, L. J., Turner, P.R., Bruin, M.J., dan
Lawrence, F. C. (2000) Differences in spending habits and

39
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

credit use of collage students. Journal of Consumer Affair,


34 (1), 113-133.
[9] Hilgert, M.A., Hogarth, J.M. dan Beverly, S.G.(2003).
Household Financial Management: The Connection
between Knowledge and Behavior. Federal Reserve Bulletin.
Vol.8, NO.7, pp. 309-322.
[10] Hira, Tahira K. dan Olive Mugenda. (2000). Gender
Differences in Financial Perspections, Behaviors and
Satisfaction. FPA Journal. pp 1-7.
[11] Mazzarol, Tim., Sophie Reboud dan Delwyn Clark. (2015).
The Financial Management Practices of Small to Medium
Enterprises. 28th Annual Seaanz Conference Proceeding.
[12] Meysha, Gender: Pengertian dan Definisi. melalui website
http://www.kamusq.com/2012/11/gender-pengertian-dan-
definisi.html
[13] Nash, Roy. (1990). Bourdieu on Education and Social and
Cultural Reproduction. British Journal of Sociology of
Education. Vol. 11, No.4. pp, 431-447.
[14] Purboyo, Arthur., Inge Barlian dan Elizabeth T. Manurung.
(2012). Pengaruh faktor-faktor kebiasaan (habitus), modal
(capital) dan perubahan (changes) sebagai model perilaku
keuangan untuk meningkatkan performa keuangan
perempuan pelaku UMKM (suatu studi di UMKM binaan
FE-UNPAR-Bandung dan Jakarta. Bandung: Universitas
Katolik Parahyangan.
[15] Ricciardi, V. dan Simon, H.K. (2000). What is Behavioral
Finance Business Education and Technology Journal. Vol.2,
No.2, pp,1-9.
[16] Ritter, J.R. (2003). Behaviour Finance. Pacific-Basin
Finance Journal. Vol.11, No.4. pp, 429-437.
[17] Susanti, Nita Budhi. (2011). Analisis Pengaruh Lingkungan
Bisnis, Hubungan Dengan Bank Dan Orientasi
Kewirausahaan Terhadap Kinerja Umkm (Studi Kasus Pada
Umkm Sektor Perikanan Di Kota Ternate).
[18] Taufik, M. (2008). Strategi Pengembangan UKM pada Era
Otonomi Daerah dan Perdagangan Bebas. Departemen
Koperasi dan UKM, RI. Jakarta.
[19] Van Horne J. C. dan Wachowicz J. M., (2002).
Fundamental Of Financial Management (11 th ed). Upper
Saddles River York, NJ: Prentice Hall.

40
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

[20] Welsh, J.A. dan White J.F. (1981). A Small Business is Not
A Little Big Business. Harvard Business Review. Vol.59,
No.4. pp,18-32.
[21] Weston J. F, dan Brigham E.F. (1981) Management Finance
(7th ed). Holt-Saunders.

41
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

BAB IX

FINANCIAL MANAGEMENT
BEHAVIOR AND FINANCIAL
DISTRESS ON SMALL
MEDIUM ENTERPRICE
IN SEABORD OF MEDAN

Abstrak
Penelitian ini menggunakan indikator-indikator penggunaan
uang. Indikator yang diambil adalah evaluation, anxiety dan non-
generous. Ketiga indikator inilah yang digunakan untuk
mengukur financial distress masyarakat pesisir Kota Medan.
Penelitian ini menggunakan 60 responden dengan menggunakan
kuisioner untuk mendapatkan data. Dengan menggunakan
aplikasi SPSS sebagai alat uji. Hasil penelitian ini menyebutkan
bahwa, secara parsial dijelaskan bahwa evaluation berpengaruh
positif tidak signifikan terhadap financial distress. Anxiety
berpengaruh positif signifikan terhadap financial distress. Dan
non-generous berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap
financial distress. Sedangkan variabel dummy yaitu jenis kelamin
menjelaskan bahwa laki-laki lebih sedikit yang mengalami
kesulitan keuangan dibandingkan dengan perempuan. Secara
parsial variabel independen berpengaruh signifikan terhadap
financial distress.
Keyword: financial management, evaluation, anxiety, non-
generous, financial distress.

1. Pendahuluan
Masyarakat pesisir biasanya hidup dengan cara mencari
ikan, bertani dan berdagang. Namun saat ini setelah adanya
pelabuhan menyebabkan aktivitas pesisir menjadi bertambah.

42
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

Hal ini memberikan dampak baik bagi perekonomian masyarakat


pesisir, karena bagi mereka yang tidak bekerja menjadi memiliki
pekerjaan. Begitu juga yang dialami masyarakat pesisir Kota
Medan. Daerah pesisir Kota Medan yaitu daerah Belawan
merupakan daerah pesisir yang terletak di pinggiran Kota Medan.
Dimana aktivitas pelabuhan, nelayan, bertani dan berdagang
menjadi mata pencaharian penduduk setempat.
Uang merupakan alat tukar yang digunakan untuk
membeli barang yang diinginkan. Uang merupakan hal penting
yang dicari individu untuk memenuhi kebutuhannya. Saat ingin
memenuhi kebutuhannya dan uang yang dimiliki tidak
mencukupi, hal inilah yang disebut kesulitan keuangan. Hampir
setiap individu pernah atau sedang mengalami kesulitan
keuangan. Begitu pula dengan masyarakat pesisir Kota Medan
yang tinggal di daerah Belawan. Banyaknya masyarakat yang
belum mengetahui bagaimana cara mengelola keuangannya
mengakibatkan mereka mengalami kesulitan keuangan.
Pentingnya pengetahuan mengenai keuangan sedikit banyak akan
membantu mereka untuk mengelola keuanganya sehingga akan
memperkecil kemungkinan kesulitan keuangan yang akan
dihadapi.
Berdasarkan hasil penelitian Lim dan Teo (1997)
menunjukkan bahwa diantara pria dan wanita terdapat
perbedaan didalam cara pandang mereka terhadap uang. Laki-
laki dengan perempuan pasti memiliki cara yang berbeda dalam
menggunakan uangnya. Koonce et al. (2008) meneliti bahwa
faktor perbedaan jenis kelamin yang melekat didalam diri
seseorang akan menimbulkan perilaku yang berbeda didalam
perilaku penggunaan uang antara satu dengan yang lain. Koonce
juga menemukan bahwa seorang perempuan lebih menyukai
menyimpan uang sebagai aset bila dibandingkan dengan laki-laki.
Lim dan Teo juga menunjukkan indikator-indikator yang
memiliki pengaruh terhadap kesulitan keuangan yaitu obsession,
power, budget, achievement, evaluation, anxiety, retention dan
non-generous. Namun dalam penelitian ini hanya digunakan tiga
indikator saja yaitu Evaluation, Anxiety dan Non-Generous untuk
melihat pengaruhnya terhadap financial distress yang dialami
masyarakat pesisir Kota Medan daerah Belawan.

43
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

Evaluation, This dimension comprises items which reflect


the extent to which one uses money as a standard of evaluation or
comparison with others. Such comparison can often bring about
feelings of envy of those who can afford to buy things at their
whim and fancy. Anxiety, reflect the extent to which individuals
think and worry about money. Non-Gener- ous. This dimension
reflects the extent to which one is non-generous in terms of
contribution to charity, giving money to beggars, and lending
money to others (Lim dan Teo, 1997).
Berdasarkan uraian diatas peneliti memutuskan untuk
melihat pengaruh indikator evaluation, anxiety dan non-generous
terhadap financial distress. Dan menambahkan variabel dummy
gender untuk meilhat perbedaan financial distress yang dialami
perempuan dan laki-laki.

2. Tinjauan Pustaka
2.1 Usaha Kecil dan Menengah
Ada tiga sumber dasar atas keuangan dari UKM, yaitu;
ekuitas, utang dan laba yang ditahan (OECD, 2004). Pertama tipe
ini bersumber dari kepemilikan manajer yang menginvestasi
simpanan pribadi mereka kedalam perusahaan untuk pembukaan
itu dan/atau meninggalkan sedikit akumulasi laba di bisnis untuk
menolong pertumbuhan dana di masa depan daripada
menyebarkannya keluar sebagai dividen. Ekuitas dari pihak
ketiga dapat diambil dari investor yang tidak formal(seperti;
keluarga, teman), semi-formal investor seperti malaikat bisnis,
atau venture resmi pengelola dana modal (ABS, 2010; OECD,
2006). Yang kedua adalah terdiri dari pinjamann (baik terjamin
dan tidak terjamin) yang biasanya disediakan oleh bank-bank
atau perusaha pelayanan keuangan lainnya. Utang ini bisa
menjadi pendek (seperti; kartu kredit, akun yang perlu dibayar),
atau jangka panjang (seperti; gadai) di alam (OECD, 2012). Bank
adalah penyediaumum utang keuangan bagi UKM, walaupun ini
biasanya memerlukan manajer pemilik untuk menawarkan
jaminan seperti rumah keluarga yang mereka gunakan atau utang
jangka pendek akan menjadi lebih sulit dan mahal di periode
berikutnya krisis keuangan global pada tahun 2008/2009 ketika
berbanding dengan perusahaan besar (OECD, 2012) .

44
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

2.2 Gender
Gender adalah fenomena sosial, sebuah dikotomi
(pembagian dua) yang ada di semua masyarkata. Sebagai sebuah
dimensi sosial yang mempengaruhi perilaku komsumsi, gender
tidak diajarkan dan kadang disalahpahami. Literatur terdahulu
menunjukkan bahwa kebanyakan perempuan yang mengalami
apa yang disebut dengan mania memberli (Faber, 1992). Bukti
yang ada mengindikasikan bahwa perempuan memiliki
pengetahuan lebih rendah daripada laki-laki di dalam area
keuangan personal, dan penemuan ini memegang kebenaran
untuk berbagai populasi (Borden et al., 2009).
Perbedan gender pada perilaku keuangan terlah
terindikasi pada penelitian sebelumnya. Perempuan lebih
mungkin untuk melaporkan penggunaan praktik keuangan yang
sehat (Hayhoe et al., 2000), tetapi mereka juga cenderung
memiliki nilai yang rendah di ukuran pengetahuan keuangan
(Chen & Volpe, 2002).

2.3 Financial Behavior


Uang adalah faktor penting dalam kehidupan kita semua
(Wernimont and Fitzpatrick, 1972). Tema dominan yang sering
didiskusikan di medan industri dan psikologi organisasi yang
berpengaruh pada imbalan moneter pada perilaku manusia.
Persepsi orang terhadap tugas kerja yang terkait, sistem
penghargaan, pola motivasi ekstrinsik dan intrinsik mereka pada
tugas mungkin dipengaruhi oleh sikap mereka terhadap uang
(Furnham et al., 1994).
Di dalam penelitian ini digunakan indikator-indikator
untuk mengelompokkan perilaku penggunaan uang yang
dikembangkan oleh Lim dan Teo (1997). Hal tersebut
dikarenakan didalam penelitian yang dilakukan Lim dan Teo
telah mencakup indikator pengukuran perilaku penggunaan uang
yang berdasarkan jenis kelamin dan kesulitan keuangan.
Indikator pengukuran perilaku penggunaan uang yang
dikembangkan oleh Lim dan Teo meliputi: Obsession, Power,
Budget, Achivement, Evaluation, Anxiety, Retention dan Non-
Generous (Handi dan Mahastanti, 2012). Namun, indikator yang
digunakan dalam penelitian in hanya Evaluation, Anxiety dan

45
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

Non-Generous untuk melihat pengaruhnya terhadap kesulitan


keuangan.
Evaluation, this dimension comprises items which reflect
the extent to which one uses money as a standard of evaluation or
comparison with others. Such comparison can often bring about
feelings of envy of those who can afford to buy things at their
whim and fancy. Anxiety, which reflect the extent to which
individuals think and worry about money. Individuals who score
high on this dimension tend to feel anxious or defensive when
asked about personal finances, and they often feel inferior to
those who have more money than them. And then, Non-
Generous. This dimension reflects the extent to which one is non-
generous in terms of contribution to charity, giving money to
beggars, and lending money to others (Lim and Teo, 1997).

2.4 Financial Distress


Kesulitan keuangan merupakan sebuah keadaan dimana
seseorang tidak dapat memenuhi kewajiban keuangannya.
Seseorang yang pernah mengalami keadaan kesulitan keuangan
akan lebih berhati-hati didalam menggunakan uangnya karena ha
tersebut berkaitan dengan pengalaman kesulitan yang pernah
dihadapi dan perasaan emosionalnya, sehingga seseorang yang
pernah mengalami kesulitan keuangan akan sebaik mungkin
mengatur keuangan yang mereka miliki agar tidak megalami
kesulitan keuangan kembali (Joe dan Grable dalam Dowling dan
Corney, 2009). Walker (1996) menggunakan sampel hanya
seratus responden pada study faktor kunci yang mempengaruhi
individu’ persepsi terhadap situasi keuangan mengikuti
kehidupan yang signifikan dengan implikasi keuangan kelahiran
bayi yang baru. Dia mewawancarai ibu baru di United Kingdom
dan membangun sebuah ukuran dari ‘mengatasi keuangan’
menggunakan respon terhadap pertanyaan tentang apakah atau
ketidak percayaan responden bahwa mereka memiliki cukup
uang untuk menghadapi kehidupan (sebelum dan setelah
kelahiran bayi). Dia menemukan bahwa preferensi waktu, tingkat
kesulitan keuangan, setelah mengatur dari demografi dan
pendapatan (Yvonne McCarthy, 2011).

46
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

2.5 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
Dengan adanya pengalaman kesulitan keuangan
menjadikan seseorang untuk berhati-hati dan mengkoreksi hal-
hal apa saja yang telah dilakukan yang berkaitan dengan
keuangan yang dimiliki.
H1 : Evaluation berpengaruh terhadap financial distress.
Pengalaman kesulitan keuangan membuat seseorang lebih
cermat didalam mengambil keputusan terhadap keuangan yang
mereka miliki. Pengalaman kesulitan keuangan juga dapat
membuat seseorang menjadi takut ketika akan melakukan suatu
pekerjaan atau hal-hal tertentu yang berkaitan dengan keuangan
yang mereka miliki. Kesulitan keuangan juga membuat seseorang
cenderung lebih tertutup dengan informasi keuangan yang
mereka miliki.
H2 : Axiety berpengaruh terhadap financial distress
Seseorang yang telah mengalami atau sedang mengalami
kesulitan keuangan akan lebih sukar untuk memberi bantuan
terhadap orang lain dibandingkan seseorang yang tidak
mengalami kesulitan keuangan. Sebab seseorang tentunya tidak
ingin mengalami kesulitan keuangan akibat dari memberi
bantuan atau meminjamkan uang kepada orang lain.
H3 : Non-Generous berpengaruh terhadap financial distress.
Setiap individu pasti memiliki tingkat kesulitan keuangan
yang berbeda. Dalam hal ini individu dikelompokkan kedalam
faktor demografi yaitu jenis kelamin. Laki-laki dan perempuan
pasti memiliki cara yang berbeda dalam menggunakan uang.
Koonce (2008) menemukan bahwa seorang perempuan lebih
menyukai menyimpan uang sebagai asset bila dibandingkan
dengan laki-laki. Seorang laki-laki cenderung menggunakan uang
yang mereka miliki sebagai kekuatan untuk mempengaruhi
sesamanya.
H4 : laki-laki memiliki tingkat financial distress lebih kecil
dibandingkan perempuan.

47
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

3. Metode Penelitian
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan suatu penelitian eksplanatori untuk
menguji hipotesis penelitian mengenai bagaimana pengaruh
perilaku penggunaan uang untuk setiap jenis kelamin yang
berbeda dan kesulitan keuangan yang pernah dialami. Penelitian
ini dilakukan untuk memperoleh jawaban hipotesis dari
persoalan penelitian yang ada, sehingga masalah yang diteliti
menjadi jelas penyebab dan bagaimana cara menyelesaikan
permasalahan yang terjadi.

3.2 Sampel
Dalam penelitian ini, data menggunakan sampel sebanyak 60
responden yang terkumpul dari populasi yaitu UKM yang berada
di pesisir Kota Medan. Pengumpulan data digunakan dengan
cara menyebarkan kuisioner.

3.3 Analisis Data


Dalam penelitian ini, data yang didapatkan dianalisis dengan
menggunakan analisis deskriptif dan regresi linier. Untuk
menganalisis data digunakan aplikasi SPSS.

4. Data Analysis and Results


4.1 Respondents Characteristics
Karakteristik demografi dari responden dapat dilihat pada
Tabel 1. Sekitar 61,7% responden adalah laki-laki dan sisanya
38,3% adalah perempuan. Rata-rata usia dari responden berusia
41 tahun. Dari sisi suku, mayoritas responden adalah bersuku
Jawa (28,3%), Suku Batak (18,3%), Suku Melayu (15%), Suku
Tionghoa (11,7%), Suku Padang (8,3%), Suku Aceh (5%), Suku
Karo (5%), Suku Mandailing (5%), Suku Banjar (1,7%) dan Suku
Nias (1,7%).8,3% responden telah tinggal disana selama kurang
dari 1 tahun atau satu tahun. 20% responden telah tinggal disana
selama lebih dari 1 tahun sampai dengan 5 tahun dan 71,7%
responden telah tinggal di daerah Belawan selama lebih dari 5
tahun.

48
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

Tabel 1
Characteristics Respondents
1. Gender
- Male 61,7%
- Female 38,3%
2. Age
- Mean 40,9 years
- Std Deviation 11,2 years
3. Etnisitas
- Jawa 28,3%
- Batak 18,3%
- Melayu 15%
- Tionghoa 11,7%
- Padang 8,3%
- Aceh 5%
- Karo 5%
- Mandailing 5%
- Banjar 1,7%
- Nias 1,7%
4. Lama Tinggal
< 1 tahun – 1 tahun 8,3%
> 1 tahun – 5 tahun 20%
> 5 tahun 71,7%
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)

4.2 Hasil dari Hubungan Antarvariabel


Dari penelitian di dapatkan hasil bahwa secara simultan
indikator financial behavior berpengaruh signifikan terhadap
financial distress. Yang artinya, bahwa semua variabel
independen berpengaruh secara serempak terhadap financial
distress.
Sedangkan secara parsial, tanpa melihat variabel
independen financial distress bernilai 2.042. Hal ini menjelaskan
bahwa di daerah pesisir Kota Medan tingkat financial distressnya
tinggi. Banyak individu yang merasa bahwa mereka pernah
mengalami atau sedang mengalami masalah keuangan.
Indikator Evaluation berpengaruh positif tidak signifikan
terhadap financial ditress. Artinya, semakin banyak individu yang
berpikir bahwa uang adalah standar untuk membandingkan
suatu hal, maka akan semakin tinggi financial distress yang

49
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

dialaminya. Hal ini bisa terjadi karena individu akan berpikir


bahwa uang yang dimilikinya masih kurang jika dibandingkan
dengan milik orang lain. Karena rasa kekurangan ini akhirnya
individu akan merasa bahwa dia sedang mengalami kesulitan
keuangan. Hasil ini memiliki nilai signifikan yang berbeda
dengan penelitian sebelumnya. Dimana penelitian Handi dan
Mahastanti (2012) menyebutkan bahwa Evaluation berpengaruh
positif signifikan terhadap kesulitan keuangan. Lim dan Teo
(1997) menyebutkan bahwa seseorang yang mengalami kesulitan
keuangan tidak ingin mengalami kesulitan keuangan kembali
sehingga ia akan mengevaluasi tindakan keuangan yang telah ia
lakukan.
Indikator Anxiety berpengaruh positif dan signifikan
terhadap financial distress. Hal ini dapat diartikan bahwa
semakin tinggi kekhawatiran yang dimiliki individu ketika
ditanya mengenai kondisi keuangannya maka akan semakin
tinggi financial distress yang dialaminya. Kekhawatiran yang
dialami individu ketika ditanya tentang keuangannya akan
mengakibatkan individu merasa rendah diri melihat seseorang
yang memiliki uang yang lebih dari dia. Sama hal nya dengan
Evaluation, kondisi ini akan mengakibatkan individu berpikir
bahwa uang yang dimilikinya tidak lebih banyak dari orang lain.
Sehingga pada akhirnya dia mengatakan bahwa dia memiliki
kesulitan keuangan. Hasil ini memiliki nilai signifikan yang
berbeda dengan penelitian sebelumnya Handi dan Mahastanti
(2012) yang menyebutkan bahwa Anxiety berpengaruh positif
tidak signifikan terhadap kesulitan keuangan.
Indikator Non-Generous berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap financial distress. Dalam hal ini dapat
diartikan bahwa semakin banyak individu tidak memberi uang
kepada sesamanya, maka akan semakin rendah kesulitan
keuangannya. Tentu saja hal ini bisa terjadi, karena individu yang
tidak membagi atau memberi uangnya kepada orang lain pasti
memiliki uang yang lebih banyak. Bisa saja individu tidak
membagi uangnya dikarena mereka memilih untuk memenuhi
kebutuhan mereka atau menabungnya demi kebutuhan dimasa
mendatang. Sehingga mereka tidak akan mengalami kesulitan
keuangan.
Variabel dummy dalam penelitian ini yaitu jenis kelamin,
memberikan penjelasan bahwa laki-laki memiliki tingkat

50
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

financial distress yang lebih rendah dibandingkan perempuan.


Hal ini terjadi karena perempuan biasanya lebih sering berpikir
mengenai keuangan dibandingkan laki-laki. Koonce (2008) yang
menemukan bahwa seorang perempuan lebih menyukai
menyimpan uang sebagai aset bila dibandingkan dengan laki-laki.
Seorang perempuan yang telah memiliki keluarga cenderung
kurang leluasa menggunakan uang yang dimilikinya
dibandingkan dengan laki-laki sebab seorang perempuan
haruslah memikirkan pengeluaran keluarga, pendidikan anak,
tagihan-tagihan dan rencana masa depan keluarga. Sehingga
tidak heran jika perempuan lebih banyak yang merasa mengalami
kesulitan keuanagn dibandingkan laki-laki.

Tabel 2
Pengaruh Financial Behaviorterhadap
FinancialDistress
Model Coefficients Significant
(Constanta) 2.042 .000
Evaluation .087 .356
Anxiety .508 .000
Non-Generous -.430 .000
Gender -.126 .308
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)

5. Kesimpulan dan Saran


Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan
bahwa tingkat financial distress di daerah pesisir Kota Medan
tinggi. Secara simultan Evaluation, Anxiety, Non-Generous dan
Gender berpengaruh signifikan terhadap Financial Distress.
Sedangkan secara parsial Evaluation berpengaruh positif
tidak signifikan terhadap financial distress. Anxiety berpengaruh
positif signifikan terhadap financial distress. Dan non-generous
berpengaruh negatif signifikan terhadap financial distress.
Sedangkan dari variabel dummy gender dapat dijelaskan bahwa
laki-laki lebih sedikit yang mengalami masalah keuangan
dibandingkan dengan perempuan.
Peneliti selanjutnya hendaknya menggunakan indikator
yang lebih banyak dibandingkan penelitian ini. Sehingga hasil
penelitiannya akan lebih variatif dan akan menambah

51
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

pengetahuan mengenai indikator yang mempengaruhi financial


distress.

Daftar Pustaka
Borden, L. M., Lee, S. A., Serido, J. & Collins, D. (2008).
Changing college students’ financial knowledge, attitudes
and beahvior through seminat participation. Journal Of
Family and Economic Issues. Vol.25(1), pp. 23-40.
Chen, H. & Volpe, R. P. (2002) Gender differences in personal
financial literacy among college students. Financial services
review. Vol.11, pp.287-307.
Faber, R. (1992). Compulsive Buying. American Behavioral
Scientist. Vol.35, pp.802-819.
Furnham. A., Kirkcaldy. B.D. Lynn, R. (1994) National attitudes
to competitiveness, money and work among young people:
First, second and third world differences. Human Relations.
Vol.47, pp.119-132.
Handi, Andhika Kusuma dan Linda Ariany Mahastanti. (2012).
Perilaku penggunaan uang: apakah berbeda untuk jenis
kelamin dan kesulitan keuangan. Universitas Kristen Satya
Wacana.
Koonce, Joan C., Yoko Mimura, Teresa Mauldin, Michael
Rupured, Jenny Jordan. (2008). Finacial Information: Is It
Real to Savings and Investing Knowledge and Financial
Behavior of Teenagers. Journal of Financial Counseling and
Planning. Vol .9, No 2.
Lim, Vivien K. G. & Thompson S.H. Teo. (1997). Sex, Money and
Financial Hardship: An empirical study of attitudes towards
money among undergraduates in Singapore. Journal of
Economic Psycology Vol.18, pp. 369-386.
OECD (2004). Financing Innovative SMEs in a Global Econoy,
Instanbul Turkey 3-5 June, Organisaton for Economic
Cooperation and Development.
OECD (2006) The SME Financing Gap: Theory and Evidence
Volume 1. Organisation for Economic Co-operation and
Development.
OECD (2012) Financing SMEs and Entrepreneurs 2012: An
OECD Scoreboard, Paris, Organisation for Economic Co-
operation and Development (OECD) Publishing.

52
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

Purboyo, Arthur., Inge Barlian dan Elizabeth T. Manurung.


(2012). Pengaruh Faktor-faktor Kebiasaan (Habitus),
Modal (Capital) dan Perubahan (Changes) sebagai Model
Perilaku Keuangan untuk Meningkatkan Performa
Keuangan Perempuan Pelaku UMKM (Suatu Studi di
UMKM Binaan FE UNPAR-Bandung dan Jakarta).
Universitas Katolik Parahyangan: Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat.
Wernimont, P.F & Fitzpatrick S. (1972). The meaning of money.
Journal of Applied Psychology. Vol.56, pp.218-226.
Yvonne McCarthy. (2011). Behavioural Characteristics and
Financial Distress. Conference on Household Finance and
Consumption. Working Paper Series. No.1303.

53
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

BAB X

FINANCIAL LITERACY DAN


FINANCIAL BEHAVIOR
MAHASISWA UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh
financial literacy terhadap financial behavior mahasiswa
Universitas Sumatera Utara dan menganalisis perbedaan
financial behavior mahasiswa baru Universitas Sumatera Utara
Tahun 2016 berdasarkan tingkat financial literacy yang
dimilikinya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan
komparatif dengan pendekatan kualitatif. Populasi penelitian
ini adalah mahasiswa baru Universitas Sumatera Utara Tahun
2016. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode accidental
sampling. Data yang digunakan adalah data primer yang
diperoleh dari survei terhadap 97 orang responden. Metode
analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif dan
Kruskall-Wallis test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara
keseluruhan, responden bisa menjawab lebih dari setengah
pertanyaan dengan benar dengan rata-rata 74,85% sehingga
dapat disimpulkan bahwa tingkat financial literacy mahasiswa
baru Universitas Sumatera Utara Tahun 2016 masuk dalam
kategori sedang. Namun, tidak terdapat perbedaan financial
behavior mahasiswa baru Universitas Sumatera Utara Tahun
2016 berdasarkan tingkat financial literacy yang dimilikinya.
Selain itu, hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat korelasi
antara financial literacy dan financial behavior.

Kata Kunci : Financial Literacy, Financial Behavior, Faktor


Sosiodemografi

54
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

1. Pendahuluan
Salah satu pengetahuan dan keterampilan yang harus
dimiliki oleh sumber daya manusia yang berkualitas dalam
menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang sudah
mulai diberlakukan sejak 1 Januari 2016 adalah literasi keuangan
(financial literacy). Peran literasi keuangan menjadi sangat
penting karena perkembangan industri jasa keuangan menjadi
semakin meningkat dan semakin kompleks sehingga mengubah
kondisi pasar keuangan yang menuntut masyarakat Indonesia
untuk memiliki pengetahuan dasar keuangan yang semakin baik,
minimal pengelolaan keuangan pribadi untuk keamanan finansial
di hari tua.
Menurut Laily (2013), literasi keuangan merupakan
kecerdasan atau kemampuan seseorang dalam mengelola
keuangannya. Literasi keuangan mencakup pengetahuan yang
terkait dengan masalah keuangan, seperti pengenalan mengenai
lembaga jasa keuangan, apa saja produk dan jasa keuangan, fitur-
fitur yang melekat pada produk dan jasa keuangan, manfaat dan
risiko dari produk dan jasa keuangan, serta hak dan kewajiban
sebagai konsumen pengguna jasa keuangan. Literasi keuangan
erat kaitannya dengan fungsi manajemen yang meliputi aktivitas
perencanaan, pengelolaan, dan pengendalian dimana semakin
tinggi tingkat literasi keuangan individu maka semakin baik
pula manajemen keuangan individu tersebut. Perilaku keuangan
yang sehat ditunjukkan oleh aktivitas perencanaan,
pengelolaan serta pengendalian keuangan yang baik.
Survei Nasional Keuangan yang dilakukan oleh Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) pada 2013 menunjukkan bahwa tingkat
literasi keuangan Indonesia terbilang sangat rendah, yaitu hanya
21,84 persen yang berarti bahwa hanya 21,84 persen penduduk
Indonesia yang memahami hak, kewajiban, biaya risiko, serta
manfaat produk dan layanan jasa keuangan. Berdasarkan data
World Bank yang diperoleh dari riset terhadap 150 ribu orang
yang tersebar di 140 negara, Indonesia memperoleh score sebesar
32% untuk tingkat melek finansial (financial literacy). Nilai ini
lebih kecil sedikit dari score rata-rata seluruh negara, yaitu 33%.
Secara keseluruhan, peringkat Indonesia termasuk cukup tinggi
dibandingkan dengan negara lain di ASEAN, namun tingkat
melek finansial Indonesia masih tergolong rendah dengan

55
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

hanya 1 dari 3 orang saja yang melek finansial dan kalah jauh
dari negara tetangga, yaitu Singapura (59%) dan Malaysia (36%).
Beberapa penelitian menjelaskan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara pengetahuan keuangan
dengan perilaku keuangan (Ida dan Dwinta, 2010) yang didukung
oleh penelitian Scheresberg (2013) Andrew dan Linawati (2014).
Namun, penelitian Wijayanthi (2015) menunjukkan bahwa
perilaku keuangan tidak selalu konsisten dengan tingkat
pemahaman informasi keuangan yang dimiliki, melainkan faktor
psikologi, demografi, dan rasionalitas turut mempengaruhi
perilaku keuangan individu. Penelitian oleh Rita (2014) juga
menunjukkan bahwa spending habits dapat berdampak buruk
pada pengelolaan keuangan individu.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik
untuk melihat bagaimana financial literacy dan financial
behavior mahasiswa Universitas Sumatera Utara.

2. Tinjauan Pustaka
a. Financial Literacy
Financial literacy merupakan pengetahuan dan
kemampuan untuk mengelola keuangan guna meningkatkan
kesejahteraan yang mencakup kemampuan untuk membedakan
pilihan keuangan, mendiskusikan masalah keuangan, rencana
masa depan, dan kompetensi menanggapi peristiwa kehidupan
yang mempengaruhi keputusan keuangan sehari-hari maupun
peristiwa dalam perekonomian secara umum (Rohmah, 2014).
Chen dan Volpe (1998) menyebutkan dimensi financial literacy
meliputi pengetahuan umum keuangan, tabungan dan pinjaman,
asuransi, serta investasi. Mereka mengkategorikan tingkat
financial literacy menjadi tiga kelompok yaitu, rendah (<60%),
sedang (60%<80%), dan tinggi (≥80%). Pengkategorian ini
didasarkan pada persentase rata-rata jawaban responden yang
benar.

b. Financial Behavior
Perilaku keuangan diartikan sebagai suatu teori yang
didasarkan atas ilmu psikologi yang berusaha memahami
bagaimana emosi dan penyimpangan kognitif mempengaruhi
perilaku investor (Tilson 2005:1 dalam Lubis, et al., 2013:16).
Perilaku keuangan menjadi gambaran cara individu berperilaku

56
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

ketika dihadapkan dengan keputusan keuangan yang harus


dibuat. Chinen dan Endo (2012) mengatakan bahwa individu
yang memiliki kemampuan untuk membuat keputusan yang
benar tentang keuangan tidak akan memiliki masalah
keuangan di masa depan dan menunjukkan perilaku keuangan
yang sehat serta mampu menentukan prioritas kebutuhan bukan
keinginan. Menurut Brant A. Marsh (2006, dalam Zahroh, 2014),
financial behavior mencakup tiga dimensi keuangan yang harus
dikuasai, yaitu perilaku mengorganisasi, perilaku pengeluaran,
dan perilaku menabung.

c. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
Dengan adanya pengetahuan dan kemampuan mengenai konsep-
konsep keuangan menjadikan seseorang mampu mengelola
keuangannya dengan lebih bijak.
H1 : Financial literacy berpengaruh terhadap financial
behavior.
Perbedaan tingkat pengetahuan keuangan yang dimiliki
seseorang menjadikan perilaku keuangan setiap individu
berbeda-beda.
H2 : Terdapat perbedaan financial behavior berdasarkan
financial literacy.

3. Metodologi
a. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan suatu penelitian eksplanatori untuk
menguji hipotesis penelitian mengenai bagaimana pengaruh
financial literacy terhadap financial behavior dan bagaimana
perbedaan financial behavior berdasarkan tingkat financial
literacy yang dimiliki responden. Penelitian ini dilakukan untuk
memperoleh jawaban hipotesis dari persoalan penelitian yang
ada, sehingga masalah yang diteliti menjadi jelas penyebab dan
bagaimana cara menyelesaikan permasalahan yang terjadi.

b. Sampel
Dalam penelitian ini, data diperoleh dari 97 orang
mahasiswa baru Universitas Sumatera Utara Tahun 2016 yang
lulus melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (SBMPTN).

57
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

c. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, data yang didapatkan dianalisis
dengan menggunakan analisis deskriptif dan Kruskal-Wallis
Test. Untuk menganalisis data digunakan aplikasi SPSS.

4. Analisis Data dan Hasil


a. Karakteristik Responden
Karakteristik sosiodemografi responden dapat dilihat pada
Tabel 4.1 Sebanyak 40,2% responden pria dan 59,8% responden
wanita. 54,6% responden berasal dari jurusan IPA dan 45,4%
berasal dari jurusan IPS. 60,8% responden dengan pendapatan
orangtua dibawah Rp5 juta, 27,8% responden dengan pendapatan
orangtua antara Rp5 hingga Rp10 juta, dan 11,4% responden
dengan pendapatan orangtua diatas Rp10 juta.

Tabel 1. Karakteristik Responden


5. Gender
- Pria 40,2%
- Wanita 59,8%
6. Jurusan
- IPA 54,6%
- IPS 45,4%
7. Pendapatan Orangtua
- Dibawah Rp5juta 60,8%
- Rp5juta s.d. Rp10juta 27,8%
- Diatas Rp10juta 11,4%
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)

b. Hasil dan Hubungan Diantara Faktor


Dari penelitian didapatkan hasil bahwa rata-rata
responden mampu menjawab lebih dari setengah pertanyaan
dengan benar dari lima belas pertanyaan yang diajukan dengan
rata-rata sebesar 74,85% dan median data 73,33%. Hal ini berarti
tingkat financialliteracy mahasiswa baru Universitas Sumatera
Utara Tahun 2016 secara keseluruhan masuk dalamkategori
sedang (60%<80%). Hal ini dikarenakan mahasiswa baru belum
mempelajari financial literacy di universitas dan cenderung
masih bergantung kepada orangtua dalam hal keuangan sehingga
belum sering berinteraksi dengan masalah keuangan yang lebih
kompleks.

58
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

Kecenderungan responden mempraktekkan perilaku


keuangan (financial behavior) yang diharapkan tidak meningkat
secara konsisten seiring dengan tingkatan financial literacy.
Rata-rata financial behavior responden adalah 37,13% dan hasil
penelitian menunjukkan bahwa financial literacy tidak memiliki
hubungan yang signifikan terhadap financial behavior dengan
nilai probabilitas 0,197 (>0,05). Hal tersebut
bisadikarenakanperilaku seseorang tidak hanyadipengaruhi oleh
tingkat pengetahuannya saja, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-
faktor lain yang cukup sulit diprediksi seperti lingkungan,
pergaulan dan cara bersosialiasi, faktor kebiasaan, stress
(Zahroh, 2014), kontrol dari orang tua, ras, agama, budaya, dan
locus ofcontrol (Andrew dan Linawati, 2014), serta faktor-faktor
psikologis lainyang sulit diukur dan tidak dimasukkan dalam
penelitian ini.

Tabel 2. Korelasi Antara Financial Literacy dan Financial


Behavior
Variabel Koefisien Signifikansi
(Konstanta) 3,709 ,000
Financial Literacy -,135 ,188
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)

Tabel diatas menunjukkan hasil analisis hubungan


financial literacy dan financial behavior di mana diperoleh nilai
probabilitas 0,188 (>0,05) yang berarti bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara financial literacy dan financial
behavior.

Tabel 3. Kruskal-Wallis Test Financial Behavior Berdasarkan


Financial Literacy
Financial Behavior

Chi-Square ,497
Derajat Bebas 2
Signifikansi ,780

Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa tidak terdapat


perbedaan signifikan financial behavior mahasiswa baru

59
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

Universitas Sumatera Utara Tahun 2016 berdasarkan tingkat


financial literacy yang dimilikinya. Hal ini ditunjukkan dengan
nilai probabilitas Kruskal-Wallis Test 0,78 (>0,05). Namun, jika
dilihat dari rata-rata nilai financial literacy terhadap financial
behavior seperti yang terlihat pada Tabel 4.4, perilaku keuangan
responden dengan tingkat literasi tinggi lebih baik daripada
perilaku keuangan responden dengan tingkat literasi rendah.

Tabel 4. Mean RankFinancial Literacy terhadap Financial


Behavior
Financial Literacy N Mean Rank

Rendah 8 45,44

Financial Behavior Sedang 42 47,44


Tinggi 47 51,00
Total 97
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)

5. Kesimpulan dan Saran


Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan
bahwa tingkat financialliteracy mahasiswa baru Universitas
Sumatera Utara Tahun 2016 secara keseluruhan masuk
dalamkategori sedang (60%<80%).Hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa financial literacy tidak memiliki hubungan
yang signifikan terhadap financial behavior dengan nilai
probabilitas 0,197 (>0,05). Selain itu, dari uji beda yang
dilakukan didapati bahwa tidak terdapat perbedaan financial
behavior mahasiswa baru Universitas Sumatera Utara Tahun
2016 berdasarkan tingkat financial literacy yang dimilikinya. Hal
ini ditunjukkan dengan nilai probabilitas Kruskal-Wallis Test
0,78 (>0,05). Hal ini dikarenakan perilaku seseorang tidak
selaludipengaruhi tingkat pengetahuan yang dimilikinya, tetapi
juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti lingkungan,
pergaulan, kebiasaan, locus ofcontrol, dan faktor lainnya.
Peneliti selanjutnya hendaknya menggunakan indikator
yang lain yang mempengaruhi perilaku keuangan individu seperti
ras, nilai budaya, locus of control, faktor psikologi, dan faktor
lainnya. Sehingga hasil penelitiannya akan lebih variatif dan akan
menambah pengetahuan mengenai indikator yang

60
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

mempengaruhi financial behavior. Selain itu, dalam mendesain


kuesioner disarankan untuk menggunakan lebih banyak
pertanyaan untuk mengukur tingkat financial literacy sehingga
dapat memberikan gambaran yang lebih akurat serta
menggunakan metode survei lain yang lebih efisien seperti
metode survei online.

Daftar Pustaka
Andrew, Vincentius dan Nanik Linawati, 2014. “Hubungan
Faktor Demografi dan Pengetahuan Keuangan dengan
Perilaku Keuangan Karyawan Swasta di Surabaya”,
FINESTA. Vol.02, No.02, pp:35-39.
Brigham E.F dan Houston, Joel F, 2010. Dasar – Dasar
Manajemen Keuangan: Fundamental Of Financial
Management, Jilid 1, Salemba Empat, Jakarta.
Chen, H. dan Volpe, R, 1998. “An Analysis of Personal Financial
Literacy Among College Students”, Financial Services
Review. Vol.07, No.02, pp:107-128.
Chinen, Kenichiro dan Hideki Endo, 2012. “Effect of Attitude and
Background on Personal Finance Ability: A Student Survey
in the United State”, International Journal of
Management. Vol.29, No.01, pp:33-45.
Garman, E. Thomas dan Forgue, Raymond E., 2010. Personal
Finance International Edition, South Western Cengage
Learning, Canada.
Kappor, Jack R., Dlabay, Les R., & Hughes, Robert J., 2004.
Personal Finance, 7th Edition, The McGraw-Hill Company,
New York.
Keown, L.A, 2011. “The Financial Knowledge of Canadian”,
Component of Statistic Canada Cataloge. Vol.11, No.08,
pp:30-39.
Laily, Nujmatul, 2013. “Pengaruh Literasi Keuangan Terhadap
Perilaku Mahasiswa dalam Mengelola Keuangan”, Jurnal
Pendidikan Akuntansi. Vol.01, No.04, pp:1-15.
Lubis, Arlina Nurbaity, Isfenti Sadalia, Khaira Amalia Fachrudin,
dan Juli Meliza, 2013. Perilaku Investor Keuangan, USU
Press, Medan.
Lusardi, Annamaria, Olivia S.Mitchell, dan Vilsa Curto, 2010.
“Financial Literacy Among The Young”, Journal of
Consumer Affairs. Vol.44, No.02, pp:358-380.

61
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

Mandell, Lewis dan Linda Schmeid Klein, 2007. “Motivation and


Financial Literacy”, Financial Services Review. Vol.16,
No.02, pp:105-116.
Mehr, Robert I. dan Cammack, Emerson, 1980. Principles of
Insurance, Richard D Irwin lnc, Michigan.
Nidar, S R dan Sandi Bestari, 2012. “Personal Financial Literacy
Among University Students (Case Study at Padjajaran
University Students, Bandung, Indonesia)”, World Journal
of Social Sciences. Vol.02, No.04, pp:162-171.
Rita, Maria Rio. 2014. Pengaruh Faktor Demografi dan
Overconfidence Terhadap Spending Habits. Skripsi.
Universitas Kristen Satya Wacana.
Rohmah, Anik Nur, 2014. “Perbedaan Financial Literacy
Mahasiswa Pelaku Usaha di Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Yogyakarta Berdasarkan Gender dan Kemampuan
Kognitif”, Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.
Scheresberg, Carlo de Bassa, 2013. “Financial Literacy and
Financial Behavior among Young Adults: Evidence and
Implications”, Scholar Commons University of South
Florida. Vol.06, No.05, pp:1-21.
Wagland, S P dan Taylor S, 2009. “When It Comes to Financial
Literacy, Is Gender Really an Issue?”, The Australasian
Accounting Business and Finance Journal. Vol.03, No.01,
pp:12-25.
Wijayanthi, Isnawatie Mahwadha. 2015. Studi Deskriptif:
Perilaku Investor Saham di Surabaya Berdasarkan Aspek
Psikologis, Demografis, dan Rasionalitas. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Universitas Surabaya. Vol.4 No.2, pp. 1-17.
Zahroh, Fatimatus, 2014. “Menguji Tingkat Pengetahuan
Keuangan, Sikap Keuangan Pribadi, dan Perilaku Keuangan
Pribadi Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Semester 3 dan Semester 7,” Skripsi.
Universitas Diponegoro Semarang.

62
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

BAB IX

KESIMPULAN

Keuangan konvensional didasarkan pada teori-teori yang


menggambarkan orang-orang untuk sebagian besar berperilaku
secara logis dan rasional. Orang-orang mulai mempertanyakan
sudut pandang ini karena telah ada anomali (penyimpangan),
yang merupakan peristiwa keuangan konvensional yang memiliki
waktu yang sulit untuk menjelaskan.
Tiga kontributor terbesar dalam psikolog adalah Daniel
Kahneman dan Amos Tversky, dan ekonom Richard Thaler.
Konsep anchoring mengacu pada kecenderungan orang
untuk melampirkan atau ‘anchor’ pikiran ketitik acuan meskipun
faktanya bahwa hal itu mungkin tidak memiliki relevansi yang
logis untuk mengambil keputusan.
Akuntansi mental mengacu pada kecenderungan orang
untuk membagi uang mereka kedalam rekening yang terpisah
berdasarkan kriteria seperti sumber dana dan niat untuk apa
uang itu digunakan nantinya. Selanjutnya, pentingnya dana di
rekening masing-masing tersebut juga bervariasi tergantung pada
sumber uang dan niatnya.
Konfirmasi bias mengacu kepada bagaimana ornag
cenderung lebih penuh perhatian terhadap informasi baru yang
menegaskan pilihan terbentuk sebelumnya tentang suatu subjek.
Hindsight Bias mewakili bagaimana orang-orang percaya bahwa
setelah fakta, terjadi suatu peristiwa yang benar-benar jelas.
Gambler’s Fallacy mengacu kepada interprestasi yang
salah dari statistik dimana seseorang percaya bahwa terjadinya
peristiwa independen acak entah bagaimana akan menyebabakan
acara independen acak lain kurang mungkin untuk terjadi.
Perilaku kawanan mewakili preferensi bagi individu untuk
meniru perilaku atau tindakan dari kelompok ukuran yang lebih
besar. Terlalu percaya mengacu kepada kecenderungan investor
untuk melebih-lebihkan kemampuannya dalam melakukan
beberapa tindakan. Berlebihan terjadi ketika salah satu bereaksi

63
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

terhadap sebuah berita dengan cara yang lebih besar dari dampak
sebenarnya berita tersebut.
Teori prospek mengacu kepada ide yang dibuat oleh
Kahneman dan Tversky yang intinya menetapkan bahwa orang
tidak menyandingkan tingkat yang sama kesenangan dan
kesulitan untuk efek yang sama. Individu rata-rata cenderung
lebih sensitif terhadap loss. Dalam arti bahwa ia akan merasa
lebih sakit ketika ia menerima kerugian dibandingkan dengan
jumlah kesenangan yang diterimanya dengan jumlah yang sama
dengan kesulitan tersebut.
Penganut teori perilaku telah memasuki model yang lebih
compleks yang dapat memprediksikan masa depan daripada
hanya menjelaskan dengan memanfaatkan masa lalu tentang apa
yang dilakukan pasar di masa lalu. Pelajaran terpenting adalah
bahwa teori ini tidak menjelaskan bagaimana orang lain
bertransaksi di pasar melainkan teori ini mengatakan bahwa
psikologi menyebabkan penyimpangan harga pasar dan nilai
fundamental.
Teori perilaku keuangan tidak menawarkan keajaiban
dalam investasi, tetapi dapat membantu para investor dalam
melatih diri untuk mewaspadai perilaku mereka sendiri. Yang
pada akhirnya akan dapat menghindari kesalahan yang dapat
mengakibatkan mereka mengurangi kekayaan mereka.

64
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

DAFTAR PUSTAKA

Ackert, L. F. & Deaves, R. (2010). Behavioural Finance-


Psychology, Decision-Making and Markets. South-
Western CENGAGE Learning.
Baker, H. Kent and John R. Nofsinger (2010); Behavioral
Finance: Investors, Corporations and Markets; John Wiley
& Sons.
Barberis, N. and R. H. Thaler (2003); A Survey of Behavioral
Finance; in G. M. Constantinides,
Barberis, N., Huang, M. & Santos, T. (2000). Prospect Theory and
Aset Prices. Quarterly Journal of Economics 116 (1), 1-53.
Barradale, N. J. (2009). Social Incentives and Human Evolution.
University of California, Berkeley, 1-39.
Bourdieu, Pierre. (1990). The Logic of Practice. California:
Atanford University Press.
Elvin, Mike (2004); Financial Risk Taking: Introduction to the
Psychology of Trading and Behavioural Finance; John
Wiley & Sons.
Forbes, William (2009); Behavioural Finance; John Wiley & Sons
Inc.
Godoi, C. K; Marcon, R. and Anielson B. Da Silva (2005); Loss
Aversion: A Qualitative Study in Behavioural Finance;
Managerial Finance, Vol. 31, No. 4; pp. 46 –56.
Goldberg, Joachim and Rudiger Von Nitzsch (2001); Behavioral
Finance; John Wiley & Sons
Hankinson, Alan. (2000). “The Key Factors in The Profiles of
Small Firm Owner Managers That Influence Business
Performance. The South Coast Small Firms Survey, 1997-
2000”. Industial and Commercial Training Vol.32 No.3.
http://nfaridaputri-fisip13.web.unair.ac.id/artikel_detail-119326
Prinsip%20Prinsip%20Ilmu%20Ekonomi%20(EKT205)-
Teori%20Prospek:%20Keterkaitan%20Ekonomi%20dan
%20Psikologi.html
http://novenrique.blogspot.co.id/2013/01/12-bias-kognitif-yang-
membuat-anda.html
http://www.kompasiana.com/sina/gambler-fallacy-pada-
investor_550eae61a33311b12dba8339
https://en.wikipedia.org/wiki/Herd_behavior

65
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

https://gigihuzaman.wordpress.com/2011/07/23/definisi-the-
winner%E2%80%99s-curse-kutukan-sang-pemenang/
https://www.sirusindo.com/index.php/8-utama/investasi/28-
efek-januari-the-january-effect
Kahneman, Daniel and Amos Tversky (1979); Prospect Theory:
An Analysis of Decision Under Risk; Econometrica, Vol.
47, No. 2; pp. 263 – 292.
Kahneman, Daniel and Amos Tversky (2000); Choices, Values
and Frames; Cambrige UniversityPress.
Kahneman, Daniel; Slovic, Paul and Amos Tversky (1982);
Judgment Under Uncertainty: Heuristics and Biases;
Cambrige University Press.
Lim, Vivien K. G. & Thompson S.H. Teo. (1997). Sex, Money and
Financial Hardship: An empirical study of attitudes
towards money among undergraduates
M. Harris and R. Stulz; Handbook of the Economic of Finance;
Elsevier
Odean, T. (1999); Do Investors Trade Too Much? American
Economic Review, Vol. 89, No. 5, pp. 1279-1298.
Olsen, Robert A. (1998); Behavioral Finance and Its Implications
for Stock-Price Volatility; Financial Analyst Journal, Vol.
54, No. 2; pp. 10 – 18
Perry, Vanessa G. and Marlene D. Morris (2005); Who is Control
? The Role of Self Perception, Knowledg, and Income in
Explaining Consumer Financial Behaviour; Journal of
Consumer Affairs; Vol. 29, No. 2; pp. 299 – 313.
Pompian, Michael M. (2006); Behavioral Finance and Wealth
Management: How to Build Optimal Portofolios that
Account for Investor Biases; John Wiley & Sons.
Pompian, Michael M. (2012); Behavioral Finance and Investor
Types: Managing Behavior to Make Better Investment
Decisions; John Wiley & Sons.
Purboyo, Arthur., Inge Barlian dan Elizabeth T. Manurung.
(2012). Pengaruh faktor-faktor kebiasaan (habitus),
modal (capital) dan perubahan (changes) sebagai
model perilaku keuangan untuk meningkatkan
performa keuangan perempuan pelaku UMKM (suatu
studi di UMKM binaan FE-UNPAR-Bandung dan
Jakarta. Bandung: Universitas Katolik Parahyangan:
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat.

66
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

Schindler, Mark (2007); Rumors in Financial Markets: Insights


into Behavioral Finance; John Wiley & Sons.
Shefrin, H. and M. Statman (1994); Behavioral Capital Asset
Pricing Theory; Journal of Financial and Quantitative
Analysis, Vol. 29, No. 3; pp. 323 –349.
Shefrin, Hersh (2005); A behavioral Approach to Asset Pricing;
Elsevier Academic Press.
Shiller, R. (2005); Irrational Exuberance; Princenton University
Press.
Statman, M.; Thorley, S. and K. Vorkink (2003); Investor
Overconfidence and Trading Volume; Working Paper
SSRN.
Statman, Meir (1995); Behavioral Finance versus Standard
Finance; in Behavioral Finance and Decision Theory in
Investment Management; ICFA Continuing Education,
Association Investment Management and Research.
Thaler, R. H. and H. M. Shefrin (1981); A Economic Theory of Self
Control; Journal of Political Economy, Vol. 89, No. 1; pp.
392 – 406.
Thaler, Richard H. (1992); The Winner’s Curse Paradoxes and
Anomalies of Economic Life; Princenton University Press.
Thaler, Richard H. (1993); Advances in Behavioral Finance;
Russell Sage Foundation
Thaler, Richard H. (2008); Mental Accounting and Consumer
Choice; Marketing Science, Vol. 27, No. 1; pp. 15 -25.
Tvede, Lars (1999); The Psychology of Finance; John Wiley &
Sons.
Tversky, A and Daniel Kahneman (1974); Judgment Under
Uncertainty: Heuristics and Biases; Science, Vol. 185, No.
4157; pp. 1124 – 1131.
Tversky, A and Daniel Kahneman (1981); The Framing of
Decisions and the Psychology of Choice; Science, Vol. 211,
No. 4481; pp. 453 – 458.
Tversky, A and Daniel Kahneman (1986); Rational Choice and
Framing Decisions; Jounal of Business, Vol. 59, No. 4; pp.
251 – 278.
Tversky, A and Daniel Kahneman (1992); Advances in Prospect
Theory: Cumulative Presentation of Uncertainty; Journal
of Risk and Uncertainty, Vol. 5; pp. 297 –323.

67
PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

Ware, Jim (2001); The Psychology of Money: An Investment


Manager’s Guide to Beating the Market; John Wiley &
Sons
Warneryd, Karl-Erik (2001); Stock-Market Psychology: How
People Value and Trade Stocks; Edward Elgar.
Wernimont, P.F & Fitzpatrick S. (1972). The meaning of money.
Journal of Applied Psychology. Vol.56, pp.218-226.
Zweig, Jason (2007); Your Money & Your Brain: How the New
Science of Neuroeconomics can Help Make Your Rich;
Simon & Schuster Paperback.

68

Anda mungkin juga menyukai