Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH DASAR-DASAR LOGIKA

“Logika: Pengertian, Konsep, Dan Term.”

Dosen Pengampu: Lisna Novita, M.Sos.

Disusun Oleh:
1. Eef Saypudin (230211002)
2. Keyla Nurul Nabila (230211097)
3. Muhamad Sabiq Imron (230211092)
4. Mush’ab Ibnu Kariem (230211067)
5. Nadia Ayu Azzahra (230211044)
6. Syifa lestari weni (230211033)

Progam Studi Ilmu Komunikasi


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Cirebon
2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Logika: Pengertian, Konsep, dan Term” tepat pada waktunya.

Terlebih dahulu, kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Lisna Novita,
M.Sos. Selaku dosen matakuliah Dasar-dasar Logika yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami.

Kemudian kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
dapat membangun kami, untuk kesempurnaan makalah kami.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Cirebon, 5 Januari 2024

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTRAR ISI...............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1

1.1. Latar Belakang......................................................................................1


1.2. Rumusan Masalah.................................................................................2
1.2.1. Apa yang Dimaksud dengan Logika ?..................................................2
1.2.2. Apa yang Dimaksud dengan Konsep ?.................................................2
1.2.3. Apa yang Dimaksud dengan Term ?....................................................2
1.2.4. Bagaimana Pengkalisifikasian Konsep dan Term ? .............................2
1.2.5. Bagaimana Hubungan Antara Konsep dan Term Dalam Logika ?......2
1.3. Tujuan..................................................................................................2
1.3.1. Memahami Apa yang Dimaksud dengan Logika, Konsep, Term.......2
1.3.2. Mengetahui Pembagian atau Klasifikasi Konsep dan Term................2
1.3.3. Memahami Terkaitan Antara Konsep dan Term Logika.....................2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................3

2.1. Pengertian Logika................................................................................3


2.2. Mendefinisikan : Ide atau Konsep.......................................................3
2.3. Ciri-Ciri Dan Luas Konsep..................................................................4
2.4. Isi Konsep............................................................................................5
2.5. Luas Konsep........................................................................................5
2.6. Term (Terminus)..................................................................................6

BAB III PENUTUPAN.................................................................................11

2.7. Kesimpulan.........................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di era modern saat ini, orang-orang perlu memahami logika.Manusia mampu


berpikir sepanjang waktu, namun tidak sepanjang waktu manusia sadaratau
bahkan memahami pemikiran sistematis yang sering digunakan dalam
berpikir.berpikir. Hal ini menjadikan logikapenting untuk pembelajaran.
1Logika sangat menentukan dalam dunia sains.Oleh karena itu, logika sering
kali digabungkan dengan aktivitas ilmiah. Itu benar.ini adalah kenyataan.
Logika merupakan bagian penting dalam kegiatan ilmiah.Kegiatan ilmiah
harus didasarkan pada penggunaan logika yang baik dan benar.Sifat dan cara
berpikir setiap orang mempunyai ciri dan pola tersendiri sesuai dengan yang
diinginkannya.Angka-angka dan pola-pola ini sesuai dengan apa yang
dikehendaki, baik itu urusan politik, sosial, ekonomi atau ketuhanan,dari
ekonomi hingga urusan ketuhanan atau agama. Meskidemikian, kehadiran
para pemikir yang mempertimbangkan rambu-rambu logika sangat diperlukan
untuk mengembangkan cakrawala pengetahuan di segala bidang kehidupan
sesuai kebutuhan.ilmu pengetahuan dari berbagai kalangan sesuai kebutuhan
masyarakat sekitar.2masyarakat sekitar.2Logika juga merupakan sarana
pengetahuan. Ilmu-ilmu sepertimatematika, fisika dan lain sebagainya harus
didasarkan pada penalaran yang logis dan sistematis karena ini merupakan
syarat ilmu.sistematika karena merupakan syarat ilmiah ilmu
pengetahuan.Logika dengan demikian berfungsi sebagai “fondasi filsafat dan
instrumen ilmu pengetahuan”.

1
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Apa yang dimaksud dengan Logika ?
1.2.2. Apa yang dimaksud dengan Konsep ?
1.2.3. Apa yang dimaksud dengan Term ?
1.2.4. Bagaimana pengkalisifikasian Konsep dan Term ?
1.2.5. Bagaimana hubungan antara Konsep dan Term dalam Logika ?

1.3. Tujuan
1.3.1. Memahami apa yang dimaksud dengan Logika, Konsep, dan Term.
1.3.2. Mengetahui pembagian atau klasifikasi Konsep dan Term.
1.3.3. Memahami keterkaitan antara Konsep dan Term dalam Logika.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Logika

Logika merupakan salah satu cabang filsafat yang bersifat praktis dan
berdasarkan pada penalaran serta merupakan landasan filsafat, sehingga filsafat
yang baik dan benar harus didasarkan pada logika agar penalaran bersifat logis
dan kritis. Kata "Logika" berasal dari kata Yunani “logos” yang berarti “kata”,
“deskripsi gagasan” atau “teori”. Jika kita melihat dari sudut pandang
etimologis, “logika” dapat diartikan sebagai “ilmu yang menggambarkan
pikiran”. Menurut sejarah, kata logika pertama kali disebutkan oleh Cicero pada
abad ke-1 SM, namun belum disebut sebagai hukum berpikir logis, melainkan
cenderung pada seni argumentasi. Kemudian yang pertama adalah Alexander
Afro Diseas. seseorang menggunakan kata logika dalam arti ilmu yang
mempelajari hal-hal yang perlu, bukan sekedar pemikiran seseorang. Aristoteles
juga mempopulerkan logika, namun tetap disebut analitis dan dialektis. Logika
juga merupakan alat ilmu pengetahuan. Ilmu-ilmu seperti matematika, fisika dan
lain sebagainya harus didasarkan pada penalaran yang logis dan sistematis
karena ini merupakan syarat ilmiah bagi ilmu pengetahuan. Dengan demikian,
logika berfungsi sebagai "dasar filsafat dan instrumen ilmu pengetahuan".
Logika berperan sebagai sarana pengetahuan dan landasan filsafat, artinya logika
adalah “jembatan”; yang berarti logika adalah “teori penalaran yang valid”; atau
bisa juga dengan “teori penalaran yang valid.”

2.2. Mendefinisikan Pengertian : Ide atau Konsep

Secara etimologis kata “Ide” yang berasal dari kata “Ideos” memiliki arti gambar.
Ideos diartikan Plato sebagai : pengertian atau maksud. Pada abad pertengahan
istilah yang digunakan adalah universale dan untuk jamaknya disebut universalia,

3
yang berarti adalah “umum. Universale (umum) disamakan dengan Ide, karena
penegertian itu berlaku umum. Selain univerlase atau ide, ada istilah lain yang
disebut pengertian, yaitu “Konsep”. Konsep berasal dari kata “conceptus” dari
kata “Conspire” yang berarti menangkap. Konsep bisa disamaartikan dengan
pengertian, karena pengertia itu hasil dari tangkapan akal budi manusia. Sehingga
secara umum dapat dikatan bahwa ide,konsep dan universale itu adalah sinonim
satu sama lain. Menangkap sesuatu sebagaimana adanya dengan mengertinya
merupakan kegiatan akan budi yang pertama. Akal budi menangkap gambaran
yang “ideal” atau suatu “konsep” tentang sesuatu, oleh sebabnya pengertian atau
ide atau konsep adalah suatu gambar akal budi yang abstrak, yang batiniah tentang
inti sesuatu. Guna menangkap sesuatu, akal budi awalnya dibanti oleh indera.
Contohnya ketika mata melihat adanya botol yang tampak di depannya. Akal budi
menangkap penglihatan itu dan menjadi hasil pengelihatan. Botol tadi kemudian
diproses dalam budi manusia. Tentunya bukan secara materian, sebab sungguh
mustahil memeasukkan barang yang disebut botol itu kedalam akal atau kepala
manusia. Akal budi hanya menangkap “inti” dari botol itu. Hal yang bersifat
abstrak tadilah yang pada akhirnya sampai ke akal budi. Itulah bagaimana
gambar/konsep tentang botol tadi. Botol yang pada awalnya berwuju rial ketika
dilihat oleh indera pengelihatan, kini bersifat abstrak ketika sampai ke akal budi.
Konsep atau ide mengenai botol tadi kemudian tidak lagi berwujud individual.
Pertanyaanya, “mengapa bisa?” hal tersebut merupakan hasil abstraksi dari botol
dalam akal budi, kini bersifat universal. Manusia tidak lagi bertanya-tanya
kebingungan jika melihat wujud, bentuk dan warna botol di seluruh dunia, karena
saat ini dia telah memiliki ide/konsep/gambar mengenai botol yang bersifat
abstarak tadi yang berlaku secara universal.

2.3. Ciri-Ciri dan Luas Konsep

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Konsep diarikan sebagai (1) rancangan atau
buram surat dan sebagainya ; (2) ide atau pengertian yang diabstaksikan dari
peristiwa konkret; (3) gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yang ada di
luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Konsep

4
bisa disebut juga sebagain perwakilan universal dari beberapa objek yang
mempunyai unsur-unsur esensian yang mirip. Sehingga konsep menunjuk pada
beberapa objek sehingga objek-objek tersebut adalah anggota-anggota dari konsep
itu. Masing-masing konsep selalu memiliki dua aspek, yakni : Aspek Komprehensi
(denotasi) dan Aspek Ekstensi (konotasi). Aspek Komprehensi adalah ciri-ciri atau
unsur-unsur yang mewujudkan konsep yang bersangkutan, jadi unsur-unsur
konstitutif dari objek tersebut. Contohnya ciri-ciri motor adalah memiliki dua roda,
memiliki stang, memiliki mesin sekian cc berbahan bakar pertlite dan lain
sebagainya. Aspek Ekstensi adalah beberapa objek yang tercakup oleh objek
tersebut. Misalnya pada konsep “manusia” dapat ditarapkan pada manusia yang ada
di Indonesa, bangsa china, bangsa afrika, bangsa mongol dan lain-lainnya.

2.4. Isi Konsep

Semua unsur yang termuat di dalam konsep, itulah yang disebut dengan isi konsep.
Misalnya ; Mahasiswa Universitas Indonesia. Bila diuraikan makan akan terdiri
dari unsur-unsur Mahasiwa dan Universitas Indonesia. Kata mahasiswa terdiri dari
unsur ; manusia-dewasa- yang melaksanakan pendidikan- di sekolah tinggi yang
bernama- Universitas Indonesia. Demikian juga dengan kata Universitas Indonesia
itu sendiri, bila diuraikan pasti memiliki unsur-unsur tersendiri yang memiliki isi
konsep yang relevan. Konsep dapat dibedakan ke dalam konsep langsung dan
konsep tidak langsung. Konsep langsung didapat melalui kinerja tangkapan paca
indera. Contohnya Pak Doyok adalah manusia. Maka konsep manusia tersebut
didapatkan setelah secara langsung melihat Pak Doyok. Sementara konsep tidak
langsung diperoleh dengan cara merefleksikan obervasi atas inderwi terhadap
berpuluhpuluh orang sehingga diperoleh suatu abstrak.

2.5. Luas Konsep

Setiap konsep memiliki lingkup dan lingkungannya sendiri itu lah yang disebut luas
konsep. Lingkup dan lingkungan itu berisikan semua barang atau hal yang dapat
ditunjuk atau disebut dengan penegertian atau kata itu. contohnya pengertian dari
Mahasiswa Universitas Indonesia. Hal ini berarti mencakup semua mahasiswa baik

5
itu yang berasal dari Fakultas FISIP, Hukum, Pertanian dan lain sebagainya. Itu
juga mencakup pria dan wanita, cantik dan jelek, gemuk maupun kurus dan lain-
lain sehingga tidak ada pengecualian. Selain mahasiswa Universitas Indonesia
itulah yang termasuk bukan luas konsep dari Mahasiswa Universitas Indonesia tadi.
Sehingga luas konsep adalah barang-barang atau lingkungan realitas yang ditunjuk
dengan pengertian atau kata tertentu.

2.6. Term (Terminus)

Term atau terminus, juga bisa disebut kata merupakan tanda lahir atau pernyataan
dari suatu konsep atau pengertian. Term atau terminus merupakan bagian dari suatu
kalimat yang berfungsi sebagai subjek atau predikat. Sehingga term adalah
gabungan dari sejumlah kata (kalimat) yang dibentuk dati subjek, predikat dan kata
penghubung. Kata penghubung seperti jika, dan, oleh, dalam, akan, adalah, seperti,
anatara lain dan juga merupakan, tidak termasuk kategori dalam term. Manusia
yang menyatakan gagasannya sebagai hasil dari olah pikirnya. Hal tersebut bisa
terjadi dengan menggunakan kata-kata. Manusia menggunakan kata-kata ketika
hendak mengutarakan gagasannya, oleh sebab itu term atau kata adalah tanda
lahiriah (ucapan suara yang diartikulasi, tanda yang tertulis, bahasa dalam bentuk
apapun) untuk mneyatakan ide/konsep. Konsep yang dikatakakan atau dibahasakan
itu lah terminus. Dengan demikian term merupakan pernyataan lahiriah dari ide
atau konsep. Ide yang abstrak tersebut menjadi kelihatan karena term, namun term
tetap tidak sama dengan ide/konsep. Hal tersebut disebabkan ide yang sama sering
kali dinyatakan dengan terma yang berbeda, sebaliknya term yang salam sering kali
menyatakan pengertian yang berbeda-beda pula. Realitas ini yang membuat betapa
pentingnya memperhatikan arti dari setiap term itu.

Arti dari setiap term dapat ditinjau dari dua sudut pandang. Pertama, ialah arti term
yang dilihat sebagai sesuatu yang berdiri sendiri (dilihat terlepas dari fungsi dalam
suatu kalimat). Kedua, ialah terma yang dilihat dari sudut fungsional dalam kalimat
yang kongkrit atau biasa disebut “suposisi”. Yang dimaksud dengan “suposisi” itu

6
ialah arti khusus suatu terma dalam kalimat tertentu, dipandang dari sudut arti, isi
dan luasnya. Oleh sebab itu kata atau terma perlu dibagikan menurut arti, isi serta
luasnya.

Menurut artinya, terma dapat dibagi menjadi sebagai berikut ;

1. Univokal (suara sama, arti sama) merupakan terma yang menunjukan


pengertian yang sama pula. Kata “buku” misalnya hanya menunjukkan
pengertian yang diyatakan oleh kata itu saja yakni yang berarti barang
bernama “buku”.
2. Equivokal (suara sama, tidak sama dengan artinya) yakni terma yang
memperlihatkan pengertian yang berlainan satu dengan lainnya. Contohnya
kata “genting” . kata “genting” menunjukkan arti atap rumah, namun juga bisa
berarti suatu keadaan yang gawat.
3. Analogal (Pada satu sisi memiliki kesamaan arti, pada sisi lain bisa berbeda
arti pula). Terma analogal ini memperlihatkan barang yan sama, tetapi
serentak juga berbeda-beda dalam kesamaannya itu. Contohnya pada kata
“ada”. Manusia, Hewan dan Tuhan jika di lekatkan dengan kata “ada” menjadi
sama. Hewan ada, manusia ada dan Tuhan ada, hal tersebut memang benar
adanya. Namun disisi lain juga tidak sama artinya, manusia ada, hewan ada,
Tuhan ada tetapi adanya manusia dan hewan tidak bisa disamakan dengan
adanya Tuhan. Hal tersebut yang menunjukkan bahwa term “ada” bermakna
analog yakni sama tetapi juga tidak sama.

Menurut luasnya, term juga dapat dibedakan dalam beberapa bagian yang akan
diuraikan sebagai berikut:

1. Term Singular, menunjukkan dengan tegas satu individu, barang atau


golongan yang tertentu. Contohnya, Slamet, orang itu, tim itu, yang terhebat
dan lain sebagainya.
2. Term Partikular, menunjukkan hanya sebagian saja dari seluruh luasnya.
Hal ini berarti menunjukkan sebagian lingkungan tetapi tidak semua

7
bawahanny. Contohnya, beberapa mahasiwa, kebanyakan orang, tiga anak
gadis dan lain sebagainya.
3. Term Universal, memperlihatkan seluruh lingkungan dan bahawannya
masing-masing tanpa ada yang dikecualikan. Contohnya semua dosen, semua
monyet, setiap rakyat dan lain sebagainya.
4. Term Kolektif, menunjukkan sekelompok objek atau koleksi objek sebagai
sebuah unit. Contohnya : keluarga, angkatan bersenjata, Himpunan mahasiswa
jurusan, paguyuban dan lain-lain. Term ini dapat bersifat singular seperti TNI
dan perticular seperti anggota TNI dan bisa juga bersifat universal seperti
tentara.

Menurut asas perlawanan konsep dasarnya, ter memiliki jenis sebagai berikut :

1. Term kontradiktori ; yakni merupakan term dimana term yang satu


mempertegas makna terma yang lain melalui pengingkarannya. Contohnya pada
kata hidup mati, benar salah, gelap terang.

2. Term kontraris ; yakni pasangan term yang menunjukkan sudut-sudut ekstrem


diantara objek-objek yang tersusun dalam satu kelas tertentu. Contohnya Hitam
putih (warna), panas dingin (suhu).

3. Term relatif ; yakni pasangan term dimana yang satu tiak mungkin
dimemerngti tanpa ada yang lain sebagai lawannya. Contohnya : ibu-anak, suami-
istri, guru-murid.

Menurut kodrat referent, term terbagi dalam beberapa jenis yakni :

1. Term konkrit : merupakan term yang memiliki objek yang mudah diamati,
contohnya : kacamata, ballpoint.

2. Term abstrak : merupakan term yang memiliki objek yang baru dapat
dimengerti setelah melalui proses abstraksi. Contohnya : kebenaran, keadilan dan
kebijaksanaan.

8
3. Term nihil : merupakan objek yang tidak memiliki objek referent sama sekali,
sebab objek-objek term ini bersifat imajinatif, fiktif dan sebagainya. Contoh :
malaikat, surga neraka, jin dan sebagainya.

2.6. Suposisi term

Suposisi term merupakan ketepatan makna yang dipunyai oleh sebuah term dalam
sebuah proposisi atau pernyataan. Arti ketepatan maknya adalah memberikan
makna yang tepat pada satu objek saja dari objek-ebjek yang dapat diwakilinya.
Dalam proses penalaran kodrat manusia untuk mencoba mencapai suatu konklusi
yang setepat mungkin, namun sering dirasa sangat sulit sekali terkhusus apabila
jika masing-masing term tidak memiliki arti atau makna yang tepat secara absolut.
Oleh sebab itu diperlukan analisa terhadap jenis-jenis suposisi term dan terhadap
perbedaan-perbedaan yang muncul. Jenis-jenis term dapat dibagi sebagai berikut :

1. Suposisi Material

Suposisi material merupakan penggunaan terma dengan makna sebagaimana term


itu diucapkan atau ditulis. Suposisi ini pada dasarnya hanya menjelaskan term itu
dengan apa adanya. Conthnya kata “cinta”, kata cinta tersusun dari lima huruf
yakni “c-i-n-t-a”.

2. Suposisi Formal

Suposisi formal ini merupakan penggunaan term sesuai dengan apa yang
dimaksudkan atau ditandainya. Ringkasnya term menunjukkan pada bentuk atau
forma objek yang dimaksud. Contohnya ; manusia adalah animal rationale.
Ballpoint adalah alat tulis yang ujungnya runcing dan terbuat dari besi .

3. Suposisi Logis

Suposisi logis merupakan penggunaan term dalam sebuah konsep dengan maksud
untuk menuntun akal budi atau pikiran kepada konsep yang bersifat absktrak dan
selalu bersifat rasional. Contoh : kemanusiaan adalah sebuah konsep universal.

9
Keadilan berarti memberikan kepada orang lain apa yang menjadi haknya. Hukum
adalah sarana penataan hidup bersosial.

4. Suposisi Riil

Suposisi riil merupakan penggunaan term guna menyebutkan hal atau sesuatu
yang ada di dalam realitasnya memang benar-benar ada. Cotnohnya manusia
adalah makhluk moral.

5. Suposisi Semestinya

Suposisi semestinya merupakan penggunaan ter, untuk menyebutkan hal-hal yang


sesuai dengan tempat yang benar atau selayaknya. Contohnya : Anjing punya
moncong, Ayam punya paruh.

6. Suposisi Metaforis

Suposisi metaforis merupakan penggunaan term dalam konotasi logis. Misalnya :


Hangatnya mentari pagi menyapa pipinya, warna rambutnya menusuk mataku.

10
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Logika memiliki fungsi sebagai sarana ilmu pengetahuan dan landasan filsafat
menunjukkan arti bahwa logika merupakan jembatan penghubung. yang berarti
logika adalah teori tentang penyimpulan yang sah atau bisa juga diartikan sebagai
sistem penalaran yang menelaah tentang prinsip-prinsip penyimpulan yang sah.
Logika merupakan proses penalaran yang mengikuti alur berpikir. Dalam logika
manifestasi konseptual merupakan fondasi penting. Logika yang berujung pada
argumentasi (silogisme) tidak akan mencapai posisi tertingginya tanpa rangkaian
kalimat (proposisi) yang terbentuk dari rangkaian term (kata) yang tentunya
memiliki konsep (pengertian).

11
DAFTAR PUSTAKA
BUKU

Bakry, Noor Muhsin dan Sonjoruri Budiani Trisakti. 2014. Logika. Tanggerang
Selatan : Universitas Terbuka.

Hidayat, Ainur Rahman. 2018. Filsafat Berpikir ; Teknik-Teknik Berpikir Logis


Kontra Kesesatan Berpikir. Pemekasan : Duta Media Publishing.

Rakhmat, Muhamad. 2013. Pengantar Logika Dasar. Bandung : LoGoz


Publishing.

Suarjiyo. 2006. Dasar-Dasar Logika. Jakarta : Bumi Aksara.

Syu’aib, M Yusuf. 1983. Logika Hukum Berfikir. Jakarta : Pustaka Al-Husna.

JURNAL

M. Idrus H. Ahmad, Signifikansi Memahami Logika Dasar, Jurnal Substantia


Volume 4 Nomor 1, April 2012.

Trismanto. Berbahasa Dengan Logika. Serat Acitya Jurnal Ilmiah UNTAG


Semarang.

WEBSITE

KBBI Online, https://kbbi.web.id/bahasa diakses pada 12 April 2020

12

Anda mungkin juga menyukai