Anda di halaman 1dari 21

PROBLEMATIKA PENGOLAHAN PANGAN LOKAL

Nurbaiti
Fakultas Pertanian Prodi Agribisnis
Dosen Pembimbing:
Sri Wahyuni, Dr.M.Pd.
22201032018@unisma.ac.id

ABSTRAK

Local food and tourism are the main economic priorities in West Lombok Regency. West

Lombok, which is one of the tourist attractions in NTB, is the focus of the government's

attention in improving the economy. Which regulates the location of public or social facilities

in accordance with the function of accelerating the Indonesian economy (strategic directions

in accelerating and expanding Indonesia's economic development). This study reveals the

integration of local food processing institutions in West Lombok District. The purpose of this

study is to determine institutional integration in local food processing and to find out what

obstacles occur in the institutional integration of local food processing, as a support for

tourism in West Lombok Regency. The basic method used in this study is a qualitative

approach with an in-depth description method. The location of the research was carried out

purposively based on the many and varied tourist spots in West Lombok Regency. In this

study, informants (people who provide information about a person or organization to an

agency) consist of government agencies and private institutions in West Lombok Regency.

The results of the study show that the institutional integration of local food processing in

West Lombok Regency has not been maximized. This occurs due to the absence of a

coordinator or activator from the Regional Secretariat institution in processing local food as

a tourism supporter. There is no coordination and cooperation between institutions which

causes related institutions to operate independently. There is still a mix-up of program

arrangements from related institutions which shows that there is no integration between the

institutions themselves. Development planning cannot assist in coordinating related

institutions because the task of regional development planning is only facilitating district

1
development planning and structurally regional development planning does not have

coordinating authority. In this case the one who can coordinate structurally is the Regional

Secretary. These constraints make the institutional integration of local food development in

West Lombok District not optimal. The results of the study show that the main problems of

the local food processing community do not only lie in the processing of the local food itself.

Various things include its relation to the weak coordination of local food steering and

support units, namely stakeholders (all parties in society, including individuals or groups

who have interests or roles in a company or organization that are interconnected and

bound), which include SKPD (executive executive function which must coordinate so that the

administration of government runs well), NGOs (Non-Governmental Organizations) and the

private sector, or aspects of technical guidance that are uneven, marketing and capital

constraints, less innovative or less attractive products being traded, as well as inadequate

technological equipment or materials. Therefore, we, the younger generation, must be able to

manage or take advantage of the facilities provided by the government to build the economy

in our respective regions.

Keywords: Integration, local food, tourism development, institutions, West Lombok.

Pangan lokal dan pariwisata merupakan pokok prioritas perekonomian di Kabupaten


Lombok Barat. Lombok Barat yang menjadi salah satu tempat wisata di NTB menjadi fokus
perhatian pemerintah dalam peningkatan perekonomian. Yang mengatur letak fasilitas umum
atau sosial sesuai dengan fungsi Percepatan Perekonomian Indonesia (arahan strategis dalam
percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia ) Jalan laut Nusa Tenggara barat
dan Bali menempatkan pariwisata dan pangan (lokal) sebagai Tempat atau pusat utamanya.
Penelitian ini mengungkapkan integrasi kelembagaan pengolahan pangan lokal di Kabupaten
Lombok Barat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui integrasi kelembagaan dalam
pengolahan pangan lokal dan mengetahui kendala apa saja yang terjadi dalam integrasi
kelembagaan pengolahan pangan lokal, sebagai pendukung wisata di Kabupaten Lombok
Barat. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan
metode deskripsi mendalam. Lokasi penelitian dilakukan secara purposif berdasarkan tempat
pariwisata yang banyak dan berfariasi di Kabupaten Lombok Barat. Pada penelitian ini
informan (orang yang memberikan informasi tentang seseorang atau organisasi kepada
sebuah agensi), terdiri dari lembaga pemerintah maupun lembaga swasta yang berada di
Kabupaten Lombok barat. Integrasi kelembagaan pengolahan pangan lokal di Kabupaten
lombok barat belum maksimal. Hal ini terjadi akibat belum adanya koordinator atau

2
penggerak dari lembaga Sekretariat Daerah dalam pengolahan pangan lokal sebagai
pendukung pariwisata. Belum adanya koordinasi dan kerjasama diantara lembaga yang
menyebabkan lembaga-lembaga terkait masih berjalan sendiri-sendiri. Masih tercampur
aduknya susunan program dari lembaga terkait yang menunjukkan belum adanya integrasi
diantara lembaga-lembaga itu sendiri. Perencanaan pengolahan pangan lokal tidak dapat
membantu dalam mengoordinir lembaga terkait dikarenakan tugas perencanaan pengolahan
daerah hanya memfasilitasi dalam perencanaan pembangunan Kabupaten serta sacara
struktural perencanaan pembangunan daerah tidak mempunyai kewenangan mengoordinasi.
Dalam hal ini yang dapat mengoordinir secara stuktural adalah Sekretaris Daerah. Kendala
tersebut yang membuat integrasi kelembagaan pengembangan pangan lokal di Kabupaten
Lombok Barat belum maksimal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa problematika utama
masyarakat pengolahan pangan lokal tidak semata terletak pada pengolahan pangan lokal itu
sendiri, tetapi juga tentang perkembangan pencapaian dan kelembagaan. Berbagai hal
mencakup kaitannya dengan lemahnya koordinasi unit pengarah dan pendukung pangan
lokal, yakni stakeholder (semua pihak dalam masyarakat, termasuk individu atau kelompok yang
memiliki kepentingan atau peran dalam suatu perusahaan atau organisasi yang saling berhubungan dan
terikat), yang meliputi SKPD ( pelaksana fungsi eksekutif yang harus berkoordinasi agar
penyelenggaraan pemerintahan berjalan dengan baik), LSM ( Lembaga Swadaya Masyarakat ) dan
swasta, atau aspek bimbingan teknis yang kurang merata dalam menjalankan usaha, yang
sangat besar berkendala pemasaran dan permodalan, kurang inovatifnya atau kurang
menariknya produk yang di perjual belikan pada konsumen atau perusahaan, serta peralatan
atau bahan teknologi yang kurang memadai dalam mengolah atau membuat produk agar
terlihat menarik dan unik di mata konsumen. Oleh karena itu kita generasi mudah harus bisa
dalam mengelolah atau memanfaatkan fasilitas yang di berikan oleh pemerintah untuk
membangun perekonomian di daerah masing-masing.
Kata kunci: Integrasi, pangan lokal, pengembangan pariwisata, , kelembagaan, Lombok
barat.

PENDAHULUAN
Kemampuan suatu bangsa dalam menentukan jenis komoditas yang ditanam untuk memenuhi
kebutuhan pangannya dikatakan sebagai wujud dari kedaulatan pangan. Pangan lokal sebagai
potensi dasar yang sangat mendukung tercapainya kedaulatan pangan. Perkembangan
produksi pangan lokal di lombok barar tidaklah berjalan tanpa ada nya hambatan.
Kabupaten Lombok Barat sebagai ujung tombak pariwisata di Provinsi NTB, dapat
memanfaatkan pangan lokal sebagai potensi pendukung sektor pariwisata. Tentunya untuk
menyediakan produk yang bagus dari segi kualitas kepada konsumen akan memunculkan
beberapa problematika, diantaranya yang seringkali muncul adalah dari segi ketenaga
kerjaan, pengolahan maupun campur tangan dari pihak ketiga atau karyawan lain.

Pangan lokal adalah makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat setempat sesuai dengan
potensi dan budaya suatu masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dari bahasa masyarakat itu
sendiri, biasanya diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi melalui
cerita dari mulut ke mulut. Bahwa pangan lokal juga memiliki nutrisi yang lebih tinggi
daripada pangan non lokal. Hal ini dikarenakan pangan lokal waktu yang digunakan antara
panen dan penjualan sangat singkat dan tidak memakan waktu yang lama untuk

3
menghasilkan suatu produk yang di panen,dan juga dapat dijual dengan cepat seperti yang
diinginkan. Gerakan pangan alternatif difokuskan untuk menghadapi globalisasi dengan
menciptakan pasar untuk pangan alternatif lokal dan lebih dekat baik dengan konsumen
maupun produsen, agar suatu barang atau produk yang ingin di perjual beli kan akan mudah
dan cepat terjual.

Potensi pangan lokal yang ada di Lombok Barat sangat beragam, antara lain umbi-umbian,
jagung, buah-buahan, rumput laut, singkong, ikan, dan hasil ternak. Pangan lokal tersebut
dapat dikembangkan untuk mempercepat pertumbuhan perekonomi di Lombok Barat.
Pengembangan pangan lokal diperlukan bantuan dari pelaku usaha dan pihak stakeholder.

sedangkan stakeholder sekunder tidak memiliki kaitan langsung dengan proyek atau program
tetapi memiliki kepedulian sehingga turut membantu dan berpengaruh terhadap sikap
masyarakat dan keputusan pemerintah. Stakeholder yang memiliki program langsung dengan
pelaku usaha adalah Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi dan UMKM serta
Dinas Pertanian, Peternakan dan Perkebunan. Sedangkan stakeholder sekunder adalah pihak
pemangku kepentingan yang membantu atau menjadi perantara dalam proses pelaksanaan
kegiatan. Stakeholder dalam penelitian ini sekunder adalah perencanaan pembangunan
daerah, Dinas Kehutanan, Kantor Ketahanan Pangan Daerah, Dinas Kesehatan, Dinas
Pariwisata, MUI, LSM, Rumah Kemasan, Hotel dan Toko Oleh-oleh. Pelaku usaha selama
menjalankan usaha pangan lokal telah mendapatkan pengalaman dan pengetahuan terkait
pengembangan pangan lokal. Pengalaman dan pengetahuan yang didapatkan pelaku usaha
secara terus menerus selama ia berinteraksi dengan stakeholder dan pelaku usaha lainnya
akan menjadi dasar pelaku usaha memaknai usahanya. Menurut Berger dan Luckman (2013),
kontruksi sosial merupakan suatu proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, dimana
individu akan menciptakan secara terus menerus realitas yang dimiliki dan dialami bersama-
sama secara subjektif. Pelaku usaha dalam memberikan pemaknaan dalam pengembangan
pangan lokal serta pemaknaan terkait keterlibatan stakeholder dalam pengembangan pangan
lokal berdasarkan pengalaman, atau pengetahuan dan realitas sosial yang mereka alami.
Dimana dalam menjalankan usahanya kita tidak dapat berjalan sendiri tanpa bantuan orang
lain. Pengembangan pangan lokal tidak akan berjalan dengan baik tanpa ada peran
pemerintah, karena peran pemerintah sangat penting dalam pembuatan kebijakan
(Wastutinignsih, dkk, 2012). Selain pemerintah, kelompok; lembaga keuangan (Bank/Non
Bank); Pasar dan Perguruan Tinggi juga memiliki peran dalam pengembangan pangan lokal
(Karsidi, 2007). Peran pelaku usaha pangan lokal juga berperan penting dalam
keberlangsungan usahanya, yaitu mereka harus aktif dan giat dalam mengembangkan
inovasi-inovasi olahan dan kemasan pangan lokal (Sikhondze, 1999). Pelaku usaha pangan
lokal yang aktif dalam mencari informasi serta giat dalam menjalankan usahanya maka
mereka akan dapat meningkatkan penghasilan atau pendapatan rumah tangga.

Peningkatan kunjungan wisata ini selanjutnya akan dapat membantu berkembangnya


perekonomian masyarakat, memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat di Pulau Lombok pada khususnya dan daerah NTB pada umumnya hal ini
sejalan dengan penelitian di daerah lain yang menunjukkan dampak positif dari
pengembangan pariwisata (Buck dkk., 2002; Zeng dan Ryan, 2012; Ben-xiang, 2008;
Jamieson dkk., 2004). Singkatnya, pangan lokal membantu perkembangan wisata dan
ekonomi daerah yang bersangkutan. Permasalahannya adalah pangan lokal di pulau
Lombok berpengaruh terhadap perkembangan pariwisata. Sehingga penelitian ini fokus pada
pelaku usaha pangan lokal di 1 (satu ) kabupaten dan kota yaitu Lombok Barat, akan
4
berdampak pada perkembangan pariwisata. Untuk itu evaluasi dan selanjutnya
peningkatan mutu dan keamanan pangan lokal di Pulau Lombok secara umum dan di sekitar
daerah wisata khususnya sangat diperlukan. Selanjutnya kapasitas pelaku usaha pengolahan
pangan skala rumah tangga dalam memproduksi pangan yang bermutu dan aman sangat
perlu ditingkatkan sebagai upaya untuk mendukung perkembangan pariwisata dan
perekonomian masyarakat di Pulau Lombok dan daerah Nusa Tenggara Barat pada
umumnya. Secara khusus pengembangan pangan lokal merupakan kegiatan pengolahan
hasil pertanian (agroindustri) yang menurut pemerintah Indonesia sangat diperlukan
untuk memajukan pembangunan di sektor pertanian.

Permasalahan dapat dirumuskan sebagai (1)Apa yang dimaksud dengan problematika, (2)
Bagaimana cara meningkatkan perekonomian di daerah lombok barat, (3) Apa yang
dimaksud dengan mengembangkan integrasi pengolahan pangan lokal di lombok barat, (4)
Apa yang dimaksud dengan koordinasi antar unit, (5) Mengapa dalam pengolahan pangan
lokal harus ada bimbingan teknis, (6) Bagaimana cara memasarkan produk lokal di lombok
barat, (7) Bagaimana cara agar inovasi produk lokal dapat maksimal, (8) Bagaimana cara
mengembangkan pengolahan pangan lokal dapat memadai peralatan produksi yang dimiliki.

KAJIAN TEORI
Definisi Integrasi

Integrasi adalah konsep yang diterapkan dalam banyak bidang, mulai dari sosial, politik,
budaya, hingga ekonomi. Integrasi adalah pembauran hingga menjadi kesatuan. Integrasi
dalam banyak bidang keilmuan diartikan secara kasar sebagai suatu bentuk penyatuan
elemen-elemen yang berbeda karakter dan klasifikasinya berdasarkan konsep, paradigma, dan
unit.

Integrasi adalah tindakan menyatukan komponen yang lebih kecil ke dalam satu sistem yang
berfungsi sebagai satu. Integrasi adalah proses yang mengacu pada keterikatan individu
dengan masyarakat yang lebih luas dan biasanya diukur dalam hal peran pekerjaan,
organisasi, dan komunitas.

Integrasi kelembagaan pengolahan pangan lokal di Kabupaten Lombok Barat. Tujuan


penelitian ini untuk mengetahui integrasi kelembagaan dalam pengolahan pangan lokal dan
mengetahui kendala apa saja yang terjadi dalam integrasi kelembagaan pengolahan pangan
lokal, sebagai pendukung wisata di Kabupaten Lombok Barat.
Integrasi kelembagaan pengolahan pangan lokal di Kabupaten lombok barat belum maksimal.
Hal ini terjadi akibat belum adanya koordinator atau penggerak dari lembaga Sekretariat
Daerah dalam pengolahan pangan lokal sebagai pendukung pariwisata. Belum adanya
koordinasi dan kerjasama diantara lembaga yang menyebabkan lembaga-lembaga terkait
masih berjalan sendiri-sendiri.

Pengembangan Pariwisata

5
Kegiatan pariwisata telah berkembang dengan pesat seiring pergerakan manusia yang
semakin dinamis dan ditambah akses terhadap moda angkutan yang memadai.
Dinamika yang terjadi telah menciptakan berbagai pola perjalanan yang
bervariasi dari waktu ke waktu. Ini merupakan peluang sekaligus tantangan bagi
pengembangan kepariwisataan di Indonesia. Industri pariwisata merupakan salah satu
industri terbesar dan merupakan sektor jasa dengan tingkat pertumbuhan paling pesat
di dunia saat ini. Peningkatan jumlah destinasi dan investasi dalam pembangunan
pariwisata, telah mengubah pariwisata sebagai penggerak utama (key driver) kemajuan
sosio-ekonomi suatu negara melalui penerimaan devisa, penciptaan lapangan
pekerjaan dan kesempatan berusaha, dan pembangunan infrastruktur. Organisasi
pariwisata dunia (UNWTO) memperkirakan pada tahun 2030 wisatawan internasional
akan mencapai 1,8 milyar dengan tingkat pertumbuhan kunjungan diperkirakan 3,3 persen
per tahun. Untuk wilayah Asia dan Pasifik diperkirakan dapat dicapai pertumbuhan
yang lebih tinggi yaitu 4,9 persen. Bahkan di negara tertentu pertumbuhan yang jauh
lebih tinggi dapat tercapai. (Nesparnas 2013 ).
Angka estimasi WTO ini sudah tentu sangat menggiurkan pelaku usaha pariwisata,
Potensi itu tak boleh hanya dibiarkan menjadi peluang liar yang sulit ditangkap. Oleh
sebab itu, banyak negara terutama di kawasan Asia Pasifik berpacu dan berbenah diri
untuk membangun industri pariwisatanya. Di tengah kompetisi dunia yang sangat ketat,
ditambah dengan ancaman krisis ekonomi global yang dialami oleh banyak negara
dalam beberapa tahun terakhir, maka dibutuhkan inovasi dan strategi yang tepat dan
produktif untuk merebut pasar pariwisata. Keterkaitan lintas sektor pariwisata
akan menjadi mata rantai pendukung bagi gerak ke depan (moving forward)
pembangunan nasional. Menangani industri pariwisata lebih rumit dari pada
menangani industri pesawat terbang. Industri pesawat terbang memang memerlukan
teknologi canggih dan modal besar, namun tidak melibatkan banyak sektor.
Sedangkan industri pariwisata melibatkan hampir semua sektor ekonomi baik
yang tergolong industri yang berkarakter pariwisata (tourism characteristic industry)
seperti hotel dan restoran maupun industri yang sepintas tak berkaitan dengan industri
pariwisata namun sebagian demand-nya berasal dari pariwisata (tourism connected
industry). Jumlah industri yang terkait dan menerima dampak multiplier dari pariwisata
tak terbilang ( Nersparna 2013).

Kajian pangan lokal Lombok Barat

Hasil survei yang disertai dengan pengisian kuesioner di Kabupaten Lombok Barat
menunjukkan beberapa pelaku usaha produk pangan lokal yang dapat ditemui di
lapangan adalah sate bulayak, aneka dodol, aneka keripik, dan pisang sale. Sate bulayak
diproduksi atau dijual bersamaan dengan lontongnya. Dodol terbuat dari beberapa bahan
baku yang berbeda, seperti nangka, sirsak, tape, dengan dodol nangka merupakan bahan
baku yang dominan. Keripik juga terdiri atas beberapa bahan baku, termasuk pisang, ubi
kayu, ubi jalar, sukun, dan lain-lain, dan keripik pisang menjadi produk keripik yang
dominan. Survei dilakukan di pusat-pusat wisata dan pusat produksi. Pusat-pusat wisata
termasuk taman Narmada (Kecamatan Narmada), taman Mayura (Kecamatan Lingsar),

6
pantai Senggigi (Kecamatan Batu Layar). Pusat-pusat produksi di Kabupaten Lombok
Barat, antara lain adalah Kecamatan Suranadi, yang mempunyai banyak bahan baku
bagi produk-produk tertentu. Perhatian dalam penelitian ini akan diberikan lebih lanjut
kepada empat macam produk ini yang ada dalam, karena macam produk pangan yang
terbatas. Namun dalam produk dodol dan kripik yang terdiri atas berbagai macam juga
maka kedua produk ini diwakili oleh dodol dan kripik yang dominan. Dodol yang
dominan adalah dodol nangka dan kripik yang dominan adalah kripik pisang. Dengan
demikian, produk pangan lokal yang mendapat perhatian khusus selanjutnya adalah sate
bulayak, kripik pisang, dodol nangka, dan pisang sale. Dapat dipertegas bahwa dasar
pemilihan keempat produk ini adalah karena nilainya relatif besar dibandingkan dengan
produk-produk lainnya.

METODE PENELITIAN
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Menurut Moleong
(2014), penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi serta
tindakan secara holistik, mendeskripsikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah serta memanfaatkan beberapa metode ilmiah lainnya. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian kualitatif yang utama adalah observasi partisipatif dan
wawancara mendalam, ditambah kajian dokumen, yang bertujuan tidak hanya untuk
menggali data, tetapi juga untuk mengungkap makna yang terkandung dalam latar penelitian
(Djaelani, 2014). Penelitian ini menggunakan studi fenomenologis. Menurut Creswell
(2014), studi fenomenologis adalah mendeskrisikan pemaknaan umum dari beberapa individu
terhadap berbagai pengalaman hidupnya terkait dengan konsep atau fenomena tertentu.
Penelitian ini didasarkan pada pengetahuan, pengalaman dan realitas sosial pelaku usaha
dalam mengolah dan melalukan upaya optimalisasi pengembangan pangan lokal.

Metode pemilihan tempat dilakukan secara purposive yaitu di Lombok Barat karena di lokasi
tersebut terdapat banyak obyek wisata dan memiliki potensi pangan lokal yang melimpah,
yaitu memiliki hutas seluas 12.010 Ha yang digunakan sebagai hutan produksi, selain itu
pangan lokal juga didapatkan dari ladang dan Lahan pekarangan masyarakat. Teknik
penentuan informan secara purposive yaitu peneliti menentukan informan yang dapat
memberikan informasi untuk menjawab tujuan penelitian. Informan yaitu pelaku usaha yang
mengolah dan memasarkan produk olahan pangan lokal yang berasal dari Lombok Barat.
Dalam penelitian ini peneliti telah menentukan 3 informan kunci yang merupakan pengolah
pangan lokal. Ketiga informan telah memiliki pengalaman mengolah pangan lokal lebih dari
10 tahun.

Metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara mendalam, FGD, dan pencatatan.
Sumber data yang peneliti gunakan adalah data primer yaitu data yang peneliti dapatkan

7
langsung pada saat di lapangan. Selain itu, peneliti juga menggunakan data sekunder yaitu
data dari BPS, kepustakaan, dan data dari Dinas-dinas terkait yang relevan dengan tujuan
penelitian. Validitas data menggunakan metode triangulasi. Menurut Sugiyono (2014),
triangulasi data ada 3 macam yaitu triangulasi sumber, teknik dan waktu. Dalam penelitian
ini, peneliti tidak hanya menggunakan satu sumber informan tapi menggunakan tiga sumber
informan. Teknik pengumpulan data yaitu dengan menggunakan metode wawancara
mendalam dan FGD, jadi ketika peneliti mendapatkan data dari hasil FGD maka peneliti akan
mengecek kembali data yang didapatkan dengan wawancara. Wawancara Dilakukan dengan
rileks sehingga sumber tidak merasa dirinya sedang diwawancarai. Selain itu, peneliti dalam
menggali data juga tidak hanya dalam satu waktu/periode. Peneliti menggali data dalam 3
periode, sehingga data yang didapatkan pada periode pertama akan di cek ulang dan menggali
informasi lagi pada periode kedua, begitu juga pada periode ketiga. Setelah data didapatkan
kemudian data dianalisis. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data
menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2014), yaitu ada tiga tahapan dalam
menganalisis data kualitatif, antara lain reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan.

Penelitian ini adalah asosiatif atau sebab akibat (kausal), yaitu untuk mengetahui pengaruh
keberagaman pangan local di Lombok terhadap perkembangan pariwisata. Menurut
Sugiyono (2006) penelitian asosiatif adalah jenis penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
pengaruh suatu variable terhadap variable lainnya.

PEMBAHASA

Definisi problematika
adalah suatu kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang membutuhkan penyelesaian
atau pemecahan. Masalah diartikan sebagai suatu hal yang menghalangi tercapainya tujuan
(Suharso, 2009). problematika utama masyarakat pengolahan pangan lokal tidak semata
terletak pada pengolahan pangan lokal itu sendiri, tetapi juga tentang perkembangan
pencapaian dan kelembagaan. Berbagai hal mencakup kaitannya dengan lemahnya koordinasi
unit pengarah dan pendukung pangan lokal, yakni stakeholder (semua pihak dalam masyarakat,
termasuk individu atau kelompok yang memiliki kepentingan atau peran dalam suatu perusahaan atau
organisasi yang saling berhubungan dan terikat), yang meliputi SKPD ( pelaksana fungsi eksekutif yang
harus berkoordinasi agar penyelenggaraan pemerintahan berjalan dengan baik), LSM ( Lembaga Swadaya
Masyarakat ) dan swasta, atau aspek bimbingan teknis yang kurang merata dalam menjalankan
usaha, yang sangat besar berkendala pemasaran dan permodalan, kurang inovatifnya atau
kurang menariknya produk yang di perjual belikan pada konsumen atau perusahaan, serta

8
peralatan atau bahan teknologi yang kurang memadai dalam mengolah atau membuat produk
agar terlihat menarik dan unik di mata konsumen.

Bagaimana cara meningkatkan perekonomian di Lombok barat

Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Barat memfokuskan pembangunan pada sektor


pariwisata sebagai sektor andalan kedua setelah pertanian. Hal ini dikarenakan pariwisata
Lombok Barat memiliki potensi yang besar sebagai penyumbang peningkatan perekonomian
daerah. Adapun potensi wisata yang ada telah memenuhi unsur keindahan (natural beauty),
keaslian (originality), kelangkaan (scarcity) dan keutuhan (whole sources). Akan tetapi minat
investor dalam menanamkan modalnya masih rendah dikarenakan kebijakan dan regulasi
investasi yang berbelit-belit; kurangnya sensitifitas dan responsifitas aparat birokrasi, pelaku
pariwisata dan masyarakat sekitar obyek pariwisata; terbatasnya sarana prasarana penunjang
investasi. Untuk itu diperlukan peran Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Barat untuk
melakukan terobosanterobosan dalam mengatasi masalah tersebut. Terkait dengan itu, maka
upaya-upaya apa saja yang dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Barat dalam
meningkatkan investasi khususnya di bidang kepariwisataan diajukan sebagai rumusan
masalah pada tesis ini. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Data
yang digunakan adalah data primer dan data sekunder dengan tehnik pengumpulan data
melalui observasi dan wawancara. Adapun peran pemerintah dioperasionalkan menjadi tiga
fungsi yaitu fungsi pengaturan, fungsi pemberdayaan dan fungsi pelayanan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa fungsi pengaturan, pemberdayaan dan pelayanan yang telah
dilaksanakan Pemerintah Daerah serta komitmen dan pemahaman akan pentingnya
pengembangan sektor pariwisata dikalangan masyarakat dan pelaku pariwisata sudah
mengalami peningkatan berarti sehingga berdampak pada peningkatan keyakinan investor
untuk menanamkam modalnya di daerah Lombok Barat. Mengatasi persoalan investasi yang
ada, Pemerintah Kabupaten Lombok Barat mengembangkan tiga fungsi yang melekat sesuai
dengan kebutuhan daerah. Dalam pengurusan perizinan investasi bidang usaha pariwisata,
Pemerintah Daerah memberikan kemudahan pada investor untuk melaksanakan kewajiban
tersebut bersamaan dengan kegiatan pengembangan usaha. Untuk meningkatkan pemahaman
masyarakat akan sektor pariwisata dilakukan empat pembinaan, mulai dari pembinaan SDM,
pembinaan usaha, pembinaan sumber daya hingga pembinaan lingkungan. Dalam
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan investor, Pemerintah Daerah melakukan
pembinaan kedalam maupun keluar. Ke dalam, melalui pelaksanaan pelatihan-pelatihan dan
bimbingan tehnis bagi aparat pemerintah yang terkait langsung dengan kepariwisataan.
Keluar, memberikan pelatihanpelatihan bagi masyarakat dan pelaku wisata akan pentingnya
pengembangan sektor pariwisata, pembentukan kelompok sadar wisata dalam masyarakat
maupun mengikuti pameran-pameran berskala Nasional dan Internasional untuk mempro
mosikan pariwisata Lombok Barat. Dari pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintah secara optimal
serta ditunjang dengan pemahaman masyarakat dan pelaku pariwisata akan pentingnya
pengembangan sektor pariwisata, dari tahun ke tahun investasi bidang usaha pariwisata di
Kabupaten Lombok Barat mengalami peningkatan. Bahkan pada tahun 2005-2006
peningkatan investasi mencapai 8% pertahun.

9
Gerung,Diskominfotik; Dinas Komunikasi dan informatika Lombok Barat menggelar
kegiatan Webinar Nasional tentang Penanganan Covid19 dan strategi Pemulihan Ekonomi
Lombok Barat Selasa, 1 Desember 2020. Kegiatan yang merupakan kerjasama Diskominfo
Lombok Barat bersama KPCPEN dan Kementerian Kominfo menghadirkan Dr. H. Baehaqi
Sekretaris Daerah Lombok Barat sebagai pembicara utama dan dr H. Ahmad Taufiq Fatoni
Kepala Bidang penanggulangan penyakit Menular Dikes Lombok Barat sebagai pembicara
serta Ahad Legiarto, M.Eng Kepala Dinas Kominfo Lombok Barat Sebagai Moderator.

Dalam pemaparannya di kegiatan yang diikuti oleh ratusan orang secara virtual ini, Sekda
Lombok Barat menjelaskan tentang kondisi APBD Lombok Barat 2020 dan 2021 serta
Strategi Pemulihan Ekonomi Lombok Barat tahun 2021. Dr Baehaqi mengatakan pandemi
covid19 menyebabkan anggaran di Lombok Barat berkurang karena terjadi pemangkasan
DAU oleh Pemerintah pusat sebesar 10%. Selain itu juga anggaran APBD 2020 harus
dilalukan refocusing dan realokasi anggaran untuk penanganan covid19. “Kondisi ini
menyebabkan program program OPD tidak dapat berjalan dengan baik dan normal karena
harus dilakukan refocusing dan realokasi anggaran yang jumlahnya mencapai 72 miliar” ujar
Sekda.

Sekretaris Daerah Lombok Barat ini mengatakan selain berpengaruh pada anggaran, Pandemi
covid19 ini juga sangat berimbas pada ekonomi Lombok Barat. Salah satunya adalah terkait
dengan pariwisata Lombok Barat. Menurut Baehaqi Pandemi ini sangat berpengaruh pada
tingkat kunjungan wisatawan yang menurun drastis yang berimbas pada target pencapaian
PAD dari sektor Pariwisata yang tidak dapat terpenuhi. “Kondisi ini menyebabkan 1316
karyawan dari 17 hotel di Lombok Barat harus dirumahkan selain itu kegiatan ekonomi juga
menjadi terhambat oleh covid19 ini” ujarnya.

Sekda mengatakan tahun 2021 Lombok Barat akan melakukan langkah langkah strategis
untuk memulihkan ekonomi. Hal ini agar kegiatan perekonomian masyarakat Lombok Barat
dapat kembali normal dan kembali meningkat seperti sebelum covid19. Salah satu strategi
yang akan dilakukan adalah dengan berupaya meningkatkan iklim investasi agar tersedia
lapangan usaha bagi masyarakat. Selain itu juga menurut Baehaqi Pemda Lombok Barat akan
melakukan pembenahan destinasi dan promosi pariwisata dengan protokol kesehatan yang
diharapkan dapat berdampak pada sektor rill seperti pertanian, perikanan, industri olahan,
perdagangan, jasa transportasi dan akomodasi. “Kita harapkan sektor pariwisata ini juga
dapat mendongkrak UMKM sehingga ekonomi masyarakat bisa bergerak dan pulih kembali”
ujar Sekda.

Sementara itu, dr Ahmad Fatoni mengatakan bahwa masyarakat harus tetap menerapkan
protokol kesehatan secara disiplin agar dapat menekan angka penularan covid19 di Lombok
Barat. Ia berharap agar kesadaran warga dapat terus meningkat agar covid19 di Lombok
Barat dapat terus menurun. Ia mengatakan bahwa Lombok Barat sempat berada di zona
kuning dua pekan lalu namun saat ini kembali ke zona orange. Ia berharap agar masyarakat

10
tidak kendor dalam memakai masker, cuci tangan dengan sabun dan jaga jarak. Hal ini
menurutnya dapat mengurangi resiko penularan covid19 di Lombok Barat. “Mari kita terus
disiplin dan jangan lengah agar kita bisa tetap sehat dan terhindar dari covid19” ujarnya.

Sementara itu Ahad Legiarto, M.Eng kepala Dinas Kominfo Lombok Barat yang juga
moderator dalam kegiatan ini mengatakan bahwa Lombok Barat telah melakukan berbagai
langkah untuk mencegah penularan covid19. Hal ini untuk menekan angka kasus covid19 di
Lombok Barat. Selain itu Lombok Barat juga telah melakukan berbagai langkah untuk
menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan dalam
kehidupan sehari hari. Kegiatan itu diawali oleh sosialisasi secara masif ke desa desa tentang
penerapan protokol kesehatan dan sanksi apabila masyarakat tidak menerapkan protokol
kesehatan dalam kehidupan sehari hari. “Setelah sosialisasi, saat ini satgas bersama tim
gabungan terus melakukan operasi dan razia penegakan protokol kesehatan di Lombok Barat
untuk menekan jumlah penularan covid19” ujarnya.

Kegiatan ini diikuti oleh ratusan orang secara online melalui zoom meeting dan berasal dari
seluruh Indonesia. Peserta terjauh berasal dari Sulawesi Barat. Diharapkan kegiatan ini dapat
memberikan gambaran terkait dengan penanganan covid19 dan strategi pemulihan ekonomi
di Lombok Barat.

Apa yang dimaksud dengan pengembangan integrasi pengolahan pangan lokal

integrasi kelembagaan dalam pengolahan pangan lokal dan mengetahui kendala yang terjadi
dalam integrasi kelembagaan pengolahan pangan lokal sebagai pendukung wisata di
Kabupaten Lombok Barat. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif dengan metode deskripsi mendalam. Lokasi penelitian dilakukan secara
purposif berdasarkan tempat pariwisata yang banyak dan bervariasi di Kabupaten Lombok
Barat. Pada penelitian ini informan terdiri dari lembaga pemerintah maupun lembaga swasta
yang berada di Kabupaten Lombok barat. Hasil penelitian terlihat bahwa integrasi
kelembagaan pengolahan pangan lokal di Kabupaten lombok barat belum maksimal. Hal
tersebut terjadi akibat belum adanya koordinator atau penggerak dari lembaga yaitu
Sekretariat Daerah dalam pengolahan pangan lokal sebagai pendukung pariwisata. Belum
adanya koordinasi dan kerjasama diantara lembaga menyebabkan lembaga-lembaga terkait
masih berjalan sendiri-sendiri. Masih terdapat tumpang tindih program dari lembaga terkait
yang menunjukkan belum adanya integrasi diantara lembaga tersebut.

Rahman dan Ariani (2008) mengatakan bahwa usaha diversifikasi pangan belum maksimal
karena pangan lokal terpinggirkan. Pengimplementasian kebijakan untuk
penganekarangaman pangan perlu dikaitkan dengan kebijakan ketahanan pangan. Sedangkan

11
Gorton dan Treagear (2008) dalam studinya di Inggris menyatakan bahwa dukungan
pemerintah kepada produsen makanan dalam bentuk Strategi Pangan Regional oleh
pemerintah diwujudkan dalam bentuk pelatihan dan konsultasi bisnis. Hasil dari program ini
adalah adanya peningkatan kualitas sektor pangan regional sebanyak 25% dalam kurun waktu
5 tahun.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa problematika utama masyarakat pengolah pangan lokal
tidak semata terletak pada pengolah pangan lokal itu sendiri. Berbagai hal mencakup
kaitannya dengan lemahnya koordinasi unit pengarah dan pendukung pangan lokal, yakni
stakeholder yang meliputi SKPD, LSM dan swasta, aspek bimbingan teknis yang kurang
merata, kendala pemasaran dan permodalan, kurang inovatifnya produk, serta peralatan yang
kurang memadai.

Apa yang dimaksud dengan koordinasi antar unit

Koordinasi antar unit sangat diperlukan untuk kemajuan pariwisata, namun sampai saat
penelitian koordinasi antar unit yang berkecimpung di pangan lokal dan pariwisata belum
terlihat. Belum ada program yang terintegrasi, misalnya antara Dinas Pertanian, Dinas
Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Kesehatan dan lembaga swadaya untuk mengemas
suatu pelatihan yang mengena bagi UMKM. Hasil wawancara dengan perwakilan dari Dinas
Koperasi, diketahui bahwa SKPD ini salah satu tugasnya adalah pembinaan UMKM. Dinas
Koperasi mengharapkan adanya sebuah tempat/showroom untuk menjual dan
mempromosikan produk UMKM.

Koordinasi yang dilaksanakan dengan penuh kebersamaan kekeluargaan mengingat bahwa


samsat adalah keluarga besar antara Polri, Bappenda serta Jasa Raharja, pada kesempatan
tersebut disampaikan oleh Kepala UPTB UPPD Samsat Gerung bahwa mendekatkan diri
kepada para wajib pajak serta memberikan apresiasi pada para wajib pajak diharapkan dapat
meningkatkan pembayaran PKB serta SWDKLLJ serta mendatangi Kecamatan dengan
tingkat TMDU(tidak melakukan daftar ulang) tertinggi sehingga dapat menurunkan tingkat
tunggakan yang ada dan memanfaatkan peran Kepala Desa juga membantu agen samsat
untuk mendapatkan data valid serta validasi yang kongkret sementara itu Kepala Cabang juga
menyampaikan bahwa era digitalisasi ini sudah tidak bisa dihindari namun pendekatan secara
kearifan local tetap bisa dijalankan sesuai dengan kebutuhan serta Jasa Raharja Cabang Nusa
Tenggara Barat akan tetap mendukung semua kegiatan yang dilaksanakan oleh UPTB UPPD
Samsat Gerung.

Kepala UPTB UPPD Samsat Gerung beserta Staf menyampaikan terima kasih atas dukungan
dan partisipasi Jasa Raharja Cabang Nusa Tenggara Barat dalam membantu semua kegiatan
Samsat Gerung untuk optimalisasi pendapatan khususnya PKB dan SWDKLLJ Samsat
Gerung semoga apa yang di cita-citakan bersama dapat tercapai di tahun 2023.

12
Mengapa dalam pengolahan pangan lokal harus ada bimbingan teknis.

Terkait hal ini pemerintah telah menyebarluaskan pelayanan PIRT dan sertifikasi halal.
Hanya saja memang jangkauannya belum meluas dikarenakan belum semua UMKM
terpetakan dalam database di Bappeda ataupun dinas terkait. Masalah kekurangan sumber
daya yang ada di jajaran SKPD dapat disiasati dengan menghadirkan LSM untuk
mempercepat program bimbingan teknis. Selain mewujudkan suatu bentuk sinergitas,
kerjasama ini juga menguntungkan untuk keberlangsungan jalannya program.

Dunia saat ini dihadapkan dengan krisis pangan, untuk itu masyarakat harus dipersipakan
sedini mungkin untuk menghadapi ancaman krisis pangan. Tujuan dari kegiatan ini yakni
mahasiswa mampu berinovasi dan mentransferkan inovasi tersebut kepada masyarakat atau
kelompok pengolahan pangan. Perguruan tinggi harus mampu memberikan solusi untuk
menjawab tantangan terkait ancaman krisis pangan dan mampu berinovasi berbasis kearifan
lokal yakni sagu dan umbi-umbian demi mewujudkan ketersediaan pangan dan
pengembangan cadangan pangan lokal.

BIMTEK ini mahasiswa diberikan pelatihan dari para peneliti dan pelatih mulai dari cara
pengolahan, sampai dengan pengemasan. Mahasiswa juga akan menjadi pendamping kepada
masyarakat atau kelompok-kelompok usaha yang ada di Kota Ambon, Maluku Tengah dan
Seram Bagian Timur untuk mentransferkan inovasi dari prodak sagu dan umbi-umbian,
yang akan di kelola menjadi tepung dan Mie ataupun dapat di kombinasikan dengan daun
kelor guna menambaha vitamin dan mineral.

Lanjut dikatakan, kegaitan yang diikuti oleh 30 mahasiswa ini merupakan ipmlentasi dari
MBKM dimana mahasiswa melaksanakan proyek pengabdian kepada masyarakat didesa.
BIMTEK ini diharapkan dapat menjadi solusi dan terobosan yang berkelanjutan untuk
ketahanan pangan lokal maupun nasional.

Terkait hal ini pemerintah telah menyebarluaskan pelayanan PIRT dan sertifikasi halal.
Hanya saja memang jangkauannya belum meluas dikarenakan belum semua UMKM
terpetakan dalam database di Bappeda ataupun dinas terkait. Masalah kekurangan sumber
daya yang ada di jajaran SKPD dapat disiasati dengan menghadirkan LSM untuk
mempercepat program bimbingan teknis. Selain mewujudkan suatu bentuk sinergitas,
kerjasama ini juga menguntungkan untuk keberlangsungan jalannya program.

Bagaimana cara memasarkan produk lokal di lombok barat.

13
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) saat ini gencar melaksanakan
program dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia, khususnya pemasaran
produk ekraf melalui digital marketing.

Pemanfaatan teknologi digital menjadi keharusan di era IT, tujuannya untuk


memperkenalkan dan menjual produk usaha UMKM agar mendongkrak ekonomi masyarakat
pengrajin,"kata Ketua Dekranasda saat mengunjungi dan silaturahmi dengan Pengrajin
Anyaman Lontar, Kamis (18/2/2021) di Desa Suradadi Kabupaten Lombok Timur.

Menurut Bunda Niken, sapaan akrab istri Gubernur NTB ini, salahsatu cara untuk
meningkatkan pemasarannya dengan menggunakan platform digital agar produktifitas dapat
dijangkau oleh berbagai konsumen baik didaerah maupun seluruh pasar Indonesia. Apalagi
NTB memiliki banyak sekali potensi yang terus dapat ditingkatkan. Baik dari sisi proses
produksi maupun sisi pemasarannya.

Sehingga penguatan kapasitas dan daya saing pengrajin perlu terus dibina dan ditingkatkan.
Termasuk mempersiapkan SDM yang memahami dan menguasai digital atau IT. Pengarajin-
pengrajin harus dilatih dan diberikan pelatihan agar memahami platform digital, mengetahui
market place, selain memasarkan produk melalui offline dapat mengusai pasar digital.

Dekranasda Provinsi NTB mendukung terbentuknya NTBMall yang sudah berjalan dengan
baik. Sehingga pengrajin maupun atau UMKM di Kabupaten/Kota dapat memanfaatkannya
sebagai media penjualan atau memasarkan produknya.

Tidak hanya itu lanjut Bunda Niken, Dekranasda NTB juga terus mendorong Dinas
Perdagangan mempromosikan keberadaan NTBMall sebagai wadah menampung dan menjual
produk lokal masyarakat. Dengan cara mendata produk hasil produksi dari UMKM untuk
dipasarkan baik melalui Online maupun Offline.

"Kami terus menghimbau pengelola NTBMall untuk turun kelapangan memperkenalkan dan
mempromosikan desa wisata dan potensi kerajinan yang dimiliki desa tersebut,"ujarnya.

Bukan hanya potensi kerajinan yang diangkat dan dipromosikan, namun potensi-potenai lain
yang menjadi usaha masyarakat lokal juga harus terus disyiarkan. Bahwa betapa kaya potensi
kekayaan alam yang dimiliki NTB.

Disamping eksistensi dan keberadaan pengrajin sangat didukung oleh Dekranasda. Oleh
sebab itu, upaya penguatan dan suport kepada pengrajin terus dibangun. Dekranasda NTB

14
terus menggali potensi dan menginvetarisir pengrajin diseluruh Kabupaten/Kota. Sehingga
daerah memiliki Database pengrajin atau UMKM se-NTB.

Upaya dan langkah yang sudah dilakukan oleh Dekranasda NTB bersama OPD pada leading
sektor ini terus dilakukan. Sehingga dapat diketahui kekurangan dan kelemahan pengrajin,
baik secara finansial, pemasaran dan bentuk penguatan lainnya.

"Ini salahsatu cara kami untuk memetakan potensi dan sisi mana pengrajin serta UMKM
perlu bantuan,"tegasnya.

Diakui Bunda Niken, NTB merupakan daerah yang dianugerahi potensi alam dan SDM yang
luar biasa. Termasuk kearifan lokal pada potensi masyarakatnya. Contoh potensi yang sudah
menasional bahkan mendunia adalah tenun, ketak, olahan mutiara, gerabah.

Namun disamping itu, masih banyak produk lain yang memiliki potensi untuk dikembangkan
dan dikemas agar memiliki pasar dan disukai konsumen. Tentunya harus dikembangkan dan
olah dengan baik untuk meningkatkan PAD dan ekonomi masyarakat.

"Beberapa desa yang kita kunjungi hari ini memiliki kerajinan yang kualitasnya baik, seperti
anyaman lontar, gerabah, anyaman bambu, herbal minyak kayu putih, dapat menjadi produk
penunjang,"kata ketua TP.PKK NTB.

Apalagi saat ini trend produk arahnya ekofrendly atau ramah lingkungan. Jadi anyaman
lontar ataupun bambu menjadi alternatif sebagai packaging atau pembukus dan soevenir yang
ramah lingkungan, bersahabat dengan alam dan tanpa menggunakan bahan dasar plastik.

Bunda Niken juga meminta kepala desa dibeberapa desa yang dikunjungi seperti desa
Penakak masbagik timur sebagai penghasil gerabah dan desa Montok Gading Teteh Batu
Selatan, mengaktifkan kembali BUMDes atau koperasi untuk menampung dan memasarkan
hasil produksi pengrajin didesa. Sekaligus wadah dan mitra pengrajin meningkatkan daya
saing dan kualitas produk.

Sedangkan melalui silaturahmi ini, dijelaskan Bunda Niken, beberapa mitra Dekranasda
seperti Bank NTB Syariah dan BI wilayah NTB, mengaku siap membantu termasuk untuk
permodalan.

15
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi NTB H. Lalu Moh. Faozal mengatakan kunjungan
Dekranasda NTB merupakan langkah dan upaya untuk mensuport pengrajin di era pandemic
Covid. Karena menurutnya, beberapa desa wisata di NTB harus terus produktif jelang
perhelatan MotoGP dan menggeliatkan ekonomi masyarakat.

UMKM dalam hal ini membutuhkan peningkatan ketrampilan pemasaran dan promosi
produk. Sebagai contoh, tim peneliti dalam kegiatan action research berinisiasi
mempertemukan stakeholder terkait pangan lokal meliputi pemerintah, LSM, swasta (hotel,
supplier, toko oleh-oleh) untuk mewujudkan kerjasama pemasaran produk UMKM. Hasilnya,
pada saat ini dua UMKM telah berhasil menyetorkan produknya ke toko oleh-oleh.
Sedangkan pihak hotel, menyatakan berminat dan menyarankan agar supplier dapat
membantu untuk proses penjualan produk UMKM hingga sampai ke hotel.

Bagaimana cara agar inovasi produk lokal dapat maksimal


1. Buat Sesuatu yang Unik
Suatu hal yang mainstream cenderung membuat orang cepat bosan. Jadi, mengapa tidak
melihat dari sudut pandang berbeda untuk membuat sesuatu yang lain daripada lainnya?

Cobalah untuk berpikir outside the box atau tidak seperti biasanya. Buatlah produk yang tidak
dibuat oleh pesaing Anda, sehingga kemungkinan Anda bersaing pun akan berkurang. Pada
awalnya mungkin konsumen belum bisa menerimanya, tapi dengan strategi marketing yang
tepat Anda pasti bisa meyakinkan konsumen untuk mau membelinya.
2. Manfaatkan teknologi Saat ini, teknologi sangat membantu hidup manusia hingga menjadi
lebih mudah. Termasuk dalam bisnis, teknologi dapat membantu dalam menciptakan produk,
pemasaran, keuangan, hingga pembukuan.

Dalam upaya inovasi produk, Anda dapat mengoptimalkan penggunaan teknologi untuk
mencari inspirasi, mendesain, mencetak, hingga membantu melakukan proses produksi.
Namun untuk bisa menggunakan teknologi, Anda perlu mempelajarinya atau jika memiliki
budget lebih, maka Anda dapat mempekerjakan pegawai yang ahli di bidang tersebut.
3. Tingkatkan Kualitas
Anda pasti setuju kalau bisnis yang sukses adalah yang mementingkan kualitas pada setiap
produknya. Jadi, pastikan Anda selalu berusaha memperbaiki kualitas produk Anda untuk
memberikan kepuasan pada pelanggan.

Lakukan pengecekan ulang pada produk Anda untuk mengetahui apakah terdapat cacat atau
kegagalan. Jika ada, maka Anda perlu memperbaikinya sebelum memasuki tahap pemasaran.
Untuk meningkatkan kualitas produk terkadang bisa datang dari masukan atau komplain dari

16
pelanggan. Mereka mungkin saja memiliki ide yang akan membantu tentang produk Anda.
Oleh karena itu, jangan abaikan ketika ada pelanggan yang memberikan feedback atau review
terkait bisnis Anda.

4. Mengikuti Tren
Anda mungkin sudah berbisnis dalam waktu lama dan masih bertahan hingga sekarang.
Namun, belum tentu bisnis Anda dapat bertahan selamanya jika tidak diimbangi dengan
inovasi. Janganlah bersikap kolot dan anti terhadap perkembangan zaman, karena sebenarnya
Anda perlu untuk mengikuti setiap tren yang sedang disukai oleh para pelanggan.

Sebagai contoh dalam bidang fashion. Tren fashion setiap tahunnya mengalami perubahan,
sehingga Anda sebagai pengusaha fashion harus tahu fashion apa yang sedang tren saat itu.
5. Mengedukasi Semua Karyawan
Strategi bisnis berupa inovasi produk akan berhasil jika semua pihak dalam bisnis Anda
saling bekerjasama dalam satu visi. Untuk itu, setiap karyawan harus mendapatkan pelatihan
dan edukasi secara terarah sejak mereka mulai bekerja. Langkah ini khususnya dibutuhkan
oleh karyawan yang bekerja di bagian produksi produk.

Berikan mereka pelatihan secara berkala terkait produk-produk dalam bisnis Anda. Ketika
ada pembaruan, ajak mereka turut serta untuk mengenal jenis pembaruan yang ingin Anda
terapkan. Dengan solidnya setiap karyawan, maka bisnis Anda pun dapat lebih kokoh dan
tidak mudah tersaingi oleh kompetitor.

Itulah beberapa tips yang bisa Anda lakukan dalam mempertahankan bisnis melalui inovasi
produk. Di samping strategi di atas, Anda juga harus mengimbanginya dengan meningkatkan
pelayanan terhadap konsumen.

Bagaimana cara mengembangkan pengolahan pangan lokal dapat memadai peralatan


produksi yang dimiliki.
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia.
Secara internasional, Ketahanan Pangan didefinisikan sebagai suatu keadaan yang memungkinkan tiap individu
memiliki akses yang cukup terhadap pangan yang bergizi, sehat dan aman sehingga dapat menjalankan aktiivitas
kehidupannya dengan optimal. Undang-undang RI No. 7 tahun 1996 tentang Pangan mendefinisikan Ketahanan
Pangan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang
cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman merata dan terjangkau. Meskipun memiliki perbedaan, terutama
pada subjeknya, kedua definisi di atas memperlihatkan betapa luasnya dimensi ketahanan pangan.

Ketahanan pangan merupakan suatu sistem yang terdiri atas subsistem ketersediaan dan distribusi pangan serta
subsistem konsumsi. Ketersediaan dan distribusi memfasilitasi pasokan pangan yang stabil dan merata ke
seluruh wilayah; sedangkan subsistem konsumsi memungkinkan setiap rumah tangga memperoleh pangan yang
cukup dan memanfaatkannya secara bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan gizi seluruh anggotanya.

17
Dengan demikian, ketahanan pangan adalah isu di tingkat wilayah-wilayah hingga tingkat keluarga, dengan dua
elemen penting yaitu ketersediaan pangan dan akses setiap individu terhadap pangan yang cukup.

Ketersediaan pangan terkait dengan usaha produksi pangan, distribusi dan perdagangan termasuk
penyelenggaraan cadangan, ekspor dan impor. Akses penduduk terhadap pangan terkait dengan kemampuan
produksi pangan di tingkat rumah tangga, kesempatan kerja dan pendapatan keluarga. Dalam kaitan ini, pangan
bukan hanya beras atau komoditas tanaman pangan (padi, jagung, kedele), tetapi mencakup makanan dan
minuman yang berasal dari tumbuhan dan hewan termasuk ikan, baik produk primer maupun turunannya.

Dengan demikian pangan tidak hanya dihasilkan oleh pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan dan
kehutanan, tetapi juga oleh industri pengolahan pangan. Selanjutnya, pangan yang cukup tidak hanya dalam
jumlah tetapi juga keragamannya, sebagai sumber asupan zat gizi makro (karbohidrat, protein, lemak) dan zat
gizi mikro (vitamin dan mineral); untuk pertumbuhan, kesehatan, daya tahan fisik, kecerdasan dan produktivitas
manusia.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Penelitian yang bertema Pemaknaan Pelaku Usaha dalam Pengembangan Pangan Lokal di
Lombok Barat. Pelaku usaha dalam mengungkapkan makna berdasarkan pengetahuan,
pengalaman dan realitas sosial yang mereka miliki dan mereka alami.

1.Berdasarkan data yang telah diperoleh peneliti, dapat disimpulkan bahwa:1. Berdasarkan
pengetahuan, pengalaman dan realitas sosial yang dialami dan dimiliki oleh pelaku usaha
dalam mengembangkan pangan lokal, ia memaknai secara positif karena dapat menjadi
tambahan sumber penghasilan untuk keluarga, membuka lapangan pekerjaan serta
memperluas jejaring sosialnya, akan tetapi kurang adanya kesamaan pandangan antara pelaku
usaha dengan pihak stakeholder sehingga pengembangan pangan lokal kurang maksimal
yaitu varian rasa olahan pangan lokal kurang beragam, inovasi kemasan kurang menarik dan
perluasan pemasaran pangan lokal belum bisa sampai ke hotel.
2. Stakeholder primer dan stakeholder sekunder terlibat dalam pengembangan pangan lokal
dengan banyak memberikan bantuan dan memotivasi untuk selalu memperbaiki kualitas
produk olahan pangan lokal (jenis olahan, variasi kemasan dan variasi rasa jenis olahan
pangan lokal), sampai pada akhirnya dapat masuk ke supermarket dan toko oleh-oleh. Oelh
karena itu, pelaku usaha memaknai positif keterlibatan satakeholder dalam pengembangan
pangan lokal. Akan tetapi, ada beberapa stakeholder yang belum optimal keterlibatannya
dalam memberikan dukungan untuk peningkatan kualitas dan kuantitas serta pemasaran
produk olahan pangan lokal, yaitu:

18
a. Dinas Koperasi dan UMKMDinas Koperasi dan UMKM belum memberikan bantuan
yang sesuai dengan kebutuhan pelaku usaha. Misalnya, pelaku usaha mengajukan proposal
untuk pengadaan alat produksi, akan tetapi bantuan yang datang tidak berupa alat produksi
melainkan pelatihan pembuatan dodol nangka.
b. Dinas KesehatanProses ijin PIRT tidak memiliki kejelasan terkait biaya sehingga biaya
yang dikeluarkan oleh tiap-tiap pelaku usaha tidak sama. Hal tersebut menunjukkan bahwa
kurang adanya kesamaan pandangan pihak Dinas Kesehatan dengan pelaku usaha dalam
pengembangan pangan lokal.
d. Dinas PariwisataDinas Pariwisata yang dianggap penting dalam membantu pengembangan
pangan lokal, ternyata belum pernah merangkul para pelaku usaha dalam menjalankan
program-programnya. Misalnya acara pameran objek wisata di Lombok Barat.
d. Kantor Ketahanan Pangan DaerahKantor Ketahanan Pangan Daerah belum pernah
memberikan sosialisasi terkait dengan informasi pangan ataupun merangkul pelaku usaha
dalam kegiatan yang bersangkutan dengan pangan lokal.
3. Produk pangan lokal belum mempunyai banyak keragaman dan kemasannya masih
sederhana (kurang menarik) sehingga belum mampu menembus hotel -hotel Lombok barat.

Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, peneliti memberikan beberapa masukan sebagai bahan


pertimbangan dalam keberlanjutan pengembangan pangan lokal di Lombok Barat, yaitu:
1. Agar produk olahan pangan lokal dapat masuk ke hotel-hotel di Lombok Barat, maka
pelaku usaha sebaiknya berusaha untuk menjalin hubungan/sering berkomunikasi dengan
pihak supplier hotel atau pihak pengurus koperasi hotel. Selain itu, pelaku usaha dapat
mendatangi hotel-hotel untuk mencari informasi terkait kedatangan rombongan wisatawan,
sehingga dapat secara langsung mempromosikan produk pangan lokal kepada para
wisatawan, sehingga dapat menambah penghasilan.
2. Dinas-dinas terkait sebaiknya lebih terlibat dalam pengembangan pangan lokal. Bentuk
peningkatan keterlibatannya antara lain:
a. Dinas Koperasi dan UMKM sebaiknya melakukan peninjaun lapangan dan pendataan
ulang pelaku usaha pangan lokal sebelum memberikan bantuan sehingga bantuan yang
diterima sesuai dengan kebutuhan pelaku usaha.
b. Pihak Dinas Kesehatan sebaiknya melakukan sosialisasi, menjelaskan mekanisme SOP
PIRT serta menyediakan wadah informasi, misalnya seperti web yang dapat diakses oleh
pelaku usaha sewaktu-waktu mereka membutuhkan informasi terkait ijin PIRT. Menyediakan
kontak aduan masyarakat terkait ijin PIRT serta melakukan monitoring dan evaluasi kepda
UMKM yang telah mendapatkan ijin PIRT.
c. Dinas Pariwisata disarankan untuk membuat acara pameran pangan lokal. Pameran
tersebut diadakan di tempat-tempat wisata yang ada di Lombok Barat sehingga para

19
wisatawan domestik maupun mancanegara mengetahui jenis-jenis olahan pangan local
Lombok Barat. Selain itu, dapat mendorong UMKM untuk mengembangkan pemasaran
pangan lokal ke hotel-hotel. Harapannya, dengan adanya bantuan dan dorongan dari Dinas
Pariwisata, produk pangan lokal lebih dikenal dan diminati oleh para wisatawan domestik
dan manca negara.
d. Kantor Ketahanan Pangan Daerah sebaiknya merangkul para pelaku usaha dalam
memberikan informasi maupun sosialisasi terkait pangan lokal.
e. Harus ada organisasi yang mengkoordinasi antara pihak pelaku usaha dengan pihak
stakeholder agar mereka memiliki kesamaan pangandangan tentang pengembangan pangan
lokal. Harapannya produk olahan pangan lokal variannya lebih beragam, kemasannya lebih
unik dan menarik sehingga pengembangan pangan lokal kedepannya lebih optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Bhattacherjee, Anol. 2012. Social Science Research: Principles, Methods, and


Practices. Textbooks Collection. Book 3. http://scholarcommons.usf.edu/ oa_textbooks/3.

Carr & Kemmis (1986) dalam Waters-Adams, Stephen. 2006. Action Research in
Education.http://www.edu.plymouth.ac.uk/resined/actionresearch/arhome.htm. diakses 23
Oktober 2014.

Dunning, R. 2013. Research-Based Support and Extension Outreach for Local Food Systems.
Center for Environmental Farming Systems. North Carolina.

Gorton, M. Dan Tregear, A., 2008. Government Support to Regional Food Producers: An
Assessment of England’s Regional Food Strategy. Environment Planning C Government and
Policy. Sage Journals. December 2008 vol. 26 no. 6 1047-1060. doi: 10.1068/c0724r.

Kilmer, C. 2012. Where’s The Justice? A Review of the Local Food Movement Through a
Reflexive Lens. Thesis-Utah State University. America.

Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 15/Permentan/ot.140/2/2013, Tentang Program


Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat Badan Ketahanan Pangan
Tahun Anggaran 2013.

Rachman, H. P. S. dan M. Ariani. 2008. Penganekaragaman Konsumsi Pangan di Indonesia:


Permasalahan dan Implikasi untuk Kebijakan dan Program. Jurnal Analisis Kebijakan
Pertanian Vol.06 No.02 2008.

20
Wastutiningsih, S. P dan D. W. Untari. 2011. Kebijakan Pengembangan Pangan Lokal di
Kabupaten Bantul. Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian Universitas Gadjah Mada ISBN 979-97149-3-0. Yogyakarta.

Wastutiningsih, S. P dan D. W. Untari. 2012. Kerjasama Pemangku Kepentingan Pertanian


dalam Kebijakan Pengembangan Pangan Lokal untuk Mewujudkan Kedaulatan Pangan di
Kabupaten Bantul. Prosiding Seminar Kedaulatan Pangan dan Energi Universitas Trunojoyo.
Madura.

DW.Sugiyono, 2014, Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Wastutiningsih, Sri Peni, Untari, Dyah Woro, Agus, S., R., Tri Dyah, 2012, Kebijakan
Pengembangan Pangan Lokal melalui Penyuluhan Pertanian Menuju Kedaulatan pangan di
Kabupaten Bantul. Jurnal Ilmu Pertanian 16.(2) : 69-75.

www.google.com. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 tentang


Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia.Diakses tanggal 10
Agustus 2015.

Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang


Nasional 2005-2025.Diakses tanggal 10 Agustus.

BPS NTB (2012). Nusa Tenggara Barat dalam Angka 2011 (West Nusa Tenggara in
Figures 2011). Badan Pusat Statistik Nusa Tenggara Barat (Central Body of Statistics of
West Nusa Tenggara), Mataram [13]

BPS NTB (2015). Statistik Hotel bintang dan non bintang di Nusa Tenggara Barat. Dalam:
Berita Resmi Statisitik Provinsi NTB 9: 1. [14]

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI (2012 ) [15] Badan Ketahanan


Pangan Kementerian Pertanian; Laporan Akhir Kawasan Mandiri Pangan Tahun 2015;

Kotler, P. dan Susanto, A.B. (2001). Manajemen Pemasaran di Indonesia: Analisis,


Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian. 1 ed. Trans. A. A. Hermawan. 2 Salemba
Empat, Jakarta.

21

Anda mungkin juga menyukai