Anda di halaman 1dari 20

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

IMPLEMENTASI KURIKULUM MANDIRI DALAM PEMBELAJARAN


PENDIDIKAN FISIK KESEHATAN DAN OLAHRAGA
DI SMP
1
Akhmad Sobarna, 1Rony Mohamad Rizal, 1Chairil Ichsan, 2Sumbara Hambali, 3Henry Asmara,
4Heris Hendriana, 5Idris Supriadi. 5Rusmiyadi
1,2.3
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Pasundan-Cimahi-Jawa Barat-Indonesia
4
IKIP Siliwangi-Cimahi-Bandung-Jawa Barat-Indonesia
5
STKIP Syekh Mansur-Banten-Indonesi
 akhmadsobarna9@gmail.com
denrony@gmail.com
sumbarahambali8@gmail.com
h.azmara@gmail.com
herishen@ikipsiliwangi.ac.id

ABSTRAK
Penelitian ini bermaksud untuk mengkaji implementasi Kurikulum Mandiri diSMA Kota
Cimahipada mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Sehingga
dapat dijadikan arahan bagi pihak-pihak terkait dalam perbaikan sistem penerapan
kurikulum. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis perencanaan program
pembelajaran, pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan penilaian pembelajaran pada
mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan berdasarkan Kurikulum
Mandiri. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan melibatkan kepala
sekolah, guru dan siswa pada saat kegiatan belajar mengajar yang dilengkapi dengan
dokumen Kurikulum Mandiri. Pendekatan naturalistik kualitatif digunakan dalam
penelitian ini, selama lebih dari tiga bulan melakukan catatan penelitian dan observasi,
transkrip wawancara, analisis dokumen digunakan sebagai data. Temuan penelitian studi
kasus ini menunjukkan bahwa 1) Perencanaan program pembelajaran baik berupa silabus
maupun RPP yang dibuat oleh guru masih sebatas tuntutan administratif dan langkah
pembelajaran belum menunjukkan gambaran PBM yang sistematis sesuai dengan tuntutan
Kurikulum Mandiri. 2) Pelaksanaan di lapangan meskipun sudah sesuai dengan tahapan
dan urutan pembelajaran, namun pengelolaan kegiatan pembelajaran belum maksimal
karena keterbatasan sarana dan prasarana. 3) Kegiatan evaluasi yang dilakukan hanya
berupa penilaian proses dan penilaian hasil. Namun dalam hal ini terkait penilaian belum
menggambarkan penilaian yang optimal. Persentase keterlaksanaan Kurikulum Mandiri
sebesar 75,2%. Disarankan agar guru lebih memahami penerapan Kurikulum Mandiri,
Kepala Sekolah dan Dinas Pendidikan menyediakan fasilitas pembelajaran untuk
meningkatkan kualitas hasil pembelajaran.
Kata Kunci : Implementasi, Kurikulum Mandiri, Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan

18
PERKENALAN
Krisis pendidikan yang melanda bangsa Indonesia saat ini menimbulkan kekhawatiran
bagi orang tua dan sekolah yang selama ini dipercaya sebagai lembaga pendidikan.
Lemahnya tingkat berpikir siswa merupakan tantangan besar bagi para pendidik. Oleh karena
itu, guru sebagai pendidik dituntut untuk mampu merancang dan melaksanakan program
pembelajaran dengan tepat, agar peserta didik memperoleh pengetahuan yang utuh sehingga
pembelajaran menjadi bermakna. Bermakna disini maksudnya siswa mampu memahami
konsep yang dipelajarinya melalui pengalaman langsung dan nyata. Salah satu sistem yang
dapat diterapkan adalah siswa belajar dan mengalami apa yang dipelajarinya. Hal ini
ditunjukkan dengan hasil penelitian yang menunjukkan adanya learning loss atau
berkurangnya kemajuan belajar yang dialami sekolah, apalagi ditambah dengan merebaknya
pandemi Corona virus Disease 2019 (Covid-19) yang melanda dunia khususnya Indonesia
menyebabkan semua aspek kehidupan menjadi sangat terganggu, termasuk di bidang
pendidikan (Adi, Martono, & Sudarno, 2021).
Sejumlah daerah di Indonesia yang berstatus PPKM level 1 hingga level 3 sudah mulai
menerapkan pembelajaran tatap muka atau PTM (Ardin, 2021). Namun pada kenyataannya
proses pembelajaran pada masa pandemi dihadapkan pada berbagai kendala, seperti
kurangnya ketersediaan sarana prasarana, metode pembelajaran yang tidak sesuai dengan
kebutuhan siswa, kurangnya dukungan dari keluarga dan menurunnya motivasi belajar siswa
(Agustin , Puspita, Nurinten, & Nafiqoh, 2020; Rahayu, Amalia, & Maulana, 2020;
Wahyuningsih, 2021; Yudhistira & Mardiani, 2020). Hal ini menunjukkan bahwa pada
dasarnya sebagian besar sekolah masih mengalami kesulitan dan dirasakan kurang efektif
dalam melaksanakan proses pembelajaran pada saat itu, dan apabila kondisi ini terus
berlanjut maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi loss learning yang dapat
mengakibatkan menurunnya motivasi belajar. di sekolah dan tentunya akan terjadi penurunan
akademik massal (Nurkholis & Muhdi, 2020; Pasani, Amelia, & Hassan, 2021).
Berdasarkan hal tersebut, sudah selayaknya pemerintah melalui Kementerian
Pendidikan menyiapkan kurikulum yang tepat dan efektif dalam mengatasi permasalahan
tersebut. Dari hal tersebut pemerintah membuat rancangan kurikulum yang dapat
dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan, yaitu Kurikulum 2013, Kurikulum Darurat, dan
Kurikulum Kemerdekaan. Dalam hal ini pemerintah memberikan instruksi kepada setiap
satuan pendidikan untuk memilih kurikulum yang sesuai dengan kemampuan sekolah dan
karakteristik peserta didiknya. Oleh karena itu, tantangan bagi sekolah saat ini adalah
menerapkan kurikulum yang dapat membuat siswa termotivasi untuk terus belajar dan juga
dirancang sesuai dengan perkembangan zaman.
Kurikulum mandiri merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan pada setiap
satuan pendidikan, hal ini dikarenakan terdapat beberapa keunggulan dalam kurikulum
mandiri, antara lain lebih sederhana dan mendalam, lebih mandiri, serta memberikan
pembekalan yang beragam. -tanggal bahan ajar. Pendidikan selalu berupaya untuk
menciptakan peserta didik yang selalu update setiap waktu. Perubahan dan inovasi yang
dihasilkan mampu memberikan kontribusi maksimal bagi kemajuan bangsa yang memiliki
sumber daya manusia berkualitas (Deni Sopiansyah, Siti Masruroh, Qiqi Yuliati Zaqiah, &
Erihadiana, 2022).
Pendidikan jasmani merupakan mata pelajaran dengan aktivitas jasmani sebagai alat
dalam mencapai tujuan pembelajarannya. Pendidikan jasmani merupakan salah satu kegiatan
untuk menciptakan lingkungan yang berpotensi mengembangkan siswa menuju perilaku
positif melalui aktivitas jasmani (Nurrohim, 2020). Hal ini kiranya menjadi salah satu
tantangan bagi guru pendidikan jasmani untuk dapat memberikan pengalaman belajar yang
sesuai dengan tujuan kurikulum mandiri, sehingga peserta didik mampu bekal yang lebih
kompleks dan sejalan dengan tantangan zaman. .

19
Kurikulum mandiri merupakan kebijakan yang dirancang pemerintah untuk melakukan
lompatan besar pada aspek mutu pendidikan guna menghasilkan peserta didik dan lulusan
yang unggul dalam menghadapi tantangan masa depan yang kompleks (Suyanto, 2022).
Hakikat belajar mandiri adalah kebebasan berpikir bagi siswa dan guru. Pembelajaran
mandiri mendorong terbentuknya karakter jiwa mandiri dimana guru dan siswa dapat dengan
bebas dan gembira menggali pengetahuan, sikap dan keterampilan dari lingkungan (Daga,
2021). Keberadaan kemandirian belajar sangat relevan dengan kebutuhan peserta didik dan
tuntutan pendidikan abad 21, hal ini dikarenakan dalam kurikulum kemandirian belajar
mempercepat pendidikan yang bersifat membebaskan dan otonom baik bagi guru maupun
sekolah dalam memaknai kompetensi dasar dalam kurikulum menjadi guru. penilaian
(Sherly, Dharma, & Sihombing, 2021)
Pembelajaran mata pelajaran pendidikan jasmani menekankan pada perkembangan
individu secara menyeluruh, dalam arti perkembangan yang mencakup perkembangan
jasmani, mental, intelektual, dan perkembangan sosial (Husdarta, 2013). Terlihat bahwa
tujuan mata pelajaran pendidikan jasmani itu sendiri adalah untuk menumbuhkan dan
mengembangkan berbagai potensi seluruh aspek yang ada pada diri siswa yaitu aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik. Oleh karena itu, sebenarnya tugas seorang guru
pendidikan jasmani tidaklah mudah, karena harus mampu menciptakan proses pembelajaran
yang dapat mengarahkan siswanya untuk mampu mengembangkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan jasmaninya.
Sehingga dalam hal ini semakin tinggi tuntutan peningkatan mutu, oleh karena itu
kurikulum menjadikan masalah penelitian yang akan diteliti terfokus pada penerapan
kurikulum mandiri dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di
SMP Kota Cimahi. Yang meliputi perencanaan program pembelajaran berupa hasil
pembelajaran dan rencana pelaksanaan pembelajaran, serta kegiatan evaluasi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi kurikulum mandiri dalam
pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan di SMP Kota Cimahi, sehingga
uraian tersebut selanjutnya dapat dijadikan arahan bagi pihak-pihak terkait dalam
memperbaiki sistem pelaksanaannya. kurikulum mandiri. Sedangkan maksud dan tujuan
khusus untuk menganalisis: 1) Perencanaan program pembelajaran berupa hasil belajar dan
rencana pelaksanaan pembelajaran pada mata pelajaran Kelas VII dan VIII Pendidikan
Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di SMP Kota Cimahi. Sekolah. 2) Pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar kelas VII dan VIII mata pelajaran pendidikan jasmani, olah raga dan
kesehatan di SMP Kota Cimahi berdasarkan Kurikulum Mandiri. Dan 3) Penilaian
pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan kelas VII dan
VIII di SMP Negeri 2 Cianjur didasarkan pada kurikulum tingkat satuan pendidikan.

METODE
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif karena permasalahan yang ingin diteliti memerlukan
observasi yang mendalam. Menurut Sugiyono, (2017:83) penelitian kualitatif (Qualitative
Research) adalah penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis
fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, keyakinan, persepsi, pemikiran orang secara
individu maupun kelompok. Menurut Bogdan dan Guba dalam T Kasim, (2014-181) juga
mendefinisikan “penelitian kualitatif atau penyelidikan naturalistik adalah prosedur penelitian

20
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati”.
Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan metode penelitian lapangan, yaitu
data yang diambil dari lapangan dengan menggunakan metode sebagai berikut:
1. Metode Observasi
2. Metode Wawancara
3. Metode Dokumentasi
Subyek dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru
Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan kelas VII dan VIII.
Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah pengolahan data. Data yang telah
terkumpul diolah secara kualitatif dengan melakukan analisis data. Bogdan & Biklen
mengatakan teknik analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan cara mengolah data,
mengorganisasikan data, memilahnya menjadi satuan-satuan yang dapat dikelola,
mensintesisnya, mencari dan menemukan pola, memutuskan apa yang ingin diceritakan
kepada orang lain (Moleong, 2013: 248).
Proses analisis data dalam penelitian ini mengandung tiga komponen utama, yaitu:
1. Pengurangan Data
Reduksi data merupakan proses penyempurnaan data, baik pengurangan data yang
dianggap tidak perlu dan tidak relevan, maupun penambahan data yang masih kurang.
Data yang diperoleh di lapangan mungkin jumlahnya sangat besar.
Reduksi data artinya merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memusatkan perhatian
pada hal-hal yang penting, mencari tema dan pola. Dengan demikian data yang akan
direduksi memberikan gambaran yang lebih jelas, dan memudahkan peneliti dalam
melakukan pengumpulan data lebih lanjut, dan mencarinya bila diperlukan.
2. Penyajian Data/Tampilan
Dengan menampilkan atau menyajikan data akan memudahkan untuk memahami apa
yang terjadi selama penelitian. Setelah itu perlu adanya rencana kerja berdasarkan apa
yang telah dipahami. Dalam penyajian data selain menggunakan teks naratif dapat pula
dalam bentuk bahasa nonverbal seperti bagan, grafik, denah, matriks, dan tabel.
Penyajian data merupakan proses pengumpulan informasi yang disusun berdasarkan
kategori atau pengelompokan yang diperlukan.
Miles dan Huberman dalam penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.
Beliau mengatakan “yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam
penelitian kualitatif adalah dengan teks naratif”.
3. Verifikasi Data (Kesimpulan tenggelam/verifikasi)
Langkah terakhir dalam teknik analisis data adalah verifikasi data. Verifikasi data
dilakukan apabila kesimpulan awal yang ditemukan masih bersifat sementara, dan akan
terjadi perubahan apabila tidak disertai bukti-bukti pendukung yang kuat untuk
mendukung tahap pengumpulan data selanjutnya. Apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten pada
saat penelitian kembali ke lapangan untuk mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel atau dapat dipercaya.

TEMUAN DAN PEMBAHASAN


TEMUAN
1. Deskripsi Wawancara
A. Pendapat Kepala Sekolah Terhadap Penerapan Kurikulum Mandiri Dalam
Pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga Dan Kesehatan Di SMP Kota Cimahi

21
Bahwa penerapan Kurikulum Mandiri di SMP Kota Cimahi didahului dengan kegiatan
sosialisasi kepada seluruh guru, tenaga administrasi, anggota komite sekolah dan perwakilan
siswa melalui Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). Langkah selanjutnya pihak sekolah
membentuk tim yang terdiri dari kepala sekolah sebagai ketua, dan anggota yang terdiri dari
wakil kepala, tenaga administrasi, guru, komite sekolah, dan ahli kurikulum.
Guru diberi tugas oleh kepala sekolah untuk membuat dokumen Kurikulum Mandiri
dan merancang rancangan silabus serta membuat Modul Pengajaran (MA) yang dibuat oleh
masing-masing guru mata pelajaran. Silabus dan Modul Pengajaran (MA) dibuat melalui
Konsultasi Guru Mata Pelajaran dan workshop yang diadakan di sekolah. Selain itu, guru
ditugaskan untuk menerapkan Kurikulum Mandiri dalam proses belajar mengajar yang
dimulai pada kelas VII dan berlanjut pada tahun berikutnya di kelas VIII dan IX.
Selanjutnya kepala sekolah menugaskan guru untuk siap menerapkan Kurikulum
Mandiri di SMP Kota Cimahi. Guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran berpedoman
pada silabus dan Modul Pengajaran (MA) yang diterjemahkan dari Capaian Pembelajaran
(CP) lulusan yang telah ditentukan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan. Modul
Pengajaran (MA) yang dibuat merupakan suatu rencana pembelajaran yang dibuat oleh guru
untuk dijadikan pedoman dalam melaksanakan proses belajar mengajar di kelas maupun di
lapangan.
Berkenaan dengan prasarana dan sarana, kepala sekolah menyampaikan bahwa
ketersediaan sarana dan prasarana olahraga terus ditingkatkan baik dari segi pemeliharaan
fasilitas yang ada maupun peningkatan jumlah peralatan olahraga yang digunakan untuk
kepentingan proses belajar mengajar, ketersediaan sarana dan prasarana. anggaran sekolah,
karena kita menyadari bahwa peralatan olah raga yang lebih lengkap tentunya akan
memudahkan guru dalam melakukan proses pembelajaran begitu pula bagi siswa tentu akan
mempercepat penguasaan gerak-gerik yang diajarkan oleh guru.
Sedangkan kepala sekolah memberikan pendapat kepada guru dalam menyampaikan
suatu materi, selalu menggunakan metode dan pendekatan yang bervariasi agar siswa tidak
merasa bosan dalam menerima pelajaran, dan juga guru dalam memberikan materi pelajaran
sangat sistematis dan mudah dicerna siswa.
Berdasarkan hasil supervisi yang dilakukan kepala sekolah terhadap penerapan
Kurikulum Mandiri pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan,
diperoleh informasi bahwa dalam proses pembelajaran guru telah berusaha memberikan
motivasi kepada siswa agar mau mengikuti proses pembelajaran di lapangan dan terlihat
siswa begitu bersemangat dan antusias dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di
lapangan.
Menurut kepala sekolah, guru pada akhir pembelajaran sebagai penutup pembelajaran
guru selalu memberikan koreksi dan arahan umum serta pesan moral kepada seluruh siswa.
Selain itu guru juga melakukan kegiatan evaluasi untuk mengukur sejauh mana anak
menguasai teknik gerak yang telah diajarkan dengan cara tes observasi.
Berdasarkan keberhasilan kepala sekolah dalam menerapkan Kurikulum Mandiri, mata
pelajaran Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan berdampak pada keberhasilan
prestasi olahraga pada bola basket, mampu menjadi juara II tingkat nasional, juara renang
tingkat SMP. tingkat SMA di Kabupaten Cianjur. Menurut kepala sekolah, hal ini juga
menjadi bukti peran guru dan siswa dalam bekerja sama khususnya terkait prestasi olahraga.
B. Pendapat Guru Terhadap Penerapan Kurikulum Mandiri Mata Pelajaran
Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan
Menurut guru olahraga, penerapan Kurikulum Mandiri pada mata pelajaran Pendidikan
Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di SMP Negeri 2 Cianjur diawali dengan Sosialisasi
Kurikulum Mandiri yang diselenggarakan oleh pihak sekolah, kemudian guru diinstruksikan

22
untuk mempelajari dan memahami Capaian Pembelajaran (CP) dan standar kompetensi
lulusan.
Pengembangan silabus Kurikulum Merdeka Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan
Kesehatan yang dibuat oleh guru menggunakan format yang disediakan Kementerian
Pendidikan Nasional dan menguraikan langkah-langkah sebagai berikut: 1) menilai Hasil
Belajar (CP), 2) mengidentifikasi materi pembelajaran, 3) mengembangkan kegiatan
pembelajaran, 4) merumuskan indikator pencapaian kompetensi, 5) menentukan jenis
penilaian, 6) menentukan alokasi waktu, dan 7) menentukan sumber belajar. dan memahami
Capaian Pembelajaran (CP) dan standar kompetensi lulusan.
Guru menyusun Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) dan berdasarkan Alur Tujuan
Pembelajaran (ATP) dilanjutkan dengan membuat Modul Pengajaran (MA). Dalam
pembuatan Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) guru juga berpedoman pada Alur Tujuan
Pembelajaran (ATP) KBK yang sudah ada yaitu Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) Kurikulum
Mandiri sehingga guru hanya menyesuaikannya dengan ketentuan pengembangan.
Kurikulum Mandiri. Bahwa dalam menentukan materi pembelajaran yang menunjang
pencapaian kompetensi dasar dengan mempertimbangkan potensi peserta didik, relevansi
dengan karakteristik daerah; tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial dan
spiritual siswa, manfaat bagi siswa, struktur keilmuan, aktualitas, kedalaman dan keluasan
materi pembelajaran, relevansi dengan kebutuhan siswa dan tuntutan lingkungan serta alokasi
waktu.
Dalam menyusun Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) termasuk tata cara pemilihan dan
penentuan materi pembelajaran, indikator, langkah pembelajaran serta penentuan komponen
lainnya selalu berpedoman pada standar isi dan standar kompetensi lulusan yang ditetapkan
oleh Badan Standar Nasional Pendidikan.
Penyajian materi pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan
Kesehatan yang dilakukan oleh guru di lapangan diawali dengan kegiatan pendahuluan yaitu
memberikan arahan umum tentang materi yang telah dipelajari dan materi yang akan
dipelajari, kemudian melaksanakan kegiatan pemanasan yang diisi dengan kegiatan
permainan kecil-kecilan, peregangan (latihan peregangan otot), latihan formasi atau kegiatan
lari atau jogging keliling lapangan. Kegiatan pemanasan ini dilakukan selama 10-15 menit.
Selanjutnya kegiatan inti yang dilakukan dengan memberikan materi pembelajaran yang
diawali dengan mendemonstrasikan teknik gerak yang akan dipelajari termasuk bagian-
bagian teknik geraknya. Metode yang digunakan antara lain metode ceramah, demonstrasi,
penugasan, diskusi.
Sedangkan penggunaan media dan alat pembelajaran sangatlah penting dalam proses
pembelajaran latihan permainan olahraga, oleh karena itu guru selalu menggunakan peralatan
olahraga atletik, senam, permainan, olahraga air yang diperlukan sesuai dengan olahraga
yang dipelajari. Karena jumlah alat olah raga yang sangat terbatas, tentunya siswa secara
bergiliran melaksanakan kegiatan pembelajaran dalam kelompoknya.
Selain itu dalam proses pembelajaran guru juga memberikan motivasi dan dorongan
kepada siswa agar mau melakukan kegiatan dengan formasi gerak yang bervariasi dengan
memberikan pujian kepada siswa atau kelompok yang pandai melakukan teknik gerak, juga
guru dapat mengoreksi siswa secara langsung untuk memperbaiki gerakan yang salah. .
Selanjutnya guru mengumpulkan siswa untuk memberikan arahan umum dan koreksi
kemudian menugaskan siswa untuk kembali melakukan gerakan di lapangan. Kelompok kecil
memperbaiki gerakan kemudian memperbaiki kesalahan teknik gerakan yang dilakukan
siswa.
Guru dalam menilai siswa dilakukan dengan dua cara. Yang pertama adalah evaluasi
proses, melalui tes observasi dimana guru memperhatikan siswa dalam melakukan gerak baik
secara individu maupun kelompok. Kedua, penilaian tes tindakan, dimana guru menilai siswa

23
dengan melakukan teknik gerak yang dipelajari dan guru akan memberikan nilai kepada
setiap siswa. Nilai tersebut merupakan nilai latihan olah raga yang menjadi nilai keseharian
siswa. Dan nilai praktek ini akan digabungkan dengan nilai ujian teori dan ujian semester.
Kegiatan penutup, yaitu guru memberikan petunjuk akhir kepada siswa sambil mendinginkan
suhu tubuh, dilakukan kegiatan diskusi atau menjawab pertanyaan dari siswa. Selanjutnya
lima menit sebelum pergantian jam pelajaran, siswa disuruh berganti pakaian olah raga
dengan seragam sekolah dan mengumpulkan peralatan olah raga yang digunakan untuk
disimpan.
C. Pendapat Siswa Tentang Penerapan Kurikulum Mandiri Mata Pelajaran
Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan
Menurut siswa, penerapan Kurikulum Mandiri Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan
Kesehatan disambut dengan berbagai tanggapan. Ada siswa yang mengatakan bahwa
Kurikulum Mandiri pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan tidak
jauh berbeda dengan Kurikulum sebelumnya, Kapitasi Berbasis Kinerja (KBK) karena masih
menggunakan Hasil Belajar (CP) yang harus dicapai siswa. Dan dalam pelaksanaannya pada
mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan tidak terjadi perubahan baik
metode maupun urutan kegiatannya, termasuk materi atau kegiatan evaluasi yang dilakukan
oleh guru. Namun keterbatasan media atau peralatan olah raga seperti terbatasnya jumlah
bola untuk teknik pembelajaran menjadi kendala karena siswa harus bergiliran melakukan
kegiatan dalam kelompoknya.
Sedangkan menurut siswa lainnya, penerapan Kurikulum Mandiri lebih menekankan
pada proses dan pencapaian hasil, karena siswa dituntut untuk menguasai standar minimal
yaitu melalui Hasil Belajar (CP) yang telah ditentukan. Dalam praktiknya, guru mengajarkan
metode yang lebih variatif dan tidak terlalu kaku dalam mengajar. Selain itu dalam proses
pelaksanaan pembelajaran, siswa lebih berperan aktif sedangkan guru hanya berperan sebagai
pembimbing dan supervisi siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Lebih lanjut,
kegiatan evaluasi yang dilakukan guru tidak jauh berbeda dengan kurikulum sebelumnya.
Siswa lain juga berpendapat bahwa Kurikulum Merdeka lebih menantang bagi siswa
karena materi pembelajaran yang ditentukan dalam kurikulum benar-benar dikuasai dan
dipilih oleh guru berdasarkan Hasil Belajar (CP). Selain itu siswa termotivasi untuk lebih
menguasai materi pelajaran karena yang ditetapkan pemerintah hanyalah standar kemampuan
minimal dan siswa boleh mengupayakan dan menguasai materi pelajaran secara maksimal.
Berkenaan dengan pelaksanaan mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan,
guru dalam mengajarkan latihan olahraga sangat sistematis dengan urutan gerakan dari yang
mudah sampai yang sulit. Metode dan strategi pembelajaran yang digunakan guru cukup
banyak dan bervariasi serta guru memberikan lebih banyak kesempatan kepada siswa untuk
lebih aktif dalam memberikan materi olahraga atletik, senam, permainan, olahraga air/pilihan.
Guru juga memberikan tugas kepada setiap kelompok untuk melakukan teknik gerak yang
telah diajarkan dan dicontohkan kepada siswa, kemudian dibahas dan dikoreksi bersama
sehingga siswa dapat membedakan teknik gerak yang benar dan salah. Namun terkadang
guru mengajarkan teknik gerak dari yang umum terlebih dahulu ke gerak khusus atau bagian-
bagian teknik geraknya, dan ada juga guru yang memulai dengan mengajarkan bagian-bagian
teknik gerak kemudian terakhir melakukan teknik gerak secara keseluruhan dan menyeluruh.
Mengenai kegiatan evaluasi yang dilakukan guru adalah tes observasi, dimana guru
akan menilai benar atau salahnya kita dalam melakukan teknik gerak yang telah diajarkan,
selain itu kerjasama kelompok juga dinilai oleh guru termasuk keterampilannya. untuk
bertanya dan menjawab atau menanggapi pertanyaan dari guru atau siswa lainnya. Penilaian
juga dilakukan oleh guru ketika dalam proses pembelajaran mulai dari olahraga atletik,
permainan, senam dan olahraga air dimana penilaiannya adalah bagaimana siswa mampu
menguasai teknik dasar olahraga atletik, senam, permainan dan olahraga air, semua kegiatan

24
yang diberikan disesuaikan dengan standar kompetensi dimana atletik diberikan nomor tolak
peluru sedangkan pada senam di SMPN 2 Cianjur diberikan senam aerobik persi gending,
permainan bola basket, dan renang gaya bebas. Penilaian dapat dilakukan oleh guru dalam
proses pembelajaran dan dapat pula dilakukan pada akhir materi pembelajaran yang
diajarkan.
2. Uraian Hasil Nyata/Nyata di Lapangan Mengenai Penerapan Kurikulum Mandiri
Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
Berdasarkan hasil observasi/pengamatan di lapangan peneliti dalam menyimak
langkah-langkah proses belajar mengajar sebagai berikut:
A. Kegiatan pendahuluan
Untuk kegiatan awal guru sudah mampu membawa siswa ke lapangan dengan tertib
yang diawali dengan kegiatan yang diisi dengan pembukaan pertemuan dengan cara berbaris,
berdoa, kehadiran, apersepsi, motivasi dan penjelasan tujuan pembelajaran. Selanjutnya
pemanasan umum diberikan dengan gerakan statis. Setelah gerakan statis selesai, siswa
diminta berlari keliling lapangan sesuai kebutuhan dan perhitungan waktu sesuai alokasi
waktu. Setelah melakukan gerakan lari, siswa melanjutkan ke tahap pemanasan ketiga dengan
melakukan gerakan-gerakan dinamis, pada tahap selanjutnya gerakan pemanasan khusus
disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan, siswa dipancing untuk diarahkan pada materi
utama hingga diajarkan. Hal ini cukup baik agar sebelum memasuki kegiatan inti, guru dan
siswa melakukan pemanasan agar dapat memasuki kegiatan inti dengan persiapan yang lebih
matang. Khusus pada kegiatan ini siswa dibawa pada pemahaman konkrit atau gerakan-
gerakan yang disesuaikan dengan tema yang akan dipraktikkan seperti pada tema-tema
seperti siswa dalam proses PBM Atletik olahraga tolak peluru angka dimana siswa
mempunyai gerakan melempar yang sederhana, begitu pula dalam olahraga permainan
bagaimana siswa melakukan gerakan berlari dari kiri ke kanan atau ke belakang seperti
gerakan menggiring bola pada permainan bola basket, begitu pula dengan latihan aerobik
siswa memulai dari pemanasan yang diarahkan pada gerakan inti secara konkrit, sedangkan
pada pemanasan olahraga air yaitu berenang pada saat itu peneliti kebetulan melihat langsung
bagaimana proses pemanasan diawali dengan gerakan-gerakan yang akan dilakukan di dalam
air, namun selama pengamatan saya semua gerakan pemanasan tersebut disesuaikan dengan
karakter anak yang lebih mudahnya melakukan gerakan melalui hal konkrit selain
pemanasan, kegiatan awal pada beberapa Modul Pengajaran (MA) diisi dengan pemberian
penjelasan kepada siswa terhadap materi yang akan diajarkan pada kegiatan ini. Beberapa
juga dilengkapi dengan petunjuk yang harus dipahami siswa untuk masuk ke dalam kegiatan
inti. Dari analisis data di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi dan manfaat kegiatan awal
adalah:
1) Lebih erat hubungan antara siswa dan guru
2) Mempersiapkan siswa untuk memasuki materi
3) Memberikan kejelasan tentang bahan ajar
4) Hal ini dapat digunakan untuk memeriksa kesiapan siswa dalam melakukan aktivitas
terutama suhu tubuhnya agar siap melakukan gerakan-gerakan yang disesuaikan dengan
materi yang diajarkan.
B. Kegiatan inti
Kegiatan ini terbagi menjadi dua kegiatan dalam setiap pertemuan yang mengarah pada
keterampilan gerak dasar dan koordinasi gerak yang terarah sesuai dengan ciri-ciri olahraga
atletik, permainan, senam dan akuatik atau renang yang semuanya disesuaikan dengan
indikator pada setiap cabang olahraga yang diberikan. . Sedangkan pada kegiatan selanjutnya
bagaimana siswa melakukan kegiatan koordinasi gerak dengan cara bagaimana gerak dasar
diterapkan pada pemahaman teknis olahraga yang bersangkutan?

25
Selain itu pada setiap proses PBM, pada materi inti peneliti mendengarkan guru antar
siswa, dimana guru tetap berperan sebagai pembicara model dalam gerakan-gerakan sesuai
karakter olahraga yang akan digunakan siswa sebagai model dalam membuat gerakan.
gerakan yang benar dalam kegiatan olahraganya. Kegiatan ini digunakan guru untuk
merangsang siswa mempelajari gerak-gerak tertentu dan menggunakannya dalam atletik,
senam, permainan, dan berenang.
Dalam hal ini yang peneliti amati di lapangan diawali dengan materi olahraga atletik
tolak peluru angka dimana pada kegiatan inti siswa dalam mendeskripsikan indikator-
indikator yang tertulis pada Modul Pengajaran (MA), siswa diajarkan mulai dari teknik dasar
tolak peluru. dimulai dari cara memegang peluru, kegiatan awal, menolak peluru, melepaskan
peluru dan menjaga keseimbangan dengan koordinasi sebaik-baiknya, sedangkan pada tahap
selanjutnya guru menjelaskan bagaimana melakukan variasi dan kombinasi teknik dasar tolak
peluru dengan koordinasi yang baik kemudian guru melaksanakan tahapan kompetisi dengan
menggunakan aturan yang dimodifikasi.
Pada materi inti permainan peneliti mengamati tahapan-tahapan seperti melakukan
variasi dan kombinasi teknik dasar melempar dan menangkap bola hingga menggiring bola
dan menembak keranjang kering yang pada akhirnya kurang lebih 20 menit setelah materi
inti dimana permainan dilakukan. Peneliti mengamati pada kegiatan tahap inti terakhir
melakukan kegiatan permainan bola basket dengan menggunakan aturan yang dimodifikasi
dengan satu luas lapangan di sebelah kanan lapangan digunakan oleh empat tim yang masing-
masing tim berjumlah 5 orang siswa, baik putra maupun putri, serta di sebelah kiri sama
masing-masing permainan diberi kesempatan bermain 5 menit.

Dalam PBM aerobik ada yang unik karena gerakan yang diberikan merupakan gerakan
yang menjiwai salah satu seni budaya sunda bahkan musiknya adalah musik gending sunda
melalui kaset, mulai dari gerakan luwes hingga gerakan yang tingkat kesulitannya tinggi. Hal
ini sejalan dengan salah satu kendala dalam memahami gerakan aerobik gending sunda Persi,
apalagi saat mengeluarkan gerakan dengan gending sunda, namun guru disini tidak bosan.
Mereka selalu memberikan semangat sesuai waktu yang tersedia.
C. Kegiatan Penutupan
Pada kegiatan penutup, guru mengarahkan siswa untuk melakukan colling down
dengan mengawali gerakan yang dianggap berat dan diakhiri dengan gerakan ringan
disesuaikan dengan karakter olahraga yang dijadikan materi. Selanjutnya guru pada kegiatan
selanjutnya membuat rangkuman materi dengan mengulangi materi inti yang telah diajarkan.
Kegiatan yang peneliti lihat ini tidak hanya diisi dengan penjelasan guru saja, namun juga
memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat memaparkan pemahamannya. Pada
beberapa Modul Pengajaran (MA) guru juga dapat menerapkan pengisian pada kegiatan akhir
dengan melakukan evaluasi, misalnya dengan mengerjakan soal dan tugas untuk
melaksanakan penilaian. Hal ini sebenarnya dapat memberikan informasi kepada guru yang
mungkin masih kesulitan memahami materi, namun ternyata guru kurang memperhatikan
siswa yang tidak terlibat dalam kegiatan tersebut. Penerimaan siswa terhadap materi yang
disampaikan cukup baik, terlihat dari respon siswa terhadap pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan guru pada saat proses penyampaian materi. Terlihat bahwa guru dan sebagian besar
siswa dapat melakukan orientasi dengan baik.
Dari hasil wawancara juga diungkapkan oleh guru bahwa sejauh ini skenario
pembelajaran yang disusun guru dapat terlaksana sebagaimana mestinya. Diakui hampir
dalam setiap pembelajaran terdapat siswa yang kurang aktif, untuk itu guru akan lebih
memperhatikan rangsangan siswa untuk berinteraksi dalam melakukan gerakan-gerakan
olahraga yang diberikan. Peneliti menganalisis secara umum, apa yang dirancang guru dalam
Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) dan Modul Pengajaran (MA) dapat terlaksana dengan baik.

26
Kompetensi yang harus dikuasai siswa dapat tersampaikan dengan baik dan siswa dapat
menyikapi dengan baik apa yang disampaikan guru.
Berdasarkan observasi di atas, pimpinan sekolah, guru dan siswa dilihat dari hasil
wawancara memang sedikit melenceng terutama mengenai pemahaman Pendidikan Jasmani,
Olah Raga dan Kesehatan, dimana masih ada pimpinan sekolah yang mengutamakan prestasi.
di cabangnya, bukan menuju tujuan pendidikan jasmani. Begitu pula dengan siswa yang
menyatakan bahwa aktivitas fisik ini mereka rasakan sama dengan kurikulum KBK, dimana
menurut siswa aktivitasnya sama, yang membedakan adalah guru memberikan sedikit
kebebasan kepada siswa dalam hal memahami gerak. Sedangkan dalam perubahan waktu
kegiatan atau dari segi alokasi waktu, guru dapat menyesuaikannya. Guru hanya perlu
mengatur waktu dengan mencari aspek waktu mengajar lain yang dianggap lebih mudah
dikuasai. Kemudian dalam melakukan penilaian guru kurang memperhatikan setiap siswa
yang ikut berinteraksi di lapangan, hal ini disebabkan karena jumlah siswa yang banyak yaitu
rata-rata 40 orang per kelas. Sehingga guru sering melakukan penilaian melalui hasil tugas
yang dikerjakan secara tertulis. Hal ini tentu saja berbeda dengan prinsip kegiatan yang
dilakukan khususnya pada materi pendidikan jasmani yang aspek kognitif, afektif dan
psikomotoriknya harus dalam penilaian ini ada kegiatan yang sesuai untuk mengukur
kemampuan siswa dalam Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan.

C.Analisis Data
1. Perencanaan Program Pembelajaran
Berdasarkan pandangan guru tentang perencanaan pembelajaran bahwa fungsi
perencanaan pembelajaran adalah untuk memperlancar proses pengajaran di kelas maupun di
lapangan dan juga merupakan tuntutan tanggung jawab profesi guru untuk meningkatkan
mutu proses pembelajaran dan sebagai merupakan persyaratan administratif bagi guru yang
mengajar di sekolah. Faktor yang mendorong guru membuat Alur Tujuan Pembelajaran
(ATP) dan Modul Pengajaran (MA) adalah mengarahkan pembelajaran agar lebih terfokus
untuk mencapai Hasil Belajar (CP) yang ditentukan dan meningkatkan kualitas proses belajar
mengajar. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat rencana pembelajaran antara
lain adalah Hasil Pembelajaran (CP), standar kompetensi lulusan, karakteristik mahasiswa,
ruang lingkup materi pembelajaran, metode, media pembelajaran, ketersediaan sarana dan
prasarana, alokasi waktu dan sistem evaluasi.
Kemampuan guru dalam membuat program perencanaan pembelajaran merupakan
bagian dari keterampilan profesional guru olahraga yang dituntut untuk lebih mampu
menerjemahkan Hasil Pembelajaran (CP) menjadi Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) dan
kemudian membuat Modul Pengajaran (MA). Kemampuan merencanakan, mengembangkan
tujuan, materi, menggunakan metode, alat dan penilaian serta mengalokasikan waktu yang
diperlukan untuk proses pembelajaran merupakan salah satu kemampuan profesional yang
harus dimiliki seorang guru. Dengan kemampuan profesionalnya, guru mempunyai
kesempatan untuk mengembangkan, memilih, menentukan dan menyusun urutan bahan
pembelajaran yang paling memungkinkan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Melalui keterampilan profesional, guru juga dapat memprediksi rangkaian kegiatan
pembelajaran untuk menguasai suatu keterampilan.
a. Alur Tujuan Pembelajaran (ATP)
Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) merupakan suatu desain pembelajaran yang masih
bersifat umum atau bentuk mikro dari desain kurikulum suatu mata pelajaran. Alur
Tujuan Pembelajaran (ATP) merupakan kerangka inti Kurikulum Mandiri dan
merupakan penjabaran lebih rinci mengenai Hasil Belajar (CP) dan hasil belajar yang
harus dimiliki peserta didik pada setiap mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran.
Penjabaran Hasil Belajar (CP) menjadi Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) yang

27
dikembangkan dalam bentuk indikator pembelajaran, materi, kegiatan pembelajaran,
penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
b. Modul Pengajaran (MA)
Modul Pengajaran (MA) merupakan desain pembelajaran yang lebih operasional dan
model desain dasar dari seluruh model pembelajaran dalam sistem pembelajaran.
Modul Pengajaran (MA) sebagai bahan ajar yang membantu proses belajar mengajar
yang membantu siswa belajar dengan bantuan guru dan siswa dapat belajar secara
mandiri dengan menggunakan modul. Modul Pengajaran (MA) merupakan rancangan
untuk satu kompetensi dan disampaikan dalam beberapa pertemuan dan merupakan
penjabaran lebih lanjut dari Alur Tujuan Pembelajaran (ATP). Desain pembelajaran ini
relatif mudah disusun, isi dan proses pembelajaran dapat disesuaikan dengan kondisi
satuan pendidikan, lingkungan dan kebutuhan peserta didik.
2. Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar
Interaksi kegiatan kurikuler yang dilakukan guru merupakan kegiatan utama dalam
implementasi kurikulum. Kegiatan ini dilaksanakan dalam tiga komponen sistematika
pembelajaran, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Keberhasilan
kegiatan pembelajaran ini terlihat dari prosedur pembelajaran yang mencerminkan langkah-
langkah kegiatan yang dilakukan guru dan siswa selama proses pembelajaran.
Dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan langkah-langkah
pembelajaran dilakukan secara sistematis sebagai berikut:
a. Kegiatan pendahuluan
Kegiatan pendahuluan yang dilakukan guru olahraga dalam latihan olahraga adalah
kegiatan pemanasan. Pemanasan dilaksanakan dengan tujuan utama untuk
mempersiapkan siswa secara jasmani dan rohani untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran inti. Bentuk gerakannya harus melibatkan sebagian besar otot tubuh.
Karena keterbatasan waktu, perkiraan alokasi waktu adalah 10% dari total waktu
pertemuan belajar. Perlu mendapat perhatian dari guru olahraga bahwa pemanasan
tidak sekedar melakukan bentuk-bentuk gerakan saja, namun gerakan-gerakan tersebut
harus dilakukan dengan benar dan sungguh-sungguh. Kesiapan fisik juga mengandung
makna bahwa siswa dapat terhindar dari kemungkinan terjadinya cedera akibat
ketidaksiapan siswa akibat kurangnya pemanasan. Suhu tubuh yang cukup karena telah
terjadi metabolisme pada organ tubuh berhubungan langsung dengan munculnya
semangat dan kesiapan untuk melakukan aktivitas fisik yang lebih berat. Selain itu guru
pada kegiatan pendahuluan melakukan apersepsi dan menyampaikan materi umum
yang akan dipelajari, dan pemanasan ini diisi dengan lari pagi keliling lapangan dan
dilanjutkan dengan latihan formasi, latihan peregangan, dan kegiatan permainan kecil.
b. Kegiatan inti
Dalam proses pembelajaran teknik gerak pada olahraga atletik, senam, permainan,
olahraga air pada prinsipnya dimulai dari gerak mudah, sedang dan sulit. Artinya guru
olahraga harus memahami konsep gerak yang didasarkan pada kemampuan
menganalisis keterampilan gerak. Apabila pembelajaran berlangsung untuk
mempelajari bentuk-bentuk gerak yang baru, maka perhatian guru terhadap tahapan-
tahapan pembelajaran gerak hendaknya diberikan secara proporsional. Apabila
pembelajaran dilaksanakan dengan mengulang-ulang bentuk-bentuk gerak yang
dikuasai, maka perhatian guru terhadap teknik gerak tersebut lebih terfokus pada
frekuensi pengulangan dan umpan balik yang bermakna. Semakin banyak kesempatan
siswa melakukan pengulangan yang disertai umpan balik, maka akan semakin cepat
pula proses penguasaan keterampilan geraknya. Oleh karena itu olah raga teknik gerak
yang merupakan suatu aktivitas fisik dengan memperhatikan:

28
1) Meningkatkan intensitas kerja fisik sesuai kemampuan siswa dan dilaksanakan
dalam waktu yang dianjurkan.
2) Umpan balik untuk meningkatkan kinerja keterampilan gerak.
3) Mengintegrasikan berbagai komponen yang dipelajari secara terpisah sehingga
terbentuk menjadi satu kesatuan keterampilan gerak yang utuh.

1) Tahap Penyajian Informasi


Tahap ini merupakan tahap dimana siswa sedang menerima informasi pembelajaran
berupa keterampilan gerak yang harus dilakukan. Fokus perhatian siswa terhadap
materi pelajaran harus diarahkan segera sebelum informasi diberikan. Guru dapat
memusatkan perhatian dengan beberapa cara, misalnya dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan menjawab pertanyaan tentang materi
yang akan disampaikan. Tahap ini merupakan tahap kritis terbentuknya pola gerak
dalam ingatan anak.
2) Tahap Fiksasi
Tahap ini dapat dikatakan sebagai tahap dimana siswa mewujudkan pola gerak
menjadi tindakan gerak. Dengan demikian, tahap ini ditandai dengan perlakuan
gerak terhadap siswa. Frekuensi jumlah pengulangan dan kebermaknaan umpan
balik akan membantu mempercepat proses penguasaan keterampilan motorik.
Pengulangan yang dilakukan tanpa adanya umpan balik menyebabkan pembelajaran
berada pada jalur “trial and error” yang panjang. Padahal kondisi tersebut bukanlah
suatu kesalahan, hanya saja pembelajaran akan berlangsung secara efisien dan
efektif. Umpan balik yang bermakna akan memperpendek jalur “trial and error” dan
menjadikan proses pembelajaran lebih efisien dan efektif.
3) Tahap Otomatisasi
Tahap otomasi, merupakan tahap dimana keterampilan gerak yang telah dipelajari
sebelumnya diulangi secara terus menerus, sehingga respon menjadi lebih cepat,
tepat dan akurat serta gerakan tidak terganggu oleh keadaan lingkungan. Tahap ini
ditandai dengan semakin efisiennya pelaksanaan tugas gerak. Gerakan siswa telah
terkoordinasi, kemudian lambat laun pola gerakannya menjadi lebih konsisten. Ciri-
ciri bentuk latihan ini adalah, kuantitas latihan bertambah, demikian pula
kualitasnya, sedikit koreksi, intensitas latihan tinggi disertai sedikit peningkatan
tingkat kesulitan. Seringkali guru atau pelatih terburu-buru memasuki tahap otomasi
padahal konsep gerak belum dikuasai dengan baik. Apabila bentuk gerakan tersebut
masih salah dan telah dipelajari secara berulang-ulang, maka bentuk gerakan
tersebut akan menjadi otomatis (kebiasaan buruk), sehingga perbaikannya
memerlukan waktu yang lama (sulit).
c. Kegiatan Penutupan
Kegiatan penutup yang biasa disebut pendinginan ini bertujuan untuk mengembalikan
fisik dan mental siswa ke keadaan semula, sehingga siswa siap menerima pelajaran
lainnya. Latihan penutup biasanya dilakukan dengan melakukan bentuk-bentuk gerakan
ringan yang kemudian dilanjutkan dengan penarikan kesimpulan tentang apa dan
bagaimana pembelajaran berlangsung.

DISKUSI
1. Perencanaan Program
Penerapan Kurikulum Merdeka di SMP Kota Cimahi tidak terlepas dari kegiatan
sosialisasi yang dilakukan kepada seluruh guru mata pelajaran, tenaga administrasi, komite
sekolah dan perwakilan siswa, sehingga semua pihak dapat turut serta dan memahami serta
memahami penerapan Kurikulum Merdeka. . Selain itu, beberapa guru juga telah

29
mendapatkan sosialisasi Kurikulum Mandiri baik di tingkat provinsi maupun kota yang
dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi dan Kota, serta sosialisasi
Kurikulum Mandiri yang bersifat dilakukan. Selanjutnya kepala sekolah menugaskan guru
mata pelajaran, komite sekolah untuk menyusun dokumen Kurikulum Mandiri SMP Kota
Cimahi yang didasarkan pada standar isi berupa Hasil Belajar (CP) dan standar kompetensi
lulusan. Guru mata pelajaran bertugas merencanakan program pembelajaran berupa kalender
pendidikan, program semester, Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) dan Modul Pengajaran
(MA) yang menjadi pedoman bagi guru mata pelajaran dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar di kelas. Implementasi Kurikulum Mandiri diawali dengan merancang program
perencanaan pembelajaran berupa Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) dan Modul Pengajaran
(MA) yang merupakan penjabaran dari Hasil Pembelajaran (CP) yang telah ditetapkan oleh
Badan Standar Nasional Pendidikan. Peran dan tanggung jawab guru dalam mengembangkan
Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) adalah menganalisis desain kompetensi dan indikator
kompetensi serta materi standar, mengembangkan Modul Pengajaran (MA), mengembangkan
strategi pembelajaran dan mengembangkan media dan metode pembelajaran. Sebelum
melaksanakan kegiatan pembelajaran, guru wajib mengembangkan Alur Tujuan
Pembelajaran (ATP) sesuai dengan kondisi dan kebutuhan sekolah dengan memperhatikan
prinsip pengembangan Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) yaitu ilmiah, relevan, fleksibel,
kontinuitas, konsisten, memadai, aktual, dan kontekstual serta efektif dan efisien (Nawawi,
2015: 280
Rencana pembelajaran pendidikan jasmani berbasis Kurikulum Mandiri ini didasarkan
pada hasil wawancara dan studi dokumen, bahwa dokumen kurikulum tersebut berupa Alur
Tujuan Pembelajaran (ATP) yang dibuat oleh guru sesuai dengan format dan prosedur dalam
mengembangkan kurikulum. Alur Tujuan Pembelajaran (ATP). Format Alur Tujuan
Pembelajaran (ATP) berbasis Kurikulum Mandiri paling sedikit memuat standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator, standar materi, standar proses belajar mengajar, dan standar
penilaian. Tata cara pengembangan Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) secara garis besar
meliputi pengisian kolom identitas, mengkaji dan menganalisis Hasil Belajar (CP),
mengidentifikasi standar materi, mengembangkan pengalaman belajar, merumuskan
indikator, menentukan jenis penilaian, mengalokasikan waktu dan pembelajaran sumber
daya. Sedangkan model Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) yang dikembangkan guru di
sekolah dapat dimodifikasi, disesuaikan dengan karakteristik siswa, situasi dan kondisi
sekolah dan daerah dengan tetap berpedoman pada Hasil Belajar (CP).
Modul Pengajaran (MA) yang dibuat oleh guru merupakan pedoman pelaksanaan
pembelajaran yang diterjemahkan dari Alur Tujuan Pembelajaran (ATP). Tugas utama guru
dalam membuat program pembelajaran adalah menguraikan Alur Tujuan Pembelajaran
(ATP) menjadi Modul Pengajaran (MA) yang lebih operasional dan rinci serta siap dijadikan
pedoman atau skenario dalam pembelajaran. dalam mengembangkan Modul Pengajaran
(MA), guru diberikan kebebasan untuk mengubah, memodifikasi dan menyesuaikan Alur
Tujuan Pembelajaran (ATP) dengan kondisi sekolah dan kemampuan guru sendiri untuk
menerjemahkannya ke dalam rencana pembelajaran.
Berkenaan dengan hal tersebut di atas, Kemdikburistek (2021) menjelaskan bahwa
format Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) harus mempunyai kriteria sebagai berikut:
a. Keterkaitan antar komponen
Artinya, sebagai suatu sistem, komponen-komponennya harus saling berhubungan.
Komponen langkah pembelajaran misalnya harus berkaitan dengan kompetensi yang
ingin dicapai, begitu pula komponen media dan sumber belajar harus relevan dengan
langkah pembelajaran.
b. Keterbacaan

30
Artinya sebagai suatu program pembelajaran, Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) harus
mudah dicerna dan dipahami. Oleh karena itu Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) harus
dibuat sederhana dan ringkas, tanpa mengurangi bobot dan nilai Alur Tujuan
Pembelajaran (ATP) itu sendiri.
c. Kepraktisan
Artinya Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) harus dapat digunakan oleh semua pihak,
baik guru itu sendiri maupun guru lain yang akan menggunakannya.
Fungsi program pembelajaran bagi guru adalah untuk memperlancar proses
pembelajaran di kelas dan sebagai bentuk tanggung jawab profesi guru untuk meningkatkan
mutu proses pembelajaran serta sebagai syarat administratif bagi guru sebagai pengajar pada
lembaga pendidikan di sekolah. Pemikiran dan pandangan guru dalam memfungsikan
program pembelajaran telah membawa pada peningkatan mutu pembelajaran yang menjadi
dasar pengembangan sumber daya guru dan peningkatan mutu profesi guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani. , Olahraga dan
Kesehatan.
Secara umum proses penyusunan program pembelajaran bagi guru mengacu pada
Capaian Pembelajaran (CP) lulusan dan tujuan pembuatan Modul Pengajaran (MA) program
pembelajaran adalah agar proses pembelajaran berjalan lebih efektif dan efisien, serta agar
proses pembelajaran dilaksanakan secara sistematis dan berurutan, meskipun langkah-
langkah pembelajaran dan evaluasi yang dilakukan guru masih perlu diperjelas dan dibuat
lebih rinci. Upaya guru dalam menyusun Modul Pengajaran (MA) pada mata pelajaran
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan dilakukan dengan mempelajari dan
menganalisis Hasil Belajar (CP) dan standar kompetensi lulusan yang kemudian
diterjemahkan dan dikembangkan dalam bentuk Alur Tujuan Pembelajaran (ATP ) dan
Modul Pengajaran (MA). selain itu guru juga dalam menyusun dan mengembangkan program
perencanaan pembelajaran dengan mempelajari program pembelajaran yang ada kemudian
memperbaiki dan menyesuaikannya dengan kebutuhan sekolah dan siswa.
Modul Pengajaran (MA) yang dibuat oleh guru akan mengarah pada pelaksanaan
pembelajaran, setidaknya mencakup tiga kegiatan, yaitu: mengidentifikasi kebutuhan,
mengidentifikasi kompetensi, dan menyusun program pembelajaran. Identifikasi kebutuhan
bertujuan untuk melibatkan dan memotivasi siswa agar kegiatan belajar dirasakan siswa
sebagai bagian dari kehidupannya baik secara individu maupun kelompok. Identifikasi
kompetensi merupakan sesuatu yang ingin dimiliki atau dikuasai siswa dan merupakan
komponen utama yang harus dirumuskan karena kompetensi menentukan arah dan tujuan
pembelajaran. kompetensi yang jelas juga akan memberikan petunjuk yang jelas dalam
menentukan materi yang akan dipelajari, menentukan metode dan media pembelajaran serta
memberikan pedoman penilaian. Oleh karena itu setiap kompetensi merupakan gabungan dari
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang tercermin dalam aktivitas berpikir dan
bertindak.
Penyusunan Modul Pengajaran (MA) didasarkan pada Alur Tujuan Pembelajaran
(ATP) yang telah dibuat, kemudian dikembangkan melalui komponen program yang meliputi
Hasil Belajar (CP), materi, metode, media, sumber belajar dan alokasi waktu. Langkah-
langkah dalam mengembangkan Modul Pengajaran (MA) adalah sebagai berikut: 1) mengisi
kolom identitas, 2) menentukan alokasi waktu yang diperlukan untuk pertemuan, 3)
menentukan Hasil Pembelajaran (CP) dan indikator yang akan digunakan yang terdapat pada
Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) yang telah disusun, 4) merumuskan tujuan pembelajaran
berdasarkan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator, 5) mengidentifikasi standar
materi berdasarkan materi pembelajaran yang terdapat dalam Alur Tujuan Pembelajaran
(ATP), 6) menentukan pembelajaran metode, 7) merumuskan langkah-langkah pembelajaran

31
yang akan digunakan berupa kegiatan awal, inti dan akhir, 8) menentukan sumber belajar,
dan 9) menentukan kegiatan penilaian.
Berdasarkan data lapangan terungkap bahwa, dalam membuat program perencanaan
pembelajaran ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru yaitu tujuan pembelajaran
Hasil Belajar (CP), materi pembelajaran, media dan metode pembelajaran, pengalaman
belajar siswa. dan merumuskan indikator.
A. Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran sangat banyak dan beragam. Tujuan pembelajaran ada yang
bersifat eksplisit dan ada pula yang bersifat instruksional. Tujuan ini merupakan konsekuensi
logis siswa “menghidupi” sistem lingkungan belajar tertentu. Tujuan pembelajaran terjadi,
karena ada tujuan yang ingin dicapai oleh individu. Tujuan tersebut mendorong individu
untuk melakukan kegiatan belajar (Sardiman, 2016: 26-28).
Dasar perumusan tujuan pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olah
Raga dan Kesehatan di SMP Negeri 2 Cianjur adalah dengan mempertimbangkan beberapa
aspek antara lain Hasil Belajar (CP) yang ditetapkan, kemampuan siswa, alokasi waktu
pembelajaran. Tujuan pembelajaran praktik Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
diarahkan pada penguasaan keterampilan teknik gerak olahraga yang merupakan tercapainya
tujuan pembelajaran pada aspek psikomotorik, sedangkan pencapaian aspek kognitif dan
afektif diarahkan pada pencapaian tingkat pemahaman, pengetahuan. , perubahan sikap dan
perilaku.
Tujuan pembelajaran disampaikan guru pada awal pembelajaran yaitu dalam upaya
mencapai penguasaan standar, kompetensi dan standar kompetensi dasar yang menjadi arah
dan landasan pengembangan materi pelajaran, kegiatan pembelajaran dan indikator
pencapaian kompetensi penilaian.
B. Metode pembelajaran
Metode pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani
Olahraga dan Kesehatan adalah metode ceramah, demonstrasi, penugasan, diskusi dan tanya
jawab. Penggunaan metode pembelajaran tersebut digunakan sebagai upaya guru untuk
mencapai tujuan pembelajaran, sedangkan variasi metode yang digunakan bertujuan untuk
memudahkan siswa dalam menguasai teknik gerak tertentu. Keberagaman metode
pembelajaran ini juga berimplikasi pada semangat dan motivasi belajar siswa sesuai
kebutuhan belajar. pemilihan dan penerapan metode pembelajaran juga mengacu pada
kebiasaan guru dalam mengajarkan materi pembelajaran latihan olahraga. Muhammad Afandi
(2020) mengemukakan bahwa metode adalah cara melaksanakan rencana yang telah disusun
dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode
pembelajaran tidak hanya berfungsi sebagai sarana penyampaian materi saja, namun
mempunyai tugas mengelola kegiatan pembelajaran agar dapat mencapai tujuan
pembelajaran dengan tepat. Keberhasilan penerapan strategi pembelajaran sangat bergantung
pada bagaimana guru menggunakan metode pembelajaran, karena strategi pembelajaran
hanya dapat dilaksanakan melalui penggunaan metode pembelajaran.

C. Media pembelajaran
Pemilihan dan penggunaan media pembelajaran dimaksudkan untuk membantu
kelancaran pelaksanaan pembelajaran latihan olahraga. Media pembelajaran dalam
pembelajaran latihan olahraga seperti balok start, matras, lapangan, bola, jaring, tiang, peluit
dan perlengkapan lainnya yang diperlukan. Penggunaan media pembelajaran di sekolah
merupakan suatu kebutuhan untuk membantu kelancaran pembelajaran Pendidikan Jasmani,
Olahraga dan Kesehatan. Data di lapangan menunjukkan bahwa ketersediaan media
pembelajaran di sekolah baik berupa buku teks, koran, gambar masih mencukupi, namun

32
pembelajaran belum menggunakan media elektronik atau media internet sehingga siswa
belum dapat mengakses informasi dan pengetahuan tentang berbagai olahraga dan kesehatan.
Agar media pembelajaran benar-benar digunakan untuk mengajar siswa, Sanjaya
(2020:75) mengemukakan beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penggunaan
media, yaitu: 1) Media digunakan dan diarahkan untuk memudahkan siswa dalam belajar
dalam upaya untuk mengajar siswa. memahami materi pelajaran. Dengan demikian,
penggunaan media harus dilihat dari sudut kebutuhan siswa, bukan dari sudut kepentingan
guru. 2) Media yang akan digunakan guru harus tepat dan terarah untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Media tidak dijadikan sebagai alat hiburan, atau tidak semata-mata digunakan
untuk memudahkan guru dalam menyampaikan materi, namun benar-benar membantu siswa
belajar sesuai tujuan yang ingin dicapai. 3) Media yang digunakan harus sesuai dengan materi
pembelajaran. Setiap materi pelajaran mempunyai keunikan dan kompleksitas. Media yang
digunakan harus sesuai dengan kompleksitas materi pelajaran. 4) Media pembelajaran harus
sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kondisi siswa. 5) Media yang digunakan harus
memperhatikan efektivitas dan efisiensi. Media yang memerlukan peralatan mahal belum
tentu efektif dalam mencapai tujuan tertentu. Demikian pula media yang murah belum tentu
tidak ada nilainya. Setiap media yang dirancang oleh guru perlu memperhatikan efektivitas
penggunaannya. 6) Media yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan guru dalam
mengoperasikannya. Seringkali media yang kompleks, terutama media mutakhir seperti
media komputer, LCD, dan media elektronik lainnya, memerlukan keahlian khusus dalam
pengoperasiannya.
D. Materi pembelajaran
Materi pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan didasarkan pada
Hasil Belajar (CP) dan standar kompetensi kelulusan. Menilai Hasil Belajar (CP) mata
pelajaran sebagaimana tercantum dalam Standar Isi, dengan memperhatikan 1) urutan
berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu atau tingkat kesukaran materi tidak selalu sesuai
dengan urutan Isi Standar, 2) hubungan Hasil Belajar (CP) pada mata pelajaran, 3) hubungan
Hasil Belajar (CP) antar mata pelajaran.
Dalam mengidentifikasi materi pelajaran yang menunjang pencapaian kompetensi dasar
dengan mempertimbangkan 1) potensi peserta didik, 2) relevansinya dengan karakteristik
daerah, 3) tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual peserta
didik, 4) manfaat bagi peserta didik, 5) struktur keilmuan, 6) aktualitas, kedalaman, dan
keluasan materi pembelajaran, 7) relevansinya dengan kebutuhan siswa dan tuntutan
lingkungan; dan 8) alokasi waktu. Pemilihan isi dan materi pembelajaran juga didasarkan
pada kriteria tertentu sebagaimana dikemukakan oleh Sanjaya (2020:118), yaitu: 1)
keabsahan dan kebermaknaan materi dalam kaitannya dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, 2) kesesuaian dengan kenyataan. yang ada dan hidup dalam
masyarakat, 3) keseimbangan antara keluasan dan kedalaman materi, 4) kemungkinan
digunakan untuk mencapai berbagai tujuan pembelajaran, 5) apakah dapat dipelajari
(kemampuan belajar) dan kesesuaiannya (adaptabilitas) dengan pengalaman siswa, dan 6)
kesesuaian dengan kebutuhan dan minat siswa.
e. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai dengan
perubahan perilaku yang dapat diukur yang meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan
pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan
dapat diamati. Indikator digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan alat penilaian.
F. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang
melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antara siswa, siswa dengan guru,

33
lingkungan, dan sumber belajar lainnya guna mencapai kompetensi dasar. Pengalaman
belajar yang dimaksudkan dapat diwujudkan melalui penggunaan pendekatan pembelajaran
yang bervariasi dan berpusat pada siswa (child-centered). Sejalan dengan itu, Hasbullah,
(2013:6) berpendapat bahwa pendekatan dapat dipahami sebagai suatu cara, metode atau
kebijakan yang diambil oleh guru atau siswa dalam mencapai tujuan pengajaran dilihat dari
sudut pandang bagaimana proses pengajaran atau bahan ajar tersebut. dikelola secara umum
atau khusus. Pendekatan pembelajaran dapat dipahami sebagai cara-cara yang dilakukan
seorang pembelajar untuk belajar secara efektif. Dalam hal ini guru juga berperan penting
dalam menyediakan perangkat metodologis yang memungkinkan siswa mencapai kebutuhan
tersebut.
Pengalaman belajar mengandung kecakapan hidup yang perlu dikuasai siswa. Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah: 1) kegiatan
pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada pendidik khususnya guru agar
dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional, 2) kegiatan pembelajaran
memuat serangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan. yang dilakukan siswa secara
berurutan untuk mencapai kompetensi dasar, 3) penentuan urutan kegiatan pembelajaran
harus sesuai dengan hierarki konsep materi pembelajaran, 4) rumusan pernyataan dalam
kegiatan pembelajaran paling sedikit memuat dua unsur yang mencerminkan pengelolaan
belajar siswa. pengalaman, yaitu kegiatan dan materi siswa.
2. Pelaksanaan Pembelajaran
Secara umum pelaksanaan pembelajaran praktik Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan
Kesehatan dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan
kegiatan penutup. Data penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan program pembelajaran
tidak terlalu jauh berbeda dengan pelaksanaan kurikulum sebelumnya termasuk langkah-
langkah pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Pembelajaran latihan olahraga merupakan pembelajaran yang menarik dan
menyenangkan, mudah dipahami karena dilakukan di lapangan. Ada beberapa aspek yang
mendorong siswa agar tertarik dan tidak bosan dalam mempelajari latihan olahraga, antara
lain materi pembelajaran, cara guru mengajar, keinginan siswa mempelajari materi,
kepribadian guru serta metode dan strategi mengajar yang digunakan guru. .
Dalam proses pembelajaran gerak, materi pembelajarannya berupa berbagai bentuk
keterampilan gerak baik yang berupa permainan maupun latihan ketangkasan serta gerak
sederhana. Tahapan dalam pembelajaran gerak dapat dilakukan melalui tahap kondisi, tahap
fiksasi, dan tahap otomasi. Lebih lanjut Syaifuddin (2011:4) mengemukakan bahwa dalam
proses keterampilan gerak dikategorikan menjadi: 1) keterampilan gerak simpleks, 2)
keterampilan gerak kompleks, dan 3) keterampilan gerak multipleks. Keterampilan gerak
simpleks merupakan keterampilan gerak yang mempunyai komponen gerak sederhana,
biasanya hanya terdiri atas satu atau dua komponen gerak saja. Keterampilan gerak kompleks
merupakan keterampilan gerak yang terdiri atas beberapa komponen gerak. Sedangkan
keterampilan gerak multipleks merupakan keterampilan gerak yang mempunyai komponen-
komponen yang lebih rumit dibandingkan keterampilan gerak kompleks.
Kemampuan guru dalam mengelola kelas merupakan indikator keberhasilan
pembelajaran menguasai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Hal ini sejalan dengan
Lavay, French dan Henderson (1997:4) yang mengemukakan tiga kompetensi yang harus
dimiliki oleh guru pendidikan jasmani, yaitu: 1) memiliki pengetahuan tentang pendidikan
jasmani, 2) memiliki keterampilan dalam berbagai cabang olahraga, dan 3) memiliki
kemampuan mengelola dan mengevaluasi perilaku siswa ke arah positif.

34
Guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran selalu melaksanakan tahapan
pelaksanaan mulai dari yang mudah sampai yang sulit, dari yang sederhana sampai yang
rumit, dari yang dekat sampai yang jauh, dan dari tingkat kesulitan yang rendah sampai yang
tinggi. Kegiatan pengorganisasian dilakukan secara perseorangan, berpasangan, kelompok
kecil dan besar. Cara pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan cara berlatih, meniru,
kompetisi, dan pertandingan. Guru juga dapat memanfaatkan sarana dan prasarana yang
tersedia untuk pelaksanaan pembelajaran. Selama proses pembelajaran semua siswa terlibat
langsung dalam praktik, dan menghindari waktu tunggu yang lama.
Penggunaan metode pengajaran yang bervariasi oleh guru dalam pembelajaran praktik
olahraga dapat memudahkan siswa dalam memahami materi pembelajaran, sehingga
memudahkan mencapai tingkat penguasaan kompetensi dasar yang ditetapkan.
3. Kegiatan Penilaian
Penilaian Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan lebih ditekankan pada penilaian
proses, namun penilaian hasil juga perlu mendapat perhatian. Aspek yang dinilai dalam
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan meliputi aspek kognitif, psikomotorik, dan
afektif. Teknik penilaian dilakukan dengan cara tes (melalui pengukuran), non tes (melalui
observasi). Evaluasi bertujuan untuk: 1) mengetahui tingkat pencapaian kompetensi siswa, 2)
mengukur pertumbuhan dan perkembangan siswa, 3) mendiagnosis kesulitan belajar siswa, 4)
mengetahui hasil belajar, 5) menentukan capaian kurikulum, 6) mendorong siswa untuk
belajar, dan 7) mendorong guru untuk mengajar lebih baik. Dengan demikian, penilaian
memberikan manfaat bagi siswa, guru, dan kurikulum. Sejalan dengan hal tersebut, Mulyasa
(2017:61) berpendapat bahwa:
Sebagai suatu proses penilaian dilakukan dengan prinsip dan teknik yang sesuai, baik
tes maupun non tes. Apapun teknik yang dipilih penilaian harus dilakukan dengan prosedur
yang jelas yang meliputi tiga tahap yaitu persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut. Mengingat
rumitnya proses penilaian, guru perlu memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
memadai. Pada tahap persiapan terdapat beberapa kegiatan antara lain penyusunan tabel
spesifikasi yang didalamnya terdapat tujuan penilaian, teknik penilaian dan jumlah instrumen
yang dibutuhkan.
Berdasarkan pendapat di atas maka penilaian dilakukan terhadap seluruh aspek proses
pembelajaran yang tertuang dalam format penilaian yang dibuat oleh guru, sehingga dalam
mengevaluasi hasil yang dicapai dalam proses pembelajaran dapat dengan mudah
memberikan informasi hasil yang dicapai. oleh siswa.
Penilaian terhadap pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan
indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes baik tertulis maupun
lisan, observasi kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil kerja berupa tugas, proyek dan
produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Penilaian adalah serangkaian kegiatan
untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa
yang dilakukan secara sistematis dan terus menerus, sehingga menjadi informasi yang
bermakna dalam pengambilan keputusan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian
adalah:
1) Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi.
2) Penilaian menggunakan kriteria acuan; yaitu didasarkan pada apa yang dapat dilakukan
siswa setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi
seseorang dalam kelompok.
3) Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkesinambungan.
Berkelanjutan dalam arti seluruh indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk
mengetahui kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk
mengetahui kesulitan siswa.

35
4) Hasil asesmen dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjutnya berupa
perbaikan proses pembelajaran selanjutnya, program remedial bagi siswa yang
pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan, dan program pengayaan bagi
siswa yang telah memenuhi kriteria ketuntasan.
5) Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang diambil dalam
proses pembelajaran.
Berkaitan dengan evaluasi pembelajaran, Wina Sanjaya (2021:35-36) menjelaskan
bahwa kriteria keberhasilan pembelajaran harus dilihat dari perkembangan aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik. Sesuai dengan materi yang dipelajari, maka untuk mengukur
penguasaan materi teknik dasar permainan olahraga melalui aspek psikomotorik, maka
kompetensi yang harus dicapai antara lain: 1) tingkat penguasaan gerak awal memuat
kemampuan siswa dalam menggerakkan sebagian geraknya. tubuh, 2) tingkat gerak rutin
meliputi kemampuan melakukan atau meniru gerakan-gerakan yang melibatkan seluruh
tubuh, 3) tingkat gerak rutin memuat kemampuan melakukan gerakan-gerakan secara
keseluruhan dengan sempurna dan sampai pada tingkat otomatis.

KESIMPULAN
Berdasarkan uraian data yang ditemui di lapangan, kemudian menganalisis data
tersebut dan terakhir membenarkannya dengan teori peneliti, maka akhirnya peneliti dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Proses perencanaan baik Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) maupun Modul Pengajaran
(MA) yang dikembangkan guru mengacu pada Hasil Pembelajaran (CP) dan standar
kompetensi lulusan sesuai dengan langkah dan format yang diharapkan dalam
pengembangan Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) dan rencana pelaksanaan
pembelajaran pada Kurikulum Merdeka. Berdasarkan temuan peneliti, Modul
Pengajaran (MA) yang dibuat oleh guru tidak sesuai dengan pelaksanaan PBM yang
sebenarnya, hanya sebagai tuntutan persyaratan administratif. Dalam pembuatan Modul
Pengajaran (MA), khususnya dalam mengembangkan langkah-langkah pembelajaran,
guru masih menggunakan model pembelajaran yang biasa dilakukan sebelumnya dan
belum menggunakan langkah-langkah pembelajaran yang lebih rinci dan bermakna
sesuai dengan tuntutan Kurikulum Mandiri.
2. Proses pelaksanaan pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan secara umum telah terlaksana dengan baik, namun ada hal yang masih perlu
menjadi perhatian para guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SMP
Negeri 2 Cianjur, antara lain adanya kesenjangan antara rencana pelaksanaan
pembelajaran dan pelaksanaan di lapangan mengenai alokasi waktu, penjabaran
indikator, metode penyampaian materi dan penutup kegiatan.
3. Kegiatan penilaian pembelajaran yang dilakukan guru bertujuan untuk mengukur
pencapaian kompetensi atau pencapaian penguasaan materi pembelajaran berdasarkan
indikator pembelajaran yang digunakan sebagai umpan balik untuk perbaikan desain
pembelajaran, pelaksanaan dan hasil pembelajaran. Kegiatan penilaian pembelajaran
latihan olahraga lebih ditekankan pada penilaian proses, namun demikian penilaian
hasil juga perlu diperhatikan. Aspek yang dinilai dalam pendidikan jasmani olahraga
dan kesehatan meliputi aspek psikomotorik, kognitif, dan afektif. Teknik penilaian
dilakukan dengan cara tes (melalui pengukuran), non tes (melalui observasi). Kegiatan
penilaian yang dilakukan guru belum menunjukkan evaluasi secara tuntas, guru hanya
melaksanakan post test saja, sedangkan pre test tidak dilaksanakan pada pembelajaran
praktik olahraga.

REFERENSI

36
Akhmad Sobarna, (2009). Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pada Sekolah
Menengah Atas Negeri 2 Kota Cimahi, Tesis
Adi, PW, Martono, T., & Sudarno, S. (2021). Pemicu Kegagalan Pada Pembelajaran Di
Sekolah Selama Pandemi Di Indonesia (Suatu Studi Pustaka). Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Pendidikan, 7(2), 464–473.https://doi.org/10.30998/rdje.v7i2.10568.
Agustin, Puspita, Nurinten, & Nafiqoh. (2020). Tipikal Kendala Guru PAUD dalam
Mengajar pada Masa Pandemi Covid 19 dan Implikasinya. Jurnal Obsesi: Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, 5(1), 334. https://doi.org/https://doi.org/10.31004/o
bsesi.v5i1.598.
Alsubaie, MA (2016). Keterlibatan Guru dalam Pengembangan Kurikulum. Jurnal
Pendidikan dan Praktek, 7(9), 106–107.
Candra, AT, & Kurniawan, RA (2020). Jurnal STAND : Olahraga dan Pembangunan. Jurnal
STAND : Olahraga dan Pembangunan, 1(1), 27–34. Diterima
darihttp://jurnal.unipasby.ac.id/index.php/stadan/tentang/pengiriman
Deni Sopiansyah, Siti Masruroh, Qiqi Yuliati Zaqiah, & Erihadiana, M. (2022). Reslaj :
Sosial Pendidikan Agama Laa RoibaJournal. Jurnal Reslaj: Jurnal Sosial Pendidikan
Agama Laa Roiba, 4(1), 34–41. https://doi.org/https://doi.org/10.47467/re slaj.v4i1.458.
Husdarta, JS (2013). Manajemen Pendidikan Jasmani. Bandung: Alfabeta.
Juditya, Silvy, Zakaria, DA, Hardi, VJ, Sutiswo, S., & Sunarsi, D. (2021). Pengajaran Materi
Digital: Model Pembelajaran dan Hasil Belajar Bola Basket. Jurnal Sains dan
Teknologi Pendidikan (EST), 7(2), 134–140.https://doi.org/10.26858/est.v0i0.18375.
Moleong, Lexy J. (2013). Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Nurkholis, & Muhdi. (2020). Keefektivan Kebijakan E-Learning berbasis Sosial Media pada
PAUD di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini,
5(1), 212. https://doi.org/https://doi.org/10.31004/o bsesi.v5i1.535.
Nurul Raodatun Hasanah, I Putu PancaAdi, & I Gede Suwiwa. (2021). Survei Pelaksaan
Pembelajaran Pjok Secara Daring Pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Kejaora
(Kesehatan Jasmani Dan Olah Raga), 6(1), 189–
196.https://doi.org/10.36526/kejaora.v6i1.1295
pintek. (2022). Ini Beda Kurikulum Merdeka Belajar dan Kurikulum Sebelumnya.
Qomarullah, R. (2015). “Model Aktivitas Belajar Gerak Berbasis Permainan Sebagai
Materi Ajar Pendidikan Jasmani (Penelitian Pengembangan Pada Siswa Kelas I
Sekolah Dasar). Jurnal Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Olahraga, 2(2), 76–88.
https://doi.org/https://doi.org/10.15294/jp ehs.v2i2.4591
Sherly, Dharma, E., & Sihombing, HB (2021). Merdeka Belajar: Kajian Sastra. Konferensi
Nasional Pendidikan I. Banjarmasin: Perpustakaan Pemrosesan Konferensi
UrbanGreen.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta,
CV.
Suyanto. (2022). Implikasi Kebijakan Merdeka Belajar. KOMPAS.

37

Anda mungkin juga menyukai