Anda di halaman 1dari 10

MAKNA BEBAS NILAI DALAM PENDEKATAN TINGKAH LAKU

Oleh: Clara Prawita 0906614401

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNIVERSITAS INDONESIA

Depok, Mei 2011 PENDAHULUAN

Dalam perkembangan ilmu politik dikenal tiga jenis pendekatan utama yaitu pendekatan kelembagaan, pendekatan tingkah laku, dan pendekatan pasca tingkah laku. Ketiga pendekatan tersebut masing-masing memiliki unit analisa dan fokus yang berbeda satu sama lain. Namun dari perbedaan tersebut, ilmu politik dapat berkembang dan mampu menjelaskan fenomena politik yang terjadi pada masanya. Pendekatan tingkah laku, yang muncul di Amerika pada tahun 1950-an, merupakan sebuah kritik terhadap pendekatan kelembagaan. Hal ini dipicu karena adanya kekecewaan terhadap kondisi ilmu politik saat itu yang bersifat deskriptif, tidak realistis, dan tidak mampu menjawab fenomena politik yang terjadi. Behavioralisme dapat diinterpretasikan sebagai upaya pembaharuan guna mengembangkan aspek-aspek ilmiah ilmu politik secara serius, menurut ketentuan-ketentuan ilmu alam dan biologi, dan sejalan dengan perkembangan-perkembangan baru yang terjadi dalam bidang psikologi dan ilmu-ilmu sosial lainnya.1 Menurut tokoh pendekatan tingkah laku pembahasan tentang lembaga-lembaga formal yang dilakukan oleh pendekatan kelembagaan itu tidak berguna, karena tidak banyak memberikan informasi mengenai proses politik yang sebenarnya.2 Sebaliknya, akan bermanfaat bagi peneliti untuk mempelajari manusia itu sendiri serta perilaku politiknya sebagai gejalagejala yang benar-benar dapat diamati.3 Dapat diambil kesimpulan bahwa unit analisa dari pendekatan tingkah laku adalah individu. Fokus dari pendekatan ini adalah tingkah laku aktor (individu) dalam proses politik. Namun pendekatan tingkah laku tidak mengabaikan keberadaan lembaga-lembaga formal. Lembaga formal tetap dianggap penting oleh mereka tetapi hanya sebagai kerangka bagi berperannya individu, misalnya jika para penganut pendekatan tingkah
1

Lihat S.P. Varma. Teori Politik Modern. Jakarta: Rajawali, 1987. Hal. 30.

Lihat Miriam Budiardjo. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008. Hal. 74.
3

Ibid.

laku mempelajari parlemen, maka yang dibahas adalah bagaimana perilaku anggota parlemen itu sendiri.4 Secara metodologis, pendekatan tingkah laku dalam studi ilmu politik telah menggantikan posisi pendekatan kelembagaan yang berorientasi pada studi-studi sejarah, konstitusi, dan institusi dengan metode yang lebih ilmiah dalam ranah lingkup ilmu sosial dan bersintesis dengan studi dari ilmu psikologi. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode yang lebih ilmiah dalam studi politik dan pemerintahan. Penggunaan metode yang lebih ilmiah dan penekanan penggunaan data statistik serta variabel-variabel yang dapat diamati dalam dunia politik menjadi landasan utama behavioralis. Pendekatan tingkah laku memiliki karakteristik yang revolusioner yaitu sebuah orientasi untuk lebih mengilmiahkan ilmu politik.5 Orientasi tersebut meliputi delapan prinsip pokok pengilmiahan yang oleh David Easton dan Albert Somit diuraikan sebagai regularities, verification, techniques, quantification, values, systematization, pure sciences, dan interdisciplinary.6 Semuanya memberikan karakter utama dalam penelitian politik. Salah satu prinsip di atas adalah values atau nilai, dalam pendekatan tingkah laku dikenal dengan prinsip bebas nilai. Dalam perkembangannya kemudian, bebas nilai menjadi sifat khas dari pemikiran kalangan pendekatan tingkah laku. Dari latar belakang di atas, muncul pertanyaan apakah sebenarnya makna bebas nilai dalam pendekatan tingkah laku? Dari pertanyaan tersebut, makalah ini akan membahas tentang bebas nilai dalam pendekatan tingkah laku. Dengan membahas tema ini lebih dalam, diharapkan adanya pemahaman yang lebih komprehensif tentang makna dari bebas nilai. Kajian terhadap sebuah prinsip dari suatu pendekatan akan menciptakan kesulitan ketika hendak mempergunakan suatu kerangka teori di dalam penelaahan permasalahan, sehingga di dalam mengkaji makna bebas nilai dalam pendekatan tingkah laku tidaklah digunakan suatu teori yang general yang disusun atas dasar metode induksi. Meskipun sulit untuk menerapkan suatu teori, suatu masalah masih dapat dicoba untuk ditelaah lebih dalam dengan menggunakan suatu
4

Ibid. Ibid. Hal. 75. Ibid.

pendekatan. Di dalam hal ini pendekatan yang sifatnya eksplanatif akan digunakan untuk menjelaskan makna bebas nilai dalam pendekatan tingkah laku.

ISI
4

Dalam upayanya untuk memahami, menggambarkan, dan menganalisa berbagai fenomena politik secara faktual serta mengilmiahkan ilmu politik pendekatan tingkah laku mencoba untuk memisahkan nilai dan fakta empiris. Menurut mereka, nilai dan fakta empiris merupakan dua hal yang terpisah, keduanya dapat dipelajari dan dianalisis. Sebelum masuk pada makna bebas nilai dalam pendekatan tingkah laku ada baiknya bila memperjelas makna nilai dan bebas nilai terlebih dahulu. MAKNA NILAI Kata nilai atau value memiliki berbagai makna dan penggunaannya sangat kompleks.7 Terdapat perbedaan antara nilai personal dan sosial yang terletak pada hasrat atau keinginan kedua bentuk tersebut, personal dan sosial.8 Namun fungsi nilai yang utama tetap sebagai kriteria pilihan dan standar perilaku sesorang.9 Menurut Milton Rokeach di dalam buku The Nature of Human Values, yang dimaksud dengan nilai adalah keyakinan yang tertanam mengenai seperangkat aturan bertingkah laku yang secara personal maupun secara sosial lebih disukai daripada aturan bertingkah laku yang lain.10 Menurut Rokeach nilai merupakan standar bersisi banyak yang menjadi panduan tingkah laku dalam berbagai cara. Nilai mengarahkan individu pada posisi tertentu dalam melihat isu-isu sosial, dan memberikan kecenderungan dalam memilih ideologi politik atau agama tertentu. Nilai juga berfungsi sebagai standar yang digunakan untuk merepresentasikan diri terhadap pihak lain dan dengan demikian menghadirkan penilaian dari pihak lain tersebut. Dalam kehidupan sosial nilai digunakan sebagai ukuran moral terhadap orang lain.11
7

Lihat Hugh Lacey. Is Science Value Free? New York: Taylor & Francis e-Library, 2005. Hal.

23.
8

Ibid. Hal. 24. Ibid. Lihat Milton Rokeach. The Nature of Human Values. New York: The Free Press, 1973. Hal.

10

5.
11

Ibid. Hal. 13.

MAKNA BEBAS NILAI Kebebasan dapat berarti dua hal, yaitu kemungkinan untuk memilih dan kemampuan atau hak subyek untuk dapat memilih sendiri. Dengan demikian, kebebasan berarti berasal dari diri sendiri bukan dari luar.12 Penentuan diri juga tidak boleh dilakukan karena paksaan, tetapi harus atas pengertian yang memadai tentang kebenaran yang ingin dituju. Hal ini tidak saja berlaku untuk ilmu pengetahuan sebagai teori, tetapi juga untuk ilmu pengetahuan sebagai praksis. 13 Bebas nilai sesungguhnya adalah sebuah tuntutan yang ditujukan kepada ilmu pengetahuan agar ilmu pengetahuan dikembangkan dengan tidak memperhatikan nilai-nilai lain di luar ilmu pengetahuan. Tuntutan dasarnya adalah supaya ilmu pengetahuan berkembang murni hanya untuk ilmu pengetahuan, oleh karena itu tidak boleh dikembangkan dengan dasar pertimbangan lain di luar ilmu pengetahuan. Atau secara sederhana dapat dikatakan bahwa sebuah ilmu pengetahuan harus dikembangkan hanya dengan melalui pertimbangan ilmiah murni. Alasannya bila ilmu pengetahuan tunduk pada pertimbangan lain baik itu politik, religius maupun moral maka ilmu pengetahuan tidak bisa berkembang secara otonom dan tunduk pada otoritas lain. Selain itu ilmu pengetahuan dapat mengalami distorsi sehingga tidak murni lagi. 14 MAKNA BEBAS NILAI DALAM PENDEKATAN TINGKAH LAKU Kemunculan pendekatan tingkah laku sendiri merupakan reaksi terhadap pendekatan kelembagaan yang dianggap tidak lagi mampu mengatasi masalah-masalah yang ada di dalam masyarakat terutama pada negara baru yang muncul setelah Perang Dunia II. Pendekatan tingkah laku kemudian menekankan pentingnya membedakan secara jelas antara norma (yang ideal) dan fakta (sesuatu yang dapat dibuktikan secara empiris). Nilai atau values menurut kalangan pendekatan tingkah laku merupakan hal yang penting dari segi etika atau penilaian terhadap suatu fenomena politik yang terjadi. Sebuah penelitian ilmiah harus bersifat objektif, oleh karena itu mereka harus bebas nilai.

12

Lihat A.G.M. Van Melsen. Ilmu Pengetahuan dan Tanggung Jawab Kita. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1992. Hal. 88.
13

Ibid. Hal. 89.

14

Lihat A. Sonny Keraf & Mikhael Dua. Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofis. Yogyakarta: Kanisius, 2001. Hal. 149-158.

Bebas nilai adalah suatu tuntutan yang diajukan kepada setiap kegiatan ilmiah atas dasar hakekat ilmu pengetahuan itu sendiri. Ilmu pengetahuan dituntut agar bebas dari setiap praduga atau prasangka.15 Tuntutan agar ilmu pengetahuan bebas dari praduga adalah untuk mencegah pengaruh-pengaruh dari luar memasuki wilayah ilmu pengetahuan seperti agama, politik, atau kehidupan kemasyarakatan. Namun menjadi hak prerogative ilmu pengetahuan untuk memutuskan apa yang benar dan apa yang tidak benar.16 Ilmu pengetahuan telah sejak lama berusaha memisahkan antara fakta dan nilai, dalam pengertian ini dapat dikatakan bahwa fakta merupakan apa yang ada saat ini, sedangkan nilai adalah apa yang seharusnya ada atau sesuatu yang ideal.17 Objek dari ilmu sosial itu sendiri bukanlah manusia yang ideal melainkan manusia sebagaimana adanya. Ilmu sosial itu sendiri hadir untuk mewujudkan manusia ideal dengan mempelajari keadaan manusia saat ini. Dalam hal membuat analisa politik seharusnya nilai-nilai pribadi peneliti tidak memainkan peranan, karena benar atau tidaknya nilai-nilai (values) tidak dapat ditentukan secara ilmiah.18 Para penganut pendekatan tingkah laku, sebagai ilmuwan politik, tidak mengakui adanya penilaian moral yang bersifat valid secara universal. Karena pernyataan-pernyataan yang mengandung nilai pribadi tidak dapat dibuktikan secara ilmiah.19 Jika hal itu terjadi maka kita tidak akan pernah sampai pada kebenaran ilmiah yang objektif dan rasional. Namun dalam perkembangannya pendekatan tingkah laku justru mendapat kritik menyangkut prinsip bebas nilai ini. Penganut tradisionalis mengkritik pendekatan tingkah laku yang dianggap terlalu steril karena menolak masuknya nilai-nilai (value-free) dan norma-norma dalam penelitian politik.20 Menurut David Easton dalam sebuah penelitian, nilai-nilai tidak boleh dihilangkan dan ilmu tidak boleh bebas nilai dalam evaluasinya. Malahan para cendekiawan
15

Lihat A.G.M. Van Melsen. Ilmu Pengetahuan dan Tanggung Jawab Kita. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1992. Hal. 85.
16

Ibid. Hal. 86.

17

Lihat Malcolm Williams. Science and Social Science: An Introduction. London and New York: Routledge, 2000. Hal. 106.
18

Lihat Miriam Budiardjo. Pendekatan-pendekatan Dalam Ilmu Politik. Jurnal Ilmu Politik No. 1, 1986. Hal. 4.
19

Lihat Leon H. Hurwitz. Introduction to Politics, Traditionalism to Postbehavioralism Theory and Practice. Chicago: Nelson-Hall Inc., 1979. Hal. 144.

memiliki tugas untuk melibatkan diri dalam usaha untuk mengatasi masalah-masalah sosial dan mempertahankan nilai-nilai kemanusiaan.21

KESIMPULAN

Pendekatan tingkah laku yang berusaha untuk mengilmiahkan ilmu politik pada perkembangannya berhasil mampu mengembangkan sebuah pendekatan yang lebih maju dengan
20

Lihat Miriam Budiardjo. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008. Hal. 79.
21

Lihat David Easton. Ibid. Hal. 81.

menggunakan studi dari disiplin ilmu yang lainnya. Dari pendekatan ini, ilmu politik dapat berkembang lebih ilmiah dengan menggunakan fakta empiris. Fenomena politik yang terjadi pun dapat digambarkan secara faktual dan realistis dengan pendekatan ini. Prinsipnya yang bebas nilai dalam hal ini memiliki andil besar dalam terbentuknya teori-teori yang objektif dan rasional. Namun dalam perkembangannya, pendekatan ini mendapat kritik dari kalangan pemikir lainnya. Hal ini karena adanya pendapat bahwa sebenarnya ilmu pengetahuan tidak pernah bisa benar-benar bebas dari nilai. Ilmu pengetahuan itu sendiri bertujuan untuk menemukan kebenaran, karena kebenaran itu dijunjung sebagai suatu nilai yang lebih daripada nilai yang lain. Objektivitas memang diperlukan tetapi bukan berarti mengeliminasi secara penuh pertimbangan-pertimbangan moral. Pada akhirnya, para ilmuwan harus sampai pada tujuan ilmu pengetahuan yang sebenarnya yaitu untuk membuat kehidupan manusia menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Miriam Budiardjo. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. S.P. Varma. 1987. Teori Politik Modern. Jakarta: Rajawali.
9

A. Sonny Keraf & Mikhael Dua. 2001. Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofis. Yogyakarta: Kanisius. A.G.M. Van Melsen. 1992. Ilmu Pengetahuan dan Tanggung Jawab Kita. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Leon H. Hurwitz. 1979. Introduction to Politics, Traditionalism to Postbehavioralism Theory and Practice. Chicago: Nelson-Hall Inc. Malcolm Williams. 2000. Science and Social Science: An Introduction. London and New York: Routledge. Milton Rokeach. 1973. The Nature of Human Values. New York: The Free Press. Hugh Lacey. 2005. Is Science Value Free? New York: Taylor & Francis e-Library.

10

Anda mungkin juga menyukai