Anda di halaman 1dari 9

Osteomielitis

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penyakit infeksi adalah salah satu penyakit yang masih sering terjadi di dunia. Salah satu penyakit infeksi yang mengenai tulang adalah osteomielitis. Osteomielitis umumnya disebabkan oleh bakteri. Namun jamur dan virus yang bisa menjadi penyebabnya. Osteomielitis dapat mengenai tulang-tulang panjang, vertebra, tulang tengkorak dan mandibula. Banyak mitos yang berkembang tentang penyakit ini, seperti diyakinkan bahwa informasi, akan berlanjut menyebar pada tulang dan akhirnya seluruh tubuh. Padahal yang sebenarnya adalah osteomielitis tidak menyebar ke bagian lain tubuh karena kelenjar lain tersebut punya aliran darah yang baik (terproteksi oleh sistem imun tubuh). Kecuali apabila terdapat sendi buatan di bagian tubuh yang lain dalam keadaan ini benda asing tersebut menjadi pathogen. Osteomielitis dapat terjadi pada semua usia tetapi sering terjadi pada anak-anak dan orang tua, juga pada orang dewasa muda dengan kondisi kesehatan yang serius dan diagnosa osteomielitis ditentukan berdasarkan gambaran klinis penyakit dan juga gambaran radiologik.

1.2. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kelompok dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit osteomielitis dan sebagai literatur bagi mahasiswa keperawatan di STIKES khususnya. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui konsep dasar teoritis tentang penyakit osteomielitis.

b.

Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada osteomielitis, yaitu yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan.

1.3. Manfaat 1. Sebagai gambaran mahasiswa keperawatan khususnya di STIKES dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien osteomielitis. 2. Dapat menambah pengetahuan dan keterampilan bagi mahasiswa.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

1.1. Konsep Dasar Teoritis 1.1.1. Definisi Osteomielitis diartikan sebagai infeksi pada tulang yang disebabkan oleh mikroorganisme (Luca Lazzarani, 2004). Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan sumsum tulang yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus atau proses spesifik (Arif Mansjoer, 2001). Osteomielitis adalah infeksi tulang lebih sulit disembuhkan dari pada infeksi jaringan lunak karena terbatas asupan darah, respon jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukum (Brunner dan Suddarth). Maka dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa osteomielitis adalah masuknya kuman pathogen ke dalam tulang sehingga menyebabkan infeksi dan peradangan pada bagian jaringan tulang yang lunak yang dapat terjadi secara akut dan kronis, bagian tulang yang sering terkena yaitu tulang panjang femur, tibia, fibula, humerus, radius, ulna.

1.1.2. Etiologi Dapat disebabkan oleh :

1.

Staphylococcus aureus hemolitikus (koagulasi positif) sebanyak 90% dan jarang oleh staphylococcus hemolitikus.

2. Haemophylus influenza (50%) pada anak-anak di bawah umur 4 tahun 3. Esteria colli 4. Proteus 5. Salmonella, Brucella (1%-2%) 6. Streptococcus (4%-7%) 7. Trauma

1.1.3. Patofisiologi Pada hakekatnya osteomielitis dapat terjadi karena infeksi yaitu masuknya kuman pathogen ke dalam tulang bisa juga masuk melalui penyebaran oleh darah. Infeksi pertama dimulai pada methapysis (bagian tulang disebelah lempengan tulang rawan epiphysis). Penyebarannya dapat di sepanjang cavum medularis dan melalui korteks untuk menimbulkan suatu abses subperioserum. Akibatnya infeksi tersebut dapat menimbulkan inflamasi jaringan dan peningkatan vascularisasi sehingga terbentuk edema menyebabkan kematian jaringan tulang dan menimbulkan abses pada tulang. Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan, namun yang lebih jarang harus dilakukan insisi dan drainase oleh para ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk jaringan mati namun seperti pada rongga abses pada umumnya, jaringan tulang hati (sequestrum), tidak mudah mencair dan mengalir keluar, yang terjadi pada jaringan lunak, terjadi pertumbuhan tulang baru. Patofisiologi meliputi sebagai berikut : 1. Osteomielitis hematogen akut a. Kuman masuk ke dalam melium menyebar ke seluruh tulang.

b. Kuman menuju korteks menembus lapisan kortkes timbul abses supreteal keluar melalui ulkus menoris lalu meluas ke seluruh bagian dan bisa menjadi petrel permukaan kulit. c. Kuman masuk ke arah sendi sehingga terjadi arthritis septik.

2. Osteomielitis kronik

Selanjutnya tergantung pada askemi ygterjadi pada masa akut bila peredaran darah berkurang masa osteobala akan meletakkan osteod sehingga peredaran darah tidak terjadi dan tulang yang mati mengandung kuman sekuesterum yang akan dibungkus oleh involokrom yang ditembus oleh saluran untuk keluarnya PUS, daerah terselubung ini dapat menjadi tenang tetapi sewaktu dapat aktif lagi.

1.1.1. Manifestasi Klinis Fase akut ialah fase sejak terjadinya infeksi sampai 10-15 hari. Pada fase ini anak tampak panas tinggi dan sakit keras, nyeri tulang dekat sendi, tidak dapat menggerakan anggota bersangkutan pembengkakan lokal dan nyeri tekan (Arif Mansjoer, 2001). Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum korteks tulang, akan mengenai periosteum dan jaringan lunak dengan bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan. pasien menggambarkan nyeri konstan berdenyut yang semakin berat/memberat dengan gerakan dan berhubungan dengan tekanan pus yang berkumpul. Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau kontaminasi langsung tidak ada gejala septikimia. Daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan. Pasien dengan osteomielitis kronis ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi pembengkakan dan pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah dapat terjadi pada jaringan parut akibat kekurangan asupan darah (Brunner dan Suddarth, 2002).

1.1.2. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan laboratorium Pada fase akut ditemukan CPR yang meninggi, laju endap darah yang meninggi dan leukosit meningkat. 2. Pemeriksaan radiologik Pada fase akut gambaran radiologic tidak menunjukkan kelainan. Pada fase kronik ditemukan suatu involukrum dan skuester. 3. Pemeriksaan darah Sel darah putih meningkat sampai 30.000 l gr/dl disertai peningkatan laju endapan darah.

4. Pemeriksaan feses Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri salmonella. 5. Bone scan Pada pemeriksaan sidik tulang dengan menggunakan tehcnetum-99 mmaka akan terlihat gambaran abnormal dari tulang berupa peningkatan uptake pada daerah yang aliran darahnya meningkat dan daerah pembentukan tulang yang cepat. Dengan sidik tulang ini juga dapat ditemukan atau ditentukan lokasi terjadinya infeksi atau dapat juga dengan menggunakan gallium. 6. X Ray Pada fase akut belum terlihat kelainan-kelainan patologis pada tulang dan hanya dapat terlihat berupa pembengkakan jaringan lunak saja, setelah lebih dari 10 hari baru ada perubahan pada gambar X ray yaitu gambaran Brodies ances.

1.1.3. Penatalaksanaan Darah yang terkena harus diimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin selama 20 menit beberapa kali per hari untuk meningkatkan aliran darah. Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi. Kultur darah dan swab dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi organisme dan memilih antibiotika yang terbaik (antibiotik pilihannya adalah oxacillin/nefcillin, methicillin, antibiotik diberikan secara iv dilakukan selama 6 minggu dan 3 minggu secara oral kadang, infeksi disebabkan oleh lebih dari satu patogen (Brunner dan Suddarth, 2002). Penatalaksanaan menurut Arif Mansjoer (2001) : 1. Perawatan rumah sakit 2. Pengobatan suportif dengan pemberian infus 3. Pemeriksaan biakan darah 4. Antibiotik spektrum luas yang efektif terhadap asam positif maupun gram negatif diberikan langsung tanpa menunggu hasil biakan darah secara parenteral selama 3-6 minggu.

5. Imobilisasi anggota gerak yang terkena

6. Tindakan pembedahan Indikasi untuk melakukan tindakan pembedahan ialah : a. Adanya abses

b. Rasa sakit yang hebat c. d. Adanya sekuester Bila mencurigakan adanya perubahan kearah keganasan (karsinoma epedermoia) saat terbalik untuk melakukan tindakan pembedahan adalah bila involukrum telah cukup kuat untuk mencegah terjadinya fraktur pasca pembedahan.

1.1.4. Komplikasi 1. Berkurangnya pergerakan. 2. Ankilosis sendi 3. Perubahan sendi 4. Perubahan sendi secara degenerative. 5. Osteomielitis kronis 6. Paringitis, otitis media, impertigo 7. Penebalan tulang 8. Fraktur patologis

1.2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 1.2.1. Pengkajian Lengkap Pengkajian merupakan langkah awal dalam proses keperawatan dimana semua data dikumpulkan, dikelompokkan dan didiagnosa untuk mengetahui masalah pasien data diperoleh melalui anamnesa, observasi pemeriksaan fisik dan catatan penunjang lainnya (Susan Martin Tucker, dkk, 1992, hal 355). Adapun data yang dikumpulkan untuk pasien dengan osteomielitis adalah :

1. Data biografi yang terdiri dari : nama, umur, di sini umur sangat berpengaruh terhadap terjadinya osteomielitis karena pada data yang didapat osteomielitis lebih sering mengenai anak umur 2-10 tahun karena pada masa tersebut, anak-anak aktivitasnya lebih aktif sebab osteomielitis bisa juga disebabkan oleh trauma. Jenis kelamin juga sangat berpengaruh dimana anak laki-laki lebih aktif dari pada anak wanita sehingga trauma lebih mudah terjadi, alamat, agama, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, nomor register, tanggal masuk, diagnosa medis dan data penunjang lainnya. 2. Riwayat kesehatan a. Riwayat kesehatan sekarang Biasanya pasien mengeluh nyeri pada daerah yang terkena, bengkak dan kemerahan, anoreksia, peningkatan suhu tubuh, nyeri tekan, pyereksia, timbul tanda-tanda peradangan, LED meningkat, leukositosis meningkat, anemia, kultur darah 50% meningkat positif. b. Riwayat kesehatan masa lalu Apakah sebelumnya pasien pernah menderita penyakit yang sama dan apakah pasien sebelumnya juga pernah dirawat c. Riwayat kesehatan keluarga Apakah ada anggota keluarga lainnya menderita penyakit yang sama ataupun mempunyai penyakit keturunan atau penyakit menular lainnya. 3. Data Fisik Data yang diperoleh melalui pemeriksaan fisik adalah melalui infeksi didapat pembengkakan dan kemerahan melalui infeksi di dapat juga gangguan fungsi gerak, edema. 4. Data Dasar Pengkajian a. Aktivitas/istirahat Gejala Tanda : Keterbatasan yang ditimbulkan oleh kondisinya. : Masalah berjalan, keterbatasan dalam rentang gerak.

b. Sirkulasi Tanda : TD normal/sedikit di bawah jangkauan normal kulit hangat, kering, pucat, lembab c. Nyeri/kenyamanan

Gejala Tanda

: Nyeri yang ditimbulkan oleh kondisinya. : Pembengkakan pada lokasi luka Penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan atau pincang Gerak otot melindungi bagian yang sakit.

d. Integritas ego Gejala : Mengkuatirkan penampilan : lesi cacat dan menurunkan BB

Faktor stress yang berhubungan dengan kehilangan misal dukungan keluarga, hubungan dengan orang lain. Mengingkari diagnosa, merasa tidak berdaya, putus asa, depresi, tidak berguna dan kehilangan kontrol diri. Tanda : Mengingkari : cemas, depresi, takut. e. Hygiene Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi ketergantungan pada orang lain f. Interaksi sosial Gejala : Kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain : perubahan peran, isolasi g. Prioritas Keperawatan 1) Menghilangkan infeksi 2) Mencegah komplikasi 3) Memberikan informasi mengenai proses penyakit dan keperluan pengobatan 4) Mendukung kemandirian. h. Tujuan pemulangan 1) Infeksi teratasi/terkontrol 2) Komplikasi dicegah/diminimal 3) Proses penyakit, prognosis dan aturan terapeutik dipahami.

Anda mungkin juga menyukai