Anda di halaman 1dari 2

Pluralisme Agama

Bermula dari paham relativisme yang paling banyak dianut oleh mereka yang selalu
ingin menyamakan kedudukan semua agama. Paham ini nantinya akan berimbas kepada
pluralisme agama. Bahkan diketahui bahwa aliran saat ini yang paling banyak masuk dan
mengkontaminasi cendikia-cendikia Indonesia yaitu Transedent Unity of Religion (Kesatuan
transendensi Agama-agama) ini meruapakan kata kunci untuk masuknya paham pluralisme.

Nah dari sinilah mulai muncul beberapa Tokoh Pluralis dengan berbagai permisalan
yang dibawanya untuk menggambarkan Agama-agama yang ada dunia ini. Ada yang berkata
Agama-agama ini kan hanya merupakan jalan yang berbeda-beda akan tetapi memiliki tujuan
yang sama yaitu menuju Tuhan, yang lain mempermisalkan agama-agama seperti piramida
yang memiliki puncak tujuan yang sama yaitu Tuhan, ada tokoh lain yang menggambarkan
Agama seperti roda yang jari-jarinya adalah Agama dan pusat roda adalah Tuhan, dan juga
diketahu salah satu desertasi Doktor di UIN menggambarkan Agama-agama adalah sungai
yang semua akan bermuara pada laut yang sama dan laut di sini digambarkkan sebagai tuhan.

Dari berbagai permisalan diatas yang mebuat orang begitu teratarik, dan menjadikan
paham ini sangat mendominasi di era sekarang. Maka salah seorang Tokoh intelektual Islam
Adian Husein merespon hal tersebut dengan kisahnya yang sangat menarik. Beliau memulai
cerita bahwa dulu ada pelajar yang bertanya kepada beliau “Ustadz, apakah adil, Allah
memasukkan orang-orang jahat ke dalam surga hanya karena dia beragama Islam, dan apakah
adil, Allah memasukkan ke dalam neraka orang-orang baik, hanya karena dia tidak beragama
Islam?” mendengar pertanyaan pelajar tersebut beliau teringat dengan seorang siswa yang
sekolah di inggris tepatnya di Bristol merupakan sekolah Internasional, anak tersebut
diperlakukan sangat baik oleh orang-orang yang berbeda agama dengan dirinya dari murid-
muridnya hingga dosen-dosennya, bahkan disanapun menyediakan makanan halal untuknya
hingga ia merasa bahwa orang-orang non muslim di sana baik-baik. Kemuadia ia bertanya
kepada bapaknya, “pak apakah teman-teman saya nanti masuk neraka, karena mereka tidak
beragam islam?” Pertanyaan yang sederhana keluar namun sebetulnya tidak mudah dalam
menjawabnya.

Adian Husain lalu balik bertanya kepada pelajar yang bertanya tersebut tersebut,
“yang kamu maksud orang baik itu siapa?” Pelajar tersebut menjawab “Nelson Mandela”,
kemudian beliau balik bertanya “apakah kamu kenal betul dengan Neloson Mandela sampai
kamu bilang bahwa dia adalah orang baik, dia baik kepada siapa” Nah disinalah titiknya.
Nelson Mandela memang orang baik tapi dia hanya baik kepada manusia, dia berjuang untuk
menghapus Apartheid (Gerakan Rasisme Kulit Putih atas Kulit Hitam), berjuan untuk
membantu kemanusiaan, mengasihi orang-orang miskin, itu semua adalah hal yang baik.
Namun ini yang paling perlu digaris bawahi, apakah dia baik kepada Tuhan? Apakah di
mengimani Tuhannya? Dia sangat jahat sama Tuhan, lalu apa bentuk kejahatan dia kepada
Tuhan, yaitu dengan dia tidak mau mengakui utusan Tuhan yang terakhir, dia tidak mengakui
bahwa Allah adalah tuhan satun-satunya yang patut disembah. Disinilah letak kejahatan
terbesarnya.

Dalam kehidupan kita mengetahui bahwa pengakuan itu lebih penting dari pada
perbuatan. Contoh nyatanya adalah kalau ada seorang anak yang mengatakan bahwa ia bukan
anak kandung dari bapaknya yang sudah begitu banyak jasa kepadanya kemudian berkata
kepada bapakanya “wahai bapak aku masih ragu dan belum menyakini bahwa enkau adalah
bapak kandungku namun bapak tak perlu khawatir, aku akan selalu berbakti kepadamu, selalu
berbuat baik kepada, akun akan selalu menghormati bapak seperti bapak saya sendiri, apa
yang bapak perintahkan akan saya turuti dan apa yang bapak larang akan saya tinggalkan,
aku akan selalu memberi apa yang bapak inginkan karena bapak telah merawatku sedari
kecil, tapi jujur saya belum bisa mengakui bahwa bapak adalah bapak kandung saya”. Lalu
pertanyaanya Apakah anak ini telah melakukan hal yang baik, bukankah sangat kurang ajar
sekali. Lalu bagaimana halnya denga Tuhan.

Inilah pentingnya pengakuan, walaupun Tindakan tak akan pernah berubah, bahwa
sang anak tetap akan mengasihi dan berbakti kepada sang bapak namun ia tidak mengakui
bahwa ia adalah bapaknya Na’udzubillah. Inilah yang disebut dengan keimanan, Iman adalah
pengakuan. Hal tersebutlah yang Allah inginkan dari seorang hamba agar ia menajdi baik,
bersyahadat dan menyakini bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang patut disembah dan
Muhammad adalah utusan-Nya. Kurang apa kebaikan sang paman Abu Thalib kepada Nabi
Muhammad, selalu melindugi dari banyak ancaman kematian, namun sesuatu yang
seharusnya dipersembahkan kepada Allah belum teralaksana, syahadat belum terucap maka
selamanya ia adalah manusia jahat di mata sang pencipta meskipun begitu banyak kebaikan
yang dilakukan kepada manusia.

Anda mungkin juga menyukai