Anda di halaman 1dari 7

TUGAS REVIEW ARTIKEL

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMBELIAN


CABAI RAWIT (CAPSICUM FRUTESCENS) DI KABUPATEN BOYOLALI

Disusun Oleh
Badar Alam Abidin 205040201111016
Nisrina Yasmin Nuur Aisyah 205040107111118
Gasa Nalendra Wisesa 205040200111231

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2022
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara penghasil cabai terbesar ke empat di dunia setelah Cina,
Meksiko dan Turki. Indonesia mampu memproduksi cabai sebesar 1,61 juta ton (FAO, 2015).
Kontribusi produksi cabai Indonesia lebih didominasi oleh produksi yang dihasilkan dari
provinsi di Jawa. Selama lima tahun terakhir produksi cabai di Jawa mencapai 54,11% dari total
produksi cabai Indonesia atau sebesar 996,26 ribu ton per tahun (SekJen Kementrian Pertanian,
2017). Kabupaten Boyolali merupakan suatu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki
produksi cabai rawit terbesar dengan 32,79% produksi Jawa Tengah (Dinas Pertanian dan
Perkebunan, 2017). Produksi cabai rawit di Kabupaten Boyolali pada tahun 2016 sebesar
495.315 kwintal (BPS Provinsi Jawa Tengah, 2017). Kecamatan Musuk merupakan wilayah
penghasil cabai terbesar di Kabupaten Boyolali. Produksi tahun 2017 sebesar 190.011 kwintal
atau sebesar 60,5% produksi Kabupaten Boyolali (BPS Kabupaten Boyolali, 2018).

Cabai rawit adalah salah satu tanaman hortikultura yang sangat penting untuk
dibudidayakan karena cabai rawit memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Cabai rawit juga
memiliki kandungan protein, abu, dan anthraqunone paling tinggi di antara genus cabai yang
lainnya (Ikpeme et al., 2014). Keputusan pembelian merupakan hal yang penting bagi
masyarakat Produk berkualitas sesuai dengan keinginan masyarakat. Masyarakat memiliki
beberapa pertimbangan dalam menentukan dan memutuskan pembelian. Faktor yang perlu
dipertimbangkan meliputi tempat pembelian, harga produk, kualitas produk, gaya hidup dan
sikap masyarakat ke produk (Saodah dan Malia, 2017).

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi


keputusan pembelian cabai rawit di Kabupaten Boyolali secara serempak; (2) Menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian cabai rawit di Kabupaten Boyolali secara
parsial
Metode Penelitian

Pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik non probability sampling dengan


metode accidental sampling. Jumlah sampel yang digunakan adalah 110 responden. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Ferdinand (2014) bahwa jumlah sampel paling sedikit 5 kali jumlah
dari variabel indikator. Responden pada penelitian ini merupakan konsumen cabai rawit yang
berperan sebagai penjual, pembeli, atau pengambil keputusan dalam pembelian produk.
Instrument utama pada penelitian ini adalah kuesioner dengan pengukuran skala likert. Skala
likert pada kuesioner ini menggunakan skor angka 1 yang berarti sangat tidak setuju sampai
dengan angka 5 yang berarti sangat setuju. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah
analisis deskriptif. Analisis deskriptif merupakan metode yang mengumpulkan,
menyederhanakan, serta menyajikan data dalam memberikan informasi. Sementara pada
perhitungannya digunakan regresi logistic dalam menguji apakah probabilitas terjadinya variabel
terikat mampu diprediksi dengan variabel bebasnya (Ghozali, 2011). Model persamaan dari
regresi logistik adalah sebagai berikut:

Y= ln⁡〖(P/((1-P) ))= β0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + β5 X5 + μi〗

Keterangan:

ln⁡〖(P/((1-P) )) =Y=0〗; keputusan konsumen tidak membeli cabai rawit

=Y=1; keputusan konsumen membeli cabai rawit

β0 = Koefisien regresi
β(1,2,3,4,5) = Koefisien variabel
μi = Nilai error
P = Probabilitas
e = Eksponen
X1 = Gaya hidup (skor)
X2 = Sikap (skor)
X3 = Kualitas (skor)
X4 = Harga (skor)
X5 = Lokasi (skor)
Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data mengenai karakteristik responden. Data


karakteristik responden dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan,
pendapatan, pekerjaan, pengeluaran, serta jumlah anggota keluarga. Diketahui bahwa konsumen
dari cabai rawit rata-rata berumur 21-30 tahun dan didominasi oleh perempuan. Selain itu,
konsumen cabai rawit juga sebagian besar adalah pegawai swasta dengan pendapatan serta
pengeluaran per bulannya adalah lebih dari Rp 500.000 dan jumlah anggota keluarga rata-rata
adalah 3-4 orang.

Berdasarkan hasil uji parsial, didapatkan persamaaan regresi logistic, yaitu:

Y=ln⁡〖(P/((1-P) ))-12,173+1,207 X1+0,343 X2-0,296 X3 +0,301 X4-0,199 X5 + μi〗

Berdasarkan hasil uji parsial , diketahui seluruh variabel, yaitu variabel gaya hidup, sikap,
kualitas, harga, serta lokasi, berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian komoditas
cabai rawit.

Tabel di atas merupakan tabel hasil uji parsial yang mana dapat diketahui bahwa variabel
gaya hidup (X1) mempengaruhi keputusan pembelian secara parsial. Sementara variabel lainnya
tidak mempengaruhi keputusan pembelian secara parsial.

Variabel gaya hidup dapat berpengaruh secara signifikan karena responden sering
mengkonsumsi cabai rawit. Variabel sikap tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada
keputusan pembelian cabai rawit karena bergantung pada peran istri dalam pengambilan
keputusan. Variabel kualitas tidak memberikan pengaruh yang signifikan karena kualitas cabai
rawit di Kecamatan Musuk cukup bagus dan segar. Variabel harga juga tidak berpengaruh
signifikan karena responden sudah mengetahui bahwa harga dari cabai rawit di Kecamatan
Musuk terjangkau. Terakhir, variabel lokasi tidak berpengaruh signifikan karena cabai rawit
mudah didapatkan di Kecamatan Musuk.
Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor
gaya hidup, faktor sikap, faktor kualitas, faktor harga, dan faktor lokasi secara serempak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian cabai rawit di Kabupaten
Boyolali. Kemudian faktor gaya hidup secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap keputusan pembelian cabai rawit di Kabupaten Boyolali.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa faktor yang signifikan adalah faktor
gaya hidup, sehingga dapat disarankan kepada masyarakat yang tidak memiliki kebiasaan
mengkonsumsi cabai rawit agar menjadi terbiasa mengkonsumsi cabai rawit dikarenakan cabai
rawit memiliki kandungan gizi yang baik bagi kesehatan dan pedagang dapat meningkatkan
promosi tentang cabai rawit agar gaya hidup mengkonsumsi cabai rawit meningkat dengan
memberikan informasi kepada masyarakat yang berkaitan tentang pentingnya makan cabai rawit
bagi kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Juningsih, S., Setiawan, B. M., & Sumarjono, D. (2020). Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Pembelian Cabai Rawit (Capsicum Frutescens) di
Kabupaten Boyolali. Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis, 4(1), 51-57.

Anda mungkin juga menyukai