Anda di halaman 1dari 17

HAKEKAT KETERBAKATAN DAN KONSEP DASAR ANAK BERBAKAT

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah


Pembinaan Anak Berbakat

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Muslim Afandi, M.Pd

OLEH :
Geby Aisyah Fitri
Miftahurrahmi

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang


telah memberikan nikmat kepada penulis. Sehingga penulis mampu
menyelesaikan “Makalah Hakekat Keterbakatan dan Konsep Dasar Anak
Berbakat” sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Makalah ini penulis buat
dalam rangka memenuhi salah satu syarat penilaian mata kuliah Pembinaan Anak
Berbakat.
Penyusunan makalah ini tidak berniat untuk mengubah materi yang sudah
ada. Namun, hanya lebih pendekatan pada materi atau membandingkan beberapa
materi yang sama dari berbagai referensi. Yang bisa memberikan tambahan pada
hal yang terkait hakekat keterbakatan dan konsep dasar anak berbakat. Pembuatan
makalah ini menggunakan metode studi pustaka, yaitu mengumpulkan dan
mengkaji materi. Penulis menggunakan metode pengumpulan data ini, agar
makalah yang disusun dapat memberikan informasi yang mudah dipahami.
Penyampaian perbandingan materi dan referensi yang satu dengan yang lain akan
menyatu dalam satu makalah. Sehingga tidak akan tidak ada perombakan total
dari buku aslinya.
Penulis sebagai penyusun pastinya tidak pernah lepas dari kesalahan. Begitu
pula dalam penyusunan makalah ini, yang mempunyai banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis mohon maaf atas segala kekurangannya.

Pekanbaru, 16 Januari 2024

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER

KATA PENGANTAR .............................................................................. ii

DAFTAR ISI ........................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................... 4

A. Latar Belakang ........................................................................... 4

B. Rumusan Masalah ...................................................................... 4

C. Tujuan ........................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................... 6

A. Hakekat Keterbakatan ................................................................ 6

B. Konsep Dasar Anak Berbakat.................................................... 12

BAB III PENUTUP ..................... ........................................................... 15

A. Kesimpulan . ................ ........................................................... 15

B. Saran . .......................... ........................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 16


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap manusia dilahirkan sebagai individu yang berbeda-beda potensi,
kemampuan, sifat atau sikapnya. Kelompok yang disebut berbakat istimewa
yaitu mereka yang mempunyai potensi unggul di atas potensi yang dimiliki
oleh orang normal. Biasanya mereka memiliki perspektif yang berbeda dengan
manusia lainnya.1 Setiap anak memilki anugrah tersendiri yang diberikan dari
sang maha pencipta kepadanya melalui berbagai cara salah satunya adalah
sperti anak yang berbakat. Anugrah yang diberikan bukan hanya saja berupa
keblebihan namun terkadang kekuranganpun termasuk anugrah dari tuhan
yang diberikan kepada umatnya.
Setiap kelebihan dan kekurangan pada manusia pada dasarnya harus di
syukuri dan cara yang mensyukuri yang paling baik adalah dengan
mengembangkan kekurangan menjadi suatu kelebihan dan menjadikan
kelebihan sebagai sebagai perantara untuk membantu orang lain dalam hal
kebaikan. Keberbakatan hingga kini masih menjadi wacana yang sangat
menarik, baik bagi yang terlibat langsung dengan persoalan keberbakatan
maupun yang tidak. Bahkan menjadi lebih menarik lagi, karena banyak terjadi
miskonsepsi terhadap keberbakatan. 2

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu hakekat keterbakatan?
2. Apa konsep dasar anak berbakat?

1
Nurjan, Syarifan. (2018). Analisis Teoritik Keterbakatan Siswa: Journal Basic Of Education. Vol.
02 (2). hlm. 90
2
Syawan, Abdul Latif, dkk. Teori dan Konsep Anak Berbakat. Medan: ITTIHAD. Vol. 5 (1).
hlm.35
C. Tujuan
Materi yang akan dijabarkan pada makalah ini bertujuan untuk
memperluas pengetahuan mahasiswa/i dalam mempelajari hakekat
keterbakatan dan konsep dasar anak berbakat, dimana mahasiswa/i akan
memiliki pemahaman yang efektif dalam pembelajaran Pembinaan Anak
Berbakat.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakekat Keterbakatan
1. Konsep Keterbakatan
Konsep keberbakatan dari zaman dulu sampai sekarang sudah dikenal oleh
masyarakat luas, di lingkungan sosial, budaya, dan aneka ragam kehidupan.
Konsep ini sangat bermacam-macam tergantung pandangan masing-masing
atau nilai-nilai yang dianggap sesuai dengan lingkungan masyarakat, baik
masyarakat lokal, regional ataupun masyarakat internasional. Konsep
keberbakatan zaman Yunani berkaitan dengan kemahiran berpidato di depan
publik atau sebagai orator yang berkenan dihati masyarakat, yang mampu
membangkitkan perasaan masyarakat sebagai motivator. Sedangkan pada
zaman romawi keberbakatan di kaitkan dengan kepandaian berperang
melawan musuh dengan pedang terhunus, mampu mengusir lawan dari semua
penjuru arah dengan kemahirannya sebagai pahlawan.
Konsep keberbakatan (giftedness) lebih bersifat umum, sedangkan
”talented children” Menunjuk pada aspek-aspek khusus, misalnya dalam
matematika, fisika, bahasa, teknik, seni dan lain-lain.
a. “Three-Ring Conception” dari Renzulli
Berdasarkan hasil penelitian Renzulli bahwa keberbakatan
digambarkan melalui Three ring conception, tiga dimensi yang saling
berkaian yaitu kemampuan di atas rata-rata, kretifitas, dan komitmen
pada tugas. Renzulli meyakini bila faktor ini menyatu dalam diri
indvidu, haslinya adalah orang yang benar-benar berbakat.3

3
Sutisna, Nia. (2007). Anak Berbakat. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. hlm. 263
Dalam buku " The Three-Ring Conceptions" atau Konsepsi Tiga
Cincin menurut Renzulli (1986), menyatakan bahwa tiga ciri pokok
yang merupakan kriteria (persyaratan) keberbakatan (giftedness)
adalah keterkaitan antara :

1. Kemampuan umum di atas rata-rata


Istilah kemampuan umum mencakup berbagai bidang kemampuan
yang biasanya di ukur dengan tes inteligensi, prestasi, kemampuan
mental primer, dan berpikir kreatif. Diantaranya penalaran verbal,
numerical, spasial, gagasan yang orisinalitas. Kemampuan umum ini
salah satu kelompok ciri keberbakatan di samping kretivitas dan task
commitment.
2. Kreativitas
Kretivitas merupakan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang
baru, sebagai kemampuan memberikan gagasan-gagasan baru yang
dapat di terapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan
untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah
ada sebelumnya.
3. Pengikatan diri terhadap tugas (task commitment)
Pengikatan diri terhadap tugas merupakan bentuk motivasi internal
yang mendorong seseorang untuk tekun dan ulet mengerjakan
tugasnya, meskipun mengalami macam-macam rintangan,
menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya, karena dirinya
telah mengikatkan diri terhadap tugas tersebut atas kehendak sendiri. 4

4
Idris, Meity H. (2017). Anak Berbakat (Keterbakatan). Jurnal Pendidikan PAUD. Vol. 02 (1).
hlm. 37
Keberbakatan sering didiskusikan dan dihubungkan dengan
inteligensi, kreativitas serta tanggung jawab terhadap tugas.
a. Inteligensi
Para ilmuwan sering membahas inteligensi atau intelligence
quotient yang tinggi berhubungan erat dengan keberbakatan dan
kretifitas. Alfred Binet menyatakan bahwa inteligensi adalah
kemampuan untuk menilai, memahami, dan mempertimbangkan.
Tes inteligensi merupakan alat ukur untuk mengetahui IQ
seseorang yaitu usia mental atau usia tahap perkembangan yang
dicapai individu tersebut dan kemudian dibagi usia kronologis
yaitu usia sebenarnya dari individu, hasil pengukuran inilah yang
disebut IQ (Intelligence Quotient). Individu yang mencapai skor IQ
superior dianggap sebagai sangat berbakat (highly intelligent,
gifted) oleh karena itu inteligensi di anggap penting dalam tingkat
keberbakatan seseorang.
Inteligensi seseorang biasanya dinyatakan dengan IQ
(Intelligence Quotient), hasil dari tes WISE (Wechsler Intelligence
Scale for Children). Anak normal IQ nya rata-rata 100-110, 2,2%
dari populasi mencapai IQ 130 ke atas ini disebut sebagai anak
berbakat intelektual. Klasifikasi Inteligensi menurut Wechsler
dalam (Munandar, 1985: 20)
IQ Klasifikasi % Dalam Populasi
130 keatas Sangat Unggul 2,2
120 - 129 Unggul 6,7
110 - 119 Cukup Normal 16,1
90 - 109 Rata-Rata 50,0
80 - 89 Lambat Normal 16,1
70 - 79 Batas Dungu 6,7
Di bawah 70 Cacat mental 2,2
b. Kreatifitas
Secara umum kreatifitas diartikan sebagai kemampuan
untuk menciptakan sesuatu hasil yang baru, walaupun tidak selalu
harus baru semuanya, mungkin saja hasil karya gabungan dari yang
bekas sebagai unsur-unsurnya. Pandangan Clark tentang kreativitas
adalah inteligensi plus. Sedangkan menurut Pames kreatifitas
adalah fungsi dari pengetahuan, imajinasi, dan evaluasi. Proses
yang terkait mencari informasi, ide, maslah, pengakuan, dan
pemecahan masalah. Sedangkan menurut pendapat Munandar
(1985: 47) kreatifitas adalah kemampuan untuk membuat
kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur
yang ada.
Orang mengartikan kreativitas sebagai daya cipta melalui
kemampuannya untuk menghasilkan ide atau karya baru.
Kreatifitas muncul dalam berbagai hal kegiatan yang mengundang
perhatian umum, sebagai hasil pemikiran dan gagasan individu
yang berupa aktivitas seni, ilmu pengetahuan, teknologi, dan
karyakarya lainnya. Hal ini tidak terbatas pada jenis kelamin, usia
anak, suku bangsa atau kebudayaan tertentu. Konsep kreativitas,
pengertian kreativitas dapat di tinjau dari empat segi (4P dari
kreativitas) yaitu:
1. Sebagai produk: Suatu karya dapat di katakana kreatif jika
merupakan suatu ciptaan yang baru atau orisinil dan bermakna
dari individu dan / atau bagi lingkungannya.
2. Sebagai proses: Bersibuk diri secara kreatif yang menunjukan
kelancaran, fleksibilitas (keluwesan) dan orisinalitas dalam
berfikir dan berperilaku.
3. Sebagai pribadi: Kreativitas mencerminkan keunikan individu
dalam pikiranpikiran dan ungkapan-ungkapannya.
4. Sebagai press: Yaitu kondisi dari dalam dan dari luar yang
mendorong seseorang ke perilaku kreatif.
Selanjutnya (Gowan 1981), dalam menjelaskan kreativitas
kaitannya dengan keberbakatan menyatakan bahwa keberbakatan
adalah hasil dari berfungsinya secara total otak manusia, sehingga
kreativitaspun adalah pernyataan tertinggi keberbakatan bisa di
teliti dari dasar biologis otak.
c. Pengikatan diri terhadap tugas
Seorang anak berbakat mempunyai tanggung jawab
terhadap tugas yang diembannya, komitmen yang kuat terhadap
tugas yang lahir dari dalam dirinya (motivasi intrinsik). Segala
kemampuan dan keampuhan terhadap pekerjaan menjadi miliknya
untuk diselesaikan dan dipertanggung jawabkan secara moral.
Dorongannya kuat untuk mencari alternative penyelesaian tugas
secara tuntas, walaupun banyak rintangan yang menghadang tetap
berupaya untuk menyelesaikan secara baik walaupun situasi dan
kondisi kurang mendukung. Tujuannya adalah hasil yang
memuaskan dan mampu di pertanggung jawabkan, hal ini
merupakan prestasi yang di capai individu.
Apabila tugas sulit dipecahkan, maka akan mencari jalan
yang mampu menjawab persoalan, bertanya, mencari jalan sendiri
dari beberapa sudut alternative pemecahan secara tepat. Ada
beberapa ciri motivasi yang muncul seperti:
 Dorongannya dalam diri, bukan dari luar dirinya
 Tekun dalam menyelesaikan tugas-tugas, walaupun harus
berlama-lama waktunya, dikerjakan terus-menerus sampai
pekerjaan selesai
 Ulet dalam menghadapi rintangan, tidak cepat putus asa,
mencoba dan mencoba.
 Selalu ingin memperdalam hal-hal yang di terima (baik
pengetahuan maupun keterampilan).
 Tidak cepat puas dengan prestasi yang di raih.
 Menunjukan minat yang banyak walaupun permasalahan
orang dewasa
 Rajin belajar penuh semangat.
 Cepat bosan dengan tugas rutinitas yang di anggap mudah
 Mampu mempertahankan pendapatnya sendiri, apabila
merupakan keyakinan dirinya
 Mengejar tujuan jangka panjang, menunda pemuasan sesaat
 Senang mencari dan memecahkan soal-soal atau masalah
yang di hadapi
 Keberbakatan harus dilihat dari tiga dimensi secara utuh
dan menyeluruh sesuai dengan pandangan Renzulli (High
ability, high activity, and high commitment).5
b. Konsep Keterbakatan Sanford J Chon
Keberbakatan menurut Cohn tidak hanya berkaitan dengan aspek
kemampuan intelektual, tetapi juga mencakup motivasi untuk
menggambarkan kemampuan tersebut. Cohn menyodorkan suatu
pendekatan multidimensional. Ia beranjak dari tiga klasifikasi kawasan,
yaitu intelektual, artistik dan sosial. Tiga kawasan itu ditambah lagi
dengan kawasan kemanusiaan yang lain. Setiap kawasan tersebut
terideferensiasikan lagi dalam berbagai aspek. Demikian juga kawasan
intelektual terbagilagi dalam aspek kuantitatif, verbal, spasial dan
beberapa dimensi khusus lainnya. Kawasan artistik mencakup aspek seni
rupa, seni pertunjukan dan dimensi khusus artistik tertentu. Kawasan
sosial mencakup altruistik dan empati,kepemimpinan dan dimensi khusus
tertentu lainnya. Kawasan tambahan lainnya mencakup kemampuan
kemanusiaan yang lain yang terbagi dalam berbagai kekhususan.

5
Sutisna, Nia. (2007). Anak Berbakat. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. hlm. 268-279
c. Konsep Keterbakatan Francois Gagne
Konsep Keberbakatan Francois Gagne Konsep keberbakatan
Gagne amat membedakan keberbakatan intelektual (gifted) dan perolehan
hasil belajar skolastik. Sementara keberbakatan lainnya (talented) menurut
Gagne terkait dengan kualitas kepemimpinan,kinerja mekanik,
ketrampilan manipulatif dan ekspresi seni musik, literatur serta hubungan
kemanusiaan dan kemajuan kemanusiaan lainnya (Khatena, J.1992)
Dengan demikian Giftedness adalah serasi dengan kompetensi atau
aptitude di atas ratarata dalam berbagai kemampuan manusia, sedangkan
talent adalah situasi tampilnya kinerja atau kemampuan diatas rata-rata
dalam berbagai aktivitas.
Aptitude terbagi dalam empat kategori, yaitu intelektual, kreatif,
sosioafektif dan sensorimotorik sedangkan talent terbagi dalam lima
kategori yaitu akademik, teknik artistik, inter-personal dan atlentik,
(Gagne,F dalam Colangelo & Davis,l991) Aptitude banyak menunjuk pada
proses terwujudnya sesuatu sevagai ciri seseorang dan banyak dipengaruhi
oleh potensi herediter,sedangkan talent menunjuk pada hasil daripada
suatu kegiatan manusia yang diwarnai oleh konteksnya dan setelah dilatih
dan dididik memperlihatkan aktualisasi. Aptitude sebaiknya diidentifikasi
melalui tes psikologi sedangkan talent ditandai melalui kinerja atau
pertunjukan tertentu (Gagne dalam Colangelo, Davis,l991)

B. Konsep Dasar Anak Berbakat


1. Definisi Anak Berbakat
Banyak istilah yang muncul dari berbagai ahli tentang anak-anak berbakat,
di antaranya, Buris, 1962 menyebut gifted, highly talented, creative, superior,
talented, the able, the academically talented dan sebagainya. Atau Lewis M.
Terman menyebut bright, and genius. Di negara kita istilah ini terkenal
dengan berbakat, dan kata dasarnya adalah bakat. Biasanya seseorang disebut
berbakat apabila orang tersebut menghasilkan karya, keterampilan,
kemampuan, kapasitas dan sebagainya. Bakat (aptitude) diartikan sebagai
kemampuan bawaan yang merupakan potensi (potensial ability) yang masih
perlu dikembangkan atau dilatih.
Anak berbakat ialah mereka yang memiliki kemampuan-kemampuan yang
unggul, mampu memberikan prestasi atau memiliki kecerdasan yang tinggi
sedang keberbakatan harus ditinjau secara multi dimensional. Menurut
Depdiknas (2003), anak berbakat adalah mereka yang oleh psikolog dan atau
guru diidentifikasi sebagai peserta didik yang telah mencapai prestasi
memuaskan can memiliki kemampuan intelektual umum yang berfungsi pada
taraf cerdas, kreativitas yang memadai, dan keterikatan pada tugas yang
tergolong baik.
Sedangkan definisi menurut USOE (United States Office of Education),
anak berbakat adalah anak yang dapat membuktikan kemampuan
berprestasinya yang tinggi dalam bidang-bidang seperti intelektual, kreatif,
artistik, kapasitas kepemimpinan atau akademik spesifik dan mereka yang
membutuhkan pelayanan atau aktivitas yang tidak sama dengan yang
disediakan di sekolah sehubungan dengan penemuan kemampuan-
kemampuannya.6
Dalam Seminar Nasional mengenai “Alternatif Program Pendidikan bagi
Anak Berbakat” yang diselenggarakan oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan, Pusat Pengembangan Kurikulum
dan Sarana Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama
dengan Yayasan Pengembangan Kreativitas pada tanggal 12- 14 November
1981 di Jakarta, disepakati bahwa yang dimaksud dengan anak berbakat
adalah mereka yang oleh orang-orang profesional diidentifikasi sebagai anak
yang mampu mencapai prestasi yang tinggi karena mempunyai kemampuan-
kemampuan yang unggul. Anak-anak tersebut memerlukan program
pendidikan yang berdiferensiasi dan/atau pelayanan di luar jangkauan program
sekolah biasa agar dapat merealisasikan sumbangan mereka terhadap

6
Idris, Meity H. (2017). Anak Berbakat (Keterbakatan). Jurnal Pendidikan PAUD. Vol. 02 (1).
Hlm. 36-37
masyarakat maupun untuk pengembangan diri sendiri. (Utami Munandar,
2000).
Anak berbakat pada dasarnya memiliki karakteristik yang berbeda dengan
anak-anak pada umumnya. Kelebihan yang dimiliki anak berbakat ini
diantaranya adalah daya pikir mereka yang melebihi anak normal lainnya.
Mereka mampu memikirkan hal-hal yang tidak terpikirkan oleh anak-anak
normal, rasa ingin tahu yang mendalam terhadap diri dan lingkungan sekitar,
dapat menyelesaikan beberapa permasalahan secara serentak, berimajinasi,
memiliki pandangan yang luas serta dapat menguasai sesuatu yang baru secara
cepat.7
2. Identifikasi Anak Berbakat
Pemahaman anak berbakat bagi para pendidik sangat perlu agar mampu
menghadapi anak yang bermacam-macam kemampuannya, karakteristiknya,
minat, kebutuhan, dan sebagainya. Mengidentifikasi anak perlu agar mampu
memecahkan persoalan yang dihadapi, sehingga pemecahannya bisa dilakukan
secara interdisipliner. Identifikasi dapat diartikan proses mengenali anak yang
memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimiwa sehingga diperlukan layanan
berdiferensiasi agar mereka dapat berkembang secara penuh seperti potensi
yang dimilikinya. Dalam mengidentifikasi anak berbakat dapat menggunakan
strategi yang dikenal dengan The Generic Gipted Identification Strategy.
Melalui strategi ini Clark mencakup dua proses utama, yaitu:
1) Penyaringan (screening)
Pada tahap penjaringan. dilakukan melalui nominasi (guru, orang
tua, teman sejawat dan dirinya sendiri, laporan kemampuan siswa, hasil
karya siswa, pekerjaan siswa, observasi, skala/ interior atau tes
integelensi kelompok).
2) Identifikasi aktual/ actual identification

7
Ilyas, Zulmar. (2019). Pendidikan Khusus dan Anak Berbakat: Jurnal Manajemen Pendidikan
dan Keislaman. Vol. 8 (1). hlm.47
Tahap Identifikasi yaitu proses penelitian lebih mendalam tentang karakteristik
untuk ditetapkan sebagai kandidat. Tahap identifikasi bisa menggunakan tes
intelegensi individual, tes prestasi, tes kreativitas, tes bakat seni dan lain-lain.

Di Indonesia identifikasi anak berbakat dilakukan untuk merekrut mereka


menjadi peserta program akselarasi, atau percepatan belajar. Untuk menjaring
siswa yang berkemampuan unggulan ini, Depdiknas menentukan syaratnya.8

8
Syawan, Abdul Latif, dkk. Teori dan Konsep Anak Berbakat. Medan: ITTIHAD. Vol. 5 (1).
hlm.38-39
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Anak berbakat adalah mereka yang diidentifikasi sebagai peserta didik
yang telah mencapai prestasi memuaskan dan memiliki kemampuan dan
intelektual umum yang berfungsi pada taraf cerdas, kreativitas yang memadai, dan
ketertarikan pada tugas yang tergolong baik.Seorang anak dikatakan anak
berbakat (luar biasa) karena ia berbeda dengan anak-anak lainnya. Perbedaan
terletak pada ciri-ciri yang khas yang menunjukkan pada keunggulan dirinya.
Namun, 'keunggulan' tersebut selain menjadi sebuah kekuatan dalam dirinya
sekaligus menjadi 'kelemahan'. Yang dimaksud sebagai kelemahan di sini adalah
diabaikannya ia sebagai individu yang memiliki keberbakatan dan memiliki hak
sama dalam mendapatkan yang sesuai kebutuhan dirinya.

B. Saran
Demikianlah makalah yang sederhana dan banyak kekurangan yang
membawa ketidaksempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini di masa
mendatang.
DAFTAR PUSTAKA

Aat, Mar’atun Sholehah, dkk. (2022). Anak Berbakat (Jenius atai Gifted

Children). Jurnal Dunia Anak Usia Dini. Vol. IV (I)

Abdul, Latif Syafwan., dkk. (2021). Teori dan Konsep Anak Berbakat. Medan:

ITTIHAD. Vol V (I)

Meity H, Idris. (2017). Anak Berbakat (Keterbakatan). Jurnal Pendidikan PAUD.

Vol II (I).

Nia, Sutisna. (2007). Anak Berbakat. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Syarifan, Nurjan. (2018). Analisis Teoritik Keterbakatan Siswa. Journal Basic Of

Education. Vol II (II).

Zulmar, Ilyas. (2019). Pendidikan Khusus dan Anak Berbakat. Jurnal Manajemen

Pendidikan Islam. Vol VIII (I).

Anda mungkin juga menyukai