Anda di halaman 1dari 24

VOL. II. No.

1, Juli - Desember 2019 ISSN 2654-6159

PENGENALAN TOAFL SEBAGAI PENGEMBANGAN


PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DI MADRASAH ALIYAH

Farida Setiawaty
Sekolah Tinggi Agama Islam Darul Arqam Garut Jabar
farida.lhakim@gmail.com

Abstract

The Test of Arabic as a Foreign Language (TOAFL) was carried out as a


standardized assessment of Arabic related to listening ability, ability to understand
structure and Arabic idiomatic structure, as well as ability to understand Arabic
vocabulary, reading and grammar. The teaching needs of TOAFL in Madrasah Aliyah
are increasing along with the increasing interest of Madrasah Aliyah students to
continue their studies to the Middle East. TOAFL learning techniques still need to be
developed continuously to be more effective and efficient by adopting behavioristic
theory, cognitive learning theory, social learning theory, humanism learning theory.
And by utilizing the principles and techniques of several foreign language learning
methods that have been developed for a long time such as; grammar and translation
method, directed method, reading method, audio-lingual method, and election method.
Theories and methods are adjusted to the abilities or needs of students and supported
by technology or multimedia.

Keywords: TOAFL, method, Madrasah Aliyah, Arabic

Abstrak

Test of Arabic as a Foreign Language (TOAFL) dilaksanakan sebagai


standarisasi penilaian bahasa Arab terkait kemampuan menyimak, kemampuan
memahami struktur dan idiomatik bahasa Arab, serta kemampuan memahami kosakata,
membaca dan tata bahasa Arab. Kebutuhan pengajaran TOAFL di Madrasah Aliyah
semakin meningkat seiring dengan meningkatnya minat siswa Madrasah Aliyah untuk
melanjutkan studinya ke Timur Tengah. Teknik pembelajaran TOAFL masih perlu
dikembangkan terus menerus agar lebih efektif dan efisien dengan mengadopsi teori
behavioristik, teori belajar kognitif, teori belajar sosial, teori belajar humanism. Serta
dengan memanfaatkan prinsip dan teknik beberapa metode pembelajaran bahasa asing
yang telah berkembang lama semisal; grammar and translation method, directed
method, reading method, audio-lingual method, dan election method. Teori dan metode
tersebut kemudian disesuaikan dengan kemampuan atau kebutuhan siswa serta
didukung dengan teknologi atau multimedia.

Kata Kunci: TOAFL, metode, Madrasah Aliyah, bahasa Arab

23
23
MUTSAQQAFIN; JURNAL PENDIDIKAN ISLAM DAN BAHAS ARAB

A. Pendahuluan
Pembelajaran bahasa Arab termasuk pembelajaran bahasa kedua atau bahasa asing
yang dalam proses pembelajarannya di dalam kelas sudah dipastikan akan mendapat
beberapa kendala atau problematika. Problematika menurut Depdiknas (2008) adalah
hal yang masih belum dapat dipecahkan. Ini berindikasikan bahwa problematika itu
merupakan masalah yang terjadi dan belum ditemukan solusi penyelesaiannya.
Problematika dalam pembelajaran bahasa Arab ialah kesulitan yang dialami dalam
melaksanakan proses pembelajaran bahasa Arab sehingga dapat menghambat
pelaksanaan pembelajarannya.
Adapun problematika pembelajaran bahasa Arab dapat dikelompokkan menjadi
dua: yaitu problematika linguistik dan non linguistik. Problematika linguistik adalah
yang berhubungan langsung dengan bahasaArab itu sendiri. Sedangkan problematika
non linguistik menurut Fahrurrozi dan Mahyudin (2010) adalah permasalahan yang ikut
andil mempengaruhi bahkan menggagalkan kesuksesan program pembelajaran yang
dilaksanakan yang muncul di luar bahasa itu sendiri.
Menurut Nurbayan (2008) unsur yang termasuk pada problematika linguistik
ialah: 1) fonetik (ashwat ‘arabiyyah) yaitu menggambarkan persoalan yang
berhubungan dengan tata bunyi pengucapan kata dalam bahasa Arab, lebih tepatnya
tentang makharijul huruf atau tempat keluarnya huruf bahasa Arab; 2) fonemik yaitu
persoalan yang membahas fungsi-fungi bunyi dan proses menjadi fonem serta
pembagiannya yang didasarkan pada penggunaan praktis pada suatu bahasa; 3)
morfologi (qawa’id dan i’rab) yaitu pola suatu kata yang terdiri dari beberapa
perubahan bentuk kata baik yang berhubungan dengan pembentukan kata (sharfiyyah)
maupun yang berhubungan dengan susunan kalimat (nahwiyah); 3) gramatikal (tarakib)
yaitu aspek bahasa yang berhubungan dengan perubahan pola kalimat baik bentuk pola
kalimat ismiyah maupun fi’liyah.
Adapun unsur yang termasuk ke dalam problematika non linguistik ialah: 1)
guru; 2) siswa; 3) materi ajar; 4) sarana prasarana; 5) motivasi dan minat belajar; 6)
lingkungan berbahasa; 7) metode pembelajaran; dan 8) waktu yang tersedia.
Seiring dengan jalannya waktu dan kebutuhan, pembelajaran bahasa mengalami
perkembangan dan harus dikembangkan. Dalam penulisan makalah ini, penulis akan
memaparkan perkembangan kebutuhan siswa di Madrasah Aliyah terhadap

24
Pengenalan TOAFL Sebagai Pengembangan 24
Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah
VOL. II. No. 1, Juli - Desember 2019 ISSN 2654-6159

pembelajaran TOAFL, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari materi Bahasa
Arab. Meskipun belum banyak dikenal di kalangan siswa Madrasah Aliyah, tetapi
berdasarkan data dari Departemen Agama tentang materi tes Bahasa arab yang diujikan
bagi peserta pendaftar beasiswa untuk melanjutkan studi ke negara Timur Tengah
dengan sekolah asal Madrasah Aliyah ternyata jumlahnya cukup banyak.
Menurut data kementrian departemen agama bahwasanya peminat yang mendaftar
untuk beasiswa kuliah ke Timur Tengah pada tahun 2019 mengalami peningkatan di
banding tahun-tahun sebelumnya.

Gambar 01:
Data seleksi timur tengah tahun 2012-2018

Sumber: http://diktis.kemenag.go.id/

Dari data di atas menunjukan terjadi peningkatan dari tahun ke tahun terutama
pada tahun 2018.
Adapun pendaftar seleksi timur tengah pada tahun 2019, mencapai 9738 orang.
Dibawah ini jumlah pendaftar seleksi timur tengah berdasarkan lokasi ujian:

Gambar 02:
Daftar peserta beasiswa ke Timur Tengah berdasarkan lokasi ujian

No. Lokasi Ujian Jumlah Peserta


1. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 3235

25
25 FARIDA SETIAWATY
MUTSAQQAFIN; JURNAL PENDIDIKAN ISLAM DAN BAHAS ARAB

2. Universitas Islam Negeri Sumatera Utara 458


3. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau 778
4. Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang 317
5. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 1119
6. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar 647
7. Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin 250
8. Universitas Islam Negeri Gunung Jati Bandung 938
9. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 1283
10. Universitas Islam Negeri Ar Raniry Banda Aceh 565
11. Pondok Pesantren Darussalam Gontor 148

TOTAL = 9738

Sumber: http://diktis.kemenag.go.id/

Adapun negara-negara yang dituju untuk melanjutkan studinya di timur tengah


adalah Mesir, Sudan, Maroko dan Libanon. Dan negara yang paling diminati adalah
negara Mesir. Sebagaimana ditunjukan pada gambar di bawah ini:

Gambar 03:
Daftar negara yang paling banyak diminati

Sumber: http://diktis.kemenag.go.id/

26
Pengenalan TOAFL Sebagai Pengembangan 26
Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah
VOL. II. No. 1, Juli - Desember 2019 ISSN 2654-6159

Adapun sebagian besar peserta pendaftar beasiswa ke timur tengah berdasarkan


data dari departemen Agama berasal dari Madrasah Aliyah, sebagaimana dalam gambar
di bawah:
Gambar 04:
Peserta pendaftar beasiswa Timur-Tengah berdasarkan asal sekolah

Sumber: http://diktis.kemenag.go.id/

Dari data di atas menunjukan siswa yang mendaftarkan untuk beasiswa ke Timur-
Tengah semakin bertambah, dan Madrasah Aliyah menjadi asal sekolah peserta
terbanyak dibanding sekolah lain yang setingkat dengannya yaitu sebanyak 6229 siswa
dari jumlah seluruh peserta sebanyak 9738 siswa. Hal ini dapat dijadikan pertimbangan
untuk membantu siswa Madrasah Aliyah dalam memenuhi persyaratan mendapatkan
beasiswa di Timur-Tengah. Diantaranya mengerjakan soal-soal TOAFL (Test of Arabic
as Foreign Language) dengan maksimal. Adapun teknik pengajaran TOAFL dapat
disesuaikan dengan kemampuan siswa atau sesuai dengan kebutuhan serta di dukung
oleh metode pengajaran yang terbaru berbasis teknologi atau multimedia sehingga siswa
dapat mudah memahami pelajaran.
Dari pemaparan latar belakang di atas dan luasnya pembahasan tentang
pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah maka, pembahasan akan dibatasi agar
lebih spesifik dan detail yaitu:
a. Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah
b. Kebutuhan siswa terhadap pembelajaran TOAFL
c. Metode pembelajaran TOAFL

27
27 FARIDA SETIAWATY
MUTSAQQAFIN; JURNAL PENDIDIKAN ISLAM DAN BAHAS ARAB

B. Pembahasan
1. Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah
Kata pembelajaran berasal dari kata “belajar” yang mendapat awalan pe-
dan akhiran-an. Belajar merupakan suatu hal yang wajar dilakukan seseorang untuk
memperbaiki kualitas dirinya. Hal tersebut didukung oleh pendapat Slameto (1995)
yang mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Ditandai dengan bertambahnya ilmu dan pengalaman siswa.
Awalnya dia tidak mengetahui setelah belajar ia mengetahui hal yang tidak
diketahuinya berdasarkan pelajaran yang diberikan guru. Pendapat tersebut
didukung oleh Uno (2014) yang mengatakan bahwa belajar adalah perubahan
tingkah lagu secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari
praktik atau penguatan yang dilandasi untuk mencapai tujuan tertentu.
Sedangkan pembelajaran itu sendiri menurut Depdiknas (2008)
merupakan proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.
Pendapat tersebut dilengkapi oleh Nazarudin (2007) yang mengatakan bahwa
pembelajaran adalah seperangkat acara peristiwa eksternal yang dirancang untuk
mendukung terjadinya proses belajar yang sifatnya internal. Pendapat tersebut
didukung oleh Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat
20 yang menetapkan bahwa pembelajaran merupakan sebuah proses interaksi
antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan
belajar. Kemudian Kunandar (2007) memperluas arti pembelajaran yaitu proses
interaksi antara siswa dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku
ke arah yang lebih baik. Akan tetapi, pembelajaran itu hakikatnya merupakan
segala proses yang dilalui siswa untuk menjadikan pengetahuan dan
keterampilannya lebih baik lagi.
Sementara itu Gagne berpendapat bahwa pembelajaran ialah seperangkat
peristiwa-peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung beberapa proses
belajar yang sifatnya internal (Siregar dan Nara, 2010). Segala sesuatu yang berada
di luar proses belajar itu dan berhubungan dengan proses tersebut dikondisikan
sedemikian rupa sehingga proses belajar tetap berjalan dengan baik. Di dalamnya

28
Pengenalan TOAFL Sebagai Pengembangan 28
Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah
VOL. II. No. 1, Juli - Desember 2019 ISSN 2654-6159

terkandung makna bahwa guru dan murid tidak harus saling berinteraksi satu sama
lain. Berbeda halnya dengan Trianto (2012), ia berpendapat bahwa pembelajaran itu
diartikan sebagai interaksi dua arah dari seorang guru dan siswa, dimana antara
keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu
target yang telah ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan analisis pendapat Trianto ini,
dapat diketahui bahwa pembelajaran itu ditandai dengan berinteraksinya guru dan
siswa. Guru memberikan arahan pada siswa untuk mencapai target yang akan
dicapai. Selain itu, guru juga mengomunikasikan hal-hal penting termasuk materi
pelajaran. Jadi dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran ialah suasana yang dikondisikan agar siswa belajar baik yang
dilakukan dengan interaksi dengan guru maupun yang dilakukan oleh siswa tanpa
campur tangan guru.
Adapun karakteristik pembelajaran menurut Sanjaya (2011) adalah:
1) Pembelajaran itu membelajarkan siswa yaitu mengondisikan siswa agar ia
belajar sesuai dengan gaya belajarnya. Gaya belajar tiap individu dibedakan
atas tiga macam yaitu visual (penglihatan), audio (pendengaran) dan kinestetik
(gerak tubuhnya). Dalam hal ini guru berperan memberikan bimbingan dan
menfasilitasi agar siswa termotivasi untuk belajar. Dengan adanya pengetahuan
guru tentang gaya belajar masing-masing siswanya maka ia akan
merencanakan kegiatan pembelajaran yang bervariasi sehingga tidak ada
peserta didik yang merasa dirugikan dengan kegiatan pembelajaran yang
dilakukannya;
2) Proses pembelajaran berlangsung dimana saja dan kapan saja walaupun guru
tidak mendampingi siswanya, asalkan siswa mendapatkan ilmu dan
penambahan pengalaman maka itulah yang disebut dengan pembelajaran.
Siswa dapat menggunakan apa saja untuk mendapatkan pengalaman belajar.
Dan juga dapat memanfaatkan fasilitas tempat yang ada untuk belajar;
3) Pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan, segala upaya dilakukan oleh
guru agar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Hal itu
bisa dilakukan dengan pemberian motivasi atau bahkan menerapkan berbagai
metode dan pendekatan yang menarik perhatian siswa;

29
29 FARIDA SETIAWATY
MUTSAQQAFIN; JURNAL PENDIDIKAN ISLAM DAN BAHAS ARAB

4) Pelaksanaannya terkendali baik dari segi waktu, isi, proses maupun hasilnya.
Pembelajaran dilaksanakan dengan perencanaan yang matang oleh guru dalam
memperhitungkan waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Proses dan materi pembelajaran yang diberikan terkendali sesuai dengan
perencanaan yang dibuat guru. Dengan demikian hasil proses pembelajaran
akan sesuai dengan harapan guru.
Teori belajar dan pembelajaran belajar adalah sebuah proses yang terjadi
pada manusia dengan berpikir, merasa, dan bergerak untuk memahami setiap
kenyataan yang diinginkannya untuk menghasilkan sebuah perilaku, pengetahuan,
atau teknologi atau apapun yang berupa karya dan karsa manusia tersebut. Belajar
berarti sebuah pembaharuan menuju pengembangan diri individu agar
kehidupannya bisa lebih baik dari sebelumnya. Kegiatan dari proses belajar itu
dinamakan pembelajaran. Berikut ini teori-teori balajar dan pembelajaran:

1) Teori Behavioristik
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage
dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori
ini berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah
pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran yang dikenal
sebagai aliran behavioristik.
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai
akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah
belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Dengan
kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal
kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil
interaksi antara stimulus dan respon. Menurut teori ini yang terpenting adalah
masuk atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa
respon. Sedangkan proses di antara stimulus dan respon tidak diperhatikan karena
tidak dapat diamati.
Faktor lain yang penting menurut aliran behavioristik adalah faktor
penguatan (reinforcement) penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat
timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka

30
Pengenalan TOAFL Sebagai Pengembangan 30
Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah
VOL. II. No. 1, Juli - Desember 2019 ISSN 2654-6159

respon akan semakin kuat. Begitu juga bila penguatan dikurangi (negative
reinforcement) responpun akan tetap dikuatkan.

2) Teori Belajar Kognitif


Psikologi kognitif dianggap sebagai perpaduan antara Psikologi Gestalt dan
psikologi behaviorisme. Menurut teori kognitif belajar adalah suatu proses
perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang
dapat diukur dan diamati. Dalam teori ini lebih menekankan bagaimana proses atau
upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang
lain. Teori ini tentunya sangat berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih
menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara
kemampuan merespon terhadap stimulus yang datang kepada dirinya.
Teori kognitif memandang bahwa proses belajar akan dapat berjalan dengan
baik jika materi pelajaran atau informasi baru dapat beradaptasi dengan struktur
kognitif yang telah dimiliki oleh seseorang. Teori belajar kognitif mengemukakan
bahwa belajar merupakan proses dimana seorang manusia yang memiliki otak
dengan dilengkapi akal pikirannya dapat memproses suatu pemahaman dan
persepsi tentang suatu informasi. Secara umun teori belajar kognitif adalah suatu
proses yang lebih menitikberatkan proses membangun ingatan, retensi, pengolahan
informasi, emosi dan aspek-aspek intelektual lainnya.

3) Teori Belajar Sosial


Teori belajar sosial atau sering juga disebut teori observational learning
adalah suatu teori belajar yang masih relative baru jika dibandingkan dengan teori-
teori belajar yang lainnya. Pelopor atau tokoh dari pengembangan teori belajar ini
adalah Albert Bandura. Berbeda dengan penganut behaviorisme lainnya, Bandura
memandang perilaku individu tidak semata-mata reflex otomatis atas stimulus (S-R
Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara
lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri.
Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu
terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan
penyajian contoh perilaku (modelling). Teori ini juga masih memandang

31
31 FARIDA SETIAWATY
MUTSAQQAFIN; JURNAL PENDIDIKAN ISLAM DAN BAHAS ARAB

pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang


individu diharapkan akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang akan
dilakukannya.

4) Teori Belajar Humanisme


Teori belajar humanisme menjelaskan bahwa proses belajar harus dimulai
dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia (proses humanisasi). Oleh
sebab itu teori humanisme lebih menekankan pada bagaimana memahami persoalan
manusia dari berbagai dimensi yang dimilikinya, baik dimensi kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Teori ini lebih banyak membahas mengenai konsep-konsep
pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang proses
belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori lebih tertarik
kepada pengertian belajar dalam bentuknya paling ideal daripada pemahaman
tentang proses belajar sebagaimana apa adanya, seperti yang selama ini dikaji oleh
teori-teori belajar lainnya.
Teori humanistik berpendapat bahwa teori belajar apapun sarana dan
prasarana apapun dapat dimanfaatkan, asal tujuannya untuk memanusiakan
manuasia yaitu mencapai kesempurnaan hidup bagi manusia dengan indikasi (a)
kemampuan aktualisasi diri (b) kualitas pemahaman diri (c) kemampuan
merealisasikan diri dalam kehidupan yang nyata. Oleh karena itu dalam proses
pembelajaran harus mampu menciptakan situasi dan kondisi yang menyebabkan
manusia memiliki kebebasan untuk berfikir alternative dan kebebasan untuk
menemukan konsep dan prinsip.
Konsekuensi yang mutlak yang perlu dimiliki oleh seorang pendidik dalam
kontek teori humanistik ini adalah guru harus mampu memiliki sifat, karakter dan
tampilan sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Menurut Oliva F. Peter
dalam buku Pendidik Profesional (dalam Saekhan, 2008) dinyatakan bahwa guru
harus memiliki sifat sebagai berikut: Pertama, guru harus berperan sebagai seorang
kakek, yang lebih menekankan kemampuan menceritakan hubungan kekerabatan.
Kedua, guru harus mampu berperan sebagai seorang nenek, yang lebih senang
bercerita dan memberi nasehat kepada para cucunya. Ketiga, guru harus mampu
berperan sebagai seorang bapak/atau ayah, yang lebih berperan sebagai sosok orang

32
Pengenalan TOAFL Sebagai Pengembangan 32
Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah
VOL. II. No. 1, Juli - Desember 2019 ISSN 2654-6159

yang paling bertanggung jawab atas segala hal yang ada dalam rumah tangga. Guru
juga harus menampilkan sosok pribadinya di mata murid adalah sosok manusia
yang paling bertanggung jawab dalam proses pembelajaran. Keempat, guru harus
mampu berperan sebagai seorang ibu, yang lebih menekankan kemampuan
menampilkan sifat atau karakter membimbing, mengasuh dengan penuh kesabaran.
Kelima, guru harus mampu berperan sebagi seorang kakak, yang lebih menekankan
sifat kemampuan melindungi. Guru juga harus mampu menampilkan sosok manusia
yang melindungi para siswanya. Keenam, guru harus mampu berperan sebagai
seorang kakak ipar, yang lebih cenderung menampilkan karakter tidak mau ikut
campur dengan urusan orang lain. Guru dalam waktu tertentu tidak boleh selalu
mengintervensi terhadap urusan siswa. Guru harus mampu berperan sebagai sersan
mayor yang lebih menampilkan sosok manusia yang memiliki kedisiplinan tinggi.
Ketujuh, guru harus mampu berperan sebagai seorang editor buku, yang lebih
cenderung menampilkan sosok manusia yang mampu memberikan koreksi atau
mengedit tentang berbagai ilmu pengetahuan atau informasi. Dengan memiliki
karakteristik di atas diharapkan seorang guru bisa menjadi sosok yang paling ideal
menurut mereka. Sehingga dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran siswa dapat
benar-benar menghargai dan menghormati gurunya.

2. Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah


Dalam Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 000912 Tahun
2013 tentang kurikulum Madrasah 2013 mata pelajaran pendidikan agama Islam
dan bahasa Arab. Peraturan itu berbunyi bahasa Arab merupakan mata pelajaran
bahasa yang diarahkan untuk mendorong, membimbing, mengembangkan, dan
membina kemampuan serta menumbuhkan sikap positif terhadap bahasa Arab, baik
reseptif maupun produktif. Kemampuan reseptif yaitu kemampuan untuk
memahami pembicaraan orang lain dan memahami bacaan. Sedangkan kemampuan
produktif yaitu kemampuan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi baik
secara lisan maupun secara tertulis.
Kemampuan berbahasa serta sikap positif terhadap bahasa Arab tersebut
sangat penting dalam membantu memahami sumber ajaran Islam yaitu al-Qur‟an
dan Sunnah atau hadits Nabi Muhammad saw. serta kitab-kitab berbahasa Arab

33
33 FARIDA SETIAWATY
MUTSAQQAFIN; JURNAL PENDIDIKAN ISLAM DAN BAHAS ARAB

yangberkaitan dengan Islam.Oleh karena itu, bahasa Arab di madrasah


dipersiapkan untuk pencapaian kompetensi dasar berbahasa yang mencakup empat
keterampilan berbahasa yang diajarkan secara integral yaitu menyimak (istima’),
berbicara (kalaam), membaca (qira’ah), dan menulis (kitabah).
Pada halaman yang berbeda, peraturan Menteri Agama tersebut juga
mengungkapkan tujuan mata pelajaran bahasa Arab pada Madrasah Aliyah yaitu: 1)
mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Arab baik lisan maupun
tulis yang mencakup empat kecakapa berbahasa yakni menyimak (istima’),
berbicara (kalaam), membaca (qira’ah), dan menulis (kitabah); 2) menumbuhkan
kesadaran tentang pentingnya bahasa Arab sebagai salah satu bahasa asing untuk
menjadi alat utama belajar, khususnya dalam mengkaji sumber-sumber ajaran
Islam; 3) mengembangkan pemahaman tentang salingketerkaitan antara bahsa dan
budaya serta memperluas cakrawala budaya yang berbeda dengan lingkungan
kesehariannya. Dengan demikian, siswa diharapkan memiliki wawasan lintas
budaya dan melibatkan diri dalam keragaman budaya.
Lebih lanjut mengenai tujuan pembelajaran bahasa Arab, Peraturan Menteri
Agama Republik Indonesia nomor 2 tahun 2008 tentang standar kompetensi lulusan
dan standar isi pendidikan agama Islam dan bahasa Arab di madrasah juga
menjelaskan lebih rinci mengenai hasil akhir proses pembelajaran bahasa Arab.
Hasil akhir yang disebut dengan kompetensi lulusan pembelajaran bahasa Arab
yaitu: 1) menyimak, memahami wacana lisan berbentuk paparan atau dialog
tentang madrasah, masjid, muslim, pekerjaan, al-Qur‟anul Karim, kehidupan
beragama, akhlak mulia, kegiatan mengajar, ilmu pengetahuan, perdagangan,
rekreasi, dunia Arab, bahasa Arab, dan masyarakat; 2) berbicara, mengungkapkan
secara lisan dalam bentuk paparan atau dialog tentang madrasah, masjid, muslim,
pekerjaan, al-Qur‟anul Karim, kehidupan beragama, akhlak mulia, kegiatan
mengajar, ilmu pengetahuan, perdagangan, rekreasi, dunia Arab, bahasa dan
masyarakat Arab; 3) membaca, membaca dan memahami makna wacana tertulis
paparan atau dialog tentang madrasah, masjid, muslim, pekerjaan, al-Qur‟anul
Karim, kehidupan beragama, akhlak mulia, kegiatan mengajar, ilmu pengetahuan,
perdagangan, rekreasi, dunia Arab, bahasa dan masyarakat Arab; 4) menulis,
mengungkapkan secara tertulis berbentuk paparan atau dialog tentang madrasah,

34
Pengenalan TOAFL Sebagai Pengembangan 34
Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah
VOL. II. No. 1, Juli - Desember 2019 ISSN 2654-6159

masjid, muslim, pekerjaan, al-Qur‟anul Karim, kehidupan beragama, akhlak mulia,


kegiatan mengajar, ilmu pengetahuan, perdagangan, rekreasi, dunia Arab, bahasa
dan masyarakat Arab.
Dari uraian standar kelulusan pembelajaran bahasa Arab tersebut, dapat
diketahui bahwa yang dituntut dalam pembelajaran itu memang betul-betul
kehidupan sehari-hari siswa. Dengan demikian kosa-kata yang dipahami dan
dikuasainya bermanfaat bagi dirinya. Dan mudah dipahami oleh siswa karena dekat
dengan lingkungan dan kesehariannya.

2. Kebutuhan Siswa Terhadap Pembelajaran TOAFL


a. TOAFL
TOAFL adalah singkatan dari “Test of Arabic as a Foreign Language”.
TOAFL dilaksanakan sebagai standarisasi penilaian bahasa Arab. Dengan adanya
standarisasi tersebut, diharapkan mampu menekan peserta didik sehingga memiliki
keterampilan bahasa Arab yang matang. Standarisasi penilaian bahasa Arab ini
telah banyak dilaksanakan di Perguruan-perguruan Tinggi di Indonesia, baik negeri
mapun swasta.
Penamaan TOAFL diilhami oleh TOEFL yang memang telah lebih dulu
dikenal. Pengambilan ini memang dimaksudkan agar TOAFL lebih mudah
diucapkan dan lebih cepat dikenal oleh banyak orang, meskipun terkesan “mirip”
TOEFL. Selain itu mengapa menggunakan TOAFL, adapun alasannya adalah
sebagai berikut: a) Selama ini (UIN, IAIN, STAIN) belum mempunyai tes bahasa
Arab standar seperti TOEFL. b) Tes ini mampu mengukur tingkat kemampuan
(reseptif) seseorang dalam berbahasa Arab. c) Tes ini mudah dikerjakan dan mudah
dikoreksi. d) Jawaban dan hasil penilaiannya bersifat objektif dan pasti. e) Materi
tes ini cukup komprehensif, dan menurut pemahaman dan penguasaan mufradat
yang cukup banyak. 2. Tujuan TOAFL TOAFL merupakan standarisasi penilaian
bahasa Arab.
Diantara tujuan TOAFL adalah: a) Menetapkan norma-norma keterampilan
bahasa Arab yang kelak dijadikan sebagai pedoman standarisasi kelulusan bahasa
Arab. b) Memberlakukan standar baku kelulusan bahasa Arab dalam TOAFL. c)
Meningkatkan kualitas kemampuan dan penguasaan bahasa Arab bagi lulusan

35
35 FARIDA SETIAWATY
MUTSAQQAFIN; JURNAL PENDIDIKAN ISLAM DAN BAHAS ARAB

program S1, S2, dan S3 seluruh lembaga pendidikan di bawah naungan


Kementerian Agama strata 1 sampai doktor. d) Menumbuhkan kesadaran peserta
studi Islam dan ilmu pengetahuan akan signifikansi bahasa Arab sebagai media
utama studi Islam dan ilmu pengetahuan. e) Memberdayakan kemampuan
memahami bahasa Arab. f) Meningkatkan penguasaan kebahasaaraban berwacana
studi Islam. (Barwami, 2011: 11 dan Wahab, 2010)
Berdasarkan sejarah singkat TOAFL. TOAFL dibuat dan diterbitkan
pertama kali pada tahun 1998 oleh sebuah Tim penyusun yang diprakarsai oleh
Muhbib Abdul Wahab dan Suwito. Tim ini beranggotakan: a) Chotibul Umam, b)
HD. Hidayat, c) Rofi'i, d) Akrom Malibary, e) Muhammad Matsna, f) Satria
Effendi, g) Abdul Kadir Al-Habsyi. (Wahab, 2010)
Adapun tujuan awal pembentukan tim ini adalah untuk menyiapkan bahan
tes standar bagi mahasiswa S1 dan S3 yang akan menyelesaikan studinya. Pada
tahun 1999/2000, TOAFL “Test of Arabic as a Foreign Language”. mulai
digunakan sebagai salah satu materi tes, ujian masuk Program S2 dan S3 IAIN (kini
UIN) Jakarta. Mulai 2005, Program S1 diwajibkan mengikuti TOAFL. Pada tahun
2000/2001. TOAFL juga digunakan sebagai materi tes masuk di beberapa Program
Pascasarjana diluar UIN Jakarta. Dan sekarang digunakan juga bagi siswa yang
akan mengikuti ujian masuk ke universitas di Timur Tengah melalui jalur beasiswa
yang difasilitasi oleh Diktis (Direktur Pendidikan Tinggi Islam) di Departemen
Agama. Dan peserta yag mendaftar tahun ini sebanyak 9738 siswa, dan sekitar 70%
pesertanya berasal dari Madrasah Aliyah.

b. Kebutuhan siswa terhadap TOAFL


Berdasarkan data yang diambil dari Dikti (Direktur Pendidikan Tinggi
Islam) di Departemen Agama. Meningkatnya minat para siswa untuk melanjutkan
studi ke Timur Tengah dari tahun ke tahun. Yang mana salah satu materi yang
diujikan dalam persyaratan penerima beasiswa ke Timur Tengah adalah mampu
menyelesaikan soal soal TOAFL. Hal ini dapat dijadikan pertimbangan bagi
pegambil keputusan di madrasah Aliyah untuk mulai mengenalkan pebelajaran
TOAFL, bukan saja persiapan bagi siswa yang akan melanjutkan studi ke Timur
Tengah dengan jalur beasiswa, tetapi juga sebagai evaluasi pembelajaran Bahasa

36
Pengenalan TOAFL Sebagai Pengembangan 36
Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah
VOL. II. No. 1, Juli - Desember 2019 ISSN 2654-6159

Arab terutama mengevaluasi keterampilan membaca, menulis, mendengar dan


berbicara siswa selama di Madrasah Aliyah.
Adapun aspek-aspek tes dan jumlah item soal TOAFL adalah sebagai
berikut:
1) Fahm al-Masmu'
Terdiri dari 50 item soal, meliputi:
(a) Kemampuan memahami makna, pengertian, penalaran logis atau
kesimpulan dari sebuah pernyataan/kalimat yang diperdengarkan. Jumlah
soal untuk bagian ini sebanyak 20 item.
(b) Kemampuan memahami maksud, topik, penalaran logis, kesimpulan dan
makna tersirat dari dialog singkat antara dua orang. Jumlah soal untuk
bagian ini sebanyak 15 item.
(c) Kemampuan memahami maksud, topik, penalaran logis, kesimpulan dan
makna tersirat dari dialog panjang antara dua orang atau lebih dan atau
alenia pernyataan. Jumlah soal untuk bagian ini sebanyak 15 item.
(d) Waktu yang dialokasikan ±30-35 menit atau sampai bunyi kaset berakhir.
(e) Soal-soal istima' hanya sekali dibacakan atau sama sekali tidak ada
pengulangan.
2) Fahm al-Tarakib wa al-Ibarat,
Bagian ini terdiri dari 40 item soal, meliputi:
(a) Kemampuan melengkapi kalimat dengan ungkapan atau struktur baku.
Jumlah soal untuk bagian ini sebanyak 20 item.
(b) Kemampuan memahami dan menganalisis penggunaan kata, ungkapan dan
atau struktur yang salah dalam sebuah kalimat. Jumlah soal untuk bagian
ini sebanyak 20 item
(c) Waktu yang dialokasikan hanya 30 menit
3) Fahm al-Mufradât wa al-Nash al-Maktub wa al-Qawa'id,
Terdiri dari 60 item, meliputi:
(a) Kemampuan memahami taraduf (sinonim) atau kedekatan makna suatu
yang digarisbawahi sesuai dengan konteks kalimat. Jumlah soal untuk
bagian ini sebanyak 20 item.

37
37 FARIDA SETIAWATY
MUTSAQQAFIN; JURNAL PENDIDIKAN ISLAM DAN BAHAS ARAB

(b) Kemampuan memahami isi, topik dan makna tersirat dalam beberapa
paragraf/wacana. Jumlah soal untuk bagian ini sebanyak 20 item.
(c) Kemampuan memahami penggunaan, kedudukan (i'rab), derivasi, bentuk
kata dan istilah-istilah nahwu dan sharaf. Jumlah soal untuk bagian ini
sebanyak 20 item.
(d) Waktu yang dialokasikan adalah 50 menit.
(e) Substansi soal-soal dalam TOAFL didasarkan pada buku-buku bahasa Arab
standar, baik klasik maupun kontemporer.
(f) Wacana yang diujikan meliputi pemikiran Islam (ilmu kalam/teologi,
filsafat Islam, tasawuf), tafsir, ilmu tafsir, hadis, ilmu hadis, sejarah dan
peradaban Islam, pemikiran politik Islam, pendidikan Islam, dakwah Islam,
fiqih dan ushul fiqih, bahasa dan sastra Arab, ekonomi Islam, komunikasi,
sosiologi, perkembangan modern/kontemporer dunia Islam dan
perkembangan sains dalam berbagai bidang.

3. Model Pembelajaran TOAFL


a. Model Pembelajaran
Konsep model pembelajaran menurut Trianto (2010: 51), menyebutkan
bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran
tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan
digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam
kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
Sedangkan metode pembelajaran menurut Djamarah (2006: 46) "Suatu cara
yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan‟. Dalam kegiatan
belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru agar penggunaanya bervariasi sesuai
yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Dari konsep pembelajaran, model
dan metode pembelajaran dapat didefinisikan bahwa model pembelajaran adalah
prosedur atau pola sistematis yang digunakan sebagai pedoman untuk mencapai
tujuan pembelajaran didalamnya terdapat strategi, teknik, metode, bahan, media dan
alat penilaian pembelajaran.

38
Pengenalan TOAFL Sebagai Pengembangan 38
Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah
VOL. II. No. 1, Juli - Desember 2019 ISSN 2654-6159

Sedangkan metode pembelajaran adalah cara atau tahapan yang digunakan


dalam interaksi antara peserta didik dan pendidik untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan sesuai dengan materi dan mekanisme metode
pembelajaran.

b. Metode pembelajaran Bahasa Arab


Dalam pembelajaran bahasa Arab dikenal beberapa macam metode
pembelajaran diantaranya adalah: thariqah al-Qawa’id wa al-Tarjamah, thariqah al-
Mubasyarah, thariqah al-Qira’ah, thariqah al-Sam’iyyah al-Syafawiyyah, thariqah
al-Tulifiyyah, dan lain-lain. Dewasa ini pembelajaran bahasa Arab, meskipun
mengalami segudang masalah dalam pembelajarannya, namun pemerhati bahasa
Arab dan guru-guru bahasa Arab pada lembaga pendidikan dan madrasah telah ada
yang melakukan berbagai inovasi dan kreasi dalam melaksanakan pembelajaran
bahasa Arab, dengan menerapkan metode-metode pembelajaran mutakhir tersebut.

1) Thariqah al-Qawa‟id wa al-Tarjamah (Metode Kaidah dan Terjemahan)


Konsep dasar Thariqah al-Qawa‟id wa al-Tarjamah Asumsi yang mendasari
metode kaidah (tata bahasa Arab) dan terjemah adalah logika semesta yang
menyatakan bahwa semua bahasa di dunia ini dasarnya sama, dan tata bahasa adalah
cabang dari logika. (Nababan, 1993: 170) Tata bahasa Arab secara etimologi adalah
dasar, pedoman, asas, peraturan. (Munawwir, 1984: 1224) Dapat juga diartikan
rumusan asas-asas yang menjadi hukum. (Depdikbud, 1993: 376)
Adapun tujuan pembelajaran tata bahasa Arab secara umum adalah “agar
siswa dapat memahami dan memberi pemahaman terhadap lawan bicaranya tentang
pembicaraan atau tulisan secara baik dan benar”. (Hidayat, 1986: 25-26) Dengan
demikian, bukan berarti tata bahasa Arab itu sebagai tujuan langsung, akan tetapi
hanya sebagai medium untuk mencapai tujuan yang dimaksud.
Ba‟labaki (1990: 216) menjelaskan bahwa dasar pokok metode ini adalah
hapalan kaidah, analisa gramatika terhadap wacana, lalu diterjemahkan ke dalam
bahasa yang digunakan sebagai pengantar pelajaran. Sedangkan perhatian terhadap
kemampuan berbicara sangat kecil. Ini berarti bahwa titik tekan metode ini bukan
melatih para pelajar agar pandai berkomunikasi secara aktif, melainkan memahami

39
39 FARIDA SETIAWATY
MUTSAQQAFIN; JURNAL PENDIDIKAN ISLAM DAN BAHAS ARAB

bahasa secara logis yang didasarkan kepada analisa cermat terhadap aspek kaidah
tata bahasa. Tujuan metode ini menurut al-Naqah (2010) adalah agar para pelajar
pandai dalam menghapal dan memahami tata bahasa, mengungkapkan ide-ide
dengan menerjemahkan bahasa ibu atau bahasa kedua ke dalam bahasa asing yang
dipelajari, dan membekali mereka agar mampu memahami teks bahasa asing dengan
menerjemahkannya ke dalam bahasa sehari-hari atau sebaliknya.
Berdasarkan pernyataan tersebut ada dua aspek penting dalam metode kaidah
(tata bahasa) dan terjemah yaitu: pertama kemampuan menguasai kaidah dan bahasa;
dan kedua, kemampuan menterjemahkan. Dari konsep dasar tersebut dapat
dikemukakan bebrapa karakteristik metode kaidah dan terjemah yaitu: Ada kegiatan
disiplin mental dan pengembangan intelektual dalam belajar bahasa dengan banyak
penghapalan, dan memahami fakta-fakta; ada penekanan pada kegiatan membaca,
mengarang dan terjemahan, sedangkan kegiatan menyimak dan berbicara kurang
diperhatikan, seleksi kosa kata khususnya berdasarkan teks-teks bacaan yang dipakai.
Kosa kata ini diajarkan melalui daftar-daftar kamus dan penghafalan. Unit
yang mendasar ialah kalimat, maka perhatian lebih banyak dicurahkan kepada
kalimat, sebab kebanyakan waktu para pelajar dihabiskan untuk aktifitas terjemah
kalimat-kalimat terpisah,; tata bahasa diajarkan secara deduktif, yaitu dengan
menyajikan kaidah-kaidah bahasa seperti dalam bahasa lain yang dianggap semesta.
Ini kemudian dilatih lewat terjemahan-terjemahannya,; bahasa pelajar sehari-hari
(bahasa ibu atau bahasa kedua) digunakan sebagai bahasa pengantar.

2) Thariqah al-Mubasyarah (Metode Langsung)


Konsepnya adalah cara menyajikan materi pelajaran bahasa asing khususnya
bahasa Arab dimana guru langsung menggunakan bahasa asing tersebut sebagai
bahasa pengantar tanpa menggunakan bahasa anak didik sedikit pun dalam mengajar.
Jika ada suatu kata-kata yang sulit dimengerti oleh anak didik, maka guru
mengartikan dengan menggunakan alat peraga, mendemonstrasikan,
menggambarkan dan lain-lain. Yang menjadi konsep dari metode langsung (direct
method) ini adalah karena siswa tidak dituntut agar dapat menghafal rumus-rumus
tertentu, berpikir dan mengingat, maka dalam pengajaran bahasa, anak didik dilatih
praktek langsung mengucapkan kata-kata atau kalimat tertentu. Sekalipun kata-kata

40
Pengenalan TOAFL Sebagai Pengembangan 40
Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah
VOL. II. No. 1, Juli - Desember 2019 ISSN 2654-6159

atau kalimat tersebut masih asing dan tidak dipahami anak didik, namun sedikit demi
sedikit kata-kata dan kalimat itu akan dapat diucapkan dan dapat pula
mengartikannya. (Tayar, 1995: 152)
Dari konsep metode langsung di atas, dapat dikemukakan bahwa karekteristik
atau ciri-ciri dari metode langsung adalah: Bahasa adalah berbicara, maka berbicara
merupakan aspek yang harus diprioritaskan. Jika ada materi dalam bentuk bacaan,
maka bacaan itu pertama kali disajikan dalam bentuk lisan,
Sejak dini pelajar dibiasakan berpikir dalam bahasa bahasa asing yang
dipelajari. Cara ini dilakukan agar pelajar pandai menggunakan bahasa secara
otomatis layaknya bahasa ibu, bahasa ibu dan bahasa kedua atau terjemahan kedalam
dua bahasa tersebut tidak digunakan,; tidak begitu memperlihatkan tata bahasa,
kalaupun ada hanya diberikan dengan mengulang-ulang contoh kalimat secara lisan,
bukan dengan menjelaskan definisi atau menghapalkannya; ada asosiasi langsung
antara kata-kata/kalimat-kalimat dengan makna yang dimaksud melalui
peragaan/demonstrasi, gerakan, mimik muka, gambar bahkan alam nyata. Atas dasar
ini proses belajar dapat dilakukan baik di dalam maupun di luar kelas; untuk
memantapkan pelajar dalam menguasai bahasa asing yang dipelajari, pengajar
memberikan latihan berulang-ulang dengan contoh dan hapalan. (Hermawan, 2011:
178)

3) Thariqah Membaca
Dalam konsep metode ini, salah satu kegiatan pentingnya adalah membaca dan
dasar metode membaca adalah penguasaan bahasa asing dengan memulainya dari
penguasaan unsur bahasa terkecil, yaitu kosa kata yang didahului oleh latihan
pengucapan yang benar, lalu pemahaman. Penguasaan unsur bahasa yang terkecil
akan menentukan penguasaan bahasa secara keseluruhan, sedangkan pengucapan
kata dan pelafalan kalimat yang baik dan benar merupakan modal dasar membaca
yang baik dan benar. (Hermawan, 2011: 178)
Adapun karakteristik metode ini adalah: (a) Tujuan utamanya adalah
kemahiran membaca. (b) Materi pelajaran berupa buku bacaan dengan suplemen
daftar kosa kata dan pertanyaan-pertanyaan isi bacaan, buku bacaan penunjang untuk
perluasan, buku latihan mengarang dan percakapan. (c) Basis kegiatan pembelajaran

41
41 FARIDA SETIAWATY
MUTSAQQAFIN; JURNAL PENDIDIKAN ISLAM DAN BAHAS ARAB

adalah memahami isi bacaan, didahului pengenalan kosa kata pokok dan maknanya,
kemudian mendiskusikan isi bacaan dengan bantuan guru. (d) Membaca diam lebih
diutamakan daripada membaca keras (e) Kaidah bahasa diterangkan seperlunya tidak
boleh berkepanjangan. (Effenddy, 2005: 41)

4) Thariqah al-Sam‟iyyah al-Syafawiyyah (Metode Audio-Lingual)


Konsep metode audiolingual adalah metode yang mendasarkan diri kepada
pendekatan struktural dalam pengajaran bahasa. Sebagai implikasinya metode ini
menekankan penelaahan dan pendeskripsian suatu bahasa yang akan dipelajari
dengan memulainya dari sistem bunyi (fonologi), kemudian sistem pembentukan
kata (morfologi), dan sistem pembentukan kalimat (sintaksis). Pada dasarnya ada dua
pendekatan teori yang mendasari pengajaran bahasa, sebagaimana kita ketahui, yaitu
teori tata bahasa tradisional dan struktural. Keduanya memiliki pandangan yang
saling berbeda dalam hal tata bahasa. Teori tradisional meyakini adanya tata bahasa
yang semesta, sedangkan teori struktural meyakini bahwa struktur bahasa di dunia
tidak sama, menurut teori tradisional bahasa yang baik dan benar adalah menurut
para ahli bahasa (dalam istilah linguistik disebut presriptif), sedangkan menurut teori
struktural yang baik dan benar adalah yang digunakan oleh penutur asli (dalam
istilah lingusitik disebut deskriptif). (Hermawan, 2011: 185)
Adapun konsep metode audiolingual adalah sebagai berikut: (a) Dasar bahasa
adalah percakapan, sedangkan tulisan adalah bagian dari percakapan. Maka materi
yang perlu diprioritaskan dalam pengajaran bahasa asing atau bahasa tujuan adalah
memahami pembicaraan dan berbicara, setelah itu baru aspek lain, yaitu membaca
dan menulis. (b) Pembelajaran bahasa asing harus saling berhubungan satu sama lain
seperti: mendengarkan apa yang diucapkan oleh guru, kemudian mengucapkan apa
yang diucapkan oleh guru, lalu membaca apa yang diucapkan oleh guru dan yang
terakhir adalah menulis apa yang dibaca atau diucapkan oleh gurunya. (c) Materi
yang harus dipelajari adalah bahasa asing atau bahasa tujuan, bukan materi mengenai
bahasa. Artinya metode ini memiliki prinsip yang bertolak belakang dengan metode
kaidah dan terjemah, yaitu tidak memperhatikan aspek kaidah bahasa maupun
terjemahan, kecuali jika sangat terpaksa. Sebagai gantinya pelajar dituntut untuk

42
Pengenalan TOAFL Sebagai Pengembangan 42
Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah
VOL. II. No. 1, Juli - Desember 2019 ISSN 2654-6159

berlatih sacara intensif dalam penggunaan bahasa. Dengan demikian bahasa adalah
untuk digunakan, bukan untuk dibicarakan. (Arsyad, 2012: 46)

5) Thariqah al-Taulifiyyah (Metode Eklektik)


Konsep Metode eklektik adalah menyajikan bahan pelajaran asing di depan
kelas dengan melalui kombinasi/campuran beberapa metode, misalnya: metode
langsung, metode gramatika, metode tarjamah dan yang lainnya. M. Radhi al-Hafid
dalam buku Siti Aisyah Chalik (2014: 106) mengemukakan bahwa metode eklektik
adalah metode yang merupakan kombinasi prinsip-prinsip fonetik, intuisi, induksi
penggunaan teks modern dan studi gramatika secara sistematis menurut cara
tradisional.

c. Metode pembelajaran efektif untuk pengenalan TOAFL


Dari pembahasan beberapa metode pembelajaran Bahasa Arab yang telah
dibahas sebelumnya, guru dapat memilih salah satu metode atau menggunakan
beberapa metode sehingga siswa tidak merasa jenuh. Karena semakin menarik suatu
proses pembelajaran maka semakin efektif .
Ada lima indikator pembelajaran efektif, yaitu: (1) pengelolaan pelaksanaan
pembelajaran, (2) proses komunikatif, (3) respon peserta didik; (4) aktifitas belajar,
dan (5) hasil belajar. Suatu kegiatan pembelajaran dikatakan efektif jika lima
indikator yang saling berkaitan di atas mencapai kategori minimal baik. (Yusuf,
2019)
Pada tingkat yang amat umum sekali, hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan
menjadi 3 (tiga), yaitu: (1) Keefektifan (effectiveness), (2) Efisien (efficiency), dan
(3) Daya tarik (appeal). Kefektifan pembelajaran biasanya diukur dengan tingkat
pencapaian si belajar. Ada 4 (empat) aspek penting yang dapat dipakai untuk
mendreskripsikan keefektifan pembelajaran, yaitu: (1) kecermatan penguasaan
perilaku yang dipelajari atau sering disebut dengan “tingkat kesalahan”, (2)
kecepatan untuk kerja, (3) tingkat alih belajar, (4) tingkat retensi dari apa yang
dipelajari. Efisien pembelajaran biasanya diukur dengan rasio antara keefektifan dan
jumlah waktu yang dipakai si belajar atau jumlah biaya pembelajaran yang
digunakan. Daya tarik pembelajaran biasanya diukur dengan mangamati

43
43 FARIDA SETIAWATY
MUTSAQQAFIN; JURNAL PENDIDIKAN ISLAM DAN BAHAS ARAB

kecenderungan siswa untuk tetap belajar. Daya tarik pembelajaran erat sekali
kaitannya dengan daya tarik bidang studi, dimana kualitas pembelajaran biasanya
akan mempengaruhi keduanya. Itulah sebabnya pengukuran kecenderungan siswa
untuk terus atau tidak terus belajar dapat dikaitkan dengan proses pembelajaran itu
sendiri atau dengan bidang studi. (Uno, 2008: 21)
Metode pembelajaran TOAFL dalam perkembangannya, memang tidak
seramai dengan metode TOEFL, yang memang sudah banyak dikaji oleh para
peneliti dan penulis. Tapi tidak menutup kemungkinan metode pembelajaran TOAFL
akan semakin berkembang seiring dengan meningkatnya kebutuhan siswa terhadap
pembelaaran TOAFL.

C. Simpulan
TOAFL adalah singkatan dari “Test of Arabic as a Foreign Language”. TOAFL
memang kurang populer di antara siswa di Madrasah Aliyah, padahal kebutuhan siswa
akan pembelajaran dan penguasaan TOAFL semakin meningkat seiring dengan
meningkatnya minat siswa Madrasah Aliyah untuk melanjutkan studinya ke Timur
Tengah.
TOAFL dilaksanakan sebagai standarisasi penilaian bahasa Arab. Dengan adanya
standarisasi tersebut, diharapkan mampu menekan peserta didik sehingga memiliki
keterampilan bahasa Arab yang matang. Standarisasi penilaian bahasa Arab ini telah
banyak dilaksanakan di Perguruan-perguruan Tinggi di Indonesia, baik negeri mapun
swasta. Dalam TOAFL diujikan kemampuan peserta terkait: fahm al-masmu', fahm al-
tarakib wa al-ibarat, dan fahm al-mufradât wa al-nash al-maktub wa al-qawa'id.
Adapun teknik pengajaran TOAFL dapat disesuaikan dengan kemampuan siswa
atau sesuai dengan kebutuhan serta di dukung oleh metode pengajaran yang terbaru
berbasis teknologi atau multimedia sehingga siswa dapat mudah memahami pelajaran.
Teori pembelajaran untuk membelajarkan TOAFL bisa dikembangkan dari teori
behavioristik, teori belajar kognitif, teori belajar social, teori belajar humanism. Model
pembelajaran TOAFL bisa diambil dari prinsip-prinsip dan teknik-teknik yang
ditawarkan oleh metode thariqah al-qawa’id wa al-tarjamah, thariqah al-mubasyarah,
thariqah qir'ah, thariqah al-sam’iyyah al-syafawiyyah, dan thariqah al-taulifiyyah.

44
Pengenalan TOAFL Sebagai Pengembangan 44
Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah
VOL. II. No. 1, Juli - Desember 2019 ISSN 2654-6159

DAFTAR PUSTAKA

Al-Naqah, Mahmud Kamil Hasan. Usus I’dad Mawad Ta’lim al-‘Arabiyyah wa Ta’
lifuha. Qahirah: Kulliyyah al-Arabiyah Jami‟ah „Ain Syams, 2010.
Arsyad, Azhar. Thuruq Tadris al-Lugah al-‘Arabiyyah, Makassar: Alauidin
University, 2012.
Ba‟labaki, Ramzi Munir. Mu’jam al-Musthalahat al-Lugawiyyah, Bairut: Dar al-„Ilm
li al-Malayin, 1990.
Cangara, H. Haviet. Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Rajawali, 2009.
Chalik, Siti Aisyah. Metode Pembelajaran Bahasa Arab, Makassar: Alauddin
University Press, 2014.
D. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007.
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
1993.
Effendy, Ahmad Fuad. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, Malang: Misykat, 2005.
Hafidz, M. Pembelajaran Bahasa Arab; Sebuah Pendekatan Metodologi,
Salatiga: STAIN Salatiga Press, 2012.
Hermawan, Acep. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2014.
Hidayat, D.. Mukhtasar Turuq Tadris al Lugah al-‘Arabiyyah Li Tullab al-Madaris
wa al Ma’ahid al indunisiyyah, Jakarta: UIN Jakarta, 1986.
Munawwir, A. W.. Kamus al-Munawwir Arab–Indonesia Terlengkap, Yogyakarta:
Pustaka Progressif, 1984.
Nababan, Sri Utari Subyakto. Metodologi Pengajaran Bahasa, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 1993
Uno, Hamzah B.. Perencanaan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
______________. Profesi Kependidikan; Problema, Solusi dan Reformasi Pendidikan
di Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Yusuf, Bistari Basuni. Konsep dan Indikator Pembelajaran Efektif. Jurnal Kajian
dan Pembelajaran Vol. 1 No. 2, Oktober 2017-Maret 2019.
Yusuf, Tayar. Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1995.

45
45 FARIDA SETIAWATY
MUTSAQQAFIN; JURNAL PENDIDIKAN ISLAM DAN BAHAS ARAB

46

Anda mungkin juga menyukai