Pengenalan TOAFL
Pengenalan TOAFL
Farida Setiawaty
Sekolah Tinggi Agama Islam Darul Arqam Garut Jabar
farida.lhakim@gmail.com
Abstract
Abstrak
23
23
MUTSAQQAFIN; JURNAL PENDIDIKAN ISLAM DAN BAHAS ARAB
A. Pendahuluan
Pembelajaran bahasa Arab termasuk pembelajaran bahasa kedua atau bahasa asing
yang dalam proses pembelajarannya di dalam kelas sudah dipastikan akan mendapat
beberapa kendala atau problematika. Problematika menurut Depdiknas (2008) adalah
hal yang masih belum dapat dipecahkan. Ini berindikasikan bahwa problematika itu
merupakan masalah yang terjadi dan belum ditemukan solusi penyelesaiannya.
Problematika dalam pembelajaran bahasa Arab ialah kesulitan yang dialami dalam
melaksanakan proses pembelajaran bahasa Arab sehingga dapat menghambat
pelaksanaan pembelajarannya.
Adapun problematika pembelajaran bahasa Arab dapat dikelompokkan menjadi
dua: yaitu problematika linguistik dan non linguistik. Problematika linguistik adalah
yang berhubungan langsung dengan bahasaArab itu sendiri. Sedangkan problematika
non linguistik menurut Fahrurrozi dan Mahyudin (2010) adalah permasalahan yang ikut
andil mempengaruhi bahkan menggagalkan kesuksesan program pembelajaran yang
dilaksanakan yang muncul di luar bahasa itu sendiri.
Menurut Nurbayan (2008) unsur yang termasuk pada problematika linguistik
ialah: 1) fonetik (ashwat ‘arabiyyah) yaitu menggambarkan persoalan yang
berhubungan dengan tata bunyi pengucapan kata dalam bahasa Arab, lebih tepatnya
tentang makharijul huruf atau tempat keluarnya huruf bahasa Arab; 2) fonemik yaitu
persoalan yang membahas fungsi-fungi bunyi dan proses menjadi fonem serta
pembagiannya yang didasarkan pada penggunaan praktis pada suatu bahasa; 3)
morfologi (qawa’id dan i’rab) yaitu pola suatu kata yang terdiri dari beberapa
perubahan bentuk kata baik yang berhubungan dengan pembentukan kata (sharfiyyah)
maupun yang berhubungan dengan susunan kalimat (nahwiyah); 3) gramatikal (tarakib)
yaitu aspek bahasa yang berhubungan dengan perubahan pola kalimat baik bentuk pola
kalimat ismiyah maupun fi’liyah.
Adapun unsur yang termasuk ke dalam problematika non linguistik ialah: 1)
guru; 2) siswa; 3) materi ajar; 4) sarana prasarana; 5) motivasi dan minat belajar; 6)
lingkungan berbahasa; 7) metode pembelajaran; dan 8) waktu yang tersedia.
Seiring dengan jalannya waktu dan kebutuhan, pembelajaran bahasa mengalami
perkembangan dan harus dikembangkan. Dalam penulisan makalah ini, penulis akan
memaparkan perkembangan kebutuhan siswa di Madrasah Aliyah terhadap
24
Pengenalan TOAFL Sebagai Pengembangan 24
Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah
VOL. II. No. 1, Juli - Desember 2019 ISSN 2654-6159
pembelajaran TOAFL, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari materi Bahasa
Arab. Meskipun belum banyak dikenal di kalangan siswa Madrasah Aliyah, tetapi
berdasarkan data dari Departemen Agama tentang materi tes Bahasa arab yang diujikan
bagi peserta pendaftar beasiswa untuk melanjutkan studi ke negara Timur Tengah
dengan sekolah asal Madrasah Aliyah ternyata jumlahnya cukup banyak.
Menurut data kementrian departemen agama bahwasanya peminat yang mendaftar
untuk beasiswa kuliah ke Timur Tengah pada tahun 2019 mengalami peningkatan di
banding tahun-tahun sebelumnya.
Gambar 01:
Data seleksi timur tengah tahun 2012-2018
Sumber: http://diktis.kemenag.go.id/
Dari data di atas menunjukan terjadi peningkatan dari tahun ke tahun terutama
pada tahun 2018.
Adapun pendaftar seleksi timur tengah pada tahun 2019, mencapai 9738 orang.
Dibawah ini jumlah pendaftar seleksi timur tengah berdasarkan lokasi ujian:
Gambar 02:
Daftar peserta beasiswa ke Timur Tengah berdasarkan lokasi ujian
25
25 FARIDA SETIAWATY
MUTSAQQAFIN; JURNAL PENDIDIKAN ISLAM DAN BAHAS ARAB
TOTAL = 9738
Sumber: http://diktis.kemenag.go.id/
Gambar 03:
Daftar negara yang paling banyak diminati
Sumber: http://diktis.kemenag.go.id/
26
Pengenalan TOAFL Sebagai Pengembangan 26
Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah
VOL. II. No. 1, Juli - Desember 2019 ISSN 2654-6159
Sumber: http://diktis.kemenag.go.id/
Dari data di atas menunjukan siswa yang mendaftarkan untuk beasiswa ke Timur-
Tengah semakin bertambah, dan Madrasah Aliyah menjadi asal sekolah peserta
terbanyak dibanding sekolah lain yang setingkat dengannya yaitu sebanyak 6229 siswa
dari jumlah seluruh peserta sebanyak 9738 siswa. Hal ini dapat dijadikan pertimbangan
untuk membantu siswa Madrasah Aliyah dalam memenuhi persyaratan mendapatkan
beasiswa di Timur-Tengah. Diantaranya mengerjakan soal-soal TOAFL (Test of Arabic
as Foreign Language) dengan maksimal. Adapun teknik pengajaran TOAFL dapat
disesuaikan dengan kemampuan siswa atau sesuai dengan kebutuhan serta di dukung
oleh metode pengajaran yang terbaru berbasis teknologi atau multimedia sehingga siswa
dapat mudah memahami pelajaran.
Dari pemaparan latar belakang di atas dan luasnya pembahasan tentang
pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah maka, pembahasan akan dibatasi agar
lebih spesifik dan detail yaitu:
a. Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah
b. Kebutuhan siswa terhadap pembelajaran TOAFL
c. Metode pembelajaran TOAFL
27
27 FARIDA SETIAWATY
MUTSAQQAFIN; JURNAL PENDIDIKAN ISLAM DAN BAHAS ARAB
B. Pembahasan
1. Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah
Kata pembelajaran berasal dari kata “belajar” yang mendapat awalan pe-
dan akhiran-an. Belajar merupakan suatu hal yang wajar dilakukan seseorang untuk
memperbaiki kualitas dirinya. Hal tersebut didukung oleh pendapat Slameto (1995)
yang mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Ditandai dengan bertambahnya ilmu dan pengalaman siswa.
Awalnya dia tidak mengetahui setelah belajar ia mengetahui hal yang tidak
diketahuinya berdasarkan pelajaran yang diberikan guru. Pendapat tersebut
didukung oleh Uno (2014) yang mengatakan bahwa belajar adalah perubahan
tingkah lagu secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari
praktik atau penguatan yang dilandasi untuk mencapai tujuan tertentu.
Sedangkan pembelajaran itu sendiri menurut Depdiknas (2008)
merupakan proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.
Pendapat tersebut dilengkapi oleh Nazarudin (2007) yang mengatakan bahwa
pembelajaran adalah seperangkat acara peristiwa eksternal yang dirancang untuk
mendukung terjadinya proses belajar yang sifatnya internal. Pendapat tersebut
didukung oleh Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat
20 yang menetapkan bahwa pembelajaran merupakan sebuah proses interaksi
antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan
belajar. Kemudian Kunandar (2007) memperluas arti pembelajaran yaitu proses
interaksi antara siswa dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku
ke arah yang lebih baik. Akan tetapi, pembelajaran itu hakikatnya merupakan
segala proses yang dilalui siswa untuk menjadikan pengetahuan dan
keterampilannya lebih baik lagi.
Sementara itu Gagne berpendapat bahwa pembelajaran ialah seperangkat
peristiwa-peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung beberapa proses
belajar yang sifatnya internal (Siregar dan Nara, 2010). Segala sesuatu yang berada
di luar proses belajar itu dan berhubungan dengan proses tersebut dikondisikan
sedemikian rupa sehingga proses belajar tetap berjalan dengan baik. Di dalamnya
28
Pengenalan TOAFL Sebagai Pengembangan 28
Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah
VOL. II. No. 1, Juli - Desember 2019 ISSN 2654-6159
terkandung makna bahwa guru dan murid tidak harus saling berinteraksi satu sama
lain. Berbeda halnya dengan Trianto (2012), ia berpendapat bahwa pembelajaran itu
diartikan sebagai interaksi dua arah dari seorang guru dan siswa, dimana antara
keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu
target yang telah ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan analisis pendapat Trianto ini,
dapat diketahui bahwa pembelajaran itu ditandai dengan berinteraksinya guru dan
siswa. Guru memberikan arahan pada siswa untuk mencapai target yang akan
dicapai. Selain itu, guru juga mengomunikasikan hal-hal penting termasuk materi
pelajaran. Jadi dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran ialah suasana yang dikondisikan agar siswa belajar baik yang
dilakukan dengan interaksi dengan guru maupun yang dilakukan oleh siswa tanpa
campur tangan guru.
Adapun karakteristik pembelajaran menurut Sanjaya (2011) adalah:
1) Pembelajaran itu membelajarkan siswa yaitu mengondisikan siswa agar ia
belajar sesuai dengan gaya belajarnya. Gaya belajar tiap individu dibedakan
atas tiga macam yaitu visual (penglihatan), audio (pendengaran) dan kinestetik
(gerak tubuhnya). Dalam hal ini guru berperan memberikan bimbingan dan
menfasilitasi agar siswa termotivasi untuk belajar. Dengan adanya pengetahuan
guru tentang gaya belajar masing-masing siswanya maka ia akan
merencanakan kegiatan pembelajaran yang bervariasi sehingga tidak ada
peserta didik yang merasa dirugikan dengan kegiatan pembelajaran yang
dilakukannya;
2) Proses pembelajaran berlangsung dimana saja dan kapan saja walaupun guru
tidak mendampingi siswanya, asalkan siswa mendapatkan ilmu dan
penambahan pengalaman maka itulah yang disebut dengan pembelajaran.
Siswa dapat menggunakan apa saja untuk mendapatkan pengalaman belajar.
Dan juga dapat memanfaatkan fasilitas tempat yang ada untuk belajar;
3) Pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan, segala upaya dilakukan oleh
guru agar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Hal itu
bisa dilakukan dengan pemberian motivasi atau bahkan menerapkan berbagai
metode dan pendekatan yang menarik perhatian siswa;
29
29 FARIDA SETIAWATY
MUTSAQQAFIN; JURNAL PENDIDIKAN ISLAM DAN BAHAS ARAB
4) Pelaksanaannya terkendali baik dari segi waktu, isi, proses maupun hasilnya.
Pembelajaran dilaksanakan dengan perencanaan yang matang oleh guru dalam
memperhitungkan waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Proses dan materi pembelajaran yang diberikan terkendali sesuai dengan
perencanaan yang dibuat guru. Dengan demikian hasil proses pembelajaran
akan sesuai dengan harapan guru.
Teori belajar dan pembelajaran belajar adalah sebuah proses yang terjadi
pada manusia dengan berpikir, merasa, dan bergerak untuk memahami setiap
kenyataan yang diinginkannya untuk menghasilkan sebuah perilaku, pengetahuan,
atau teknologi atau apapun yang berupa karya dan karsa manusia tersebut. Belajar
berarti sebuah pembaharuan menuju pengembangan diri individu agar
kehidupannya bisa lebih baik dari sebelumnya. Kegiatan dari proses belajar itu
dinamakan pembelajaran. Berikut ini teori-teori balajar dan pembelajaran:
1) Teori Behavioristik
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage
dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori
ini berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah
pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran yang dikenal
sebagai aliran behavioristik.
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai
akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah
belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Dengan
kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal
kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil
interaksi antara stimulus dan respon. Menurut teori ini yang terpenting adalah
masuk atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa
respon. Sedangkan proses di antara stimulus dan respon tidak diperhatikan karena
tidak dapat diamati.
Faktor lain yang penting menurut aliran behavioristik adalah faktor
penguatan (reinforcement) penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat
timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka
30
Pengenalan TOAFL Sebagai Pengembangan 30
Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah
VOL. II. No. 1, Juli - Desember 2019 ISSN 2654-6159
respon akan semakin kuat. Begitu juga bila penguatan dikurangi (negative
reinforcement) responpun akan tetap dikuatkan.
31
31 FARIDA SETIAWATY
MUTSAQQAFIN; JURNAL PENDIDIKAN ISLAM DAN BAHAS ARAB
32
Pengenalan TOAFL Sebagai Pengembangan 32
Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah
VOL. II. No. 1, Juli - Desember 2019 ISSN 2654-6159
yang paling bertanggung jawab atas segala hal yang ada dalam rumah tangga. Guru
juga harus menampilkan sosok pribadinya di mata murid adalah sosok manusia
yang paling bertanggung jawab dalam proses pembelajaran. Keempat, guru harus
mampu berperan sebagai seorang ibu, yang lebih menekankan kemampuan
menampilkan sifat atau karakter membimbing, mengasuh dengan penuh kesabaran.
Kelima, guru harus mampu berperan sebagi seorang kakak, yang lebih menekankan
sifat kemampuan melindungi. Guru juga harus mampu menampilkan sosok manusia
yang melindungi para siswanya. Keenam, guru harus mampu berperan sebagai
seorang kakak ipar, yang lebih cenderung menampilkan karakter tidak mau ikut
campur dengan urusan orang lain. Guru dalam waktu tertentu tidak boleh selalu
mengintervensi terhadap urusan siswa. Guru harus mampu berperan sebagai sersan
mayor yang lebih menampilkan sosok manusia yang memiliki kedisiplinan tinggi.
Ketujuh, guru harus mampu berperan sebagai seorang editor buku, yang lebih
cenderung menampilkan sosok manusia yang mampu memberikan koreksi atau
mengedit tentang berbagai ilmu pengetahuan atau informasi. Dengan memiliki
karakteristik di atas diharapkan seorang guru bisa menjadi sosok yang paling ideal
menurut mereka. Sehingga dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran siswa dapat
benar-benar menghargai dan menghormati gurunya.
33
33 FARIDA SETIAWATY
MUTSAQQAFIN; JURNAL PENDIDIKAN ISLAM DAN BAHAS ARAB
34
Pengenalan TOAFL Sebagai Pengembangan 34
Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah
VOL. II. No. 1, Juli - Desember 2019 ISSN 2654-6159
35
35 FARIDA SETIAWATY
MUTSAQQAFIN; JURNAL PENDIDIKAN ISLAM DAN BAHAS ARAB
36
Pengenalan TOAFL Sebagai Pengembangan 36
Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah
VOL. II. No. 1, Juli - Desember 2019 ISSN 2654-6159
37
37 FARIDA SETIAWATY
MUTSAQQAFIN; JURNAL PENDIDIKAN ISLAM DAN BAHAS ARAB
(b) Kemampuan memahami isi, topik dan makna tersirat dalam beberapa
paragraf/wacana. Jumlah soal untuk bagian ini sebanyak 20 item.
(c) Kemampuan memahami penggunaan, kedudukan (i'rab), derivasi, bentuk
kata dan istilah-istilah nahwu dan sharaf. Jumlah soal untuk bagian ini
sebanyak 20 item.
(d) Waktu yang dialokasikan adalah 50 menit.
(e) Substansi soal-soal dalam TOAFL didasarkan pada buku-buku bahasa Arab
standar, baik klasik maupun kontemporer.
(f) Wacana yang diujikan meliputi pemikiran Islam (ilmu kalam/teologi,
filsafat Islam, tasawuf), tafsir, ilmu tafsir, hadis, ilmu hadis, sejarah dan
peradaban Islam, pemikiran politik Islam, pendidikan Islam, dakwah Islam,
fiqih dan ushul fiqih, bahasa dan sastra Arab, ekonomi Islam, komunikasi,
sosiologi, perkembangan modern/kontemporer dunia Islam dan
perkembangan sains dalam berbagai bidang.
38
Pengenalan TOAFL Sebagai Pengembangan 38
Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah
VOL. II. No. 1, Juli - Desember 2019 ISSN 2654-6159
39
39 FARIDA SETIAWATY
MUTSAQQAFIN; JURNAL PENDIDIKAN ISLAM DAN BAHAS ARAB
bahasa secara logis yang didasarkan kepada analisa cermat terhadap aspek kaidah
tata bahasa. Tujuan metode ini menurut al-Naqah (2010) adalah agar para pelajar
pandai dalam menghapal dan memahami tata bahasa, mengungkapkan ide-ide
dengan menerjemahkan bahasa ibu atau bahasa kedua ke dalam bahasa asing yang
dipelajari, dan membekali mereka agar mampu memahami teks bahasa asing dengan
menerjemahkannya ke dalam bahasa sehari-hari atau sebaliknya.
Berdasarkan pernyataan tersebut ada dua aspek penting dalam metode kaidah
(tata bahasa) dan terjemah yaitu: pertama kemampuan menguasai kaidah dan bahasa;
dan kedua, kemampuan menterjemahkan. Dari konsep dasar tersebut dapat
dikemukakan bebrapa karakteristik metode kaidah dan terjemah yaitu: Ada kegiatan
disiplin mental dan pengembangan intelektual dalam belajar bahasa dengan banyak
penghapalan, dan memahami fakta-fakta; ada penekanan pada kegiatan membaca,
mengarang dan terjemahan, sedangkan kegiatan menyimak dan berbicara kurang
diperhatikan, seleksi kosa kata khususnya berdasarkan teks-teks bacaan yang dipakai.
Kosa kata ini diajarkan melalui daftar-daftar kamus dan penghafalan. Unit
yang mendasar ialah kalimat, maka perhatian lebih banyak dicurahkan kepada
kalimat, sebab kebanyakan waktu para pelajar dihabiskan untuk aktifitas terjemah
kalimat-kalimat terpisah,; tata bahasa diajarkan secara deduktif, yaitu dengan
menyajikan kaidah-kaidah bahasa seperti dalam bahasa lain yang dianggap semesta.
Ini kemudian dilatih lewat terjemahan-terjemahannya,; bahasa pelajar sehari-hari
(bahasa ibu atau bahasa kedua) digunakan sebagai bahasa pengantar.
40
Pengenalan TOAFL Sebagai Pengembangan 40
Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah
VOL. II. No. 1, Juli - Desember 2019 ISSN 2654-6159
atau kalimat tersebut masih asing dan tidak dipahami anak didik, namun sedikit demi
sedikit kata-kata dan kalimat itu akan dapat diucapkan dan dapat pula
mengartikannya. (Tayar, 1995: 152)
Dari konsep metode langsung di atas, dapat dikemukakan bahwa karekteristik
atau ciri-ciri dari metode langsung adalah: Bahasa adalah berbicara, maka berbicara
merupakan aspek yang harus diprioritaskan. Jika ada materi dalam bentuk bacaan,
maka bacaan itu pertama kali disajikan dalam bentuk lisan,
Sejak dini pelajar dibiasakan berpikir dalam bahasa bahasa asing yang
dipelajari. Cara ini dilakukan agar pelajar pandai menggunakan bahasa secara
otomatis layaknya bahasa ibu, bahasa ibu dan bahasa kedua atau terjemahan kedalam
dua bahasa tersebut tidak digunakan,; tidak begitu memperlihatkan tata bahasa,
kalaupun ada hanya diberikan dengan mengulang-ulang contoh kalimat secara lisan,
bukan dengan menjelaskan definisi atau menghapalkannya; ada asosiasi langsung
antara kata-kata/kalimat-kalimat dengan makna yang dimaksud melalui
peragaan/demonstrasi, gerakan, mimik muka, gambar bahkan alam nyata. Atas dasar
ini proses belajar dapat dilakukan baik di dalam maupun di luar kelas; untuk
memantapkan pelajar dalam menguasai bahasa asing yang dipelajari, pengajar
memberikan latihan berulang-ulang dengan contoh dan hapalan. (Hermawan, 2011:
178)
3) Thariqah Membaca
Dalam konsep metode ini, salah satu kegiatan pentingnya adalah membaca dan
dasar metode membaca adalah penguasaan bahasa asing dengan memulainya dari
penguasaan unsur bahasa terkecil, yaitu kosa kata yang didahului oleh latihan
pengucapan yang benar, lalu pemahaman. Penguasaan unsur bahasa yang terkecil
akan menentukan penguasaan bahasa secara keseluruhan, sedangkan pengucapan
kata dan pelafalan kalimat yang baik dan benar merupakan modal dasar membaca
yang baik dan benar. (Hermawan, 2011: 178)
Adapun karakteristik metode ini adalah: (a) Tujuan utamanya adalah
kemahiran membaca. (b) Materi pelajaran berupa buku bacaan dengan suplemen
daftar kosa kata dan pertanyaan-pertanyaan isi bacaan, buku bacaan penunjang untuk
perluasan, buku latihan mengarang dan percakapan. (c) Basis kegiatan pembelajaran
41
41 FARIDA SETIAWATY
MUTSAQQAFIN; JURNAL PENDIDIKAN ISLAM DAN BAHAS ARAB
adalah memahami isi bacaan, didahului pengenalan kosa kata pokok dan maknanya,
kemudian mendiskusikan isi bacaan dengan bantuan guru. (d) Membaca diam lebih
diutamakan daripada membaca keras (e) Kaidah bahasa diterangkan seperlunya tidak
boleh berkepanjangan. (Effenddy, 2005: 41)
42
Pengenalan TOAFL Sebagai Pengembangan 42
Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah
VOL. II. No. 1, Juli - Desember 2019 ISSN 2654-6159
berlatih sacara intensif dalam penggunaan bahasa. Dengan demikian bahasa adalah
untuk digunakan, bukan untuk dibicarakan. (Arsyad, 2012: 46)
43
43 FARIDA SETIAWATY
MUTSAQQAFIN; JURNAL PENDIDIKAN ISLAM DAN BAHAS ARAB
kecenderungan siswa untuk tetap belajar. Daya tarik pembelajaran erat sekali
kaitannya dengan daya tarik bidang studi, dimana kualitas pembelajaran biasanya
akan mempengaruhi keduanya. Itulah sebabnya pengukuran kecenderungan siswa
untuk terus atau tidak terus belajar dapat dikaitkan dengan proses pembelajaran itu
sendiri atau dengan bidang studi. (Uno, 2008: 21)
Metode pembelajaran TOAFL dalam perkembangannya, memang tidak
seramai dengan metode TOEFL, yang memang sudah banyak dikaji oleh para
peneliti dan penulis. Tapi tidak menutup kemungkinan metode pembelajaran TOAFL
akan semakin berkembang seiring dengan meningkatnya kebutuhan siswa terhadap
pembelaaran TOAFL.
C. Simpulan
TOAFL adalah singkatan dari “Test of Arabic as a Foreign Language”. TOAFL
memang kurang populer di antara siswa di Madrasah Aliyah, padahal kebutuhan siswa
akan pembelajaran dan penguasaan TOAFL semakin meningkat seiring dengan
meningkatnya minat siswa Madrasah Aliyah untuk melanjutkan studinya ke Timur
Tengah.
TOAFL dilaksanakan sebagai standarisasi penilaian bahasa Arab. Dengan adanya
standarisasi tersebut, diharapkan mampu menekan peserta didik sehingga memiliki
keterampilan bahasa Arab yang matang. Standarisasi penilaian bahasa Arab ini telah
banyak dilaksanakan di Perguruan-perguruan Tinggi di Indonesia, baik negeri mapun
swasta. Dalam TOAFL diujikan kemampuan peserta terkait: fahm al-masmu', fahm al-
tarakib wa al-ibarat, dan fahm al-mufradât wa al-nash al-maktub wa al-qawa'id.
Adapun teknik pengajaran TOAFL dapat disesuaikan dengan kemampuan siswa
atau sesuai dengan kebutuhan serta di dukung oleh metode pengajaran yang terbaru
berbasis teknologi atau multimedia sehingga siswa dapat mudah memahami pelajaran.
Teori pembelajaran untuk membelajarkan TOAFL bisa dikembangkan dari teori
behavioristik, teori belajar kognitif, teori belajar social, teori belajar humanism. Model
pembelajaran TOAFL bisa diambil dari prinsip-prinsip dan teknik-teknik yang
ditawarkan oleh metode thariqah al-qawa’id wa al-tarjamah, thariqah al-mubasyarah,
thariqah qir'ah, thariqah al-sam’iyyah al-syafawiyyah, dan thariqah al-taulifiyyah.
44
Pengenalan TOAFL Sebagai Pengembangan 44
Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah
VOL. II. No. 1, Juli - Desember 2019 ISSN 2654-6159
DAFTAR PUSTAKA
Al-Naqah, Mahmud Kamil Hasan. Usus I’dad Mawad Ta’lim al-‘Arabiyyah wa Ta’
lifuha. Qahirah: Kulliyyah al-Arabiyah Jami‟ah „Ain Syams, 2010.
Arsyad, Azhar. Thuruq Tadris al-Lugah al-‘Arabiyyah, Makassar: Alauidin
University, 2012.
Ba‟labaki, Ramzi Munir. Mu’jam al-Musthalahat al-Lugawiyyah, Bairut: Dar al-„Ilm
li al-Malayin, 1990.
Cangara, H. Haviet. Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Rajawali, 2009.
Chalik, Siti Aisyah. Metode Pembelajaran Bahasa Arab, Makassar: Alauddin
University Press, 2014.
D. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007.
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
1993.
Effendy, Ahmad Fuad. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, Malang: Misykat, 2005.
Hafidz, M. Pembelajaran Bahasa Arab; Sebuah Pendekatan Metodologi,
Salatiga: STAIN Salatiga Press, 2012.
Hermawan, Acep. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2014.
Hidayat, D.. Mukhtasar Turuq Tadris al Lugah al-‘Arabiyyah Li Tullab al-Madaris
wa al Ma’ahid al indunisiyyah, Jakarta: UIN Jakarta, 1986.
Munawwir, A. W.. Kamus al-Munawwir Arab–Indonesia Terlengkap, Yogyakarta:
Pustaka Progressif, 1984.
Nababan, Sri Utari Subyakto. Metodologi Pengajaran Bahasa, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 1993
Uno, Hamzah B.. Perencanaan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
______________. Profesi Kependidikan; Problema, Solusi dan Reformasi Pendidikan
di Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Yusuf, Bistari Basuni. Konsep dan Indikator Pembelajaran Efektif. Jurnal Kajian
dan Pembelajaran Vol. 1 No. 2, Oktober 2017-Maret 2019.
Yusuf, Tayar. Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1995.
45
45 FARIDA SETIAWATY
MUTSAQQAFIN; JURNAL PENDIDIKAN ISLAM DAN BAHAS ARAB
46