Anda di halaman 1dari 13

1.

Tema Blok Control System

2. Fasilitator/ Tutor dr. Hotma P. Pasaribu, SpOG

3.

Data Pelaksanaan

a. Tanggal Tutorial: 27 Januari dan 06 Februari 2010 b. Pemicu ke-1 c. Waktu: Pukul 10.30 s/d 13.00 WIB d. Ruangan: Ruang diskusi 11 gedung baru

4.

Pemicu Seorang mahasiswa yang sedang mengikuti kuliah tiba-tiba kejang-kejang disertai dengan kehilangan kesadaran. Menurut Anda sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran semester 2, apa yang terganggu pada mahasiswa tersebut?

5.

Tujuan Pembelajaran

a.

Mengetahui struktur anatomi : i. Sistem Saraf Pusat (SSP) ii. Sistem Saraf Tepi (SST)

b. Mengetahui bagaimana mekanisme penghantaran impuls dan peran neurotransmitter.


c.

Mengetahui jenis-jenis kerusakan neuron serta struktur dasar neuron.

d. Mengetahui peran susunan saraf dalam hal kontrol kejang dan kehilangan kesadaran.

6.

Pertanyaan yang muncul pada curah pendapat


1

a. b. c. d. e.

Bagaimana fungsi masing-masing lobus pada cerebrum? Bagaimana perkembangan otak? Apa yang dimaksud dengan potensial aksi? Apakah semua bagian dari neuron, apabila rusak, bisa beregenerasi? Mengapa mahasiswa tersebut bisa kejang?

7. Jawaban atas pertanyaan

A.

Struktur Anatomi Susunan Saraf Pusat (SSP)

Sistem saraf pusat mencakup otak dan medulla spinalis. Ditinjau dari perkembangan secara embryogeniknya, otak dibagi menjadi tiga yaitu otak depan (Proencephalon), otak tengah (Mesencephalon), dan otak belakang (Rombencephalon). Proencephalon terbagi dua yaitu Telencephalon yang akan berkembang menjadi cerebrum dan Diencephalon yang akan berkembang menjadi thalamus, hypothalamus. Mesencephalon terus tumbuh dan pada orang dewasa disebut otak tengah. Rombencephalon terbagi menjadi dua yaitu metencephalon dan myelencephalon. Metencephalon merupakan awal dari cerebellum dan pons, sedangkan myelencephalon berkembang menjadi medulla oblonggata.

1. i.

Otak Cerebrum Permukaan otak besar (cerebrum) terbagi menjadi dua yaitu bagian luar (cortex) yang berupa substansia grisea dan bagian dalam (medula) yang berupa substansia alba. Selain itu, cerebrum mempunyai dua hemisphere yang dipisahkan oleh fissura longitudinalis menjadi bagian kiri dan kanan.

Hemisfer serebri terdiri dari empat lobus yaitu : 1. Lobus frontalis Fungsi : pusat pemikiran dan pengambilan keputusan 2. Lobus parietalis Fungsi : pusat sensory, pengecapan 3. Lobus temporalis Fungsi : pusat pendengaran 4. Lobus occipitalis Fungsi : pusat penglihatan

Pada hemisfer serebri terdapat tonjolan-tonjolan keluar yang disebut gyrus dan parit-parit kecil yang menjorok ke dalam disebut sulkus. Salah satu gyrus yang fungsional adalah gyrus prasentralis. Gyrus ini mempunyai fungsi motorik primer.

Lapisan pelindung otak (meningx) 1. Piamater : Melekat pada otak dan mengandung banyak pembuluh darah untuk mensuplai jaringan saraf. 2. Arachnoid : Mengandung sedikit pembuluh darah. Ruang subarachnoid terletak diatas piamater dan mengandung cairan cerebrospinal 3. Duramater : Merupakan lapisan yang paling tebal dan kuat. Lapisan ini merupakan lapisan terluar yang melindungi otak dari tulang tengkorak.

ii.

Cerebellum

Cerebellum mempunyai bentuk khas yaitu seperti Sanggul dan ditutupi oleh Lobus Occcipitalis. Mempunyai Hemisphere kiri dan kanan, dimedian terdapat bagian Vermis sebagai bagian penghubung. Serabut-serabut masuk dan keluar dari Cerebellum melalui Pedunculi Cerebelli (Inferior Medialis dan Superior). Pada Cerebellum, Substantia Grysea berada pada Cortex (sebelah luar) dan Substantia Alba berada didalam yg pada penampang para sagital berbentuk garis seperti cabang-cabang pohon, disebut Pohon Kehidupan (Arbor Vitae). Cortex Cerebelli tersusun dari
4

lembaran-lembaran tipis melintang dan sejajar disebut Folium, satu sama lain saling berdekatan dipisahkan oleh Sulcus. Tdpt 4 massa substansia grisea di dlm subt alba (Nuclei Intracebellaris) yi: nucleus dentatus, emboliformis, globosus dan fastigii.

2.

Medulla spinalis Medulla spinalis tersusun sebagai substansia alba (putih) yang mengelilingi substansia grisea (kelabu) dan tampak dilihat berbentuk seperti kupu-kupu.

GANGLION SPINAL DAN RADIKS Tiap saraf spinal mempunyai : - radiks dorsalis - radiks ventralis Radiks Dorsalis (Sensorik) Terdiri dari serabut aferen/sensorik yang meneruskan rangsang (input) dari reseptor sensorik dalam tubuh ke medulla spinalis Mengandung ganglion spinal (akar dorsal sensorik) yang terletak didalam foramen intervertebralis.

Radiks ventralis (motorik) Terdiri dari serabut saraf eferen (motorik) yang badan selnya terletak didalam subst.grisea. Melalui radiks motorik dan saraf spinal menuju otot dan kelenjar tubuh.

Pada bagian distal terdiri dari empat ramus : - ramus dorsal : otot-otot intrinsik punggung -ramus ventral : otot leher, dada, abdomen,
6

ekstremitas - ramus komunikans : truncus sympaticus - ramus mening rekuren : selaput menings Ramus ventral saraf spinal akan membentuk pleksus yang akan menjadi tempat asal saraf perifer.

B. 1. i.

Struktur Anatomi Sistem Saraf Tepi Saraf Somatik Saraf Cranial

Tubuh kita mempunyai 12 pasang saraf cranial, yang masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda.

Olfactory nerve Optic nerve

: mensarafi penciuman (S) : mensarafi penglihatan (S)

Oculomotor nerve : mengarahkan bola mata, akomodasi bola mata (M)

Trochlear nerve

: menggerakkan otot bola mata (M)

Trigeminal nerve

: mensarafi wajah (S) dan gerakan mengunyah (M)

Abducent nerve Facial nerve

: mensarafi gerakan mata (M) : mensarafi wajah (M) dan 2/3 depan lidah (S)

Vestibulocochlear nerve: mensarafi organ keseimbangan (S)

Glossopharyngeal nerve: mensarafi gerakan menelan (M) dan mensarafi 1/3 belakang

lidah (S)

Vagus nerve

: mensarafi organ-organ vital (SM)

Accessory nerve

: mensarafi otot-otot kepala dan leher (M)

Hypoglossal nerve

: mengatur gerakan berbicara(M)

ii.

Saraf Spinal

Saraf spinal terdiri dari 31 pasang ; 8 pasang cervical, 12 pasang thoracal, 5 pasang lumbal, 5 pasang sacral, 1 pasang coccygeal. Saraf pertama keluar dari tulang atlas dan cervical. Empat pasang saraf yang terakhir keluar dari sacral foramina. Sisanya keluar dari intervertebral foramina.

2.

Saraf Autonom

a.

Sistem saraf simpatis Meningkat ketika tubuh dalam kondisi waspada. Peningkatan kerja sistem saraf simpatis akan menimbulkan efek seperti meningkatkan denyut jantung, tekanan darah, sekresi keringat, pupil dan bronkus dilatasi, serta menurunkan produksi urin dan saliva.

b.

Sistem saraf parasimpatis Peningkatan kerja parasimpatis menimbulkan efek yang berlawanan dengan efek kerja simpatis.

C. Mekanisme terjadinya penghantaran impuls dan peran neurotransmitter

10

Sinyal saraf dihantarkan oleh potensial aksi yang merupakan perubahan cepat pada potensial membran yang menyebar secara cepat di sepanjang serabut saraf. Potensial membran diatur kestabilannya oleh ion-ion yang berada di dalam dan di luar membrane terutama K+ dan Na+. Stimulus atau rangsangan yang datang dari luar akan membuka ion channel sehingga ion akan berdifusi masuk ke dalam dan ke luar sel sehingga mengganggu kestabilan potensial membran.

Konsentrasi ion natrium di luar sel lebih tinggi dari ion natrium di dalam sel. Pembukaan channel natrium akibat adanya stimulus membuat Na+ masuk kedalam sel. Hal ini membuat keadaan membran sel saraf yang awalnya dalam keadaan istirahat (-70 mV) berubah menjadi lebih positif. Keadaan ini disebut depolarisasi.

Masuknya ion natrium meningkatkan permeabilitas channel kalium sehingga K+ dari dalam sel berdifusi keluar sel. Hal ini akan menurunkan kembali potensial membran ke keadaan negative. Penurunan potensial membran kembali ke keadaan negative disebut repolarisasi. Penutupan channel Na+ sementara channel K+ masih terbuka, menyebabkan ion kalium terus bergerak keluar sel sehingga keadaan membran menjadi sangat negative melawati ambang batas perangsangan. Hal ini disebut hiperpolarisasi.

Selain adanya proses potensial aksi untuk menyampaikan impuls, sel saraf juga membutuhkan pelepasan neurotransmitter untuk komunikasi antar sel saraf. Neurotransmitter bisa menimbulkan efek excitatory atau inhibitory. Contoh neurotransmitter excitatory adalah glutamate sedangkan neurotransmitter inhibitory adalah GABA. Di ujung-ujung terminal saraf (pre-synaps) juga terdapat neurotransmitter lain seperti norepinephrin, epinephrine dan asetilkolin.

D.

Jenis-jenis kerusakan neuron

11

Karena adanya pemaparan dari luar misalnya benturan atau adanya trauma maka sel-sel neuron dapat mengalami kerusakan. Bagian yang mengalami kerusakan bisa neuroglia, badan sel/soma, atau axon. Bila soma yang mengalami kerusakan, maka neuron tersebut tidak dapat lagi beregenerasi, karena soma merupakan pusat pengaturan sel saraf. Sistem saraf pusat tidak bisa mengalami regenerasi sedangkan sistem saraf tepi dapat mengalami perbaikan apabila mengalami kerusakan. Contoh penyakit degenerative sel saraf : 1. 2. 3. 4. Demensia primer (Alzheimer) Demensia sekunder Hungtinton Syndrom ekstrapiramidal : akibat degenerasi soma

: akibat kekurangan B6, B12 : diturunkan oleh gen : Tremor Parkinson-def dopamin

5. 6.

Penyakit demielinisasi Myastenia Gravis

: multiple sklerosis oleh virus : penyakit autoimun

E.

Peran saraf dalam kontrol kejang

Adanya paparan trauma atau abnormalitas neuron sejak lahir bisa menurunkan nilai ambang eksitasi neuron. Turunnya nilai ambang eksitasi neuron ini membuat neuron menjadi lebih mudah tereksitasi. Oleh karena itu, datangnya stimulus walau sangat sedikit saja, bisa membuat neuron hypersensitive tersebut mengalami depolarisasi. Depolarisasi yang dialami merupakan depolarisasi yang bersifat tiba-tiba, spontan, dan tidak terkontrol sehingga neuron melepaskan muatan yang berlebihan. Pelepasan neuron yang berlebihan ini menstimulasi normal sel sekitar dan menyebarkan aktivitasnya, seperti mengubah permeabilitas membrane neuron, berkurangnya pelepasan neurotransmitter inhibitory pada neuron, atau adanya peristiwa transmitter imbalance yaitu tidak seimbangnya jumlah neurotransmitter inhibitory dibandingkan jumlah neurotransmitter eksitatory. Kurangnya neurotransmitter inhibitory yang menghambat jalannya impuls, menyebabkan impuls menjalar terus-menerus sehingga pengiriman perintah ke efektor seperti otot tidak bisa
12

dihentikan. Otot yang terus menerus berkontraksi memicu terjadinya kejang.

F. Ulasan

Ada beberapa hal masih belum jelas. Dalam hal ini karena keterbatasan kepustakaan dan kesulitan materi. Setelah mendapat penjelasan dari narasumber dalam pleno, disimpulkan bahwa: ketidaksadaran yang dialami mahasiswa tersebut dikarenakan tidak adanya input di Reticular Activating System (RAS) yang mengatur kesadaran seseorang.

G. Kesimpulan

Mahasiswa mengalami gangguan pada sistem saraf pusat yang mempengaruhi saraf motorik akibat adanya impuls yang berlebihan dan absennya zat inhibitor.

H. Daftar Pustaka

Guyton, Arthur & John E Hall. Potensial membrane dan potensial aksi. Rachman, Luqman Yanuar, dkk (eds). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. 2007. 59

Kumar, Vinay, Abdul K. Abbas, Nelson Fausto. The Central Nervous System. Robbins and Comtran Pathologic Basic of Disease. China. 2004. 1347

13

Anda mungkin juga menyukai