Hukum Persaingan Usaha
Hukum Persaingan Usaha
https://bit.ly/AbsensiPMKollab
IKLIM USAHA (SEBELUM UU NO 5 TH
1999 DAN SEKARANG ……. ?)
• STRUKTUR DAN PERILAKU PASAR CENDERUNG ANTI
KOMPETITIF, HANYA MENGHASILKAN PENGUSAHA BESAR
KARENA KEMUDAHAN DAN PERSEKONGKOKOLAN.
• INDIKASI: PENGUASAAN PASAR OLEH SEGELINTIR
PENGUSAHA, PRAKTEK2 MONPOLI, KARTEL MELALUI ASOSIASI
BISNIS TTT, PERATURAN DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH YG
MEMIHAK, KOLUSI ANTARA BADAN2 PEMERINTAH DGN
KALANGAN PENGUSAHA TTT DALAM PENYEDIAAN
KEBUTUHAN PEMERINTAH MELALUI TENDER (BID RIDGING)
SECARA SEPIHAK DLL.
REAKSI ATAS KONDISI TERSEBUT:
• SECARA • SECARA POLITIS
SOSIOLOGIS➔ ➔ MUNCUL DARI
KRITIKAN, DESAKAN
TULISAN, HASIL INTERNASIONAL
PENELITIAN THDP KEBIJAKAN
EKONOMI DAN
PERDAGANGAN
PEMERINTAH.
JANUARI 1998, PEMERINTAH RI MENYEPAKATI
RANGKAIAN LETTER OF INTENT BERSAMA IMF
• DARI 50 BUTIR LOI, SEBAGIAN SCR LANGSUNG
MENGAMANATKAN KEBIJAKAN DEREGULASI.
• DEREGULASI DIREALISASIKAN DALAM BENTUK PENERBITNAN 3 PP,
7 KEPPRES, 6 INPRES
• IMF TURUT MEMBERIKAN INSTRUKSI PENGHENTIAN DISTORSI
PASAR YG DILAKUKAN OLEH DAN UNTUK KEPENTINGAN GOL TTT.
HASILNYA:
1. DICABUTNYA KEPPRES 20/1998 YG MEMBERI FASILITAS
ISTIMEWA PD PROYEK MOBNAS
2. KEPPRES 15/1998 YG MEMBERI HAK MONOPOLI KEPADA BULOG
KECUALI BERAS
3. KEPPRES 21/1998 YG MENJADI DASAR BERDIRINYA BPPC
HUKUM PERSAINGAN USAHA DI
INDONESIA
1. UU nomor 5 Tahun 1984, tentang Perindustrian, dimana pada
prinsipnya melarang industri mengakibatkan terjadinya
monopoli;
2. Pasal 382 bis KUHP, Bahwa barang siapa untuk mendapatkan,
melangsungkan atau memperluas hasil perdagangan atau
perusahaan milik sendiri atau orang lain, melakukan perbuatan
curang untuk menyesatkan khalayak umum atau seorang
tertentu, diancam karera persaingan curang dengan penjara
pidana paling lama 1 tahun 4 bulan, atau pidara denda paling
banyak Rp300,500;
3. UU 40 Tahun 2007, terdapat ketentuan tentang persaingan
curang dalam perdagangan yaitu yang berkaitan dengan
ketentuan merger, akuisisi dan konsolidasi;
4. UU Nomor 5 Tahun 1999, tentang Larangan Praktek Monopoli
dan Persaingan Usaha Yang Tidak Sehat.
DEFINISI HUKUM PERSAINGAN USAHA
Hukum persaingan usaha merupakan seperangkat aturan
hukum yang mengatur mengenai segala aspek yang
berkaitan dengan persaingan usaha, yang mencakup hal-hal
yang boleh dilakukan dan hal-hal yang dilarang diiakukan
oleh pelaku usaha. Sedangkan kebijakan persaingan
(competition policy) merupakan kebijakan yang berkaitan
dengan masalah-masalah di bidang persaingan usaha yang
hams dipedomani oleh pelaku usaha dalam menjalankan
usahanya dan melindungi kepentingan konsumen. Tujuan
kebijakan persaingan adalah untuk menjamin terlaksananya
pasar yang optimal, khususnya biaya produksi terendan,
harga dan tingkat keuntungan yang wajar, kemajuan
teknologi, dan pengembangan produk.
• Sementara yang dimaksud dengan "Praktek Monopoli” adalah suatu pemusatan kekuatan
ekonomi oleh satu atau Lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi
dan^ atau pemasaran atas barang dan jasa tertentu sehingga menimbulkan suatu
persaingan usaha secara tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan urnum;
• Sedangkan pengertian "Persaingan Usaha Tidak Sehat" adalah suatu persaingan antar
pelaku usaha dalam menjatankan kegiatan produksi dan/atau pemasaran barang dan
jasa yang ditakukan dengan cara cara yang tidak jujur atau dengan cara metawan hukum
atau menghambat persaingan usaha. Untuk itu tindakan "anti monopoli dan anti
persaingan sehat” adalah dampak negatif terhadap : "Harga Kualitas & Kuantitas” barang
& jasa;
• Selanjutnya pengertian "Pemusatan Kekuatan Ekonomi" adalah penguasaan yang nyata
atas suatu pasar oleh satu atau lebih peLaku usaha sehingga dapat menentukan harga
barang dan jasa;
• Pengertian "Posisi Dominant” adalah suatu keadaan dimana pelaku usaha tidak
mempunyai pesaing yang berarti di pasar yang bersangkutan dalam kaitan dengan
pangsa pasar yang dikuasai, atau pelaku usaha mempunyai poisisi tertinggi di antara
pesaingnya di pasar yang bersangkutan dalam kaitan dengan kemampuan keuangan,
kemampuan akses pada pasokan atau penjualan serta kemampuan untuk menyesuaikan
pasokan atau permintaan barang dan jasa tertentu.
DEFINISI PELAKU USAHA
Yang dimaksud dengan “Pelaku Usaha" adalah setiap orang atau badan
usaha, baik yang berbentuk badan hukum atau tidak, yang didirikan atau
berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah RI yang
menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang ekonomi, jadi
yang termasuk pelaku usaha adalah :
1. Orang Perorang;
2. Badan Usaha yang berbadan hukum;
3. Badan Usaha yang tidak berbadan hukum;
TINDAKAN MONOPOLISTIK
Dalam ilmu hukum monopoli dikenal beberapa sikap dan
Tindakan monopolistik adalah sebagai berikut :
1. Mempersulit masuknya para pesaing kedalam bisnis
yang bersangkutan;
2. Melakukan pemasungan sumber suplai yang penting
atau suatu outlet distribusi yang penting;
3. Mendapatkan hak paten yang dapat mengakibatkan
pihak pesaingnya sulit urtuk menandingi produk atau
jasa tersebut;
4. Integrasi ke atas atau ke bawah yang dapat menaikkan
persediaan modal bagi pesaingnya atau membatasi akses
pesaingnya kepada konsumen atau supplier;
5. Mempromosikan produk secara besar-besaran;
6. Menyewa tenaga-tenaga ahli yang berlebihan;
7. Pembedaan harga yang dapat mengakibatkan sulitnya
bersaing dari pelaku pasar lain;
8. Kepada pihak pesaing disembunyikan informasi tentang
pengembangan produk, tentang waktu atau skala produksi;
9. Memotong harga secara drastis;
10. Membeli atau mengakuisisi pesaing-pesaing yang tergolong
kuat atau tergolong prospektif;
11. Menggugat pesaing-pesaingnya atas tuduhan pemalsuan hak
paten, pelanggaran hukum anti monopoli dan tuduhan-
tuduhan lainnya .
SISTEMATIKA UU 5/1999
• Dalam Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
dinyatakan bahwa secara umum, materi Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1999 mengandung 6 bagian pengaturan yang terdiri
atas;
1. Perjanjian yang Dilarang;
2. Kegiatan yang Dilarang;
3. Posisi Dominan;
4. Komisi Pengawas Persaingan Usaha;
5. Penegakan Hukum;
6. Ketentuan Lain-lain
DUA PENDEKATAN DALAM MENENTUKAN
PELANGGARAN
❑ Pendekatan per se dan rule of reason tidak cukup jelas diatur dalam UU No. 5
Tahun 1999. Biasanya indikator yang digunakan adalah ada atau tidaknya
anak kalimat dalam rumusan suatu pasal, yakni jika terdapat kata-kata
“…patut diduga…” atau “…yang dapat mengakibatkan….” atau “… sehingga
dapat mengakibatkan …”
❑ Kata “dapat” yang digunakan dalam pasal-pasal UU No. 5 Tahun 1999
menunjukkan pendekatan yang digunakan adalah rule of reason. Kata
“dapat” tersebut untuk menunjukkan bahwa pelanggaran sudah dinyatakan
terjadi jika perbuatan itu memang berpotensi merusak persaingan.
❑ Contoh per se: Pasal 5 Ayat (1) “Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian
dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan harga atas suatu
barang dan atau jasa yang harus dibayar oleh konsumen atau pelanggan
pada pasar bersangkutan yang sama.”
❑ Contoh rule of reason: Pasal 9 “Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian
dengan pelaku usaha pesaingnya yang bertujuan untuk membagi wilayah
pemasaran atau alokasi pasar terhadap barang dan atau jasa sehingga
dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan
usaha tidak sehat.”
MONOPOLI
• Monopoli adalah suatu kegiatan penguasaan atas produksi dana atau
pemasaran barang dan/atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu
pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha. Adapun praktek
monopoli adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih
pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan/atau
pemasaran atas barang dan/atau jasa tertentu sehingga
menimbulkan sehat dan dapat merugikan kepentingan umum. Diatur
dalam Pasal 17 UU Anti Monopoli. Unsur-unsur Praktek Monopoli yang
dilarang :
a. Melakukan penguasaan atas produksi suatu produk;
b. Melakukan penguasaan atas pemasaran suatu produk;
c. Penguasaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya praktek
monopoli;
d. Penguasaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya praktek
persaingan usaha tidak sehat
• Pelaku Usaha dianggap melakukan Tindakan penguasaan
alas produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau jasa,
apabila :
a. Barang dan/atau jasa yang bersangkutan belum ada
substansinya;
b. Mengakibakan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke
dalam persaingan usaha barang dan/atau jasa yang
sama;
c. Satu pelaku usaha atau satu kelompok usaha menguasai
lebih dari 50% pangsa pasar dari suatu jenis barang atau
jasa tertentu;
d. Memiliki kemampuar bersaing yang signifikan dalam
pasar yang bersangkutan;
MONOPSONI
• Monopsoni keadaan dimana seseorang atau satu
kelompok usaha menguasai penerimaan pasokan atau
menjadi pembeli tunggal atas barang dan/atau jasa,
keadaan dimana seseorang atau satu kelompok usaha
menguasai pangsa pasar yang besar untuk membeli
suatu produk.
• Monopsoni ini diatur dalam Pasal 18 UU Anti Monopoli.
Indikasi seseorang dianggap menguasai pangsa yang
besar untuk membeli suatu produk (melakukan
monopsoni) adalah apabila satu pelaku usaha atau
satu kelompok pelaku usaha menguasai dari 50%
pangsa pasar dari satu jenis barang atau jasa tertentu.
PENGUASAAN PASAR
• Penguasaan pangsa pasar, diatur dalam Pasal 19-21 UU Anti
Monopoli, Kegiatan Penguasaan Pasar dapat berupa :
a. Penolakan pesaing, dengan menolak atau menghalangi pelaku
usaha tertentu untuk melakukan kegiatan usaha yang sama;
b. Menghalangi konsumen dari pelaku usaha lain (Pesaing) untuk
tidak melakukan atau meneruskan hubungan usaha;
c. Pembatasan peredaran produk;
d. Melakukan diskriminasi terhadap pelaku usaha tertentu;
e. Melakukan pemasokan barang dengan cara jual rugi atau
menetapkan harga sangat rendah dengan maksud
mematikan usaha pesaing;
f. Melakukan kecurangan dalam menetapkan biaya produksi dan
biaya lainnya yang menjadi komponen harga jual
PERSENGKOKOLAN
suatu bentuk Kerjasama dagang diantara pelaku usaha
dengan maksud untuk menguasai pasar yang bersangkutan
bagi kepentingan pelaku usaha yang bersekongkol, Dalam
persengkokolan belum tentu terdapat perjanjian. Praktek
persaingan usaha tidak sehat dengan cara persengkokolan,
diatur dalam Pasal 22-24 UU Anti Monopoli.
Jenis-jenis persengkokolan yang dilarang adalah :
a. Persengkokolan untuk mengatur pemenang tender;
b. Persengkokolan untuk memperoleh rahasia perusahaan;
c. Persengkokolan untuk menghambat pasokan produk,
PENJELASAN PERJANJIAN YANG DILARANG, TERKAIT
DENGAN PERSAINGAN TIDAK SEHAT
• Oligopoli disebut juga Shared monopoly dilarang, sesuai dengan Pasal 4 UU Anti
Monopoli, jika terpenuhinya unsur-unsur sebagai berikut :