Anda di halaman 1dari 53

Hukum Persaingan Usaha

Hanry Adityo, S.H., M.Kn.


Hakim Pengadilan Negeri Sambas,
Kalimantan Barat
Link Absensi :

https://bit.ly/AbsensiPMKollab
IKLIM USAHA (SEBELUM UU NO 5 TH
1999 DAN SEKARANG ……. ?)
• STRUKTUR DAN PERILAKU PASAR CENDERUNG ANTI
KOMPETITIF, HANYA MENGHASILKAN PENGUSAHA BESAR
KARENA KEMUDAHAN DAN PERSEKONGKOKOLAN.
• INDIKASI: PENGUASAAN PASAR OLEH SEGELINTIR
PENGUSAHA, PRAKTEK2 MONPOLI, KARTEL MELALUI ASOSIASI
BISNIS TTT, PERATURAN DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH YG
MEMIHAK, KOLUSI ANTARA BADAN2 PEMERINTAH DGN
KALANGAN PENGUSAHA TTT DALAM PENYEDIAAN
KEBUTUHAN PEMERINTAH MELALUI TENDER (BID RIDGING)
SECARA SEPIHAK DLL.
REAKSI ATAS KONDISI TERSEBUT:
• SECARA • SECARA POLITIS
SOSIOLOGIS➔ ➔ MUNCUL DARI
KRITIKAN, DESAKAN
TULISAN, HASIL INTERNASIONAL
PENELITIAN THDP KEBIJAKAN
EKONOMI DAN
PERDAGANGAN
PEMERINTAH.
JANUARI 1998, PEMERINTAH RI MENYEPAKATI
RANGKAIAN LETTER OF INTENT BERSAMA IMF
• DARI 50 BUTIR LOI, SEBAGIAN SCR LANGSUNG
MENGAMANATKAN KEBIJAKAN DEREGULASI.
• DEREGULASI DIREALISASIKAN DALAM BENTUK PENERBITNAN 3 PP,
7 KEPPRES, 6 INPRES
• IMF TURUT MEMBERIKAN INSTRUKSI PENGHENTIAN DISTORSI
PASAR YG DILAKUKAN OLEH DAN UNTUK KEPENTINGAN GOL TTT.
HASILNYA:
1. DICABUTNYA KEPPRES 20/1998 YG MEMBERI FASILITAS
ISTIMEWA PD PROYEK MOBNAS
2. KEPPRES 15/1998 YG MEMBERI HAK MONOPOLI KEPADA BULOG
KECUALI BERAS
3. KEPPRES 21/1998 YG MENJADI DASAR BERDIRINYA BPPC
HUKUM PERSAINGAN USAHA DI
INDONESIA
1. UU nomor 5 Tahun 1984, tentang Perindustrian, dimana pada
prinsipnya melarang industri mengakibatkan terjadinya
monopoli;
2. Pasal 382 bis KUHP, Bahwa barang siapa untuk mendapatkan,
melangsungkan atau memperluas hasil perdagangan atau
perusahaan milik sendiri atau orang lain, melakukan perbuatan
curang untuk menyesatkan khalayak umum atau seorang
tertentu, diancam karera persaingan curang dengan penjara
pidana paling lama 1 tahun 4 bulan, atau pidara denda paling
banyak Rp300,500;
3. UU 40 Tahun 2007, terdapat ketentuan tentang persaingan
curang dalam perdagangan yaitu yang berkaitan dengan
ketentuan merger, akuisisi dan konsolidasi;
4. UU Nomor 5 Tahun 1999, tentang Larangan Praktek Monopoli
dan Persaingan Usaha Yang Tidak Sehat.
DEFINISI HUKUM PERSAINGAN USAHA
Hukum persaingan usaha merupakan seperangkat aturan
hukum yang mengatur mengenai segala aspek yang
berkaitan dengan persaingan usaha, yang mencakup hal-hal
yang boleh dilakukan dan hal-hal yang dilarang diiakukan
oleh pelaku usaha. Sedangkan kebijakan persaingan
(competition policy) merupakan kebijakan yang berkaitan
dengan masalah-masalah di bidang persaingan usaha yang
hams dipedomani oleh pelaku usaha dalam menjalankan
usahanya dan melindungi kepentingan konsumen. Tujuan
kebijakan persaingan adalah untuk menjamin terlaksananya
pasar yang optimal, khususnya biaya produksi terendan,
harga dan tingkat keuntungan yang wajar, kemajuan
teknologi, dan pengembangan produk.
• Sementara yang dimaksud dengan "Praktek Monopoli” adalah suatu pemusatan kekuatan
ekonomi oleh satu atau Lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi
dan^ atau pemasaran atas barang dan jasa tertentu sehingga menimbulkan suatu
persaingan usaha secara tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan urnum;
• Sedangkan pengertian "Persaingan Usaha Tidak Sehat" adalah suatu persaingan antar
pelaku usaha dalam menjatankan kegiatan produksi dan/atau pemasaran barang dan
jasa yang ditakukan dengan cara cara yang tidak jujur atau dengan cara metawan hukum
atau menghambat persaingan usaha. Untuk itu tindakan "anti monopoli dan anti
persaingan sehat” adalah dampak negatif terhadap : "Harga Kualitas & Kuantitas” barang
& jasa;
• Selanjutnya pengertian "Pemusatan Kekuatan Ekonomi" adalah penguasaan yang nyata
atas suatu pasar oleh satu atau lebih peLaku usaha sehingga dapat menentukan harga
barang dan jasa;
• Pengertian "Posisi Dominant” adalah suatu keadaan dimana pelaku usaha tidak
mempunyai pesaing yang berarti di pasar yang bersangkutan dalam kaitan dengan
pangsa pasar yang dikuasai, atau pelaku usaha mempunyai poisisi tertinggi di antara
pesaingnya di pasar yang bersangkutan dalam kaitan dengan kemampuan keuangan,
kemampuan akses pada pasokan atau penjualan serta kemampuan untuk menyesuaikan
pasokan atau permintaan barang dan jasa tertentu.
DEFINISI PELAKU USAHA
Yang dimaksud dengan “Pelaku Usaha" adalah setiap orang atau badan
usaha, baik yang berbentuk badan hukum atau tidak, yang didirikan atau
berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah RI yang
menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang ekonomi, jadi
yang termasuk pelaku usaha adalah :
1. Orang Perorang;
2. Badan Usaha yang berbadan hukum;
3. Badan Usaha yang tidak berbadan hukum;
TINDAKAN MONOPOLISTIK
Dalam ilmu hukum monopoli dikenal beberapa sikap dan
Tindakan monopolistik adalah sebagai berikut :
1. Mempersulit masuknya para pesaing kedalam bisnis
yang bersangkutan;
2. Melakukan pemasungan sumber suplai yang penting
atau suatu outlet distribusi yang penting;
3. Mendapatkan hak paten yang dapat mengakibatkan
pihak pesaingnya sulit urtuk menandingi produk atau
jasa tersebut;
4. Integrasi ke atas atau ke bawah yang dapat menaikkan
persediaan modal bagi pesaingnya atau membatasi akses
pesaingnya kepada konsumen atau supplier;
5. Mempromosikan produk secara besar-besaran;
6. Menyewa tenaga-tenaga ahli yang berlebihan;
7. Pembedaan harga yang dapat mengakibatkan sulitnya
bersaing dari pelaku pasar lain;
8. Kepada pihak pesaing disembunyikan informasi tentang
pengembangan produk, tentang waktu atau skala produksi;
9. Memotong harga secara drastis;
10. Membeli atau mengakuisisi pesaing-pesaing yang tergolong
kuat atau tergolong prospektif;
11. Menggugat pesaing-pesaingnya atas tuduhan pemalsuan hak
paten, pelanggaran hukum anti monopoli dan tuduhan-
tuduhan lainnya .
SISTEMATIKA UU 5/1999
• Dalam Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
dinyatakan bahwa secara umum, materi Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1999 mengandung 6 bagian pengaturan yang terdiri
atas;
1. Perjanjian yang Dilarang;
2. Kegiatan yang Dilarang;
3. Posisi Dominan;
4. Komisi Pengawas Persaingan Usaha;
5. Penegakan Hukum;
6. Ketentuan Lain-lain
DUA PENDEKATAN DALAM MENENTUKAN
PELANGGARAN
❑ Pendekatan per se dan rule of reason tidak cukup jelas diatur dalam UU No. 5
Tahun 1999. Biasanya indikator yang digunakan adalah ada atau tidaknya
anak kalimat dalam rumusan suatu pasal, yakni jika terdapat kata-kata
“…patut diduga…” atau “…yang dapat mengakibatkan….” atau “… sehingga
dapat mengakibatkan …”
❑ Kata “dapat” yang digunakan dalam pasal-pasal UU No. 5 Tahun 1999
menunjukkan pendekatan yang digunakan adalah rule of reason. Kata
“dapat” tersebut untuk menunjukkan bahwa pelanggaran sudah dinyatakan
terjadi jika perbuatan itu memang berpotensi merusak persaingan.
❑ Contoh per se: Pasal 5 Ayat (1) “Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian
dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan harga atas suatu
barang dan atau jasa yang harus dibayar oleh konsumen atau pelanggan
pada pasar bersangkutan yang sama.”
❑ Contoh rule of reason: Pasal 9 “Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian
dengan pelaku usaha pesaingnya yang bertujuan untuk membagi wilayah
pemasaran atau alokasi pasar terhadap barang dan atau jasa sehingga
dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan
usaha tidak sehat.”
MONOPOLI
• Monopoli adalah suatu kegiatan penguasaan atas produksi dana atau
pemasaran barang dan/atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu
pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha. Adapun praktek
monopoli adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih
pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan/atau
pemasaran atas barang dan/atau jasa tertentu sehingga
menimbulkan sehat dan dapat merugikan kepentingan umum. Diatur
dalam Pasal 17 UU Anti Monopoli. Unsur-unsur Praktek Monopoli yang
dilarang :
a. Melakukan penguasaan atas produksi suatu produk;
b. Melakukan penguasaan atas pemasaran suatu produk;
c. Penguasaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya praktek
monopoli;
d. Penguasaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya praktek
persaingan usaha tidak sehat
• Pelaku Usaha dianggap melakukan Tindakan penguasaan
alas produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau jasa,
apabila :
a. Barang dan/atau jasa yang bersangkutan belum ada
substansinya;
b. Mengakibakan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke
dalam persaingan usaha barang dan/atau jasa yang
sama;
c. Satu pelaku usaha atau satu kelompok usaha menguasai
lebih dari 50% pangsa pasar dari suatu jenis barang atau
jasa tertentu;
d. Memiliki kemampuar bersaing yang signifikan dalam
pasar yang bersangkutan;
MONOPSONI
• Monopsoni keadaan dimana seseorang atau satu
kelompok usaha menguasai penerimaan pasokan atau
menjadi pembeli tunggal atas barang dan/atau jasa,
keadaan dimana seseorang atau satu kelompok usaha
menguasai pangsa pasar yang besar untuk membeli
suatu produk.
• Monopsoni ini diatur dalam Pasal 18 UU Anti Monopoli.
Indikasi seseorang dianggap menguasai pangsa yang
besar untuk membeli suatu produk (melakukan
monopsoni) adalah apabila satu pelaku usaha atau
satu kelompok pelaku usaha menguasai dari 50%
pangsa pasar dari satu jenis barang atau jasa tertentu.
PENGUASAAN PASAR
• Penguasaan pangsa pasar, diatur dalam Pasal 19-21 UU Anti
Monopoli, Kegiatan Penguasaan Pasar dapat berupa :
a. Penolakan pesaing, dengan menolak atau menghalangi pelaku
usaha tertentu untuk melakukan kegiatan usaha yang sama;
b. Menghalangi konsumen dari pelaku usaha lain (Pesaing) untuk
tidak melakukan atau meneruskan hubungan usaha;
c. Pembatasan peredaran produk;
d. Melakukan diskriminasi terhadap pelaku usaha tertentu;
e. Melakukan pemasokan barang dengan cara jual rugi atau
menetapkan harga sangat rendah dengan maksud
mematikan usaha pesaing;
f. Melakukan kecurangan dalam menetapkan biaya produksi dan
biaya lainnya yang menjadi komponen harga jual
PERSENGKOKOLAN
suatu bentuk Kerjasama dagang diantara pelaku usaha
dengan maksud untuk menguasai pasar yang bersangkutan
bagi kepentingan pelaku usaha yang bersekongkol, Dalam
persengkokolan belum tentu terdapat perjanjian. Praktek
persaingan usaha tidak sehat dengan cara persengkokolan,
diatur dalam Pasal 22-24 UU Anti Monopoli.
Jenis-jenis persengkokolan yang dilarang adalah :
a. Persengkokolan untuk mengatur pemenang tender;
b. Persengkokolan untuk memperoleh rahasia perusahaan;
c. Persengkokolan untuk menghambat pasokan produk,
PENJELASAN PERJANJIAN YANG DILARANG, TERKAIT
DENGAN PERSAINGAN TIDAK SEHAT
• Oligopoli disebut juga Shared monopoly dilarang, sesuai dengan Pasal 4 UU Anti
Monopoli, jika terpenuhinya unsur-unsur sebagai berikut :

a. Adanya suatu perjanjian;


b. Perjanjian tersebut dibuat antar pelaku usaha;
c. Tujuan dibuatnya perjanjian tersebut adalah untuk secara bersama~sama melakukan
penguasaan produksi dan/atau pemasaran barang dan jasa;
d. Perjanjian tersebut dapat mengakibatkan terjadinya praktek
monopoli dan/atau persaingan curang;
e. Praktek monopoli atau persaingan curang patut diduga teiah
terjadi jika 2 atau 3 pelaku usaha atau kelompok pelaku
usaha menguasai lebih dari 75% pangsa pasar dari 1 jenis
bararg atau jasa,
Jadi dapat dikatakan bahwa pasar yang di oligopolis adalah pasar
yang dikuasai oleh beberapa produsen saja (untuk produksi satu
jenis barang)
• Penetapan Harga , diatur dalam Pasal 5 sampai dengan
Pasal 8 UU Anti Monopoly Peretapan Harga yang
dilararg tersebut adalah meliputi :
a. Penetapan harga antar pelaku usaha;
b. Penetapan harga yang berbeda terhadap barang
dan/atau jasa yang sama;
c. Penetapan Harga dibawah pasar dengan pelaku
usaha lain;
d. Penetapan harga jual kembali;
• Pembagian Wilayah diatur dalam Pasal 9 LIU Anti Monopoli, unsur-
unsurnya bahwa Pelaku Usaha telah melakukan pembagian wilayah
a. Perjanjian tersebut dilakukan dengan Pelaku Usaha Pesaing;
b. Tujuannya untuk membagi wilayah pemasaran atau alokasi pasar;
c. Tindakan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli
dan/atau persaingan usaha tidak sehat.

Dalam penjelasan Pasal 9 UU Anti Monopoli, yang dimaksud dengan


Pembagian Wilayah Pemasaran Atau Alokasi Pasar adalah :
a. Membagi wilayah untuk memperoleh atau memasok barang
dan/atau jasa;
b. Menetapkan dari siapa saja dapat memperoleh atau memasok
barang dan/atau jasa.
Jadi tujuan dilarangnya perjanjian yang membagi wilayah pemasaran
atau alokasi pasar, karena dapat meniadakan atau membatasi
persaingan pasarf sehingga pihak konsumen maupun pihak pesaing
akan sangat dirugikan.
• Pemboikotan diatur dalam Pasal 10 UU Anti Monopoli, bahwa
pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku
usaha pesaingnya, yang dapat menghalangi pelaku usaha
lain untuk melakukan usaha yang sama, baik untuk tujuan
pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. Pelaku
Usaha dilarang membuat perjanjian dengan pesaingnya
untuk menolak menjual setiap barang/jasa dari pelaku
usaha lain sehingga perbuatan tersebut :
a. Merugikan atau dapat diduga akan merugikan pelaku
usaha lain;
b. Membatasi pelaku usaha lain dalam menjual atau
membeli setiap barang dan atau jasa dari pasar yang
bersangkutan.
• Kartel, diatur dalam Pasal 11 UU Anti Monopoli, yang
menetukan bahwa pelaku usaha dilarang membuat
perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya yang untuk
mempengaruhi harga dengan mengatur produksi dan/atau
pemasaran suatu barang dan/ atau jasa dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan/atau
persaingan usaha tidak sehat;
• Trust, dalam Pasal 12 UU Anti Monopoli, suatu kerja sama
dengan membentuk gabungan perusahaan atau perseroan
yang lebih besar, dengan tetap menjaga dan
mempertahankan kelangsungan hidup masing-masing
perusahaan atau perseroan anggotanya yang bertujuan
untuk mengontrol produksi dan/atau pemasaran atas
barang dan/atau jasa.
• Oligopsoni adalah keadaan pasar dimana hanya 2 atau
3 perusahaan saja yarg menjadi penjual terhadap
produk tertentu. Diatur dalam Pasal 13 UU Anti Monopoli
yang menentukan bahwa pelaku usaha dilarang
membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang
bertujuan untuk bersama-sama, menguasai pembelian
atau penerimaan pasokan agar dapat mengendalikan
harga dalam pasar bersangkutan.
• Integrasi Vertikal diatur dalam Pasal 14 UU Anti Monopoli,
adalah suatu penguasaan serangkaian proses prosuksi
atas barang tertentu mulai dari hulu sampai hilir atau
proses yang berlanjut.
• Perjanjian Tertutup, yang membatasi kebebasan pelaku
usaha tertentu untuk memilih sendiri pembeli, peniual atau
pemasok. Perjanjian tertutup ini diatur dalam Pasal 15 UU
Anti Monopoli.
a. Harus bersedia membeli barang dan/atau jasa lain dari
pelaku usaha pemasok;
b. Tidak akan membeli barang dan/atau jasa yang sama
atau sejenis dari pelaku usaha lain yang menjadi pesaing
dari pelaku usaha pemasok.
• Perjanjian dengan pihak luar negeri, diatur dalam Pasal 16
UU Anti Monopoli, yang menyebutkan pelaku usaha dilarang
membuat perjanjian dengan pihak luar negeri yang
memuat ketentuan praktek monopoli dan persaingan usaha
tidak sehat.
PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN
Penyalahgunaan Posisi Dominan, diatur daLam PasaL 25 UU Anti MonopoLi,
penyalahgunaan posisi dominan dapat diiakukan baik secara Langsung
maupun tidak langsung dengan cara :
a. Menetapkan syarat- syarat perdagangan dengan tujuan untuk mencegah
dan/atau menghalangi konsumen memperoLeh barang dan/atau jasa yang
bersaing, baik dari segi harga maupun kualitas;
b. Membatasi pasar dan pengembangan teknologi;
c. Menghambat peLaku usaha Lain yang berpotensi menjadi pesaing untuk
memasuki pasar bersangkutan,

Pelaku Usaha dikatakan memiliki Posisi Dominan, apabila :


a. Menguasai 50% atau Lebih pangsa pasar satu jenis barang atau jasa
tertentu;
b. Menguasai 75% atau Lebih pangsa pasar satu jenis baring.- atau jasa
tertentu
• Jabatan Rangkap Yang Dilarang, diatur daLam Pasal 26
UU Anti Monopoli seseorang yang menduduki jabatan
sebagai direksi atau komisaris dari suatu perusahaan,
pada waktu yang bersamaan dilarang merangkap
menjadi direksi atau komisaris pada perusahaan Lain
bila perusahaan-perusahaan tersebut :
a. Berada daLam pasar bersangkutan yang sama;
b. MemiUki keterkaitan yang erat dalam bidang
dan/atau jenis usaha;
c. Secara bersama dapat menguasai pangsa pasar
• Pemilikan Saham Yang Dilarang, Pelaku usaha dilarang
memiliki saham mayoritas pada beberapa perusahaan
sejenis yang melakukan kegiatan usaha dalam bidang
yang sama pada pasar bersangkutan yang sama, atau
mendirikan beberapa perusahaan yang memiliki
kegiatan usaha yang sama pada pasar bersangkutan
yang sama, apabila kepemiltkan tersebut
mengakibatkan :
a. Satu pelaku usaha atau satu kelompok usaha
menguasai lebih dari 50% pangsa pasar dari satu jenis
barang atau jasa tertentu;
b. Dua atau tiga pelaku usaha atau kelompok peLaku
usaha menguasai lebih dari 75% pangsa pasar dari
satu jenis barang atau jasa tertentu.
• Merger, Akuisisi dan Konsotidasi, dapat menimbulkan
efek negatif kepada persaingan pasar yang sehat, hal
ini karena dapat :
a. Terciptanya atau bertambahnya konsentrasi pasar
yang dapat menyebabkan harga produk semakin
tinggi;
b. Kekuatan pasa menjadi besar yang dapat
mengancam pelaku bisnis kecil.

Konsentrasi pasar dapat dilihat dari dua faktor, yaitu


banyaknya pelaku pasar untuk produk yang
bersangkutan dan besarnya pangsa pasar yang
dikuasai.
HAL DIKECUALIKAN UU ANTI MONOPOLI
1. Bisnis Franchise; dan
2. Hak Paten;

Ruang Lingkup Pengecualian :


• Perjanjian yang dikecualikan, adalah sebagai berikut
Perjanjian yang berkaitan HAKI; Perjanjian yang berkaitan
dengan Waralaba; Perjanjian penetapan dalam rangka
standar teknis barang dan/atau jasa yang tidak mengekang
dan/atau menghalangi persaingan; Perjanjian dalam
rangka keagenan; Perjanjian kerjasama penelitian untuk
meningkatkan atau perbaikan standar hidup masyarakat
luas; dan Perjanjian internasional.
• Perbuatan pelaku usaha yang tergolong ke dalam
usaha kecil tentunya juga perkecualian tersebut harus
ditafsirkan dengan sangat terbatas, karena apakah
dengan ini berarti bahwa yang Namanya pengusaha
kecit dapat seenaknya melanggar aturan main tentang
monopoli atau persaingan curang;
• Kegiatan usaha Koperasi yang secara khusus bertujuan
untuk meLayani anggota, perkecualian ini juga banyak
memendam masalah, karena dengan dikecualikan hal
ini berarti pihak koperasi dengan seenaknya dapat
melanggar aturan main tentang monopoli dan/atau
persaingan curang;
HUKUM ACARA
SUMBER HUKUM ACARA
Sumber Hukum acara di bidang persaingan usaha terdiri dari :
1. UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat ;
2. Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor : 1 Tahun
2010 tentang Tata Cara Penanganan Perkara ; DAHULU SK No
05/KPPU/ KEP/IX/2000 tentang tata Cara Penyampaian Laporan
dan Penanganan Dugaan Pelanggaran Terhadap UU No 5
Tahun 1999 (SK 05) menjadi Peraturan Komisi No 1 Tahun 2006
tentang Tata Cara Penanganan Perkara di KPPU (Perkom
1/2006) dan
3. Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : 3
Tahun 2005 tentang Tata Cara Pengajuan Upaya Hukum
Keberatan Terhadap Putusan KPPU, tanggal 14 Juli 2005
Penegakan Hukum Persaingan Usaha Oleh
Komisi Pengawas Persaingan Usaha [KPPU]
• KPPU adalah sebuah lembaga yang bersifat
independen, dimana dalam menangani, memutuskan
atau melakukan penyelidikan suatu perkara tidak dapat
dipengaruhi oleh pihak manapun, baik pemerintah
maupun pihak lain yang memiliki conflict of interest,
walaupun dalam pelaksanaan wewenang dan
tugasnya bertanggung jawab kepada presiden. KPPU
juga merupakan lembaga quasi judicial yang
mempunyai wewenang eksekutorial terkait kasuskasus
persaingan usaha
Tugas KPPU
1. Menilai perjanjian di antara pelaku usaha;
2. Menilai kegiatan pelaku usaha;
3. Menilai ada tidaknya penyalahgunaan posisi dominan;
4. Memberi saran perlimbangan atas kebijakan
Pemerintah;
5. Menyusun pedoman dan publikasi;
6. Memberi laporan kerja secara berkala kepada
Presiden dan DPR;
7. Mengambil tindakan sesuai kewenangannya
Wewenang KPPU
1. Menerima laporan dari masyarakat/pelaku usaha;
2. Melakukan penelitian tentang dugaan pelanggaran UU No. 5/1999;
3. Melakukan penyelidikan/pemeriksaan;
4. Menyimpulkan hasil penyelidikan/pemeriksaan;
5. Memanggil pelaku usaha yang diduga melanggar;
6. Memanggil & menghadirkan saksi, saksi ahli, dll;
7. Meminta keterangan instansi pemerintah;
8. Mendapatkan, meneliti, menilai alat bukti;
9. Memutuskan dan menetapkan kerugian;
10. Memberitahu keputusan ke pihak-pihak lain;
11. Menjatuhkan sanksi administratif
Fungsi KPPU
KPPU juga memiliki fungsi sebagaimana ditetapkan
dalam Pasal 5 Keputusan Presiden Republik Indonesia No.
75 Tahun 1999 tentang Komisi Pengawas Persaingan
Usaha. Fungsi tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Penilaian terhadap perjanjian, kegiatan usaha, dan
penyalahgunaan posisi dominan;
2. Pengambilan tindakan sebagai pelaksanaan
kewenangan;
3. Pelaksanaan administratif.
Tata Cara Penanganan Perkara
Penegakan Hukum Persaingan Usaha
Mengenai tata cara penanganan perkara atas dugaan
pelanggaran Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 terdiri dari 7
tahapan, antara lain:
1. Penelitian dan klarifikasi laporan, yang mencakup:
penyampaian laporan, kegiatan penelitian dan klarifikasi,
hasil penelitian dan klarifikasi, dan jangka waktu penelitian
dan klarifikasi;
2. Pemberkasan, yang mencakup: pemberkasan, kegiatan
pemberkasan, hasil pemberkasan, dan jangka waktu
pemberkasan;
3. Gelar laporan, yang mencakup: rapat gelar laporan, hasil
gelar laporan, dan jangka waktu gelar laporan.
4. Pemeriksaaan pendahuluan, yang mencakup: tim
pemeriksa pendahuluan, kegiatan pemeriksaan
pendahuluan, hasil pemeriksaan pendahuluan, jangka
waktu pemeriksaan pendahuluan, dan perubahan
perilaku;
5. Pemeriksaan lanjutan tim pemeriksa lanjutan, kegiatan
pemeriksaan lanjutan, hasil pemeriksaan lanjutan, dan
jangka waktu pemeriksaan lanjutan;
6. Sidang majelis komisi, yang mencakup: majelis komisi,
sidang majelis komisi, dan putusan komisi;
7. Pelaksanaan putusan, yang mencakup: penyampaian
petikan putusan, monitoring pelaksanaan putusan
PROSES PENANGANAN PERKARA KPPU
PROSES PENANGANAN PERKARA KPPU
PROSES PENANGANAN PERKARA KPPU
PROSES PENANGANAN
BANDING/KASASI
Putusan KPPU Memerlukan Fiat
Eksekusi
• Putusan KPPU merupakan salah satu sumber penting
Hukum Persaingan Usaha di Indonesia karena
merupakan bentuk implementasi terhadap UU No 5
Tahun 1999. Oleh karena itu, wajar kiranya ketentuan
bahwa setiap putusan Komisi yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap harus dimintakan penetapan
eksekusi dari PN. Hal ini dapat diartikan bahwa kekuatan
dan pelaksanaan putusan tersebut berada di bawah
pengawasan Ketua PN.
Terima kasih
Selesai

Anda mungkin juga menyukai