Anda di halaman 1dari 19

Prinsip Kerja Elektro Mekanis Magnetik

(dasar NO & NC)


16
Sebelum mempelajari lebih dalam mengenai Time Delay Relay (Timer), Thermal Over Load
Relay (Tripper Over Load), Relay Contactor (Relay), dan Magnetic Contactor (Kontaktor),
Sebaiknya kita mempelajari sistem kerjanya terlebih dahulu. agar mampu memahami suatu
fungsi rangkaian kerja otomatis.

Relay dan Kontaktor (Relay and Magnetic Contactor)

Prinsipnya kerjanya adalah rangkaian pembuat magnet untuk


menggerakkan penutup dan pembuka saklar internal didalamnya. Yang
membedakannya dari kedua peralatan tersebut adalah kekuatan saklar internalnya
dalam menghubungkan besaran arus listrik yang melaluinya.

Pemahaman sederhananya adalah bila kita memberikan arus listrik pada coil relay atau
kontaktor, maka saklar internalnya juga akan terhubung. Selain itu juga ada saklar
internalnya yang terputus. Hal tersebut sama persis pada kerja tombol push button,
hanya berbeda pada kekuatan untuk menekan tombolnya. Klik disini untuk mempelajari
Tombol

Saklar internal inilah yang disebut sebagai kontak NO (Normally Open= Bila coil
contactor atau relay dalam keadaan tak terhubung arus listrik, kontak internalnya dalam
kondisi terbuka atau tak terhubung) dan kontak NC (Normally Close= Sebaliknya
dengan Normally Open). Seperti dijelaskan pada gambar dibawah ini.
Relay dianalogikan sebagai pemutus dan penghubung seperti halnya fungsi pada
tombol (Push Button) dan saklar (Switch)., yang hanya bekerja pada arus kecil 1A s/d
5A. Sedangkan Kontaktor dapat di analogikan juga sebagai sebagai Breaker untuk
sirkuit pemutus dan penghubung tenaga listrik pada beban. Karena pada Kontaktor,
selain terdapat kontak NO dan NC juga terdapat 3 buah kontak NO utama yang dapat
menghubungkan arus listrik sesuai ukuran yang telah ditetapkan pada kontaktor
tersebut. Misalnya 10A, 15A, 20A, 30A, 50Amper dan seterusnya. Seperti pada gambar
dibawah ini.

gambar kontak internal pada Kontaktor


gambar kontak internal pada
relay

Penyambungan sederhana rangkaian kontaktor:

Perhatikan bagaimana lampu akan menyala ketika switch saklar dihubungkan ke


sumber listrik. Mengapa begitu repot menggunakan kontaktor untuk menyalakan
sebuah lampu bohlam? Mengapa rangkain ini menggunakan dua buah sumber listrik
yang berbeda?

Itulah yang disebut Rangkain Pengendali dan Rangkain Utama.

Time Delay Relay (Timer) dan Thermal Over Load Relay (Tripper)

Sebagaimana yang telah diterangkan diatas, maka pada kedua komponen ini Timer
dan Tripper juga mempunyai kontak NO dan NC. Dan yang membedakannya hanya
pada kondisi pengaktifannya saja.
Kontak NO dan NC pada Timer (Time Delay Relay) akan
bekerja ketika timer diberi ketetapan waktunya, ketetapan waktu ini dapat kita tentukan
pada potensiometer yang terdapat pada timer itu sendiri. Misalnya ketika kita telah
menetapkan 10 detik, maka kontak NO dan NC akan bekerja 10 detik setelah kita
menghubungkan timer dengan sumber arus listrik. Perhatikan gambar Timer di bawah
ini.

Sedikit berbeda dengan kontak NO dan NC yang terdapat di


Timer, padaTripper (Thermal Over Load Relay) kontak NO dan NC nya bekerja karena
mendapat daya tekan dari bimetal trip yang terdapat di dalamnya. Bimetal Trip ini akan
melengkung apabila resistance wire dilewati arus lebih besar dari nominalnya dan
menekan lengan kontak, sehingga kontak NC berubah menjadi kontak NO.

Kegunaan NO dan NC

Setelah paham bagaimana kerja kontak NO dan NC yang terdapat pada peralatan
tersebut diatas, maka saya sarankan untuk mempelajari bagaimana kontak NO NC
tersebut digunakan semaksimal mungkin untuk sebuah rangkaian pengendali pada
rangkaian utama.
InterLock Kontaktor
4

Sebelumnya klik disini untuk mempelajari simbol-simbol gambar teknik listrik. Lalu
perhatikan gambar dibawah ini:

Apa yang akan terjadi ketika tombol ditekan?

Pada gambar terlihat Kontaktor dan Relay saling terhubung, tetapi pada Relay terlebih
dahulu terhubung pada NO dari Kontaktor. Ketika tombol ditekan maka arus listrik akan
mengalir ke koil Kontaktor dan mengalir juga pada Relay karena NO dari Kontaktor
akan berubah menjadi NC dan mengalirkan arus listrik ke koil Relay. Akan tetapi ketika
tombol di lepas maka kedua peralatan tersebut (Kontaktor dan Relay) akan mati dan
tidak bekerja.

Kesimpulannya: semua aktivitas kerja dua peralatan itu tergantung pada kerja tombol.

Perhatikan kembali gambar di bawah ini..


Pada gambar tersebut NO dari Kontaktor saya pindahkan dan diparalelkan dengan
tombol, dan Relay pun menjadi paralel dengan Kontaktor. Maka ketika tombol ditekan
maka arus listrik akan menghidupkan Kontaktor, selain itu perhatikan NO dari
Kontaktor.. YAHHH... NO Kontaktor menjadi NC dan mengalirkan juga arus listrik dari
sumber. Maka ketika tombol dilepaspun arus listrik tetap akan mengalir pada rangkaian.

Kesimpulannya: arus listrik aka tetap mengalir pada rangkaian walaupun tombol
dilepas.

Lalu bagaimana mematikan arus listriknya? perhatikan gambar dibawah ini

Yahhh... hanya butuh tombol pemutus NC yang terhubung sebelum arus listrik ke
tombol penghubung. Karena pemutusan arus listrik sesaatpun bisa memutuskan arus
listrik pada rangkaian..

Klik disini untuk mempelajari lagi pengembangan rangkaian interlock kontaktor.. atau
klik disini bila ingin melihat foto gambar pengkabelan rangkaian interlock kontaktor ini..

TDR Time Delay Relay / Timer


4
TDR (Time Delay Relay) sering disebut juga relay timer atau relay penunda batas waktu
banyak digunakan dalam instalasi motor terutama instalasi yang membutuhkan
pengaturan waktu secara otomatis.

Peralatan kontrol ini dapat dikombinasikan dengan peralatan kontrol lain, contohnya
dengan MC (Magnetic Contactor), Thermal Over Load Relay, dan lain-lain.

Fungsi dari peralatan kontrol ini adalah


sebagai pengatur waktu bagi peralatan yang dikendalikannya. Timer ini dimaksudkan
untuk mengatur waktu hidup atau mati dari kontaktor atau untuk merubah sistem
bintang ke segitiga dalam delay waktu tertentu.

Timer dapat dibedakan dari cara kerjanya yaitu timer yang bekerja menggunakan
induksi motor dan menggunakan rangkaian elektronik.

Timer yang bekerja dengan prinsip induksi motor akan bekerja bila motor mendapat
tegangan AC sehingga memutar gigi mekanis dan menarik serta menutup kontak
secara mekanis dalam jangka waktu tertentu.
Sedangkan relay yang menggunakan prinsip elektronik, terdiri dari rangkaian R dan C
yang dihubungkan seri atau paralel. Bila tegangan sinyal telah mengisi penuh kapasitor,
maka relay akan terhubung. Lamanya waktu tunda diatur berdasarkan besarnya
pengisian kapasitor.

Bagian input timer biasanya dinyatakan sebagai kumparan (Coil) dan bagian outputnya
sebagai kontak NO atau NC.

Kumparan pada timer akan bekerja selama mendapat sumber arus. Apabila telah
mencapai batas waktu yang diinginkan maka secara otomatis timer akan mengunci dan
membuat kontak NO menjadi NC dan NC menjadi NO.

Pada umumnya timer memiliki 8 buah kaki yang 2 diantaranya merupakan kaki coil
sebagai contoh pada gambar di atas adalah TDR type H3BA dengan 8 kaki yaitu kaki 2
dan 7 adalah kaki coil, sedangkan kaki yang lain akan berpasangan NO dan NC, kaki 1
akan NC dengan kaki 4 dan NO dengan kaki 3. Sedangkan kaki 8 akan NC dengan kaki
5 dan NO dengan kaki 6. Kaki kaki tersebut akan berbeda tergantung dari jenis relay
timernya.

Klik disini untuk pemahaman fungsi kerjanya.

Cara mudah menghitung besar penampang kabel feeder


Posted: Desember 21, 2010 in Iptek

6
2 Votes

Buat agan/aganwati sekalian, saya mau berbagi sedikit ilmu nih dan mudah-mudahan bisa
berguna. Kita dapat menghitung besarnya penampang kabel feeder yang akan kita gunakan
dalam suatu design ME dengan cara sebagai berikut.

Pertama-tama kita jumlahkan dulu seluruh daya (dalam Watt) yang akan digunakan dalam
bangunan/ gedung tersebut dari mulai lampu, stop kontak, pompa dll. Misalnya total daya-nya
sudah kita dapatkan misalnya 20000 watt. nilai tersebut lalu kita konversikan menjadi va dengan
cara membagi dengan 0.8. Maka hasilnya adalah

20000 W/ 0.8 = 25000 VA

Kemudian hasil tersebut kita bagi 3 lalu dibagi 220. Maka hasilnya adalah

25000 va / 3 / 220 = 37.9 A

Hasil tersebut lalu kita cocokan dengan tabel electrical data yang bisa kita minta kepada suplier
kabel dan umumnya tabel yg dijadikan acuan adalah tabel untuk kabel type NYY dan yg kita
lihat adalah nilai current carrying capacity at 30 C in ground. Berdasarkan tabel tersebut, besar
arus 37.9 A dapat menggunakan kabel dengan ukuran 4 mm2 (41 A) hasilnya kita bulatkan
keatas. Namun untuk lebih safety/ amannya kita pilih ukurannya kabelnya 2 tingkat dari hasil yg
kita dapat. Untuk kasus di atas, maka utk safety-nya kita gunakan kabel feeder dengan ukuran 10
mm2. Demikian dan mudah-mudah berguna. Kalo agan/aganwati punya cara yg lebih baik dan
lebih tepat, mohon di share buat nambah pengetahuan saya juga, thanks.
(ARUS LISTRIK)
Posted: Januari 4, 2011 in Iptek

20

61 Votes

Arus Listrik

1. Arus pada Daya Nyata (P)

Line to netral/ 1 fasa

I= P / (V x Cos Ø)

Line to line/ 3 fasa

I= p / (√3 x V x Cos Ø)

2. Arus pada Daya Semu (S)

Line to netral/ 1 fasa

I= S/V

Line to line/ 3 fasa

I = S / (√3 x V)

3. Arus pada Daya Reaktif (Q)


Line to Netral / 1 fasa

I= Q / (V x Sin Ø)

Line to line / 3 fasa

I = Q / (√3 x V x Sin Ø)

Ket :

I = Arus (Ampere)

P = Daya Nyata (Watt)

S = Daya Semu (VA)

Q = Daya Reaktif (VAR)

V = Tegangan (Volt)

Cos φ = Faktor daya

Sin φ = Faktor daya

Arus Nominal

Untuk menentukan kemampuan hantar arus suatu penghantar yang mensuplai peralatan listrik,
terlebih dahulu harus diketahui besarnya arus nominal dari peralatan tersebut, yang biasanya
arus nominal sudah tertera pada name plate pada peralatan tersebut. Jika tidak tertera pada name
plate-nya maka kemampuan hantar arus dari suatu penghantar dapat dicari dengan rumus
dibawah ini, rumus ini digunakan untuk menentukan arus nominal dari peralatan yang digunakan
sistem tiga fasa :

I = P / (√3 x V x Cos Ø)

Ket :

I = Arus peralatan (Ampere)

P = Daya masukan peralatan (Watt)

V = Tegangan (Volt)

Cos φ = Faktor daya


Arus Hubung-singkat Kejut

Arus Hubung-singkat dapat merusak instalasi karena:

1. Pengaruh Termis, Kalau arus hubung-singkatnya berlangsung terlalu lama, kabel-kabelnya akan
menjadi terlalu panas, sehingga isolasinya menjadi rusak.
2. Pengaruh Dinamis, Arus Hubung-singkat kejut dapat merusak instalasi karena gaya-gaya elektro-
dinamis yang ditimbulkan. Arus hubung-singkat kejut ini hanya berlangsung singkat sekali.

Arus Hubung-singkat Kejut Pada Beban L-L

Ls – b = k x (100 / Ub) x ln x √2

Arus Hubung-singkat Kejut Pada Jaringan L-L

Ls – j = k x (100 / (Ub + Uj)) x ln x √2

Ket :

Is-b = Arus hubung-singkat pada beban (Ampere)

Is-j = Arus hubung-singkat pada jaringan (Ampere)

In = Nilai efektif arus beban nominalnya (Ampere)

k = Faktor kejut; untuk suatu instalasi, faktor ini dapat ditentukan secara eksperimental.

Ub = Rugi tegangan dalam generator atau transformator (Beban) pada arus beban
nominal dinyatakan sebagai persentase dari tegangan terminal terbuka nominalnya (%).

Uj = Rugi tegangan pada arus beban nominal di bagian jaringan yang dihubungkan
singkat, dinyatakan sebagai persentase dari tegangan terminal terbuka nominal dari generator
atau transformator (%).

Rumus Mencari Daya

December 16, 2012 Filled under rumus fisika No Comments


Rumus Mencari Daya – Pernahkah anda datang ke toko alat-alat
listrik lalu bilang, Pak beli lampu 25 watt, Anda pasti juga pernah lihat orang bilang atau dari
iklan kulkas hemat listrik cuma 250 watt. Angka 25 watt dan 250 watt tersebut merupakan besar
daya. Dalam ilmu fisika daya adalah laju energi yang dihantarkan atau kerja yang dilakukan per
satuan waktu. Kita kali ini akan belajar bagaimana rumus mencari daya untuk rangkaian arus
searah (DC). Untuk arus bolak balik (AC) ada rumus menghitung daya tersendiri. Sedangkan
untuk arus DC yang melewati resistor rumus mencari dayanya sebagai berikut :

P=V.I

keterangan
P = Daya listrik satuan Watt (W)
V = Tegangan listrik satuan Volt (V)
I = Arus listrik satuan Ampere (A)

melihat rumus di atas, kita jadi tahu kenapa daya juga sering diberi satuan VA, Volt Ampere.

rumus mencari Tegangan (V) dapat dihitung dengan rumus V = I.R

I = Arus dan
R = Hambatan

maka Rumus Mencari Daya dapat ditulis:

P = V. I
P = I.R.I atau P = I2.R

Dari kedua rumus diatas maka dapat disimpulkan bahwa:


“Besarnya Daya berbanding lurus dengan besarnya kuat arus (I) dan besarnya hambatn (r), yang
otomatis juga berbanding lurus dengan tegangan (V = I x R)”

Jadi semakin tinggi kuat arus dan hambatannya maka semakin tinggi daya yang dihasilkan
demikian juga sebaliknya, semakin rendah kuat arus dann hambatan maka semakin rendah daya
yang dihasilkan.

Contoh Soal
Ayah membeli Lampu Pijar bertegangan 15V menggunakan 2 baterai bertegangan masing-
masing 1,5V. Arus yang mengalir melewati lampu sebesar 100mA. Hitung daya lampu tersebut !

Diketahui
V = 15 volt
I = 100 mA = 0,1 A
Jawab
P = V.I

P = 15×0,1A

P = 1,5 WATT

Itulah tadi rumus mencari daya. Semoga Rumus mencari daya tersebut bisa bermanfaat.

Arus Listrik

Arus Listrik

Tahukah Anda Pengertian Arus Listrik?


Arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang disebabkan dari pergerakan elektron-elektron,
mengalir melalui suatu titik dalam sirkuit listrik tiap satuan waktu. Arus listrik dapat diukur
dalam satuan Coulomb/detik atau Ampere. Contoh arus listrik dalam kehidupan sehari-hari
berkisar dari yang sangat lemah dalam satuan mikroAmpere (µA) seperti di dalam jaringan tubuh
hingga arus yang sangat kuat 1-200 kiloAmpere (kA) seperti yang terjadi pada petir. Dalam
kebanyakan sirkuit arus searah dapat diasumsikan resistansi terhadap arus listrik adalah konstan
sehingga besar arus yang mengalir dalam sirkuit bergantung pada voltase dan resistansi sesuai
dengan hukum Ohm.
Arus listrik merupakan satu dari tujuh satuan pokok dalam satuan internasional. Satuan
internasional untuk arus listrik adalah Ampere (A). Secara formal satuan Ampere didefinisikan
sebagai arus konstan yang, bila dipertahankan, akan menghasilkan gaya sebesar 2 x 10 -7
Newton/meter di antara dua penghantar lurus sejajar, dengan luas penampang yang dapat
diabaikan, berjarak 1 meter satu sama lain dalam ruang hampa udara.

Arus yang mengalir masuk suatu percabangan sama dengan arus


yang mengalir keluar dari percabangan tersebut.

Untuk arus yang konstan, besar arus (I) dalam Ampere dapat diperoleh dengan persamaan:

di mana I adalah arus listrik, Q adalah muatan listrik, dan t adalah waktu (time). Sedangkan
secara umum, arus listrik yang mengalir pada suatu waktu tertentu adalah:

Dengan demikian dapat ditentukan jumlah total muatan yang dipindahkan pada rentang waktu 0
hingga t melalui integrasi:

Sesuai dengan persamaan di atas, arus listrik adalah besaran skalar karena baik muatan maupun
waktu merupakan besaran skalar. Dalam banyak hal sering digambarkan arus listrik dalam suatu
sirkuit menggunakan panah, salah satunya seperti pada diagram di atas. Panah tersebut bukanlah
vektor dan tidak membutuhkan operasi vektor. Pada diagram di atas ditunjukkan arus mengalir
masuk melalui dua percabangan dan mengalir keluar melalui dua percabangan lain. Karena
muatan listrik adalah kekal maka total arus listrik yang mengalir keluar haruslah sama dengan
arus listrik yang mengalir ke dalam sehingga . Panah arus hanya menunjukkan arah aliran
sepanjang penghantar, bukan arah dalam ruang.
Arah Arus

Pada diagram digambarkan panah arus searah dengan arah pergerakan partikel bermuatan positif
(muatan positif) atau disebut dengan istilah arus konvensional. Pembawa muatan positif tersebut
akan bergerak dari kutub positif baterai menuju ke kutub negatif. Pada kenyataannya, pembawa
muatan dalam sebuah penghantar listrik adalah partikel-partikel elektron bermuatan negatif yang
didorong oleh medan listrik mengalir berlawan arah dengan arus konvensional. Sayangnya,
dengan alasan sejarah, digunakan konvensi berikut ini:

Definisi arus listrik yang mengalir dari kutub


positif (+) ke kutub negatif (-) baterai (kebalikan arah untuk gerakan elektronnya)

Panah arus digambarkan searah dengan arah pergerakan seharusnya dari pembawa muatan
positif, walaupun pada kenyataannya pembawa muatan adalah muatan negatif dan bergerak pada
arah berlawanan.

Konvensi demikian dapat digunakan pada sebagian besar keadaan karena dapat diasumsikan
bahwa pergerakan pembawa muatan positif memiliki efek yang sama dengan pergerakan
pembawa muatan negatif.

Rapat Arus

Rapat arus (bahasa Inggris: current density) adalah aliran muatan pada suatu luas penampang
tertentu di suatu titik penghantar. Dalam SI, rapat arus memiliki satuan Ampere per meter
persegi (A/m2).
Rapat Arus Listrik

di mana I adalah arus pada penghantar, vektor J adalah rapat arus yang memiliki arah sama
dengan kecepatan gerak muatan jika muatannya positif dan berlawan arah jika muatannya
negatif, dan dA adalah vektor luas elemen yang tegak lurus terhadap elemen. Jika arus listrik
seragam sepanjang permukaan dan sejajar dengan dA maka J juga seragam dan sejajar terhadap
dA sehingga persamaan menjadi:

maka

di mana A adalah luas penampang total dan J adalah rapat arus dalam satuan A/m2.

Kelajuan Hanyutan

Saat sebuah penghantar tidak dilalui arus listrik, elektron-elektron di dalamnya bergerak secara
acak tanpa perpindahan bersih ke arah mana pun juga. Sedangkan saat arus listrik mengalir
melalui penghantar, elektron tetap bergerak secara acak namun mereka cenderung hanyut
sepanjang penghantar dengan arah berlawanan dengan medan listrik yang menghasilkan aliran
arus. Tingkat kelajuan hanyutan (bahasa Inggris: drift speed) dalam penghantar adalah kecil
dibandingkan dengan kelajuan gerak-acak, yaitu antara 10-5 dan 10-4 m/s dibandingkan dengan
sekitar 106 m/s pada sebuah penghantar tembaga.

Refferensi :
Nave, Carl Rod (2006). “HyperPhysics – Electric Currents”. Department of Physics and Astronomy, Georgia State University.

“BIPM – base units”. BIPM: Bureau International des Poids et Mesures..

Halliday, David; Resnick, Robert; Walker, Jearl. Fundamentals of Physics (dalam bahasa Inggris) (ed. 6th). John Wiley & Sons, Inc. hlm.

“Arus Listrik”. Tim Olimpiade Fisika Indonesia.

“besaran pokok dan besaran turunan : Gudang Ilmu Fisika Gratis”.

Anda mungkin juga menyukai